Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
pada Universitas Negeri Semarang
OLEH :
SRI REJEKI METALLIA
3351402548
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
1
2
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia
Skripsi pada :
Hari : Kamis
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi
ii
3
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan
Hari : Kamis
Penguji Skripsi
Drs. Asrori, Ms
NIP.131570078
Anggota I Anggota II
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
iii
4
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam Skripsi ini benar-benar karya saya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian maupun
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam Skripsi ini
iv
5
MOTTO:
“Hendaklah engkau gunakan sebagian waktu malam itu untuk shalat tahajjud,
PERSEMBAHAN :
ini teruntuk :
¾ Ayah dan Ibuku atas doa, cinta kasih sayang dan jasa-jasanya yang teramat
besar.
v
6
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat Rahmat
Skripsi ini disusun dalam rangka menyelesaikan studi Strata Satu untuk
Semarang.
Penyelesaian penulisan Skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak, untuk
Semarang.
7. Para pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat penulis sebut
satu persatu.
Penyusun
vi
7
SARI
Sri Rejeki Metallia. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran
Perusahaan dan Rasio Perputaran Persediaan terhadap Pemilihan Metode
Persediaan pada Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta.
Sarjana Ekonomi. Universitas Negeri Semarang,.
vii
8
Simpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah (1) Struktur
kepemilikan tidak berpengaruh terhadap pemilihan metode persediaan. Hal ini
dikarenakan hanya sedikit manajer yang memiliki saham pada perusahaan. (2)
Ukuran perusahaan berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap pemilihan
metode persediaan. Dimana perusahaaan besar cenderung memilih menggunakan
metode persediaan rata-rata yang dapat memperoleh penghematan pajak,
sedangkan perusahaan kecil cenderung memilih menggunakan metode persediaan
FIFO sehingga akan memperoleh laba yang besar yang akan dapat memperoleh
pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya. (3) Rasio perputaran
persediaan berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap pemilhan metode
persediaan. Perusahaan yang menggunakan metode rata-rata cenderung memiliki
inventory turnover yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang menggunakan
metode FIFO. Saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah : Dalam hal
pemilihan metode persediaan, hendaknya manajer memilih metode yang tepat
bagi kondisi perusahaan dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan metode persediaan. Sehingga dapat memberikan keuntungan bagi
perusahaan dan meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan besar untuk dapat
melakukan penghematan pajak dapat menggunakan metode rata-rata yang dapat
menurunkan laba. Sedangkan pada perusahaan kecil, untuk dapat memperoleh
dana dari bank atau lembaga keuangan lainnya dapat memilih menggunakan
metode FIFO yang dapat meningkatkan laba yang akan dapat memberikan
gambaran kinerja yang bagus bagi perusahaan. Perusahaan yang menggunakan
metode rata-rata memiliki indikasi inventory turnover yang tinggi, sebaliknya
perusahaan yang menggunakan metode FIFO mempunyai indikasi inventory
turnover yang rendah. Namun sebagian perusahaan yang menggunakan metode
rata-rata pada penilitian ini ada yang memiliki indikasi inventory turnover yang
rendah. Hal ini dikarenakan perusahaan yang menggunakan metode rata-rata pada
penelitian ini ada yang memiliki persediaan akhir yang tinggi, sehingga memiliki
inventory turnover yang rendah.
viii
9
DAFTAR ISI
PRAKATA ………………………………………………………………………. vi
BAB I : PENDAHULUAN
1.3.1 Persediaan………………………….……………… 9
ix
10
2.1 Persediaan………………………………………………… 12
2.7 Hipotesis……………………………………………………. 39
x
11
4.4 Pembahasan………………………………………………. 57
xi
12
BAB V : PENUTUP
5.1 Kesimpulan……………………………………………. 60
5.2 Saran-saran…………………………………………….. 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
13
DAFTAR GAMBAR
xiii
14
DAFTAR TABEL
xiv
15
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau
merupakan asset yang sangat penting baik dalam jumlah maupun perannya
persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan barang jadi.
sebagai unsur harga pokok penjualan di dalam laporan laba rugi dan sebagai
unsur aktiva lancar di dalam neraca. Tujuan utama dari metode persediaan
adalah untuk memilih asumsi arus biaya yang paling mencerminkan laba
dampak langsung terhadap neraca, laba rugi, penyajian arus kas serta pajak
yang harus dibayar oleh perusahaan. Oleh karena itu persediaan yang
dimiliki selama satu periode harus dipisahkan mana yang yang sudah dapat
dalam laporan laba rugi dan mana yang masih belum terjual yang akan
dengan 4 cara yaitu metode Identifikasi Khusus, Rata-rata, FIFO dan LIFO
1
2
tertentu.
investor serta pemakai lainnya untuk memprediksi arus kas dimasa yang
dapat memprediksi baik arus kas masuk dari penjualan maupun arus kas
1995 sampai dengan tahun 1999. Pada tahun 1995 dan tahun 1996 keadaan
seperti ini metode FIFO lebih disukai oleh perusahaan. Kinerja perusahaan
manufaktur pada tahun 1995 sampai dengan 1996 pun menunjukkan kinerja
yang cukup baik. Pada tahun 1997 sampai dengan 1999 Indonesia
tahun. Tahun penelitian Taqwa, dkk (2003) yaitu tahun 1997 sampai dengan
tahun 2000, keadaan ekonomi pada tahun penelitian ini tidak jauh berbeda
3
2000 Indonesia juga masih mengalami inflasi. Penelitian ini dilakukan pada
tahun 2000 sampai dengan tahun 2004. Pada tahun 2001 perekonomian
Indonesia jauh lebih baik lagi di tahun 2003. Pada tahun 2004 kondisi
tahun ke tahun.
pemegang saham. Untuk itu, maka manajer yang diangkat oleh pemegang
ada konflik antara manajer dan pemegang saham. Konflik ini disebabkan
FIFO agar memperoleh laba yang besar sehingga kompensasi yang akan
4
persentase yang besar maka manajer akan cenderung memilih metode rata-
tersebut rendah.
timbul ketika perusahaan harus memilih metode persediaan mana yang harus
2002).
metode persediaan yaitu First In First Out (FIFO), Last In First Out (LIFO)
d an Puspitaningtyas, 2005).
Identifikasi Khusus atau LIFO maka untuk tujuan pajak harus membuat lagi
dengan metode yang diperbolehkan yaitu metode Rata-rata atau FIFO. Hal
rata-rata atau FIFO untuk laporan keuangannya karena tidak perlu lagi
persediaan akhir lebih mendekati current cost, dan memberikan suatu nilai
aproksiomasi yang lebih tepat atas biaya pokok pengganti pada neraca bila
6
tidak ada perubahan harga sejak pembelian terakhir. Di sisi lain, metode
dalam laba kotor dan laba bersih sehingga timbul tambahan laba yang
berasal dari perubahan harga yang disebut inflation profit (Abdullah dan
Djalil, 2004).
unit-unit persediaan yang identik. Ini berarti bahwa di saat sulit atau tidak
pokoknya merupakan cara yang paling tepat. Tidak seperti metode lainnya,
metode ini memberikan kos yang sama, sehingga dianggap paling cocok
homogen. Dengan metode ini tidak dapat dilakukan manipulasi laba melalui
pengaruh dari kos paling awal dan nilai-nilai tersebut bisa mempunyai lag
perubahan harga yang sangat cepat, naik atau turun (Abdullah dan Djalil,
nilai persediaan akhir yang tinggi dan harga pokok penjualan yang rendah,
7
sehingga laba bersih menjadi tinggi (Rustardy, dkk, 2004). Sementara itu
bagi pemilik, metode Last In First Out (LIFO) lebih disukai karena akan
mengurangi cash outflow berupa bonus dan pajak, sedangkan metode First
In First Out (FIFO) lebih diinginkan manajer karena metode ini akan
akuntansi persediaan.
persediaan
PUBLIC DI BEJ”.
dan kesangsian terhadap suatu hal atau fenomena baik yang telah ada
1.3.1. Persediaan
normal, dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, atau dalam
proses produksi atau pemberian jasa (PSAK 14, IAI, 2002, paragraf 3 :
14.1).
baku yang dipakai dalam proses produksi dan barang yang telah selesai
harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang
10
timbul sampai persediaan berada dalam kondisi yang siap untuk dijual atau
dipakai.
a. Bagi Perusahaan
b. Bagi Peneliti
kondisi sebenarnya.
c. Bagi Pembaca
informasi.
d. Bagi Akademik
keuangan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Persediaan
proses produksi dan atau dalam perjalanan, atau c. dalam bentuk bahan/
pembelian jasa.
dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau
2002 : 444).
baik itu usaha grosir maupun retail ketika barang-barang tersebut berada
dalam kondisi siap untuk dijual kembali. Kata bahan baku (raw materials),
biaya yang terkait dengan unit-unit yang belum terjual dan masih ada di
12
13
dalam laporan keuangan (Kieso, dkk, 2002 : 444). Barang yang diperoleh
dijual kembali secara fisik tidak diubah oleh perusahaan pembeli, barang-
barang tersebut tetap dalam bentuk yang telah jadi ketika meninggalkan
pabrik pembuatnya.
persediaan barang dalam proses dan barang jadi. Biaya yang dibebankan
inventory). Biaya bahan baku untuk produk yang telah dibuat tapi belum
Biaya yang berkaitan dengan produk yang telah selesai tetapi belum terjual
dalam bentuk bahan baku, bahan baku yang digunakan pada proses
produksi dan barang yang sudah selesai diproduksi yang siap untuk dijual.
14
Nilai persediaan berasal dari jumlah unit dikali harga per unit. Untuk
asumsi arus biaya persediaan. Yang dapat dilakukan dengan empat cara,
a. Metode Fisik
persediaan ini terdiri dari beberapa kolom yang dipakai untuk mencatat
152).
a. Identifikasi Khusus
besar atau mahal atau hanya dalam jumlah kecil yang ditangani,
16
yang terjual pada tanggal penjualan dan tiap barang yang tetap ada di
392).
yang masih ada dalam perusahaan pada akhir periode sesuai dengan
pada akhir periode tersebut. Jadi dalam kedua sistem tersebut arus
harga tertentu. Cara ini mengurangi dampak dari fluktuasi harga. Pada
dari unit-unit persediaan yang identik. Ini berarti bahwa di saat sulit
Tidak seperti metode lainnya, metode ini memberikan kos yang sama,
perubahan harga yang sangat cepat, naik atau turun (Abdullah dan
Djalil, 2004).
merupakan barang yang dibeli paling akhir (Keiso, dkk, 2002 : 460).
sama pada akhir bulan terlepas dari apakah yang dipakai adalah sistem
2002 : 260).
biaya berjalan. Karena barang pertama yang dibeli adalah barang yang
akan pertama keluar, maka nilai persediaaan akhir akan terdiri dari
2002 : 461).
bisa mengarah pada distorsi laba kotor dan laba bersih (Kieso, dkk,
2002 : 461).
total kuantitas yang terjual/ dikeluarkan selama satu bulan berasal dari
memperbaiki aliran kas, dan (4) adanya future earnings hedge, yaitu
laba perusahaan pada masa yang akan datang tidak terpengaruh oleh
(3) tidak mencerminkan arus fisik persediaan, (4) tidak mengukur laba
konversi dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam
kondisi yang siap untuk dijual atau dipakai. Seluruh biaya yang terdefinisi
kecuali untuk yang disebutkan dalam paragraf 19 (PSAK No. 14, IAI,
alternatif metode persediaan yaitu First In First Out (FIFO), Last In First
Jakarta belum (tidak) ada yang menggunakan metode LIFO (Abdullah dan
Djalil, 2004).
a. Teori Agensi
biaya pajak serta tetap respek pada kendala hukum pajak dan
c. Political Cost
memilih metode arus biaya mana yang harus diterapkan. Hal ini
(Dyckmen, 1999).
Secara teori, manajer merupakan agen atau wakil pemilik. Namun pada
konflik kepentingan antar pemilik dapat terjadi. Hal ini disebut “masalah
karena kecil kemungkinannya pemilik dari pihak luar terlibat dalam urusan
Persediaan
pemegang saham, tetapi sering ada konflik antara manajer dan pemegang
antara manajer dan pemegang saham (Listyani dan Tyas, 2003). Pemegang
yang besar sehingga kompensasi yang akan diterima juga akan menjadi
besar.
yang mungkin timbul antara manajer dan pemegang saham (share holder)
(Widyastuti, 2004).
metode FIFO. Metode FIFO akan memberikan laba yang besar, sehingga
relatif besar maka manajer akan memilih metode yang bisa memperoleh
metode persediaan.
(Sidharta, 2000).
Persediaan
yang ada. Apabila perusahaan ini melaporkan laba yang besar, maka
metode rata-rata selain bisa menghindari biaya poitik (political cost) juga
metode FIFO karena pada metode rata-rata pajak yang harus dibayar
relatif lebih kecil dibaningkan dengan metode FIFO. Laba yang lebih kecil
(Mukhlasin, 2002).
Abdullah dan Djalil (2004), Taqwa, dkk (2003), Mukhlasin (2002), dan
Rustardy, dkk (2004). Hasil yang diperoleh oleh Taqwa, dkk (2003),
perusahaan telah dijual selama periode tertentu (Prastowo & Juliaty, 2002 :
dengan harga pokok barang yang dijual/ persediaan rata-rata, yang mana
555).
Metode Persediaan
inventory turn over yang tinggi dan hari perputaran yang lebih rendah
persediaan akhir pada neraca lebih rendah dan harga pokok penjualan yang
persediaan.
persediaan.
metode rata-rata dan FIFO tidak seekstrim perbedaan metode LIFO dan
metode FIFO (Taqwa dkk, 2003). Namun pada saat inflasi perbedaan ini
cukup berarti pada laba yang dihasilkan nantinya sehingga manajer perlu
persediaan.
penelitian.
pemegang saham. Untuk itu, maka manajer yang diangkat oleh pemegang
ada konflik antara manajer dan pemegang saham. Konflik ini disebabkan
(Listyani dan Tyas, 2003). Pemegang saham menginginkan imbal hasil yang
sesuai dengan resiko yang ditanggungnya dan terkait juga dengan biaya
metode persediaan maka antara manajer dengan pemilik akan timbul konflik
akan memilih menggunakan metode FIFO agar memperoleh laba yang besar
(Widyastuti, 2004).
FIFO. Metode FIFO akan memberikan laba yang besar, sehingga bonus
apabila manajer memiliki saham dengan persentase yang relatif besar maka
variasi ukuran perusahaan, perusahaan yang lebih besar akan lebih menyukai
kecil.
metode rata-rata selain bisa menghindari biaya poitik (political cost) juga
36
perusahaan telah dijual selama periode tertentu (Prastowo & Juliaty, 2002 :
inventory turn over yang tinggi dan hari perputaran yang lebih rendah
akhir pada neraca lebih rendah dan harga pokok penjualan yang lebih tinggi
rata.
2.7. Hipotesis
adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk
METODE PENELITIAN
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama tahun 2000 sampai dengan
tahun 2004. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 155
perusahaan.
yaitu metode FIFO atau rata-rata selama periode tahun 2000 sampai
40
41
a. Struktur Kepemilikan
perusahaan dan manajer. Jadi tidak lagi hanya pihak luar (pemegang
pada
pada perusahaan
b. Ukuran Perusahaan
total penjualan bersih selama tahun 2000 sampai dengan tahun 2004.
1 (satu) = Rata-rata.
0 (nol) = FIFO
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, data
sekunder yaitu data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang
43
bukan pengelolanya (Lincoln dan Arsyad, 1995 : 76). Data yang diterbitkan
dalam penelitian ini adalah metode persediaan dan informasi lain seperti
Data dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber antara lain :
1. Dokumentasi
Undip.
2. Study Pustaka
penelitian ini berupa data nominal dan data rasio. Variabel dependen dalam
Sedangkan variabel independen berupa data nominal dan data rasio yaitu
kategorikal (non metrik) (Ghozali, 2005 : 211). Dalam hal ini, dapat
Metode logit yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada jurnal
Taqwa, dkk, 2003. Model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian
ini adalah :
Metpersed
Ln = β+β1SP+β2UP+β3RPP +e
1 − Metpersed
Dimana :
SP = Struktur Kepemilikan
UP = Ukuran perusahaan
e = Error
value. Apabila p-value > α maka hipotesis ditolak yang berarti variabel
listing di Bursa Efek Jakarta selama tahun 2000 sampai dengan tahun 2004.
menggunakan metode rata-rata, seperti yang tersaji pada tabel 4.1 berikut
ini :
Tabel 4.1
Kelompok Sampel Perusahaan
Berdasarkan Metode Persediaan
2 Rata-rata 76 82 %
Jumlah 93 100 %
46
47
menggunakan metode FIFO. Hal ini serupa dengan penelitian Taqwa, dkk.
Tabel 4.2
Klasifikasi Industri
Tabel 4.3
Pengelompokkan Struktur Kepemilikan
Tahun 2000-2004
tahun 2000, 2001, 2002, 2003 dan 2004 sama yaitu sebanyak 26
tahun 2000, 2001, 2002, 2003 dan 2004 memiliki jumlah yang sama yaitu
67 perusahaan (72%).
mulai tahun 2000 - 2004 tersaji pada tabel 4.4 sebagai berikut :
Tabel 4.4
Pengelompokkan Ukuran Perusahaan
Tahun 2000-2004 (dalam jutaan rupiah)
total penjualan bersih yang nilainya lebih dari Rp. 500.000.000.000,. untuk
tahun 2001 dan 2002 sebanyak 49 perusahaan (53%). Pada tahun 2003
persediaan perusahaan sampel tahun 2000 - 2004 tersaji pada tabel 4.5
sebagai berikut
Tabel 4.5
Pengelompokkan Rasio Perputaran Persediaan
Tahun 2000-2004
yang nilainya lebih kecil dari 3%, pada tahun 2000 sebanyak 41
(33%). Pada tahun 2003 dan 2004 jumlah tersebut menurun kembali
Pada tahun 2003 dan 2004 jumlah tersebut turun menjadi 26 perusahaan
dari 5%, pada tahun 2000 sebanyak 25 perusahaan (27%). Pada tahun
4.3.Hasil Penelitian
Tabel 4.6
Hasil Perhitungan Mean, Minimal dan Maksimal dan Deviasi Standar dari
Ukuran Perusahaan dan Rasio Perputaran Persediaan
Metode rata-rata
Tabel 4.6 di atas diketahui bahwa nilai mean untuk ukuran perusahaan
rata.
metode FIFO lebih kecil dari perusahaan yang menggunakan metode rata-
rata.
5,0179. Hal ini menunjukkan bahwa nilai mean rasio perputaran persediaan
variabel bebas merupakan campuran antara variabel metrik dan non metrik
analisis statistik dengan bantuan program SPSS for Windows versi 11.5.
2.
dahulu fit atau tidak model yang akan dianalisis. Statistik yang yang
-2LogL.
model yang yang hanya memasukkan konstanta dan untuk model dengan
konstanta adalah 88,463 yang ditampilkan pada tabel 4.7, sedangkan nilai
54
–2LogL untuk model dengan konstanta dan variabel bebas adalah 70,697
yang disajikan pada tabel 4.8 Penurunan nilai pada –2LogL dari 88,643
Tabel 4.7
Nilai –2LogL untuk Model yang Hanya Memasukkan Konstanta
Iteration History(a,b,c)
Coefficients
-2 Log
Iteration likelihood Constant
Step 0 1 89,225 1,269
2 88,466 1,483
3 88,463 1,497
4 88,463 1,498
a Constant is included in the model.
b Initial -2 Log Likelihood: 88,463
c Estimation terminated at iteration number 4 because paramete
estimates changed by less than ,001.
Tabel 4.8
Nilai –2LogL untuk Model dengan Konstanta danVariabel Bebas
Model Summary
bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan
model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai Hosmer
and Lemeshow’s Goodness of Fit Test Statistics sama dengan atau kurang
dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak berarti yang ada perbedaan signifikan
antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodnes fit model tidak
Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar 0,05 maka
hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi
nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok
Tabel 4.9
Nilai Statistics Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test
persediaan.
4.10.
56
Tabel 4.10
Hasil Pengujian Regresi Logistik
signifikansi 0,05 (5%), maka nilai signifikansi sebesar 0,960 lebih besar
metode persediaan.
tingkat signifikansi 0,05 (5%), maka nilai signifikansi sebesar 0,048 lebih
4.4. Pembahasan
pajak bagi perusahaan besar dan upaya untuk memperoleh pinjaman yang
besar dari bank maupun lembaga keuangan lainnya bagi perusahaan kecil.
Penelitian ini juga menemukan bukti bahwa nilai mean rasio perputaran
persediaan rata-rata dibandingkan metode FIFO. Hal ini sesuai dengan teori
mendapatkan dana dari bank atau lembaga keuangan lainnya semakin besar.
metode rata-rata pada penelitian ini ada yang memiliki persedian akhir yang
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
ini disebabkan karena dari data yang diperoleh hanya 28 % manajer yang
yang menggunakan metode rata-rata pada penelitian ini ada yang memiliki
60
61
rendah.
5.2. Saran-saran
berikut :
Sedangkan pada perusahaan kecil, untuk dapat memperoleh dana dari bank
metode rata-rata pada penilitian ini ada yang memiliki indikasi inventory
metode rata-rata pada penelitian ini ada yang memiliki persediaan akhir
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Syukriy dan Muslim A. Djalili. Agstus 2004. ‘Apakah Metode FIFO
dan Rata-rata memang Berbeda : Bukti Empiris dari Bursa Efek Jakarta .
Metode Riset Akuntansi . Auditing dan Informasi’. Vol. 4, No. 2. hal 151-
172.
Prastowo, Dwi dan Rfka Jliaty. 2002. Analisis Laporan Keuangan (Konsep dan
Aplikasi). Yogyakarta: UUP AMP YKPN.
Utama, Sidharta. 2000. ‘Teori dan Riset Akuntansi Positif : Suatu Tinjauan
Literatur’. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. No. 1. hal. 83-96.
Lampiran 3
Descriptives
Lampiran 4
Logistic Regression
Case Processing Summary
Iteration History(a,b,c)
Coefficients
-2 Log
Iteration likelihood Constant
Step 0 1 89,225 1,269
2 88,466 1,483
3 88,463 1,497
4 88,463 1,498
a Constant is included in the model.
b Initial -2 Log Likelihood: 88,463
c Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than
,001.
Classification Table(a,b)
69
Observed Predicted
Metpersed
Percentage
FIFO Rata-rata Correct
Step 1 MetArsByPsd FIFO 0 17 ,0
Rata-rata 0 76 100,0
81,7
Overall Percentage
a Constant is included in the model.
b The cut value is ,500
Score df Sig.
Step 0 Variables SP ,556 1 ,456
UP 4,504 1 ,034
RPP 2,773 1 ,096
Coefficients
-2 Log
Iteration likelihood Constant SP UP RPP
Step 1 1 83,173 1,261 -,142 ,000 -,029
2 77,560 1,244 -,144 ,000 -,036
3 73,186 ,882 -,063 ,000 -,040
4 71,075 ,580 -,013 ,000 -,046
5 70,708 ,442 ,023 ,000 -,050
6 70,697 ,417 ,032 ,000 -,051
7 70,697 ,416 ,032 ,000 -,051
a Method: Enter
b Constant is included in the model.
c Initial -2 Log Likelihood: 88,463
d Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than
,001.
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 17,766 3 ,000
Block 17,766 3 ,000
Model 17,766 3 ,000
Model Summary
Classification Table(a)
Observed Predicted
MetArsByPsd
Percentage
FIFO Rata-rata Correct
Step 1 MetArsByPsd FIFO 1 16 5,9
Rata-rata 1 75 98,7
Overall Percentage 81,7
a The cut value is ,500
71
Correlation Matrix
Constant SP UP RPP
Step 1 Constant 1,000 -,555 -,654 -,140
SP -,555 1,000 ,175 ,085
UP -,654 ,175 1,000 -,297
RPP -,140 ,085 -,297 1,000