You are on page 1of 15

1

Sesi 4 - PRINSIP DASAR


1

PRINSIP DASAR

4.1 Pendahuluan
Ilmu statika pada dasarnya merupakan pengembangan dari ilmu fisika, yang
menjelaskan kejadian alam sehari-hari, yang berkaitan dengan gaya-gaya yang
bekerja. Insinyur sipil dalam hal ini bekerja pada bidang perencanaan, pelaksanaan
dan perawatan atau perbaikan konstruksi bangunan sipil.

Fungsi utama bangunan sipil adalah mendukung gaya-gaya yang berasal dari
beban-beban yang dipikul oleh bangunan tersebut. Sebagai contoh adalah beban
lalu lintas kendaraan pada jembatan/jalan, beban akibat timbunan tanah pada
dinding penahan tanah (retaining wall), beban air waduk pada bendung, beban hidup
pada lantai bangunan
gedung, dan lain sebagainya.

Gambar 4.1 Model beban lalu lintas pada jembatan.

Gambar 4.2 Dinding penahan tanah (retaining wall).

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT


STATIKA 1
2
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
2

Oleh karena itu, penguasaan ilmu statika sangat penting dan membantu insinyur sipil
dalam kaitannya dengan perencanaan suatu struktur.

4.1.1 Gaya

Gaya adalah sesuatu yang menyebabkan deformasi pada suatu struktur. Gaya
mempunyai besaran dan arah, digambarkan dalam bentuk vector yang arahnya
ditunjukkan dengan anak-panah, sedangkan panjang vektor digunakan untuk
menunjukkan besarannya (Gambar 4.3).

Gambar 4.3 Vektor

Garis disepanjang gaya tersebut bekerja dinamakan garis kerja gaya. Titik tangkap
gaya yang bekerja pada suatu benda yang sempurna padatnya, dapat dipindahkan
di sepanjang garis kerja gaya tersebut tanpa mempengaruhi kinerja dari gaya
tersebut. Apabila terdapat bermacam-macam gaya bekerja pada suatu benda, maka
gaya-gaya tersebut dapat digantikan oleh satu gaya yang memberi pengaruh sama
seperti yang dihasilkan dari bermacam-macam gaya tersebut, yang disebut sebagai
resultan gaya.

4.1.2 Vektor Resultan

Sejumlah gaya yang bekerja pada suatu struktur dapat direduksi menjadi satu
resultan gaya, maka konsep ini dapat membantu di dalam menyederhanakan
permasalahan. Menghitung resultan gaya tergantung dari jumlah dan arah dari
gayagaya tersebut.

Beberapa cara/metode untuk menghitung/mencari resultan gaya, yaitu antara lain :

1. Metode penjumlahan dan pengurangan vektor gaya.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT


STATIKA 1
3
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
3

4. Metode segitiga dan segi-banyak vektor gaya.


3. Metode proyeksi vektor gaya.

1. Metode penjumlahan dan pengurangan vektor gaya


Metode ini menggunakan konsep bahwa dua gaya atau lebih yang terdapat pada
garis kerja gaya yang sama (segaris) dapat langsung dijumlahkan (jira arah
sama/searah) atau dikurangkan (jika arahnya berlawanan).

Gambar 4.4 Penjumlahan vektor searah dan segaris menjadi resultan gaya R.

4. Metode segitiga dan segi-banyak vektor gaya


Metode ini menggunakan konsep, jika gaya-gaya yang bekerja tidak segaris, maka
dapat digunakan cara Paralellogram dan Segitiga Gaya. Metode tersebut cocok jika
gaya-gayanya tidak banyak.

Gambar 4.5 Resultan dua vektor gaya yang tidak segaris.

Namur jika terdapat lebih dari dua gaya, maka harus disusun suatu segibanyak
(poligon) gaya. Gaya-gaya kemudian disusun secara berturutan, mengikuti arah
jarum jam.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT


STATIKA 1
4
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
4

Gambar 4.6 Resultan dari beberapa vektor gaya yang tidak searah.

Jika telah terbentuk segi-banyak tertutup, maka penyelesaiannya adalah tidak ada
resultan gaya atau resultan gaya sama dengan nol. Namun jika terbentuk segi-
banyak tidak tertutup, maka garis penutupnya adalah resultan gaya.

3. Metode proyeksi vektor gaya


Metode proyeksi menggunakan konsep bahwa proyeksi resultan dari dua buah
vektor gaya pada setiap sumbu adalah sama dengan jumlah aljabar proyeksi
masing-masing komponennya pada sumbu yang sama. Sebagai contoh dapat dilihat
pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Proyeksi Sumbu.

Xi dan X adalah masing-masing proyeksi gaya Fi dan R terhadap sumbu x.


sedangkan Yi dan Y adalah masing-masing proyeksi gaya Fi dan R terhadap sumbu
y. dimana

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT


STATIKA 1
5
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
5

Dengan demikian metode tersebut sebenarnya tidak terbatas untuk dua buah vektor
gaya, tetapi bisa lebih. Jika hanya diketahui vektor-vektor gaya dan akan dicari
resultan gaya,
maka dengan mengetahui jumlah kumulatif dari komponen proyeksi sumbu, yaitu X
dan Y, maka dengan rumus pitagoras dapat dicari nilai resultan gaya (R). dimana

Sebagai penjelasan lebih lanjut, dapat dilihat beberapa contoh soal dengan disertai
ilustrasi Gambar 4.8.

Contoh pertama, diketahui suatu benda dengan gaya-gaya seperti terlihat pada
Gambar 8 sebagai berikut.
Ditanyakan : Tentukan besar dan arah resultan gaya dari empat gaya tarik pada besi
ring.

Gambar 4.8 Contoh soal pertama.

Contoh kedua, diketahui dua orang seperti terlihat pada Gambar 9, sedang
berusaha memindahkan bongkahan batu besar dengan cara tarik dan ungkit.
Ditanyakan : tentukan besar dan arah gaya resultan yang bekerja pada titik bongkah
batu akibat kerja dua orang tersebut.

Penyelesaian :

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT


STATIKA 1
6
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
6

Gambar 4.9 Contoh soal kedua.

4.1.3 Momen

Gaya yang beraksi pada suatu massa kaku, secara umum selain menyebabkan
deformasi, ternyata juga menyebabkan rotasi (massa tersebut berputar terhadap
suatu titik sumbu tertentu). Posisi vektor gaya yang menyebabkan perputaran
terhadap suatu titik sumbu tertentu tersebut disebut sebagai momen.

Gambar 4.10 Model struktur kantilever.

Pada gambar 4.10 dapat kita lihat bahwa akibat beban terpusat (lampu gantung dan
penutup) yang bekerja pada titik B, maka akan timbul momen pada titik A.

Pada kasus tertentu, akibat adanya momen untuk suatu beban yang memiliki
eksentrisitas, akan menimbulkan suatu putaran yang disebut dengan torsi atau
puntir. Ilustrasi mengenai torsi atau punter sebagai contoh adalah pada sebuah pipa,
seperti terlihat pada Gambar 4.11, Gambar 4.12, dan Gambar 4.13.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT


STATIKA 1
7
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
7

Jika momen tersebut berputar pada sumbu aksial dari suatu batang (misal pipa)
maka namanya adalah torsi atau puntir.

Gambar 4.11 Torsi Terhadap Sumbu Z.

Dari ilustrasi seperti terlihat pada Gambar 4.11 dapat dilihat bahwa torsi terhadap
sumbu-z akan menyebabkan puntir pada pipa. Besarnya momen ditentukan oleh
besarnya gaya F dan lengan momen (jarak tegak lurus gaya terhadap titik putar yang
ditinjau).

Gambar 4.12 Momen Terhadap Sumbu X.

Dari ilustrasi seperti terlihat pada Gambar 4.12 dapat dilihat bahwa momen terhadap
sumbu-z akan menyebabkan bending pada pipa.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT


STATIKA 1
8
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
8

Gambar 4.13 Gaya menuju sumbu (konkuren)

Gaya yang menuju suatu sumbu disebut sebagai konkuren, tidak akan menimbulkan
momen pada sumbu-z. Perilaku momen pada batang kantilever dapat terjadi dalam
beberapa konfigurasi.

4.1.4 Soal latihan dan pembahasan


Berikut ini terdapat tiga contoh soal latihan beserta pembahasan untuk menghitung
momen.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT


STATIKA 1
9
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
9

4.2 Keseimbangan Benda Tegar

Suatu benda berada dalam keseimbangan apabila sistem gaya-gaya yang bekerja
pada benda tersebut tidak menyebabkan translasi maupun rotasi pada benda
tersebut.

Keseimbangan akan terjadi pada sistem gaya konkuren yang bekerja pada titik atau
partikel, apabila resultan sistem gaya konkuren tersebut sama dengan nol. Apabila
sistem gaya tak konkuren bekerja pada suatu benda tegar, makaakan terjadi
kemungkinan untuk mengalami translasi dan rotasi.

Oleh karena itu, agar benda tegar mengalami keseimbangan, translasi dan rotasi
tersebut harus dihilangkan. Untuk mencegah translasi, maka resultan sistem gaya-
gaya yang bekerja haruslah sama dengan nol, dan untuk mencegah rotasi, maka
jumlah momen yang dihasilkan oleh resultan oleh semua gaya yang bekerja haruslah
sama dengan nol.

Sebagai ilustrasi, dapat dilihat Gambar 4.14 mengenai gaya dan momen pada
sumbu-x, sumbu-y dan sumbu-z.

di mana F adalah gaya dan M adalah momen.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT


STATIKA 1
10
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
10

Gambar 4.14 Gaya dan Momen pada tiga sumbu.

4.3. Gaya dan Momen Eksternal dan Internal

Gaya dan momen yang bekerja pada suatu benda dapat berupa eksternal dan
internal. Gaya dan momen eksternal, sebagai contoh adalah berat sendiri struktur.
Gaya dan momen internal adalah gaya dan momen yang timbul di dalam struktur
sebagai respons terhadap gaya eksternal yang ada, sebagai contoh hádala gaya
tarik yang timbal di dalam batang.

4.3.1. Gaya dan Momen Eksternal

Gaya dan momen yang bekerja pada suatu benda tegar dapat dibagi ke dalam dua
jenis utama, yaitu gaya yang bekerja langsung pada struktur dan gaya yang timbul
akibat adanya aksi.

Sesuai dengan hukum ketiga Newton bahwa apabila ada suatu aksi maka akan ada
reaksi yang besarnya sama dan arahnya berlawanan.

4.3.4. Gaya dan Momen Internal

Gaya dan momen internal timbul di dalam struktur sebagai akibat adanya sistem
gaya eksternal yang bekerja pada struktur dan berlaku bersamasama secara umum
mempertahankan keseimbangan struktur.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT


STATIKA 1
11
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
11

4.3.3. Idealisasi Struktur

Beberapa langkah penyelesaian struktur dengan gaya yang bekerja dapat dilakukan.
Salah satu cara adalah dengan melakukan idealisasi.

Gambar 4.15 Idealisasi struktur jembatan rangka batang.

Gambar 4.15 (a) memperlihatkan suatu jembatan rangka batang. Idealisasi struktur
dapat dilakukan dengan memodelkan menjadi rangka batang dua dimensi seperti
terlihat pada gambar 4.15 (b).

Gambar 4.16 Idealisasi struktur jembatan.

Gambar 4.16 (a) memperlihatkan suatu jembatan, dan gambar 4.16 (b) merupakan
idealisasi menjadi pemodelan balok diatas tumpuan sendi-rol di ujung-ujungnya,
dengan beban merata bekerja di sepanjang balok.

(a). Aktual struktur. (b). Idealisasi struktur.


Gambar 4.17 Idealisasi balok kantilever.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT


STATIKA 1
12
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
12

Gambar 4.17 (a) memperlihatkan suatu balok kantilever baja, dan gambar 4.17 (b)
merupakan idealisasi pemodelan balok kantilever dengan tumpuan jepit-bebas pada
ujung-ujungnya.
Model beban adalah beban merata (W) di sepanjang bentang dan beban terpusat
(P) di ujung bebas.

4.4. Kondisi Tumpuan

Sifat gaya-gaya reaksi yang timbul pada suatu benda yang dibebani bergantung
pada bagaimana benda tersebut ditumpu atau dihubungkan dengan benda lain.
Hubungan antar jenis kondisi tumpuan/perletakan yang ada dan jenis gaya-gaya
reaksi yang timbul, dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Jenis kondisi tumpuan : model-model idealisasi.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT


STATIKA 1
13
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
13

4.5. Pemodelan Struktur

Untuk menetapkan kriteria yang digunakan sebagai ukuran untuk menentukan


apakah suatu struktur dapat diterima atau tidak, diperlukan suatu pemodelan
struktur. Dalam pemodelan struktur, diperlukan suatu analisis dan desain. Kriteria-
kriteria tersebut antara lain yaitu :

1. Kemampuan Layan (Serviceability)


Struktur harus mampu memikul beban secara aman, tanpa kelebihan tegangan pada
material dan mempunyai batas deformasi yang masih dalam daerah yang diijinkan.
Kemampuan struktur memikul beban tanpa mengalami kelebihan tegangan diperoleh
dengan menggunakan factor keamanan dalam desain struktur. Hal ini berkaitan
dengan criteria kekuatan.

Sedangkan deformasi berkaitan dengan kriteria kekakuan struktur. Deformasi


dikontrol dengan memvariasi kekakuan struktur, karena kekakuan bergantung pada
jenis besar dan distribuís bahan pada struktur.

4. Efisiensi
Kriteria ini merupakan tujuan untuk mendapatkan desain struktur yang ekonomis.
ukuran yang biasa digunakan adalah banyaknya materila yang diperlukan untuk
memikul beban yang diberikan pada kondisi dan kendala yang ditentukan.
Penggunaan material yang sama belum tentu memberikan kemampuan layan yang
sama. Bisa terjadi suatu struktur
tertentu akan memerlukan material lebih sedikit dibandingkan struktur yang lain.

3. Konstruksi
Tinjauan konstruksi mempengaruhi pilihan struktural. Bisa saja terjadi suatu
perakitan elemen-elemen struktur akan efisien apabila material mudah dibuat dan
dirakit. Termasuk dalam tinjauan ini adalah meliputi tenaga kerja, jenis dan jumlah
peralatan konstruksi yang diperlukan untuk melaksanakan suatu bangunan.

4. Harga
Harga merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam pemilihan struktur.
Konsep harga tidak dapat lepas dari faktor efisiensi dan konstruksi.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT


STATIKA 1
14
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
14

Harga total suatu struktur bergantung pada banyak dan harga material yang dicapai,
upah buruh dan biaya peralatan yang diperlukan selama masa pelaksanaan suatu
bangunan.

5. Lain-lain
Faktor lain yang berpengaruh, misal tinjauan dari segi arsitektural. Sebagai contoh
adalah penampilan bangunan, tujuan penggunaan bangunan.

Gambar 4.18 memperlihatkan bangunan rumah tinggal. Selain karena tujuan


penggunaan, tinjauan dari segi arsitektural juga sangat penting, terutama untuk
tujuan penampilan bangunan sesuai yang diinginkan.

Gambar 4.19 Bangunan Apartemen.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT


STATIKA 1
15
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
15

Bangunan apartemen, seperti terlihat pada Gambar 4.19 pada umumnya bertingkat
tinggi, dan memiliki bentuk tipikal dari lantai dasar sampai dengan lantai atas.
Beberapa faktor yang mempengaruhi hal ini antara lain karena fungsi apartemen,
yaitu untuk tempat tinggal dengan jumlah unit yang banyak, sedangkan lokasi lahan
terbatas, sehingga untuk efisiensi maka dibuat bangunan tinggi.

Gambar 4.20 Jembatan kabel.

Struktur jembatan kabel (cable-stayed bridge) memiliki keistimewaan, yaitu antara


lain jika ditinjau dari segi struktur, jembatan kabel mempunyai kemampuan untuk
memikul bentang yang sangat panjang, serta apabila ditinjau dari segi arsitektural
jembatan kabel tampak lebih indah dan enak dipandang.
Salah satu contoh jembatan kabel seperti terlihat pada Gambar 4.20, yaitu Jembatan
Kabel Pasupati yang ada di kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT


STATIKA 1

You might also like