Professional Documents
Culture Documents
MH
KAIDAH HUKUM :
1. Secara normatif dalam menangani kasus ikrar thalak yang didalamnya terdapat
masalah pemeliharaan anak dan terhadap anak yang belum mumayyiz atau belum
berumur 12 tahun maka hak pemeliharaannya berada pada ibunya/ penggugat
rekonpensi/Termohon Kasasi. Akan tetapi, karena terdapat alasan-alasan dengan
melihat kepentingan pendidilan, akidah dan masa depan anak, Pengadilan
(Hakim) dapat mengabulkan hak hadhonah anak yang belum mumayyiz tersebut
dari ibunya kepada ayahnya.
DUDUK PERKARA :
1. Bahwa antara Pemohon dengan Termohon adalah suami isteri yang sah dan telah
melangsungkan pernikahannya yang sah pada tangga 18 Juni 1993 di Kantor
Urusan Agama Kecamatan Kebun Jeruk Jakarta Selatan sesuai dengan Kutipan
Akta Nikah No. 252/119/VI/1993.
2. Bahwa antara Pemohon dan Termohon tinggal bersama sampai dengan bulan
Nopember 1994 dan rukun sebagaimana sebagaimana suami isteri meskipun
sering timbul perselisihan/pertengkaran, tetapi masih dapat diatasi untuk
diselesaikan.
3. Bahwa selama dalam perkawinan antara Pemohon dengan Termohon telah
dikaruniai 3 orang anak laki-laki yaitu :
1. Anak pertama dari P dan T, lahir tgl 5 November 1993
2. Anak kedua dari P dan T, lahir tgl 18 Juli 1995.
3. Anak ketiga dari P dan T, lahir tgl 27 Desember 1996.
Kesemuanya telah tercatat dalam kartu keluarga yang dikeluakan Lurah Lebak
Bulus.
4. Bahwa sejak bulan Nopember 1994 sampai dengan diajukan permohonan ini di
Pengadilan, rumah tangga Pemohon dengan Termohon sudah tidak harmonis,
selalu terjadi percekcokan, perselisihan yang terus-menerus yang sudah tidak
mungkin dapat dirukunkan lagi, sehingga tujuan perkawinan untuk membentuk
keluarga bahagia dan sejahtera sudah tidak dapat diperoleh lagi.
5. Adapun pertengkaran dan perselisihan tersebut disebabkan, Termohon bersikap
egois, tidak ada perhatian terhadap Pemohon dan anak-anak khususnya orang tua
Pemohon.
6. Termohon sering bertindak kasar, tidak sopan dan menyakitkan hati baik terhadap
Pemohon, anak-anak maupun orang tua Pemohon, Termohon sering menghina
mencaci maki dan mengancam akan membunuh ibu Pemohon.
7. Terdapat perbedaan yang tajam antara Pemohon dengan Termohon dalam
mendidik anak.
8. Bahwa Termohon dalam mendidik anak bersikap kasar dan keras sering memukul,
memberikan hukuman yang membahayakan keselamatan jiwa anak-anak,
sedangkan Pemohon mnginginkan agar Termohon bersikap halus dan santun
terhadap anak-anak.
9. Bahwa Termohon sudah keluar dari agama Islam (murtad) dan kembali pada
agama semula yaitu agama Kristen, bahkan pada tanggal 21 Juni 1997 Termohon
pergi ke Gereja serta mengajari anak-anak dengan nyanyian Gereja, padahal
Pemohon tidak dapat menyetujui sama seekali tindakan Termohon tersebut.
10. Bahwa Termohon pernah pergi meninggalkan rumah tempat tinggal tanpa
persetujuan dan izin dari Pemohon, Temohon mengirim surat yang isinya
menyatakan penyesalannya berumah tangga dengan Pemohon dan menyesal
masuk agama Islam. Degan demikian Termohon telah melakukan perbuatan
Nusyuz.
11. Bahwa Pemohon telah berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan keutuhan
rumah tangganya dengan Termohon dengan bersabar dan memberikan nasehat-
nasehat secara baik sesuai dengan tuntutan syar’iah Islam, akan tetapi Termohon
tidak mencapai hasil sebagaimana yang diharapkan.
12. Bahwa masalah rumah tangga Pemohon dan Termohon ini sudah pernah
dikonsultasikan kepada BP.4 dan direkomendasikan oleh BP.4 untuk diselesaikan
di Pengadilan dengan perceraian.
13. Bahwa Pemohon merasa rumah tangganya sudah tidak bisa
diperbaiki/dipertahankan lagi, tidak ada manfaatnya dan lebih banyak
mudharatnya. Oleh karena itu tidak ada jalan lain untuk menyelesaikannya
kecuali dengan perceraian dan sudah memenuhi ketentuan pasal 39 ayat 2
Undang-Undang No. 1/1974 jo pasal 19 f Peraturan Pemerintah No. 9/1975 jo
Pasal 116 KHI, sehingga cukup alasan bagi Pemohon untuk mengajukan
permohonan ikrar talak dan mohon agar Pengadilan Agama Jakarta menetapkan
menyatakan pernikahan antara Pemohon dengan Termohon putus karena talak.
PERMOHONAN PROVISI :
- Bahwa untuk menjamin kesehatan mental kedua anak tersebut dan keselamatan
jiwanya dari tindakan kasar Termohon tersebut, maka dengan ini Pemohon mohon
kiranya Pengadilan berkenan untuk menetapkan/menjatuhkan putusan provisi yang
memberikan izin untuk mengasuh, merawat dan memelihara/mendidik kedua anak
tersebut selama dalam proses pemeriksaan sampai adanya putusan Pengadilan yang
mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan pasti.
- Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka Pemohon mohon kepada
Pengadilan Agama Jakarta Selatan untuk memberikan putusan sebagai berikut :
I. DALAM PROVISI :
- Menetapkan/memutuskan menyatakan memberikan izin kepada Pemohon
untuk mengasuh, merawat dan memelihara/mendidik kedua orang anak
tersebut yaitu masing-masing :
- Anak I P dan T.
- Anak II P dan T.
Selamat proses pemeriksaan perkara ini berjalan sampai dengan adanya
putusan Pengadilan yang mempunyai kekutana hukum tetap dan pasti .
PETITUM :
I. DALAM PROVISI :
- Menetapkan/memutuskan menyatakan memberikan izin kepada Pemohon
untuk mengasuh, merawat dan memelihara/mendidik kedua orang anak
tersebut yaitu masing-masing :
- Anak I dari P dan T.
- Anak II dari P dan T.
Selama proses pemeriksaan perkara ini berjalan sampai dengan adanya
putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap dan pasti.
II. DALAM POKOK PERKARA :
1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya
2. Menetapkan, memberi ijin kepada Pemohon untuk mengikrarkan talak
terhadap Termohon ;
3. Menetapkan Pemohon sebagai Wali yang berhak merawat / mengasuh dari
anak-anak yaitu :
- Anak I dari P dan T.
- Anak II dari P dan T.
4. Menetapkan biaya Perkara menurut Hukum ;
Atau apabila Pengadilan berpendapat lain mohon Putusan yang seadil-adilnya;
Bahwa selanjutnya Termohon telah pula mengajukan rekonpensi yang pada pokoknya
sebagai berikut :
DALAM REKONPENSI :
- Bahwa dalam Hadits dari Abdullah bin Umar “Datang seorang perempuan
kepada Rasulullah SAW, katanya perutku ini adalah kantong bagi anakku ini,
payudaraku ini adalah tempat minumnya dan kamarku ini adalah tempat bermainnya.
Bahwa bapaknya mentalak saya dan ingin supaya anakku ini terlepas dari
pemeliharaan saya, maka berkatalah Rasulullah SAW :
“Engkau lebih berhak dengan anak itu selama engkau belum nikah (Diriwayatkan
oleh Achmad Abu Daud) ;
- Bahwa berdasakan pasal 105 (a) Kompilasi Hukum Islam disebutkan
pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak
ibunya ;
- Bahwa berdasarkan hal tersebut diatas, maka jelas bahwa Termohonlah yang
lebih berhak untuk mengasuh dan memelihara anak-anak tersebut ;
- Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka Pemohon Rekonpensi mohon
agar menghukum Termohon Rekonpensi/Pemohon Konpensi untuk menyerahkan
kepada Pemohon Rekonpensi/Termohon Konpensi anak-anak yang masing-masing
bernama ;
1. Anak I dari P dan T.
2. Anak II dari P dan T dipelihara dan dirawat oleh Pemohon
rekonpensi/Termohon konpensi;
- Bahwa oleh karena pihak Suami yang mengajukan permohonan ini maka
Pemohon rekonpensi/Termohon konpensi menuntut hak antara lain :
1. Nafkah masa lalu 4 x Rp.1.000.000, = Rp.4.000.000,
2. Nafkah iddah 4 x Rp.500.000,- = Rp.2.000.000,
3. Nafkah mut’ah 4 x Rp.250.000,- = Rp.1.000.000,
________________
Jumlah = Rp.7.000.000,
(Tujuh Juta Rupiah)
DALAM REKONPENSI :
1. Mengabulkan permohonan Pemohon Rekopensi/Termohon konpensi sebagian.
2. Menetapkan Pemohon rekonpensi sebagai pemelihara dan pengasuh dari kedua
orang anak bernama :
2.1. Anak Pertama dari P dan T.
2.2. Anak Kedua dari P dan T.
3. Memerintahkan kepada Termohon Rekonpensi untuk menyerahkan kedua anak
tersebut diatas kepada Pemohon Rekonpensi.
4. Menghukum Termohon Rekonpensi untuk membayar nafkah iddah kepada
Pemohon Rekonpesi seluruhnya sebesar Rp. 1.500.000,- ( satu juta lima ratus ribu
rupiah).
5. Menolak permohonan Pemohon Rekonpensi selebihnya.
DALAM KONPENSI :
1. Mengabulkan permohonan Pemohon.
2. Menetapkan memberi izin kepada Pemohon untuk mengikrarkan talak terhadap
Termohon dimuka persidangan Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
DALAM REKONPENSI :
1. Mengabulkan permohonan Pemohon Rekonpensi/Termohon Konpensi
sebagian.
2. Menghukum Termohon Rekonpensi/Pemohon Konpensi untuk membayar
nafkah iddah kepada Pemohon Rekonpensi/Termohon Konpensi sebesar Rp.
1.500.000,- ( satu juta lima ratus ribu rupiah ) dan uang mutáh sebesar Rp. 1.000.000,
(satu juta rupiah).
3. Menolak permohonan Pemohon Rekonpensi selain dan selebihnya.
ttd
Drs.H. Kamaluddin, MH
ttd
Timur Abimanyu, SH.MH.
KAIDAH HUKUM :
Sekalipun perkara akad Al Murabahah diajukan setelah berlakunya UU No. 3 Tahun
2006, akan tetapi oleh karena objek sengketa dalam perkara a quo telah dilelang oleh
Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara berdasarkan perintah Ketua Pengadilan
Negeri dan/atau perkara telah diselesaikan oleh Pengadilan Negeri (bukan asas
retroaktif) maka gugatan Penggugat harus dinyatakan tidak dapat diterima.
DUDUK PERKARA :
- Bahwa sejak tahun 2003 nasabah Tergugat I, Penggugat I adalah Debitur PT. Bank
Rakyat Indonesia Cabang Bukit Tinggi dengan posisi hutang Penggugat I pada
bulan Juni 2003 adalah Rp. 483.233.530,-(empat ratus delapan puluh tiga juta dua
ratus tiga puluh tiga ribu lima ratus tiga puluh rupiah) yang pada waktu itu usaha
Penggugat I dalam keadaan macet/kurang lancar dan oleh karena itu Penggugat I
mengajukan permohonan kepada Tergugat I untuk dapat diberikan penambahan
kredit modal kerja dan juga untuk mengambil alih (take over) kredit Penggugat I
di BRI Cabang Bukit Tinggi.
- Bahwa atas permohonan Penggugat I tersebut, Tergugat I setelah meneliti baik
surat-surat kepemilikan objek jaminan kredit/hutang, Tergugat I menyetujuinya
dengan cara Penggugat I dan Tergugat I mengikatkan diri dalam perjanjian akad
Jual Beli Al-Murabahah, Kemudian diikuti pula dengan Surat Hutang No. 3
tanggal 2 Juli 2003 (bukti P-1/4), Akta No. 2 tanggal 2 Juli 2003 (bukti P-1/1) dan
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan No. 4 tanggal 2 Juli 2003 (bukti P-3)
dan Akta Pemberian Hak Tanggungan No. 119/ABTB/ 2003 (bukti P-1/4), yang
kesemuannya dibuat oleh dan dihadapan Yulfaisal, SH Notaris di Bukit Tinggi
(turut Tergugat I);
- Bahwa setelah ditandatangani akta-akta tersebut Tergugat I menyerahkan uang
sebanyak Rp. 500.000,- kepada Penggugat I yang kemudian Penggugat I bersama-
sama Tergugat I ke BRI Cabang Bukit Tinggi membayar hutang Penggugat I, dan
setelah itu Tergugat I langsung mengambil dan menerima dari BRI Cabang Bukit
Tinggi Sertifikat Tanah Hak Milik No. 311/Kelurahan Belakang Balok seluas 376
m2, Gambar Situasi No. 374/1996 tertanggal 17 Juni 1996 atas nama Penggugat
II, karena Penggugat II telah mengikatkan diri kepada Tergugat I sebagai
penjamin, sebagimana dituangkan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan No.
119/ABTB/2003 (bukti P-1/3) ;
- Bahwa akan tetapi dalam perjanjian Akad Al-Murabahah Akta No. 2 (bukti P-1/1)
tersebut dinyatakan bahwa seolah-olah Tergugat I menyediakan barang-barang
pesanan Penggugat I seharga Rp. 500.000.000 dan selanjutnya seolah-olah
Tergugat I menjual barang tersebut kepada Penggugat I seharga Rp. 794.816.460
(tujuh ratus sembilan puluh empat juta delapan ratus enam belas ribu empat ratus
enam puluh rupiah), padahal yang sebenarnya barang yang dibelikan Tergugat I
tersebut tidak ada dan begitu juga Penggugat I tidak ada membeli barang kepada
Tergugat I;
- Bahwa dalam akad jual beli Al-Murabahah adalah merupakan syarat mutlak
bahwa barang yang dijual itu harus ada. Dengan tidak adanya barang yang dijual
oleh Tergugat I kepada Penggugat I dan tidak adanya barang yang dibeli oleh
Penggugat I dari Tergugat I, jelas Akad Jual Beli Al-Murabahah No. 2 (bukti P-
1/1) tersebut mengandung cacat hukum, mengandung causa yang palsu, karena
perjanjian itu dibuat dengan pura-pura untuk menyembunyikan causa yang
sebenarnya, yaitu hutang piutang dengan jaminan benda tidak bergerak, hal
tersebut menurut Pasal 1335 BW adalah perjanjian yang terlarang dan tidak
mempunyai kekuatan hukum ;
- Bahwa dalam Al-Qur’an Allah berfirman, yang artinya : ”Dan Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba: (Q.S: Al-Baqarah (2) : 275).
Sepertinya untuk menyesuaikan Firman Allah tersebut, Tergugat I dalam
perjanjian Akad Al-Murabahah No. 2 tersebut telah membuat seolah-olah antara
Penggugat I dengan Tergugat I telah terjadi jual beli barang, padahal yang
sebenarnya terjadi adalah Penggugat I meminjam uang dari Tergugat I dengan
jaminan benda tidak bergerak untuk jangka waktu 5 tahun (60 bulan) dengan
tambahan pembayaran untuk Tergugat I yang menurut Syari’at Islam adalah tidak
dibenarkan karena merupakan riba ;
- Bahwa oleh karena itu Akad Al-Murabahah No. 2 tanggal 2 Juli 2003 ini jelas
mengandung cacat hukum, karenanya adalah tidak sah atau tidak mempunyai
kekuatan hukum, maka hubungan Penggugat I dengan Tergugat I haruslah
dinyatakan sebagai hubungan pinjam meminjam uang dengan jaminan benda tidak
bergerak yaitu Penggugat I meminjam uang dari Tergugat I sebanyak Rp.
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dengan jaminan sertifikat tanah hak milik,
sedangkan cicilan keuntungan yang telah Penggugat I serahkan kepada Tergugat I
haruslah dinyatakan sebagai pembayaran cicilan hutang Penggugat I kepada
Tergugat I, karena memberikan keuntungan /tambahan pembayaran diluar uang
pokok pinjaman kepada pemberi pinjaman tidak dibenarkan dalam syar’iah. Selain
itu menurut hukum Surat Hutang No. 3 tertanggal 2 Juli 2003 (bukti P-1/2), Surat
Kuasa Membebankan Hak Tanggungan No. 4 tertanggal 2 Juli 2003 (bukti P-1/3)
dan Akta Hak Pemberian Tanggungan No. 119/ABTB/2003 (bukti P-1/4) adalah
mengandung cacat hukum pula, karenannya tidak mempunyai kekuatan hukum
dan tidak sah, batal menurut hukum ;
- Bahwa kemudian sebagai tambahan modal usaha, pada tahun 2003 dengan Akta
Akad Jual Beli Al-Murabahah No. 43 tertanggal 27 Agustus 2003 (bukti P-1/6)
yang juga dibuat oleh dan dihadapan Yulfaesal, SH Notaris di Bukit Tinggi (turut
Tergugat I), kembali Penggugat I dan Terggugat I mengikatkan diri dalam akad
jual beli Al-Murabahah, yaitu jual beli barang-barang P&D seharga Rp.
581.230.044 (lima ratus delapan puluh satu juta dua ratus tiga puluh ribu empat
puluh empat rupiah) dengan perincian :
- Harga beli sebesar Rp. 350.000.000,_(tiga ratus lima puluh juta rupiah) ;
- Keuntungan Murabahah untuk Tergugat I sebesar Rp. 231.230.044 (dua ratus
tiga puluh satu juta dua ratus tiga puluh ribu empat puluh empat rupiah), yang
akan dibayar secara mencicil dalam jangka waktu 60 bulan yang dikaitkan
pula dengan Surat Hutang No. 43 tanggal 27 Agustus 2003 (bukti P-1/7) dan
Akta Pemberian Hak Tanggungan No. 139/ABTB/2003 tanggal 27 Agustus
2003 (bukti P-1/8) yang kedua-keduanya dibuat oleh dan dihadapan Yulfaesal,
SH Notaris di Bukit Tinggi (turut Tergugat I) dengan jaminan tetap tanah
Sertifikat Hak Milik no. 311/Kelurahan Belakang Balok, milik Penggugat II ;
- Bahwa akan tetapi pelaksanaan Jual Beli Akad Al-Murabahah No. 43 (bukti P-1/6)
ini sama saja dengan Akad Jual Beli Al-Murabahah No. 2 (bukti P-1/1), yaitu
merupakan pinjaman yang diserahkan oleh Tergugat I kepada Penggugat I dengan
jaminan tanah Sertifikat Hak Milik No. 311/Kelurahan Belakang Balok, berikut
pemberian keuntungan buat Tergugat I, tidak ada barang yang dijual oleh Tergugat
I kepada Penggugat I dan juga tidak ada pemasok yang menyerahkan barang yang
dijual Tergugat I kepada Penggugat I, padahal sebagaimana yang telah
dikemukakan diatas adanya barang yang menjadi objek jual beli dalam Akad Al-
Murabahah merupakan syarat mutlak untuk sahnya jual beli tersebut :
- Bahwa dengan tidak adanya barang yang menjadi objek jual beli dalam Akad Jual
Beli Al-Murabahah No. 43 (bukti P-1/5), jelas pula akad murabahah tersebut
mengandung cacat hukum juga, karenanya adalah tidak sah atau tidak mempunyai
kekuatan hukum dan hubungan Penggugat I dengan Tergugat I haruslah juga
dinyatakan sebagai hubungan pinjam meminjam uang dengan jaminan benda tidak
bergerak, yaitu Penggugat I meminjam uang dari Tergugat I sebesar Rp.
350.000.000,-(tiga ratus lima puluh juta rupiah) dengan jaminan Sertifikat Hak
Milik No. 311/Kelurahan Belakang Balok, sedangkan cicilan keuntungan yang
telah Penggugat I serahkan kepada Tergugat I dinyatakan sebagai pembayaran
cicilan hutang Penggugat I kepada Tergugat I karena dalam syar’iat Islam hal yang
seperti itu dalam pinjam-meminjam uang tidak dibenarkan, sebab termasuk dalam
perbuatan riba, dan selain itu menurut hukum Surat Hutang No. 43 tanggal 27
Agustus 2003 (bukti P-1/6) serta Akat Pemberian Hak Tanggungan No.
139/ABTB/2003 (bukti P-1/7) menjadi tidak mempunyai kekuatan hukum pula
dan batal menurut hukum ;
- Bahwa dengan demikian hutang Penggugat I kepada Tergugat I yang sebenarnya
menurut hukum adalah :
Berdasarkan Akad Jual Beli Al-Murabahah No. 2 Tanggal 2 Juli 2003 (bukti P.I/I)
sebesar Rp. 500.000.000,-(lima ratus juta rupiah)
- Berdasarkan Akad Jual Beli Al- Murabahah No. 43 tanggal 27 Agustus 2003
(bukti P-1/5) sebesar Rp. 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah) atau
keseluruhannya sebesar Rp. 850.000.000 (delapan ratus lima puluh juta
rupiah) dan dari jumlah hutang sebesar itu telah Penggugat I cicil sebanyak
Rp. 363.611.240,- (tiga ratus enam puluh tiga juta enam ratus sebelas ribu dua
ratus empat puluh rupiah), sehingga dengan demikian sisa hutang Penggugat I
kepada Tergugat I tinggal lagi sebesar Rp. 850.000.000,- dikurangi Rp.
363.611.240 atau keseluruihannya tinggal sebesar Rp. 486.388.760 (empat
ratus delapan puluh enam juta tiga ratus delapan puluh delapan ribu tujuh ratus
enam puluh rupiah) ;
- Bahwa pembayaran pencicilan hutang Penggugat I kepada Tergugat I memang
agak tersendat-sendat karena sudah membengkaknya hutang Penggugat I
yang waktu itu ke Bank BRI Cabang Bukti Tinggi pada bulan Juli 2003 tidak
lebih dari Rp. 500.000.000 dan sekarang hutang Penggugat I kepada Tergugat
I menurut perhitungan Tergugat I sudah menjadi Rp. 1.376.046.504 (hutang
pokok ditambah keuntungan Tergugat I), namun Penggugat I tetap berusaha
melakukan pencicilan dan terakhir sampai bulan Maret 2006 Penggugat I
sudah mencicil kepada Tergugat I sebanyak Rp. 363.611.240 (tiga ratus enam
puluh tiga juta enam ratus sebelas ribu dua ratus empat puluh rupiah) ;
- Bahwa akan tetapi Pengadilan Negeri Bukti Tinggi dengan Surat Pemberitahuan
tertanggal 2 Agustus 2006 No. W.3.DF.HT.02.10.1185 (bukti P=1/8)
memberitahukan bahwa pada tanggal 16 Agustus 2006 tanah hak milik Penggugat
I yang dijadikan sebagai jaminan hutang akan dijual lelang ;
- Bahwa setelah Penggugat I sadari bahwa akta-akta Akad Jual Beli Al-Murabahah
(bukti P-1/1) dan (bukti P-1/5) mengandung cacat hukum, maka dengan surat
tertanggal 14 Agustus 2006 Penggugat I mengingatkan kepada Tergugat I supaya
tidak melaksanakan lelang dimaksud, satu dan lain hal untuk menghindari tuntutan
hukum dari Penggugat I (bukti P-1/9) ;
- Bahwa surat peringatan Penggugat I (bukti P-1/9) diatas juga telah diketahui dan
dibaca oleh Tergugat II, akan tetapi Tergugat II tetap melaksanakan lelang tersebut
sebagaimana termuat dalam Surat Salinan Risalah Lelang No. 161/2006 tanggal
16 Agustus 2006 (bukti P-1/10), sehingga dengan demikian perbuatan Tergugat I
dan Tergugat II itu adalah merupakan perbuatan melawan hukum yang sangat
merugikan para penggugat yang harus ditanggung oleh Tergugat I dan Tergugat II;
- Bahwa karena yang dijadikan sebagai landasan untuk dilaksanakan lelang tersebut
adalah Akta Akad Jual Beli Al-Murabahah No. 2 (bukti P-1/1) Akta Surat Hutang
No. 3 tanggal 2 Juli 2003 (bukti P-1/2) dan Akta Pemberian Hak Tanggungan No.
119/ABTB/2003 (bukti P-1/3), Akta Akad Jual Beli Al-Murabahah No.43 tanggal
27 Agustus 2003 (bukti P-1/5), akta Surat Hutang No. 43 (bukti P-1/6), Akta
Pemberian Hak Tanggungan No. 139/ABTB/2003 tanggal 27 Agustus 2003
( bukti P-1/7) sebagaimana telah dikemukkan diatas semuanya mengandung cacat
hukum, karenanya lelang tersebut adalah tidak sah atau batal menurut hukum ;
- Bahwa ternyata juga lelang yang termuat dalam Surat Risalah Lelang No.
161/2006 tanggal 16 Agustus 2006 (bukti P-1/10) dilaksanakan oleh Tergugat II
berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Bukit Tinggi yang berkepala ”
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ”
No. 03/Pdt.EKS/2006/PN.BT tanggal 4 Juli 2006 adalah cacat hukum karena
berdasarkan Pasal 49 Undang-Undang No. 3 Tahun 2006, sejak tanggal 20 Maret
2006, yaitu sejak berlakunya undang-undang tersebut mengenai pemeriksaan,
memutus dan menyelesaikan perkara di bidang ekonomi syar’iah sudah menjadi
wewenang Pengadilan Agama, bukan lagi wewenang Pengadilan Negeri, sehingga
dengan demikian Pengadilan Negeri Bukti Tinggi tidak berwenang lagi untuk
menerbitkan surat penetapan dimaksud ;
- Bahwa selain itu keikutsertaan Defnt Skmn/Tergugat III sebagai perserta
pemenang lelang adalah perbuatan yang tidak dapat dibenarkan dan merupakan
perbuatan melawan hukum, karena yang bersangkutan adalah Staff Legal di
Kantor Tergugat I/ Bank Bukopin Cabang Syar’iah Bukit Tinggi yang sudah tentu
mengetahui harga limit lelang. Dengan diketahuinya harga limit lelang dan bila
peserta lelang hanya dia sendiri saja tentunya akan menawar sedikit saja diatas
harga limit lelang tersebut dan hal ini sudah tentu sudah tidak fair dan akan
merugikan para Penggugat sebagai pemilik barang-barang lelang, oleh karena itu,
keikut sertaan Tergugat III sebagai pemenang lelang harus dibatalkan ;
- Bahwa akibat perbuatan Tergugat I, II dan III baik secara sendiri-sendiri maupun
secara bersama-sama tersebut, jelas merupakan perbuatan melawan hukum yang
merugikan Penggugat I dan Penggugat II, baik secara materiil maupun secara moril :
a. Kerugian Materiil :
Telah dijual secara lelang oleh Tergugat I tanah berikut rumah milik
Penggugat I dan Penggugat II yang terletak di Jalan Perwira No. 1 Rt.03 RW.
III, kelurahan Belakang Balok, Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh, Bukti
Tinggi, dibawah harga yang layak yaitu seharga Rp. 993.600.000,- sedangkan
sekarang ini tanah berikut rumah tersebut bernilai kurang lebih seharga Rp.
2.500.000.000,-
b. Kerugian Moril :
Dengan dijualnya tanah berikut rumah milik Penggugat I dan Penggugat II
sangat menggoncangkan jiwa para Penggugat, para Penggugat menjadi tidak
tenang, kerugian tersebut tidak dapat dinilai dengan uang, oleh karena itu
sudah sepantasnyalah para Penggugat menuntut ganti kerugian moril ini
sebesar Rp. 500.000.000,-
Kerugian-kerugian Penggugat I dan Penggugat II tersebut keseluruhannya
harus ditanggung Tergugat I, II dan Tergugat III baik sendiri maupun
bersama-sama secara tanggung renteng;
PETITUM PENGGUGAT :
DALAM PROVISI :
- Memerintahkan kepada turut Tergugat II untuk menolak setiap permohonan yang
diajukan untuk mendaftarkan atau memindah tangankan/mengalihkan hak tas tanah
Sertifikat Hak Milik No. 311/ Kelurahan Belakang Balok, Gambar Situasi No.
347/1996 tanggal 17 Juni 1996, yang terletak di Jalan Perwira No. 1 RT.03 Rw.III,
Kelurahan Belakang Balok, Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh, Bukit Tinggi, yang
diajukan oleh siapapun juga sampai putusan perkara ini mempunyai kekuatan hukum
yang tetap dan pasti ;
DALAM PUTUSAN AKHIR :
1. Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat I dan Penggugat II seluruhnya ;
2. Menyatakan Akta Akad Jual Beli Al-Murabahah No. 2 tanggal 2 Juli 2003, Surat
Hutang No. 3 tanggal 2 Juli 2003 dan Akta Surat Kuasa Membebankan Hak
Tanggungan No. 4 tanggal 2 Juli 2003, serta Akta Pembebanan Hak Tanggungan
No. 119/ABTB/2003, yang kesemuannya dibuat oleh dan dihadapan Yulfaesal,
SH, notaris di Bukit Tinggi, adalah tidak sah dan batal menurut hukum ;
3. Menyatakan Akta Akad Jual Beli Al-Murabahah No. 43 tanggal 27 Agustus 2003,
Surat Hutang No. 43 tanggal 27 Agustus 2003, serta Akta Pembebanan Hak
Tanggungan No. 139/ABTB/2003 tanggal 27 Agustus 2003, yang kesemuanya
dibuat oleh dan dihadapan Yulfaisal, SH, notaris di Bukit Tinggi, adalah tidak sah
dan batal menurut hukum ;
4. Menyatakan hubungan Penggugat I dengan Tergugat I adalah hubungan pinjam
meminjam uang menurut syar’iah ;
5. Menyatakan jumlah sisa hutang Penggugat I kepada Tergugat I adalah sebesar Rp.
486.388.760 (empat ratus delapan puluh enam juta tiga ratus delapan puluh
delapan ribu tujuh ratus enam puluh rupiah) ;
6. Menyatakan lelang yang termuat dalam Salinan Risalah Lelang No. 161/2006
tanggal 16 Agustus 2006 atas Sertifikat Hak Milik No. 311/Kelurahan Belakang
Balok, seluas 376 M2, sebagaimana Gambar Situasi No. 347/1996 tertanggal 17
Juni 1996 atas nama Drs.Psi.Ftr Effd, berserta bangunan yang ada diatasnya, yang
terletak di jalan Perwira No. 1 RT.03, RW.III Kelurahan Belakang Balok,
Kecamatan Aur Birugo Tigo baleh, Bukit Tinggi yang dilakukan oleh Kantor
Pelayanan Piutang dan Lelang Negara adalah tidak sah dan batal menurut hukum ;
7. Menyatakan Tergugat I, II dan Tergugat III telah bersalah melakukan perbuatan
melawan hukum ;
8. Memerintahkan kepada siapapun juga, kecuali Penggugat I dan Penggugat II yang
menempati atau menguasai tanah berikut rumah yang ada diatasnya, yang terletak
di Jalan Perwira No. 1 RT.03, RW.III, Kelurahan Belakang Balok, Kecamatan Aur
Birugo Tigo Baleh, Bukit Tinggi, untuk mengosongkan dan kemudian
menyerahkannya kepada Penggugat I dan Penggugat II ;
9. Menghukum turut Tergugat I dan turut Tergugat II untuk mematuhi putusan ini ;
10. Menyatakan putusan perkara ini dapat dijalankan lebih dahulu walaupun ada
bantahan, banding maupun kasasi ;
11. Menyatakan sah dan berharga sita revindicatoir ;
12. Menghukum para Tergugat membayar biaya yang timbul dalam perkara ini ;
Atau : Mohon putusan yang seadil-adilnya ;
MENGADILI:
- Menolak permohonan kasasi dari para Pemohon Kasasi : 1. H. Efnd bin Rjb, 2.
Drs. Ftr Efnd binti Mnr tersebut ;
- Memperbaiki amar putusan Pengadilan Tinggi Agama Padang No. 32 dan
33/Pdt.G/2007/PTA.Pdg tanggal 30 Januari 2008 M, bertepatan dengan tanggal 21
Muharram 14 29 H, sehingga amar selengkapnya sebagai berikut :
- Menerima permohonan banding dari para Pembanding ;
- Membatalkan putusan Pengadilan Agama Bukit Tinggi No.
284/Pdt.G/2006/PA.Bkt tanggal 5 September 2007 M bertepatan dengan tanggal 23
Sya’ban 1428 H ;
DALAM PROVISI :
- Menolak gugatan provisi para Penggugat ;
DALAM POKOK PERKARA :
1. Menyatakan gugatan para Penggugat tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk
Verklaard) ;
2. Menghukum para Penggugat untuk membayar biaya perkara dalam tingkat
pertama sebesar Rp. 1.172.000,-( satu juta seratus tujuh puluh dua ribu rupiah);
- Menghukum para Pembanding I untuk membayar biaya perkara dalam tingkat
banding sebesar Rp. 6.000,- (enam ribu rupiah) ;
Menghukum para Pemohon Kasasi/para Penggugat untuk membayar biaya
perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) ;
Ttd
KAIDAH HUKUM :
2. Bahwa penerapan Ketentuan Pasal 19 huruf (f) PP No. 9 Tahun 1975 adalah
sebagai salah satu alasan terjadinya perceraian, dan tidak perlu lagi
mempersoalkan atau mencari siapa yang menjadi penyebab perselisihan tersebut,
tetapi lebih menekankan pada perkawinan itu, apakah dalam perkawinan tersebut
telah terjadi keretakan/ perceraian atau tidak.
3. Bahwa secara kasuistis hakim apabila didalam gugatan provisi terdapat tuntutan
pemeliharaan anak/Hadonah telah ditemukan fakta tentang adanya perebutan Hak
Hadonah tersebut, yang secara Ex Offisio dapat menentukan siapa yang berhak
atas pemeliharaan anak/Hadonah tersebut.
4. Bahwa terhadap pengalihan anak/pemeliharaan anak yang belum mumayyiz
(masih berumur dibawah 12 Tahun), dari ibunya kepada Ayahnya adalah
disebabkan adanya fakta bahwa apabila diserahkan kepada ibu, dimana ibunya
sangat sibuk akan mempengaruhi jiwa anak tersebut akan terganggu, sekalipun
hak hadonah/pemeliharaan anak ditetapkan kepada ayahnya, akan tetapi tetap
diberikan kepada ibunya untuk tetap berkomunikasi dan mencurahkan kasih
sayang dan memperhatikan pendidikan terhadap anaknya.
DUDUK PERKARA :
14. Bahwa Penggugat dan Tergugat adalah suami isteri yang menikah di Masjidil
Haram Mekkah pada tanggal 1 Desember 1997 dan telah dicatatkan dalam Buku
Pendaftaran Nikah Khusus Perkawinan Warga Negara Indonesia (WNI) yang
dilangsungkan di luar negeri No. 01/ 01/V/1998 ;
15. Bahwa perkawinan tersebut telah dikaruniai seorang anak laki-laki dari Penggugat
dan Tergugat yang lahir di Jakarta pada tanggal 4 Februari 1999, sesuai dengan
Kutipan Akta Kelahiran Nomor : 845/DISP/JS/2002.
16. Bahwa sejak awal pernikahan ada sesuatu hal yang tidak cocok antara Penggugat
dengan Tergugat seperti masalah adat kebiasaan yang berlaku di keluarga
Tergugat. Tergugat sangat dominan terhadap Penggugat, sehingga hubungan
Penggugat dan Tergugat kedudukannya bukan lagi sebagai layak suami isteri yang
saling membantu dan menunjang satu dengan yang lain, melainkan merupakan
hubungan Penggugat dan Tergugat seperti atasan dan bawahan karena Tergugat
selalu minta dihormati tanpa melihat keadaan dan situasi yang ada ;
17. Bahwa oleh karena rasa cintanya Penggugat terhadap Tergugat, Penggugat
sebagai muallaf mencoba mengerti bahwa hal tersebut suatu aturan dalam agama
Islam, yang mengatur bahwa suami adalah sebagai Imam dalam keluarga dan
wajib dihormati, akan tetapi kondisi yang segalanya diatur oleh Tergugat dan
keluargannya lama kelamaan membuat Penggugat sangat tertekan apalagi
ditambah kondisi Penggugat sebagai tulang punggung keluarga yang harus
bekerja keras untuk menghidupi rumah tangga, maka Penggugat sebagai manusia
biasa mengalami kelelahan fisik maupun psikis;
18. Bahwa kondisi rumah tangga yang demikian tersebut tidak pernah ada perubahan
malahan belakangan ini Tergugat tidak pernah lagi memperhatikan Penggugat,
sehingga Penggugat mengalami kesendirian. Apalagi Penggugat menyatakan
keberatan-keberatan kepada Tergugat tentang hal tersebut, maka Tergugat marah
dan menimbulkan pertengkaran yang berkepanjangan, sehingga dengan terpaksa
Penggugat memendam perasaan-perasaan yang tidak enak itu seorang diri untuk
menghindari terjadinya pertengkaran ;
19. Bahwa sejak tiga (3) tahun belakangan ini kondisi Penggugat dan Tergugat
sebagai suami isteri semakin renggang disebabkan adanya pertengkaran yang
terus menerus akibatnya kemesraan antara Penggugat dan Tergugat sudah tidak
lagi, sehingga Penggugat dan Tergugat sudah jarang melakukan hubungan intim
lagi ;
20. Bahwa Penggugat telah mengupayakan untuk damai dan rukun kembali dengan
dibantu oleh orang tua Penggugat dan Tergugat ternyata tidak berhasil dan
pertengkaran terus terjadi dan mencapai puncaknya sehingga Penggugat terpaksa
meninggalkan rumah kediaman bersama bulan Maret 2005 dan pulang ke rumah
ibu Penggugat, akan tetapi demi mempertahankan keutuhan rumah tangga
Penggugat kembali kerumah kediaman bersama dengan diantar orang tua
Penggugat bulan April 2005 ;
21. Bahwa kembalinya Penggugat kepada Tergugat adalah untuk memperbaiki
keretakan rumah tangga akan tetapi hal tersebut tetap tidak bisa terwujud malahan
timbul pertengkaran-pertengkaran hebat, yang disebabkan oleh masalah-masalah
sepele, yaitu Tergugat tidak mau mengeri kondisi Penggugat, Tergugat selalu
memaksakan kehendaknya kepada Penggugat yaitu memaksa Penggugat untuk
menghormati Tergugat dengan berlebihan tanpa ada timbal baliknya dari
Tergugat kepada Penggugat, keadaan demikian membuat Penggugat kembali lagi
pulang ke rumah ibu Penggugat hingga saat ini ;
22. Bahwa dari perkawinan Penggugat dan Tergugat telah lahir seorang anak laki-laki
yang pada saat ini berumur enam tahun maka berdasarkan Kompilasi Hukum
Islam Pasal 105 huruf (a) maka anak yang masih berumur enam tahun harus
dalam pengasuhan ibu kandungnya yaitu Penggugat untuk menjaga perkembangan
jiwa anak tersebut, apalagi anak tersebut sangat dekat dengan Penggugat, oleh
karenanya sudah sepatutnya Pengadilan Agama Jakarta Selatan memutuskan agar
anak yang lahir dari perkawinan Penggugat dan Tergugat, yang lahir di Jakarta
pada tanggal 4 Februari 1999, sesuai dengan Kutipan Akta Lahir No.
845/DISP/JS/2002 berada dalam pengasuhan dan pemeliharaan Penggugat ;
23. Bahwa sewaktu Penggugat kembali kerumah ibu Penggugat, anak Penggugat dan
Terguagt tersebut dalam pengasuhan langsung oleh Penggugat, dan Tergugat tetap
mendapatkan haknya untuk dapat membawa jalan-jalan secara berkala tanpa
mendapatkan kesulitan dari Penggugat, Tergugat dengan mudah dapat mengajak
menginap anak selama 3-4 hari di rumah Kemang, dan secara bergiliran dapat
mengasuh anak tersebut secara baik, akan tetapi sejak awal Mei 2005, ibu
Tergugat dan keponakan-keponakan Tergugat, sering menginap dirumah Kemang,
keadaan dan sikap anak berubah terhadap Penggugat. Penggugat sulit
menghubungi anak tersebut dan adanya sikap ketakutan dari anak tersebut jika
bertemu dengan Penggugat sebagai ibu kandung, maka berdasrkan hal tersebut
Penggugat memohon kepada Pengadilan Agama Jakarta Selatan untuk
mengabulkan permohonan provisi Penggugat ;
24. Bahwa mengingat anak masih membutuhkan biaya untuk pendidikan, maka
Tergugat sebagai ayah dari anak tersebut wajib untuk memberikan nafkah hidup
dan biaya pendidikan untuk masa depan dan kepentingan anak Pengugat dan
Tergugat sesuai dengan kemampuan Tergugat sebesar Rp. 5.000.000,_(lima juta
rupiah) setiap bulannya, yang harus diberikan selambat-lambatnya tanggal 10
(sepuluh) tiap bulannya secara tunai dan sekaligus hingga anak-anak tersebut
dewasa dan mandiri, sebagaimana diatur dalam Pasal 41 huruf b dan Pasal 45 ayat
(2) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 serta Pasal 105 huruf (C) Kompilasi
Hukum Islam ;
PETITUM PENGGUGAT :
- DALAM PROVISI :
- Menyatakan anak yang masih dibawah umur harus dalam pengasuhan
Penggugat ;
- Memerintahkan kepada Tergugat atau kepada siapapun anak tersebut dipelihara
ataupun disembunyikan oleh Tergugat agar segera menyerahkan anak dari
Penggugat dan Tergugat kepada Penggugat;
- Menyatakan penetapan ini dapat dilaksanakan segera dalam kesempatan pertama
setelah penetapan provisi diterbitkan ;
- DALAM POKOK PERKARA :
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya ;
2. Menyatakan perkawinan antara Penggugat dengan Tergugat yang dilangsungkan
di Masjidil Haram Mekkah, pada 1 Desaember 1997 dan dicatatkan dalam Buku
Pendaftaran Khusus Perkawinan Warga Negara Indonesia (WNI) yang
dilangsungkan di luar negeri No. 01/ 01/V/1998 putus karena perceraian dengan
segala akibat-akibat hukumnya.
3. Memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Agama Jakarta Selatan untuk
mencatatkan perceraian ini dan mengeluarkan Akta Peceraian ;
4. Mewajibkan Tergugat untuk memberikan nafkah hidup dan biaya pendidikan
untuk masa depan dan kepentingan anak Penggugat dan Tergugat sesuai dengan
kemampuan Tergugat sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) setiap
bulannya, yang harus diberikan selambat-lambatnya tanggal 10 (sepuluh) tiap
bulannya secara tunai dan sekaligus hingga anak tersebut dewasa dan mandiri ;
5. Menghukum Tergugat untuk membayar seluruh biaya yang timbul dalam
perkara ini ;
Atau :
Apabila Pengadilan berpendapat lain, dalam peradilan yang baik mohon putusan
seadil-adilnya (Ex aquo et bono) ;
KAIDAH HUKUM :
- Bahwa objek perkara i.c objek sengketa adalah tanah, maka yang menjadi rujukan
sebagai dasar hukum seharusnya peraturan perundang-undangan tentang tanah
yakni Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria dan
Peraturan Pelaksanaannya serta Undang-Undang Nomor : 41 Tahun 2004 tentang
Wakaf. Adalah tidak tepat bila yang menjadi dasar pemilikan dan perwakafan
hanya berupa sejarah dan bukti surat yang tidak otentik. Bahwa dalam perkara i.c
Para Penggugat /Termohon Kasasi sama sekali tidak mampu menunjukkan bukti-
bukti kepemilikan atas obyek yang berasal dari orang tua atau keluarganya,
kemudian diserahkan sebagai tanah wakaf sebagaimana diatur dalam Pasal 15
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 yang menegaskan bahwa harta benda
wakaf hanya dapat diwakafkan apabila dimiliki dan dikuasai oleh wakif secara sah.
KLASIFIKASI : WAKAF.
DUDUK PERKARA :
- Bahwa para Penggugat adalah ahli waris, dari pemberi wakaf serta ahli waris dari
keluarga yang dimakamkan dimakam wakaf Kebalen VII, yang lebih dikenal oleh
masyarakat setempat dan sekitarnya sebagai Makam Wakaf Kebalen VII ;
- Bahwa Tergugat saudara Mulloh bin Royani bin H. Solihun bin Zaidun adalah
pengurus makam wakaf Kebalen VII, yang bertugas secara umum mengelola,
mengurus, merawat serta menjaga makam wakaf tersebut, baik secara fisik
maupun administrasinya ;
- Bahwa adalah perlu para Penggugat jelaskan terlebih dahulu secara singkat
(sebagai bahan pengetahuan) kronologis adanya makam wakaf Kebalen VII, yang
terletak dan berada di Jalan Kebalen VII Kampung Pecandran, Kelurahan
Senayan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan yaitu sebagai berikut : ,
a. Bahwa makam wakaf Kebalen VII, sampai saat ini luasnya kurang lebih
4.776 M2, adalah berasal dari para pewakif dari almarhum H. Solihun alias
H. Siun bin Zaidun seluas kurang lebih 2516 M2, almarhum H. Toha bin H.
Rosidi seluas kurang lebih 2000 M2, almarhum Mayasin bin H. Bai seluas
600M2, almarhum H. Ishak kurang lebih 10M2 dengan batas-batasnya
sebagaimana tersebut dalam surat gugatan ; ,
b. Bahwa tanah tersebut benar telah diwakafkan untuk pemakaman dan juga
telah dipergunakan sesuai ikrar wakaf sebagai makam umum umat Islam dan
telah dikelola secara turun temurun oleh keluarga H. Solihun bin Zaidun dan
juga pernah menjadi pengurus makam tersebut antara lain adalah : (1)
Almarhum H. Sihun alias H. Solihun bin Zaidun (pewakif), (2) almarhum H.
Bai bin H. Sihun bin Zaidun (3) almarhum H. A. Kadir bin H. Sihun bin
Zaidun (4) almarhum Royani bin H. Sihun bin Zaidun (kong Kontet) tahun
1945-1955, (5) almarhum H. Madani bin H. Siun bin Zaidun, (6) almarhum
Waini bin Royani bin H. Siun bin Zaidun tahun 1955-1963, (7) Sdr. Rahmani
bin Rayani bin H. Siun bin Zaidun tahun 1975-1990 dan terakhir (8) Sdr
Mullah bin Rayani bin H. Siun bin Zaidun tahun 1990 hingga sekarang.
Bahwa untuk diketahui juga oleh Majelis Hakim Pengadilan Agama Jakarta
Selatan bahwa sekitar tahun 1616 tempat ini telah dipergunakan sebagai
pemakaman umum yang ditandai dengan makam almarhum Ki Paleng jauh
sebelum H. Solihun mewakafkan tanah tersebut kepada masyarakat sekitar
(pada zaman penjajahan Belanda) dan masyarakat sekitarnya saat itu
menyebut lokasi makam tersebut adalah sebagai makam wakaf Ki Poleng
dan pada saat pengurusannya adalah almarhum Royani bin H. Siun bin
Zaidun yang juga dikenal dengan nama, Kong Kontet, maka masyarakat
setempat menyebutnya juga dengan sebutan makam Kong Kontet, dan pada
saat pembukaan kota baru Kebayoran Baru, maka tanah makam aquo disebut
juga sebagai makam wakaf Kebalen VII hingga saat ini jadi adalah suatu
ketidak benaran bahwa tanah yang seluas 4.776 M2 itu adalah makam yang
disediakan khusus untuk keluarga dan bukan wakaf untuk umum bagi umat
Islam, sedangkan apabila kita teliti secara seksama maka ditemui pula, bahwa
luas tanah sebanyak 4776 M2 adalah penggabungan dari, pewakif bapak H
Solihun (H. Siun) bin Zaidun seluas kurang lebih 2516 M2 dan oleh karena
makam tersebut telah penuh, maka kemudian, bapak H. Toha bin Rosidi
mewakafkan tanahnya yang kebetulan letak tanahnya berdampingan
sebanyak kurang lebih 2000 M2 dan kemudian ditambah oleh bapak Mayasin
bin H. Bai seluas 600 M2 dan juga oleh bapak H. Marzuki bin Bai seluas 60
M2 dan pewakif terakhir adalah bapak H. Arif Rahman seluas 10M2 dan
dengan adanya lima atau dengan kata lain empat orang lagi yang
mewakafkan tanah tersebut, maka berarti tanah wakaf tersebut tidak hanya
dilakukan oleh satu orang saja yakni H. Siun bin Zaidun, maka berdasarkan
uraian tersebut diatas, jelas bahwa lokasi pemakaman tersebut adalah benar
tanah wakaf untuk pemakaman umat Islam sebagaimana dilakukan selama
ini;
c. Dengan demikian hingga sekarang lokasi tersebut dikenal umum sebagai makam
wakaf Kebalen VII yang sudah berusia ratusan tahun dan pada lokasi tersebut
sudah ribuan bahkan puluh ribu jenazah dimakamkan dan jika dilihat dengan
luasnya lokasi yang hanya 4776 M2, maka tidak mustahil banyak makam yang
telah dimakamkan dalam satu lubang secara bertumpuk dan dalam kenyataannya
dari proses penggalian kerangka tersebut juga ditemui dalam satu lubang ada
terdapat beberapa kerangka, padahal yang diangkat hanya satu kerangka yaitu
mayat yang dimakamkan terakhir pada tanah atau lubang tersebut. Berdasarkan
uraian tersebut, maka bagaimana kita bisa mempertanggungjawabkan kerangka
yang menumpuk tersebut, apakah telah bisa dikatakan bahwa pembongkaran
kuburan telah selesai ;
d. Bahwa selain makam yang telah bertumpuk, terdapat pula para alim ulama dan
guru-guru agama dan para pejuang perintis kemerdekaan, dan juga terdapat
makam yang telah berusia kurang lebih 180 tahun ;
e. Bahwa adapun orang yang pernah mengurus tanah makam antara lain adalah
(1) Almarhum H. Sihun alias H. Sobhun bin Zaidun (pewakif), (2)
almarhum H. Bai bin H. Sihun bin Zaidun (3) almarhum H. A. Nadir bin H.
Sihun bin Zaidun, (4) almarhum Royani bin H. Sihun bin Zaidun (kong
Kontet) tahun 1945-1955, (5) almarhum H. Madam bin H. Siun bin Zaidun,
(6) almarhum Waini bin Royani bin H. Siun bin Zaidun tahun 1955-1963,
(7) Sdr. Rohmani bin Royani bin H. Siun bin Zaidun tahun 1975-1990 dan
terakhir (8) Sdr. Mulloh bin Royani bin H. Siun bin Zaidun tahum 1990
hingga sekarang (hal inipun terjadi karena Tergugat mengambil alih
kepengurusan dari saudara Rohmani bin Royani bin H. Sihun bin Zaidun
secara paksa), dimana saat ini Tergugat telah memobilisasi pembongkaran
kuburan, membiayai proses pengangkatan kerangka dengan pemberian
kompensasi sebesar Rp. 2.000.000.- (dua juta rupiah) untuk 1 (satu)
kerangka mayat ;
f. Bahwa apabila melihat secara objektif tentang kehidupan saudara Mulloh bin
Royani bin Siun bin Zaidun secara pribadi sebelum peristiwa ini terjadi
dapat digolongkan sebagai orang dan/atau warga yang berkehidupan pas-
pasan saja, kalau tidak mau dikatakan miskin, tetapi nyatanya hari ini
saudara Mullah bin Royani bin H. Siun bin Zaidun mampu membiayai
pembongkaran kuburan dengan konpensasi Rp. 2.000.000,- (dua juta
rupiah) bagi setiap kerangka dan sampai saat ini kerangka telah terangkat
kurang lebih 1000 (seribu) kerangka, dengan demikian dana yang telah
dikeluarkan Mullah bin Royani bin H. Siun bin Zaidun sebesar Rp.
2.000.000.000,- (dua milyar rupiah), bayangkan dari mana. Tergugat
memperoleh dana tersebut karena secara kenyataan akal sehat, Tergugat
tidak memiliki dana sebesar itu, kecuali dukungan pihak ketiga ;
- Bahwa sejak Tergugat saudara Mulloh bin Royani bin H. Siun' bin Zaidun
menjadi pengurus tanah makam wakaf Kebalen VII, telah menetapkan tarif
pembayaran kepada setiap warga masyarakat yang akan memakamkan
keluarganya dengan tarif sebagai berikut:
a. Bagi masyarakat Betawi asli Rp. 800. 000,- setiap mayat ;
b. Bagi masyarakat pendatang alias bukan masyarakat Betawi Rp. 1.000.000;
c. Biaya administrasi dan kebersihan Rp. 5.000,- per-makam per-bulan;
Dan untuk diketahui cara ini pada saat sebelumnya tidak pernah dilakukan
karena mengingat makam tersebut adalah makam wakaf, sehingga pemberian
hanya sekadar upah gali kubur dan sedekah seikhlasnya dari keluarga atau
masyarakat yang telah memakamkan keluarganya kepada pengurus atau pengelola
kuburan untuk keperluan kebersihan dan lain-Iainnya, dengan kata lain bahwa
kebutuhan dan keperluan kuburan dan atau tanah wakaf tersebut ditanggung
bersama-sama oleh masyarakat setempat yang memakamkan keluarganya;
- Bahwa oleh karena tanah makam Kebalen VII berstatus tanah wakaf, maka secara
hukum putus hubungan hukum dari pemberi wakaf dengan tanah yang
diwakafkan dan tentunya telah menjadi milik umat Islam (Pasal 3 Undang-undang
Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf) , maka setiap perbuatan hukum yang
bertentangan dengan Undang-undang tersebut, adalah batal demi hukum, artinya
terhadap tanah makam wakaf aquo sangat tidak dibenarkan melakukan tindakan-
tindakan yang bertentangan dengan hukum wakaf ataupun Undang-undang lain
yang mendukung dan berlaku ; :
- Bahwa Tergugat (Mulloh bin Royani bin Zaidun) yang memposisikan dirinya
selaku pengurus (yang mengelola, mengurus, merawat serta menjaga baik secara
fisik maupun administrasi), pada sekitar akhir tahun 2004 hingga sekarang telah
melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan hukum yang berlaku
(Pasal 40 jo Pasal 42 Undangundang Nomor 41 Tahun 2004;
- Bahwa akibat tindakan-tindakan tersebut di atas pada saat ini kondisi areal tanah
makam wakaf Kebalen VII tersebut sangat mengenaskan karena gersang, tidak
karuan serta timbul keresahan-keresahan di antara, para ahli waris wakif, maupun
para ahli waris kubur yang kuburan keluarganya tidak bersedia dibongkar dan
bahkan warga setempat sangat khawatir penggusuran secara paksa dan mendadak
benar-benar menjadi kenyataan dikemudian hari, bahkan makam wakaf Kebalen
VII merupakan sarana satu-satunya bagi masyarakat Kebalen VII dan sekitarnya
yang pada saat ini ada yang telah berpindah ke daerah-daerah lain di luar kota
Jakarta, seperti Bekasi, Bogor, Depok, Tangerang, dimana posisi makam Kebalen
VII sangat strategis dan berfungsi sebagai tempat untuk bersilaturahmi bagi
keluarga, warga Kebalen VII dan sekitarnya yang biasa dilakukan dalam bentuk
ziarah bersama menjelang bulan suci Ramadhan, pada hari kedua Idul Fitri (yang
dikenal dengan hari kubur) setiap tahunnya;
- Bahwa untuk menghindari dan atau mencegah kerugian yang lebih besar lagi di
kemudian hari dan di mana penggalian kuburan pernah terjadi salah bongkar
(salah sasaran/objek) yang juga dapat dianggap sebagai modus operandi (dalam
rangka membongkar kuburan-kuburan dari masyarakat yang mempertahankan
tanah wakaf tersebut dan tidak bersedia makam keluarganya dibongkar), maka
para Penggugat mohon kiranya Majelis Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan
berkenan melarang semua pihak (pihak Tergugat, Penggugat maupun pihak
ketiga) untuk melakukan tindakan-tindakan dalam bentuk apapun sepanjang
menyangkut tanah makam Kebalen VII, hingga putusan perkara ini mempunyai
kekuatan hukum tetap;
- Bahwa para Penggugat sangat mengkhawatirkan akan tindakan Tergugat yang
berusaha mengalihkan tanah makam, wakaf kebalen VII tersebut kepada pihak
ketiga, oleh karena itu para Penggugat juga memohon pada Majelis Hakim
berkenan meletakan sita jaminan (conservatoir beslag), atas objek perkara yakni
sebidang tanah makam wakaf Kebalen VII seluas kurang lebih 4.776 M2 yang
terletak dan berada di jalan Kebalen VII Kampung Pecandran Kelurahan Senayan
Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan;
- Bahwa berdasarkan petunjuk-petunjuk saksi-saksi hidup maupun bukti- bukti
surat serta secara defakto yaitu sejak sekitar tahun 1616 (pada jaman penjajah
Belanda) hingga saat ini, tanah objek sengketa telah dipergunakan sebagai
fasilitas pemakaman umum umat Islam secara terus menerus hingga saat sekarang
ini, maka sudah sepatutnya Majelis Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan
berkenan menyatakan menurut hukum bahwa tanah sengketa adalah makam yang
berstatus wakaf dengan segala akibat hukumnya (Pasal 3 Undang-Undang Nomor
41 tahun 2004 Tentang Wakaf) ;
PETITUM PENGGUGAT :
Dalam pokok perkara. :
1. Menyatakan menerima dan mengabulkan gugatan para Penggugat untuk
seluruhnya ;
2. Menyatakan menurut hukum bahwa tanah pemakaman Kebalen VII, seluas
4776 M2 yang terletak di Jalan Kebalen VII Kampung Pecandran Kelurahan
Senayan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan yang diwakafkan oleh
alm. H. Solihun alias Siun bin Zaidun, alm. H. Toha bin Rosyidi, alm.
Mayasin bin H. Ba'i dan alm. H. Marzuki bin Aidi serta H. Arif Rachman bin
H. Ishak adalah sah sebagai tanah wakaf dan para pewakif adalah pewakif
yang sah ;
3. Menyatakan menurut hukum memerintahkan kepada Kantor Urusan Agama
Kebayoran baru, Jakarta Selatan sebagai lembaga yang berwenang untuk
tindakan pendaftaran dan menerbitkan Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf
(APAIW) atas tanah wakaf Kebalen VII tersebut dengan segala akibat
hukumnya;
4. Menyatakan menurut hukum, bahwa Tergugat sebagai pengurus telah lalai
dalam melakukan, kewajibannya dan mencabut hak kepengurusannya
atas tanah makam wakaf Kebalen VII tersebut.
5. Menghukum Tergugat ataupun gugatan ataupun pihak ketiga lainnya untuk
segera mengosongkan tanah makam tersebut dan menyerahkan kepada para
Penggugat.
6. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan (conservatoir beslag) terhadap
tanah makam wakaf Kebalen VII, seluas 4.766 M2 yang terletak di jalan
Kebalen VII Kampung Pecandran Kelurahan Senayan, Kecamatan Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan;
7. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara yang timbul ;
Atau apabila Pengadilan Agama Jakarta Selatan berpendapat lain mohon putusan yang
seadil-adilnya (ex aequo et bono); .
Dalam Provisi :
- Menolak tuntutan provisi para Penggugat ;
Dalam Eksepsi :
- Menolak tuntutan eksepsi Tergugat ;
- Menyatakan bahwa Pengadilan Agama Jakarta Selatan berwenang mengadili
perkara ini ;
Dalam Pokok Perkara :
- Menolak gugatan para Penggugat untuk seluruhnya ;
- Memerintahkan para Penggugat untuk membayar biaya perkara ini sebesar
Rp. 405.000,- (empat ratus lima ribu rupiah) ;
- Bahwa dalam perkara i.c. obyek sengketanya adalah tanah, maka yang menjadi
rujukan sebagai dasar hukum seharusnya peraturan perundang-undangan tentang
tanah yakni Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria dan
peraturan pelaksanaannya serta Undang-Undang Nomor : 41 Tahun 2004 tentang
wakaf. Oleh karenanya tidak tepat bila yang menjadi dasar pemilikan dan
perwakafan hanya berupa sejarah dan bukti surat yang tidak otentik. Bahwa dalam
perkara i.c. Para Pengguga V Termohon Kasasi sama sekali tidak mampu
menunjukkan bukti-bukti kepemilikan atas obyek yang berasal dari orang tua atau
keluarganya, kemudian diserahkan sebagai tanah wakaf sebagaimana diatur dalam
Pasal 15 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 menegaskan bahwa harta bend a
wakaf hanya dapat diwakafkan apabila dimiliki dan dikuasai oleh wakif secara sah.
Bahwa bukti-bukti yang diajukan para PenggugaVTermohon Kasasi bukan bukti
yang otentik dan saksi-saksi adalah saksi Testimonium De Auditu, sebaliknya
bukti surat maupun saksi-saksi Tergugat Pemohon Kasasi (bukti T1, 3, 4, 5 dan 6)
adalah fakta hukum, dan telah dibuktikan pada persidangan tingkat pertama,
sedangkan Penggugat sama sekali tidak memiliki bukti untuk mengukuhkan dalil
gugatannya. Bahwa untuk menentukan suatu pemakaman yang karena faktor
sejarah dan faktor kebudayaan, haruslah menempuh prosedur hukum sebagaimana
diatur didalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1987 Tentang Penyediaan
Penggunaan Tanah untuk Tempat Pemakaman Pasal 1 huruf e yang berbunyi:
"Tempat Pemakaman Khusus adalah areal tanah yang digunakan untuk tempat
pemakaman yang karena faktor sejarah dan faktor kebudayaan mempunyai arti
khusus". Demikian juga untuk dapat diakui sebagai suatu tempat Pemakaman
Umum diatur di dalam Pasal 1 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1987
yang berbunyi : "Tempat Pemakaman Umum· adalah areal tanah yang disediakan
untuk keperluan pemakaman jenazah bagi setiap orang tanpa membedakan agama
dan golongan, yang pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah Tk. II atau
Pemerintah Desa". Kedua bentuk pemakaman tersebut diatas harus berpedoman
kepada bunyi pasal-pasal dalam Peraturan Pemerintah tersebut, oleh karenanya
pendirian Judex Facti tidak dapat dipertahankan dan harus dibatalkan ;
- Bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, dengan tidak perlu mempertimbangkan
alasan kasasi lainnya, menurut pendapat Mahkamah Agung terdapat cukup alasan
untuk mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : MULLOH bin
ROYANI dan membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Agama Jakarta Nomor :
38/Pdt.G/2007/PTAJK. tanggal 24 Mei 2007 M. bertepatan dengan tanggal 7 Jumadil
Ula 1427 H. yang membatalkan putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Nomor :
311/Pdt.G/2006/PAJS. tanggal 16 Oktober 2006 M. bertepatan dengan tanggal 23
Sya'ban 1427 H. serta Mahkamah Agung mengadili sendiri perkara ini dengan
mengambil alih pertimbangan putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang
dianggap sudah tepat dan benar sebagai pertimbangan sendiri yang amar putusannya
sebagaimana yang akan disebutkan dibawah ini ;
MENGADILI: