You are on page 1of 5

KESEHATAN DAN KESELAMATAN

KERJA
• View
• clicks

Posted November 21st, 2008 by dani_boy

• Hukum Indonesia

Rabu, 24 Mei 2006

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Diabaikan


Bandung, Kompas - Penyediaan fasilitas kesehatan dan keselamatan kerja belum
dipahami pengusaha atau pemilik pabrik, bahkan oleh pekerja. Padahal, sarana dan
prasarana itu mampu memperpanjang usia kerja para karyawan perusahaan.
Kepala Balai Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes) dan Keselamatan
Kerja Bandung Ferry Benson mengatakan, kesadaran pengusaha di Jawa Barat
menyediakan fasilitas kesehatan dan keselamatan untuk karyawannya relatif rendah.
"Kesadaran perusahaan menjamin kesehatan dan keselamatan karyawan masih kecil.
Yang sudah ada kebanyakan karena tuntutan buyer, terutama luar negeri," ujar Ferry,
Selasa (23/5) di Bandung.
Penyebab lain, belum diperhatikannya kesehatan dan keselamatan di lingkungan kerja,
karena biaya peralatan perlindungan diri yang harus disediakan relatif mahal. Misalnya,
alat penutup telinga harganya Rp 600.000 per unit. Secara ekonomis biaya yang harus
ditanggung perusahaan kian besar.
Salah satu bukti ketidakpedulian pekerja terhadap kesehatan dan keselamatan mereka,
kata Ferry, buruh pabrik tidak pernah meneriakkan jaminan kesehatan dan keselamatan
kerja.
Diakui Waras Warsito, Wakil Ketua Serikat Pekerja Nasional (SPN) Jabar, kurang
adanya kesadaran keselamatan dan kesehatan di lingkungan kerja. Pengusaha sering
melanggar standar yang telah ditetapkan petugas pengawas Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, sedangkan pekerja malas menggunakan alat perlindungan diri yang sudah
disiapkan.

Sumber : http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0605/24/Jabar/2336.htm
PEMBAHASAN
Jika seorang buruh ditanyakan mengenai berbagai masalah keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) jawaban yang umum di lontarkan adalah mereka tidak begitu mengetahui
masalah satu ini walaupun sekilas pernah mendengarnya. Artinya, persoalan K3 bagi
buruh ditempatkan jauh dibawah persoalan seperti upah rendah serta hak-hak lainnya.
Masalah K3 yang termasuk dalam suatu sistem perusahaan terkadang terlupakan oleh
para pekerja sendiri yang sebenarnya merupakan objek dan subjek persoalan.
Pada dasarnya, tujuan K3, antara lain sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan
pekerja yang setinggi-tingginya dan sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan
penyakit dan kecelakaan-kecelakaan akibat kerja. Tujuan lainnya adalah sebagai alat
untuk mempertinggi produktivitas pekerja.
Gangguan-gangguan pada kesehatan dan daya kerja akibat berbagai faktor dalam
pekerjaan bisa di hindari. Dengan syarat buruh dan pihak pengelola perusahaan
melakukan tindakan antisipasi terhadap resiko kecelakaan kerja. Perundangan tidak akan
ada faedahnya, apalagi pemimpin perusahaan atau industri tidak melaksanakan ketetapan-
ketetapan perundangan itu.
Untuk mencegah gangguan kesehatan dan daya kerja, ada beberapa usaha yang dapat
dilakukan agar para buruh tetap produktif dan mendapatkan jaminan perlindungan
keselamatan kerja, yaitu pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan
berkala, yaitu untuk evaluasi dan pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kepada
para buruh.
Hal lainnya adalah penyuluhan sebelum bekerja agar mereka mengetahui dan mentaati
peraturan dan lebih berhati-hati. K3 bukan tanggung jawab pemerintah dan pengusaha
saja, tapi kewajiban bersama antar pemerintah, pengusaha, pekerja dan masyarakat.
KESIMPULAN
Secara faktual ditemukan masih rendahnya pemahaman berbagai pihak yang terkait
dalam bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Indonesia, pada artikel yang terdapat
dalam makalah ini dapat dilakukan beberapa tindakan terkait dengan permasalahan
tersebut, yaitu :
a. Perlu ditetapkan bentuk perlindungan bagi karyawan dalam menghadapi kejadian
kecelakaan kerja. kesadaran karyawan tentang keselamatan kerja dan tanggung jawab
perusahaan dan karyawan sehingga perusahaan memiliki tingkat perlindungan yang
dibutuhkan.
b. Pihak manajemen menentukan apakah peraturan tentang keselamatan kerja bersifat
formal ataukah informal. Secara formal dimaksudkan setiap aturan dinyatakan secara
tertulis, dilaksanakan dan dikontrol sesuai dengan aturan. Sementara secara informal
dinyatakan tidak tertulis atau konvensi dan dilakukan melalui pelatihan dan kesepakatan-
kesepakatan.
c. Tindakan proaktif dan reaktif dalam pengembangan prosedur dan rencana tentang
keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Proaktif berarti perbaikan terus menerus
prosedur dan rencana sesuai kebutuhan perusahaan dan karyawan. Sementara reaktif,
usaha untuk segera mengatasi masalah keselamatan dan kesehatan kerja setelah suatu
kejadian timbul.
d. Pihak manajemen dapat menggunakan tingkat derajat keselamatan dan kesehatan kerja
yang rendah sebagai faktor promosi perusahaan ke khalayak luas. Artinya perusahaan
sangat peduli dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
Untuk menerapkan strategi di atas terdapat beberapa pendekatan sistematis yang
dilakukan secara terintegrasi agar program kesehatan dan keselamatan kerja dapat
berjalan efektif di dalam perusahaan terkait, yaitu :
a. Pendekatan Keorganisasian
b. Pendekatan Teknis
c. Pendekatan Individu
DAFTAR PUSTAKA
Imam Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, Cet. 13,
Jakarta: Djambatan 2003.

Helena Poerwanto, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja.


Depok: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia 2005.

Silalahi, B. N. B. 1991. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.


PT Pustaka Binaman Presindo. Jakarta.

Suma’mur PK. 1993. Hygiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Cetakan ke-9.
CV Haji Hasagung. Jakarta.

Perilaku Kerja Aman Melalui Pendekatan Psikologi

Melihat prioritas utama dalam menangani kecelakaan kerja adalah manusia, maka
usaha yang paling tepat dilakukan adalah bagaimana membuat manusia berdisiplin
dan sadar akan bahaya kecelakaan.
Untuk mengetahui perilaku manusia dalam bekerja maka perlu dilakukan analisa
psikologi. Analisa yang dilakukan dengan melihat pekerja dalam bekerja dari segi
pikiran, perasaan dan tidakan yang merupakan pembentuk perilaku.

Pembangkitan sisi pikiran pekerja


Faktor pikiran berisi tentang keyakinan seseoarang mengenai apa yang berlaku.
Sekali kepercayaan telah terbentuk, maka keyakinan tersebut akan menjadi dasar
pertimbangan seseorang mengenai perbuatan yang akan dilakukan. Keyakinan
sendiri terbentuk dari informasi yang didapat seseorang. Bisa saja pekerja
berperilaku tidak aman karena tidak mengerti bagaimana cara berperilaku aman.
Oleh karena itu dalam komponen ini direncanakan program untuk meningkatkan
pengetahuan pekerja tentang keselamatan kerja, yaitu dengan pelatihan singkat,
simulasi, dan workshop sesuai analisa kebutuhan pelatihan.

Pembangkitan sisi perasaan pekerja


Usaha selanjutnya dalam pendekatan persuasi dalam peningkatan keselamatan kerja
adalah berusaha mengubah reaksi emosional pekerja. Faktor yang paling berperan
disini adalah pembangkitan sisi perasaan dari pekerja untuk berperilaku disiplin
dalam bekerja.
Pada dasarnya pekerja tahu cara berperilaku yang aman, namun karena berbagai hal
seperti menghemat waktu, menghemat usaha, merasa lebih nyaman, dan menarik
perhatian membuat pekerja menomorduakan keselamatan. Untuk mengubah
pemahaman pekerja ini diperlukan program-program antara lain :
a. Kampanye dan Sosialisasi Keselamatan Kerja
b. Publikasi Data Kecelakaan Kerja

Pembangkitan Sisi Tindakan


Yaitu perilaku atau kebiasaan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek
lain yang ada disekitar lingkungannya. Ketika lingkungan sekitarnya tidak nyaman
atau mendorong kearah negatif (negatif reonforcement) maka kecenderungan
perilaku manusia tersebut juga ke arah negatif. Jadi untuk mempengaruhi perilaku
seseorang juga harus merubah lingkungan fisiknya.

Perilaku tidak aman juga sering dipicu oleh adanya pengawas atau manajemen yang
tidak peduli dengan keselamatan kerja. Pihak manajemen ini secara tidak langsung
memotivasi para pekerja untuk mengambil jalan pintas, mengabaikan bahwa
perilakunya berbahaya demi kepentingan tercapainya target produksi.
Perilaku tidak aman juga bisa dipicu oleh tidak tersedianya Alat Pelindung Diri di
lokasi kerja. Karena tuntutan deadline pekerjaan, sehingga tanpa alat pelindung diri
pekerja terpaksa melakukan pekerjaan yang berpotensi bahaya. Jika hal ini dibiarkan
maka akan menjadi kebiasaan dalam bekerja.
Memberikan Reward terhadap pekerja yang selalu berperilaku aman dan sebaliknya
Punishment di berikan kepada pekerja yang berperilaku tidak aman.

Daftar Pekerjaan Paling Berbahaya


Submitted by BackFire on Sat, 01/11/2008 - 19:34.

Bersyukurlah jika setiap harinya Anda bekerja di ruangan adem sambil menghadapi layar
komputer. Karena di luar sana, jutaan orang harus mempertaruhkan nyawanya setiap hari
saat mengais rejeki.

Pekerja-pekerja di bidang pertambangan, konstruksi serta agrikultur dicatat oleh


Lembaga Statistik Buruh di bawah Departemen Tenaga Kerja AS, sebagai bidang
pekerjaan yang paling membahayakan.

Dalam catatan mereka pada tahun 2006, per 100.000 pekerja ada 29,6 kecelakaan fatal
yang dialami pekerja agrikultur dan 27,8 kecelakaan kerja di bidang pertambangan.
Namun dari seluruh kejadian kecelakaan kerja, hampir setengahnya terjadi di bidang
konstruksi, transportasi, serta pemindahan barang.

Data di Indonesia mungkin memang tidak sama dengan di Amerika, tetapi paling tidak
bidang pekerjaan yang disebutkan oleh statistik tersebut juga ada di sini. Terlebih, standar
keselamatan kerja di sini lebih rendah.

Berikut daftar pekerjaan paling berbahaya menurut Departemen Tenaga Kerja AS:

1. Nelayan dan pekerja di bidang pekerjaan yang terkait dengan penangkapan ikan
Kecelakaan kerja (per 100.000 pekerja): 141,7
Angka kematian: 51
Gaji per tahun: 19.104 dollar AS

2. Pilot pesawat dan mekanik pesawat


Kecelakaan kerja (per 100.000 pekerja): 87,8
Angka kematian: 101
Gaji per tahun: 129.250 dollar AS

3. Penebang kayu
Kecelakaan kerja (per 100.000 pekerja): 82,1
Angka kematian: 64
Gaji per tahun: 22.320 dollar AS

4. Pekerja di bidang baja dan pertambangan


Kecelakaan kerja (per 100.000 pekerja): 61
Angka kematian: 36
Gaji per tahun: 39.168 dollar AS

5. Pengumpul barang bekas


Kecelakaan kerja (per 100.000 pekerja): 41,8
Angka kematian: 38
Gaji per tahun: 23.770 dollar AS

6. Petani dan Peternak


Kecelakaan kerja (per 100.000 pekerja): 37,1
Angka kematian: 291
Gaji per tahun: 15.603 dollar AS

7. Bidang kelistrikan
Kecelakaan kerja (per 100.000 pekerja): 34,9
Angka kematian: 38
Gaji per tahun: 45.331 dollar AS

8. Pekerja atap
Kecelakaan kerja (per 100.000 pekerja): 33,9
Angka kematian: 82
Gaji per tahun: 28.474 dollar AS

9. Sopir
Kecelakaan kerja (per 100.000 pekerja): 27,1
Angka kematian: 158
Gaji per tahun: 24.140 dollar AS

You might also like