Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Padi merupakan bahan makanan pokok bagi rakyat Indonesia. Sebagian masyarakat kita
sumber makanannya dapat berasal dari jagung, sorghum dan sagu. Namun padi lebih
popular, walaupun sekarang harga beras mencapai harga yang sangat tinggi (Rp. 6000,-
sampai 7.000,- per kilogram). Hama dan penyakit pada tanaman padi sangat beragam,
disamping faktor lingkungan (curah hujan, suhu dan musim) yang sangat mempengaruhi
terhadap produksi padi.
Penanganan pasca panen padi merupakan upaya sangat strategis dalam rangka
mendukung peningkatan produksi padi. Konstribusi penanganan pasca panen terhadap
peningkatan produksi padi dapat tercermin dari penurunan kehilangan hasil dan ter-
capainya mutu gabah/ beras sesuai persyaratan mutu.
Dalam penanganan pasca panen padi, salah satu permasalahan yang sering dihadapi
adalah masih kurangnya kesadaran dan pemahaman petani terhadap penanganan pasca
panen yang baik sehingga mengakibatkan masih tingginya kehilangan hasil dan
rendahnya mutu gabah/beras.
II. PROSES PENANGANAN PASCA PANEN PADI
Penanganan pasca panen padi meliputi beberapa tahap kegiatan yaitu penentuan saat
panen, pemanenan, penumpukan sementara di lahan sawah, pengumpulan padi di tempat
perontokan, penundaan perontokan, perontokan, pengangkutan gabah ke rumah petani,
pengeringan gabah, pengemasan dan penyimpanan gabah, penggilingan, pengemasan dan
pe-nyimpanan beras.
A. Penentuan Saat Panen
Penentuan saat panen merupakan tahap awal dari kegiatan penanganan pasca panen
padi. Ketidaktepatan dalam penentuan saat panen dapat mengakibatkan kehilangan hasil
yang tinggi dan mutu gabah/beras yang rendah. Penentuan saat panen dapat dilakukan
berdasarkan pengamatan visual dan pengamatan teoritis.
1) Pengamatan Visual
Pengamatan visual dilakukan dengan cara melihat kenampakan padi pada
hamparan lahan sawah. Berdasarkan kenampakan visual, umur panen optimal padi
dicapai apabila 90 sampai 95 % butir gabah pada malai padi sudah berwarna kuning
atau kuning keemasan. Padi yang dipanen pada kondisi tersebut akan menghasilkan
gabah ber-kualitas baik sehingga menghasil-kan rendemen giling yang tinggi.
2) Pengamatan Teoritis
Pengamatan teoritis dilakukan dengan melihat deskripsi varietas padi dan
mengukur kadar air dengan moisture tester. Berdasar-kan deskripsi varietas padi,
umur panen padi yang tepat adalah 30 sampai 35 hari setelah berbunga merata atau
antara 135 sampai 145 hari setelah tanam. Berdasarkan kadar air, umur panen
optimum dicapai setelah kadar air gabah mencapai 22 – 23 % pada musim kemarau,
dan antara 24 – 26 % pada musim penghujan (Damardjati, 1974; Damardjati et al,
1981).
B. Pemanenan
Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang tepat, menggunakan alat dan
mesin panen yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomi dan ergonomis,
serta menerapkan sistem panen yang tepat. Ketidaktepatan dalam melakukan pemanenan
padi dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan mutu hasil yang rendah.
Pada tahap ini, kehilangan hasil dapat mencapai 9,52 % apabila pemanen padi dilakukan
secara tidak tepat.
1) Padi adalah tanaman yang bernama Oryzae sativa L.
2) Gabah adalah hasil tanaman padi yang telah dilepas dari tangkainya dengan cara
perontokkan, dikering-kan, dan dibersihkan.
3) Gabah Kering Panen (GKP) adalah hasil tanaman padi yang telah dilepas dari
tangkainya dengan cara peron-tokkan, dikeringkan, dan dibersihkan yang memiliki
kadar air maksimum 25 %, butir hampa/kotoran maksimum 10 %, butir kuning/rusak
maksimum 3 %, butir hijau/mengapur maksimum 10 % dan butir merah maksimum 3
%.
4) Gabah Kering Giling (GKG) adalah hasil tanaman padi yang telah dilepas dari
tangkainya dengan cara peron-tokkan, dikeringkan, dan dibersihkan yang memiliki
kadar air maksimum 14 %, butir hampa/kotoran maksimum 3 %, butir kuning/rusak
maksimum 3 %, butir hijau/mengapur maksimum 5 % dan butir merah maksimum 3
%.
5) Beras adalah hasil utama dari proses penggilingan gabah hasil tanaman padi yang
seluruh lapisan sekamnya terkelupas atau sebagian lembaga dan katul telah
dipisahkan.
6) Pasca Panen adalah semua kegiatan mulai dari panen sampai dengan menghasilkan
produk setengah jadi (intermediate product).
7) Produk setengah jadi adalah produk yang tidak mengalami perubahan sifat dan
komposisi kimia.
1) Umur Panen Padi
Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
(a) 90 – 95 % gabah dari malai tampak kuning.
(b) Malai berumur 30 – 35 hari setelah berbunga merata.
(c) Kadar air gabah 22 – 26 % yang diukur dengan moisture tester.
2) Alat dan Mesin Pemanen Padi
Pemanenan padi harus meng-gunakan alat dan mesin yang memenuhi persyaratan
teknis, kesehatan, ekonomis dan ergo-nomis. Alat dan mesin yang digunakan untuk
memanen padi harus sesuai dengan jenis varietas padi yang akan dipanen. Pada saat
ini, alat dan mesin untuk memanen padi telah berkembang mengikuti berkembangnya
varietas baru yang dihasilkan. Alat pemanen padi telah berkembang dari ani-ani
menjadi sabit biasa kemudian menjadi sabit bergerigi dengan bahan baja yang sangat
tajam dan terakhir telah diintroduksikan reaper, stripper dan combine harvester.
Berikut ini adalah cara-cara pemanen padi dengan menggunakan ani-ani, sabit
biasa/bergerigi, reaper dan stripper.
(a) Cara Pemanenan Padi dengan Ani-ani.
Ani-ani merupakan alat panen padi yang terbuat dari bambu diameter 10 – 20
mm, panjang ± 10 cm dan pisau baja tebal 1,5 – 3 mm. Ani-ani dianjurkan
digunakan untuk memotong padi varietas lokal yang berpostur tinggi. Pe-
manenan padi dengan ani-ani dilakukan dengan cara sebagai berikut :
o Tekan mata pisau pada malai padi yang akan dipotong.
o Tempatkan malai diantara jari telunjuk dan jari manis tangan kanan.
o Dengan kedua jari tersebut tarik malai padi ke arah pisau, sehingga malai ter-
potong.
o Kumpulkan di tangan kiri atau masukkan kedalam ke-ranjang.
Gambar 1. Panen padi dengan ani-ani
F. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan tindakan untuk mempertahankan gabah/beras agar tetap
dalam keadaan baik dalam jangka waktu tertentu. Kesalahan dalam melakukan
penyimpanan gabah/ beras dapat mengakibatkan terjadinya respirasi, tumbuhnya jamur,
dan serangan serangga, binatang mengerat dan kutu beras yang dapat menurunkan mutu
gabah/beras. Cara penyimpanan gabah/beras dapat dilakukan dengan : (1) sistem curah,
yaitu gabah yang sudah kering dicurahkan pada suatu tempat yang dianggap aman dari
gangguan hama maupun cuaca, dan (2) cara penyimpanan menggunakan kemasan/wadah
seperti karung plastik, karung goni, dan lain-lain.
1) Penyimpanan Gabah dengan Sistem Curah
Penyimpanan gabah dengan sistem curah dapat dilakukan dengan menggunakan
silo. Silo merupakan tempat menyimpan gabah/beras dengan kapasitas yang sangat
besar. Bentuk dan bagian komponen silo adalah sebagai berikut :
(a) Silo biasanya berbentuk silinder atau kotak segi-empat yang terbuat dari plat
lembaran atau papan.
(b) Silo dilengkapi dengan sistem aerasi, pengering dan elevator.
(c) Sistem aerasi terdiri dari kipas-kipas angin aksial dengan lubang saluran
pemasukan dan pengeluaran pada dinding silo.
(d) Pengering terdiri sumber pe-manas/kompor dan kipas peng-hembus.
(e) Elevator biasanya berbentuk mangkuk yang berjalan terbuat dari sabuk karet
atau kulit serta plat lembaran.
Ngengat dewasa aktif pada malam hari. Pada malam hari serangga dewasa makan,
berkopulasi, dan bermigrasi, sedangkan pada siang hari ngengat beristirahat di dasar
tanaman. Ngengat sangat tertarik terhadap cahaya. Kerusakan terjadi karena larva makan
bagian atas tanaman pada malam hari dan cuaca yang berawan. Larva mulai makan dari
tepi daun sampai hanya meninggalkan tulang daun dan batang. Larva sangat rakus dan
serangan terjadi pada semua fase tumbuh tanaman padi, mulai dari pembibitan,
khususnya pembibitan kering, sampai fase pengisian. Ulat tentara dapat memotong malai
pada pangkalnya dan dikenal sebagai ulat pemotong leher malai.Bila diperlukan, gunakan
insektisida yang berbahan aktif BPMC atau karbofuran.
Gambar
Menangkap walang sangit
Gambar Gajur
9. Hama Burung
Burung menyerang tanaman padi pada fase matang susu sampai pemasakan biji (sebelum
panen). Serangan mengakibatkan biji hampa, adanya gejala seperti beluk, dan biji banyak
yang hilang.
Burung sebaiknya dikendalikan dengan cara:
Penjaga burung mulai dari jam 6-10 pagi dan jam 2-6 sore, karena waktu-waktu
tersebut merupakan waktu yang kritis bagi tanaman diserang burung.
Gunakan jaring untuk mengisolasi sawah dari
serangan burung; luas sawah yang diisolasi
kurang dari 0,25 hektar.
Bila tanam tabela:
o benih yang sudah disebar di sawah ditutup dengan tanah;
o benih yang digunakan harus lebih banyak;
o gunakan orang-orangan atau tali yang diberi plastik untuk menakut-nakuti
burung;
o pekerjakan penjaga burung;
o tanam serentak dengan sekitarnya; jangan menanam atau memanen di luar
musim agar tidak dijadikan sebagai satu-satunya sumber makanan pada
saat itu.
Kendalikan habitat / sarang burung.
10. Hama Keong Emas
Keong mas merusak tanaman dengan cara memarut jaringan tanaman dan memakannya,
menyebabkan adanya bibit yang hilang di pertanaman.
Bekas potongan daun dan batang yang diserangnya terlihat mengambang.
Waktu kritis untuk mengendalikan keong mas adalah pada saat 10 hari setelah tanam
pindah, atau 21 hari setelah sebar benih (benih basah). Setelah itu laju pertumbuhan
tanaman lebih besar daripada laju kerusakan oleh keong mas.Bila terjadi invasi keong
mas, sawah perlu segera dikeringkan, karena keong mas menyenangi tempat-tempat yang
digenangi air. Jika petani menanam dengan sistem tanam pindah maka pada 15 hari
setelah tanam pindah, sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi lagi secara
bergantian (flash flood = intermitten irrigation). Bila padi ditanam dengan sebar
langsung, selama 21 hari setelah sebar, sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi lagi
secara bergantian. Selain itu perlu dibuat caren di dalam dan di sekeliling petakan sawah
sebelum tanam, baik di musim hujan maupun kemarau. Ini dimaksudkan agar pada saat
dilakukan pengeringan, keong mas akan menuju caren sehingga memudahkan
pengambilan keong mas dan sebagai salah satu cara pengendaliannya.
Keong mas dapat dikendalikan melalui:
o Secara fisik, gunakan saringan berukuran 5 mm mesh yang dipasang pada tempat
air masuk di pematang untuk meminimalkan masuknya keong mas ke sawah dan
memudahkan pemungutan dengan tangan.
o Secara mekanis, pungut keong dan hancurkan. Telur keong mas dihancurkan
dengan kayu/bambu.
o Bila di suatu lokasi sudah diketahui bahwa keong mas adalah hama utama,
sebaiknya tanam bibit umur > 21 hari dan tanam lebih dari satu bibit per rumpun;
buat caren di dalam dan di sekeliling petakan sawah.
o Bila diperlukan gunakan pestisida yang berbahan aktif niclos amida dan pestisida
botani seperti lerak, deris, dan saponin. Aplikasi pestisida dilakukan di sawah
yang tergenang, di cekungan-cekungan, atau di caren, yang ada airnya tempat
keong mas berkumpul.
11. LALAT BIBIT / Rice Whorl Maggot (Hydrellia philippina Ferino)
Kepinding tanah dapat terbang ke pertanaman padi dan berkembang biak dalam beberapa
generasi. Mereka kembali ke fase dormannya setelah padi dipanen. Kepinding dewasa
dapat berpindah menempuh jarak yang jauh.
Kepinding dewasa tertarik pada sinar dengan intensitas yang kuat dan penangkapan
tertinggi diperoleh pada saat bulan purnama.
Pengisapan cairan oleh kepinding tanah menyebabkan warna tanaman berubah menjadi
coklat kemerahan atau kuning. Buku pada batang merupakan tempat isapan yang disukai
karena menyimpan bayak cairan. Pengisapan oleh kepinding tanah pada fase anakan,
menyebabkan jumlah anakan berkurang dan pertumbuhan terhambat (kerdil). Apabila
serangan terjadi setelah fase bunting, tanaman menghasilkan malai yang kerdil, eksersi
malai yang tidak lengkap, dan gabah hampa. Dalam kondisi populasi kepinding tinggi,
tanaman yang dihisap dapat mati atau mengalami bugburn, seperti hopperburn oleh
wereng coklat.
Kepinding tanah dapat dikendalikan dengan cara:
o membersihkan lahan dari berbagai gulma agar sinar matahari dapat mencapai
dasar kanopi tanaman padi,
o menanam varietas padi berumur genjah, untuk menghambat peningkatan populasi
kepinding tanah.
13.Hama Orong-Orong
Orong-orong jarang menjadi masalah di sawah,
tetapi sering ditemukan di lahan pasang surut dan
biasanya hanya terdapat di sawah yang kering,
yang kekurangan air.
Penggenangan tanaman menyebabkan orong-orong
pindah ke pematang. Hama ini memiliki tungkai
depan yang besar. Siklus hidupnya 6 bulan. Hama
ini dapat merusak tanaman pada semua fase
tumbuh. Benih yang disebar di pembibitan juga
dapat dimakannya.
Hama ini memotong tanaman pada pangkal batang
dan orang sering keliru dengan gejala kerusakan
yang disebabkan oleh penggerek batang (sundep).
Orong-orong merusak akar muda dan bagian pangkal tanaman yang berada di bawah
tanah. Pertanaman padi muda yang diserangnya mati sehingga terlihat adanya spotspot
kosong di sawah.
Cara pengendalian orong-orong:
o perataan tanah agar air tergenang merata;
o penggenangan sawah 3-4 hari dapat membantu membunuh telur orong-orong di
tanah;
o penggunaan umpan (sekam dicampur insektisida);
o penggunaan insektisida (bila diperlukan) yang berbahan aktif karbofuran atau
fipronil.
14. Hama Tikus
Gejala Penyakit
Penyakit HDB menghasilkan dua gejala khas, yaitu kresek dan hawar. Kresek adalah
gejala yang terjadi pada tanaman berumur <30 hari (pesemaian atau yang baru dipindah)
(Gambar 1a). Daun-daun berwarna hijau kelabu, melipat, dan menggulung. Dalam
keadaan parah, seluruh daun menggulung, layu, dan mati, mirip tanaman yang terserang
penggerek batang atau terkena air panas (lodoh). Sementara, hawar (Gambar 1b)
merupakan gejala yang paling umum dijumpai pada pertanaman yang telah mencapai
fase tumbuh anakan sampai fase pemasakan. Gejala diawali dengan timbulnya bercak
abuabu (kekuningan) umumnya pada tepi daun. Dalam perkembangannya, gejala akan
meluas, membentuk hawar (blight), dan akhirnya daun mengering. Dalam keaadaan
lembab (terutama di pagi hari), kelompok bakteri, berupa butiran berwarna kuning
keemasan, dapat dengan mudah ditemukan pada daun-daun yang menunjukkan gejala
hawar. Dengan bantuan angin, gesekan antar daun, dan percikan air hujan, massa bakteri
ini berfungsi sebagai alat penyebar penyakit HDB.
Pengendalian Penyakit
Untuk pengendalian penyakit ini, cara yang dianjurkan adalah dengan memanam varietas
padi yang tahan penyakit HDB dan melakukan penanaman varietas berbeda secara
bergilir. Selain itu pemupukan secara lengkap harus dilakukan karena pemupukan
nitrogen yang berlebihan akan memperparah penyakit apabila tidak diimbangi
pemupukan fosfor dan kalium. Kemudian dengan mengurangi kerusakan bibit dan
penyebaran penyakit. Infeksi bibit terjadi melalui luka dan kerusakan bagian tanaman.
Penanganan yang buruk atau angin kencang dan hujan dapat menyebabkan tanaman sakit.
Penyakit menyebar melalui kontak langsung antara daun sehat dengan daun sakit melalui
air dan angin. Untuk mengurangi penyebaran penyakit dapat dilakukan dengan cara
penanganan bibit secara baik saat tanam pindah, pengairan dangkal pada persemaian,
dan membuat drainase yang baik ketika genangan tinggi. Selain itu, pencegahan penyakit
ini dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah inokulum. Tunggul tanaman yang
terinfeksi dan gulma dapat menjadi sumber inokulum. Pertahankan kebersihan sawah
dengan membuang atau bajak gulma, jerami yang terinfeksi, ratun padi yang semuanya
dapat menjadi sumber inokulum. Keringkan sawah dengan mengupayakan sawah bera
mengering untuk membunuh bakteri yang mungkin bertahan dalam tanah atau sisa
tanaman.
Kehilangan Hasil
Penyakit blas ini merupakan salah satu penyakit yang penting pada tanaman padi.
Penyakit ini dapat menghilangkan hasil sebanyak 50-90%.
Pengendalian Penyakit
Kemampuan patogen membentuk strain dengan cepat menyebabkan pengendalian
penyakit ini sangat sulit. Penyakit ini dikendalikan melalui penanaman varietas tahan
secara bergantian untuk mengantisipasi perubahan ras blas yang sangat cepat dan
pemupukan NPK yang tepat. Penanaman dalam waktu yang tepat serta perlakuan benih
dapat pula diupayakan. Bila diperlukan pakai fungisida yag berbahan aktif metil tiofanat,
fosdifen, atau kasugamisin. Usaha preventif yang sangat ketat dapat menghindarkan
adanya serangan massal P. oryzae. Di jepang cendawan ini dapat diatasi dengan
menaburkan serbuk zat “air raksa” 30-40 kg untuk tiap ha. Serbuk air raksa ini
mengandung zat air raksa 0,15-0,25 %.
Selain itu, pengendalian blas juga dapat memanfaatkan agensi hayati dengan cara dimulai
dari perlakuan benih, perendaman bakteri Antagonis Coryne bacterium pada padi.
Sedangkan pada tanaman hortikultura dengan penggunaan Pseudomanas flourencens.
Penggunaan seluruh bahan–bahan yang dikembangkan laboratorium PHP tersebut
diyakini aman lingkungan dan produksi bebas pestisida sehingga memenuhi standart
permintaan pasar.
Pengendalian Penyakit
Penyakit ini sangat sulit dikendalikan karena patogen bersifat poliphag (memiliki kisaran
inang yang sangat luas). Pemupukan tanaman dengan dosis 250 kg urea, 100 kg SP36,
dan 100 kg KCl per ha dapat menekan perkembangan penyakit ini. Cara pencegahan
penyakit ini antara lain dengan pengaturan jarak pertanaman di lapang agar jangan terlalu
rapat, keringkan sawah beberapa hari pada saat anakan maksimum, bajak yang dalam
untuk mengubur sisa-sisa tanaman yang terinfeksi, merotasi tanaman dengan kacang-
kacangan untuk menurunkan serangan penyakit, membuang gulma dan tanaman yang
sakit dari sawah, gunakan fungisida (bila diperlukan) antara lain yang berbahan aktif
heksakonazol, karbendazim, tebukanazol, belerang, flutalonil, difenokonazol,
propikonazol, atau validamisin A.
D. PENYAKIT BUSUK BATANG (STEM ROT)
Patogen Penyebab Penyakit
Busuk batang merupakan penyakit yang menginfeksi bagian tanaman dalam kanopi dan
menyebabkan tanaman menjadi mudah rebah. Penyakit ini disebabkan oleh patogen
Helminthosporium sigmoideum. Untuk mengamati penyakit ini, kanopi pertanaman perlu
dibuka. Perlu diwaspadai apabila terjadi kerebahan pada pertanaman, tanpa sebelumnya
terjadi hujan atau hujan dengan angin yang kencang.
Kehilangan Hasil
Penyakit busuk batang merupakan salah satu penyakit utama padi di Indonesia. Penyakit
ini selalu ditemukan pada setiap musim tanam dengan kategori infeksi ringan sampai
sedang. Pada musim hujan, lebih dari 60% tanaman padi di jalur pantura Jawa Barat
mengalami kerebahan akibat diinfeksi cendawan H. Sigmoideum. Kerebahan
menyebabkan persentase gabah hampa meningkat. Kehilangan hasil padi akibat penyakit
busuk batang 25-30%.
Pengendalian Penyakit
Stadia tanaman yang paling rentan adalah pada fase anakan sampai stadia matang susu.
Kehilangan hasil akibat penyakit ini dapat mencapai 80%. Pemupukan tanaman dengan
dosis 250 kg urea, 100 kg SP36, dan 100 kg KCl per ha dapat menekan perkembangan
penyakit. Untuk mengurangi penyebaran lebih luas lagi, keringkan tanaman sampai saat
panen tiba. Cara pencegahan penyakit ini antara lain adalah dengan membakar tunggul-
tunggul padi sesudah panen atau didekomposisi, mengeringkan petakan dan biarkan
tanah sampai retak sebelum diari kembali gunakan pemupukan berimbang, melakukan
pemupukan nitrogen sesuai anjuran dan pemupukan kalium cenderung dapat menurunkan
infeksi penyakit, menggunakan fungisida (bila diperlukan) yang berbahan aktif belerang
atau difenokonazol.
E. PENYAKIT TUNGRO
Patogen Penyebab Penyakit
Tungro (Gambar 5a) merupakan salah satu penyakit penting pada padi sangat merusak
dan tersebar luas. Penyakit ini disebabkan oleh Virus Tungro Padi (VTP). Di Indonesia,
semula penyakit ini hanya terbatas di Sulawesi Selatan, tetapi sejak awal tahun 1980-an
menyebar ke Bali, Jawa Timur, dan sekarang sudah menyebar ke hampir seluruh wilayah
Indonesia.
Penyakit Tungro
Kehilangan Hasil
Bergantung pada saat tanaman terinfeksi, tungro dapat menyebabkan kehilangan hasil 5-
70%. Makin awal tanaman terinfeksi tungro, makin besar kehilangan hasil yang
ditimbulkannya.
Gejala Penyakit
Gejala serangan tungro yang menonjol adalah perubahan warna daun (Gambar 5b) dan
tanaman tumbuh kerdil. Warna daun tanaman sakit bervariasi dari sedikit menguning
sampai jingga. Tingkat kekerdilan tanaman juga bervariasi dari sedikit kerdil sampai
sangat kerdil. Gejala khas ini ditentukan oleh tingkat ketahanan varietas, kondisi
lingkungan, dan fase tumbuh saat tanaman terinfeksi.
G. Kekurangan Kahat
BELERANG - Sulfur Deficiency
Gejala kekurangan belerang adalah berupa khlorosis pada daun-daun muda, diikuti
dengan menguningnya daun tua dan seluruh tanaman, pertumbuhan kerdil, jumlah anakan
dan malai berkurang.
Kekurangan belerang umumnya terjadi pada tanah yang kandungan bahan organiknya
rendah, tanah reduktif, dan atau pH tinggi. Unsur hara S sebenarnya banyak hilang akibat
pembakaran sisa-sisa tanaman. Oleh karena itu, jerami sebaiknya dikembalikan ke sawah.
Di lokasi yang kahat S, pemakaian 50-100 kg ZA per hektar selang satu musim
pertanaman, sudah memadai untuk hasil tinggi (7-9 t/ha).
Tanaman yang kahat hara K Gejala pada ujung daun tua seperti terbakar, tumbuh
VIII. PENUTUP
Penanganan pasca panen me-rupakan kegiatan strategis yang memerlukan partisipasi
seluruh masyarakat. Untuk mengimplementasi-kan penanganan pasca panen dibutuh-kan
kemampuan teknis dan manajemen yang baik.
Pedoman ini disusun dalam rangka memberikan panduan kepada para petani agar
dapat melaksanakan penanganan pasca panen secara baik dan benar. Pedoman ini masih
bersifat umum sehingga perlu dijabarkan lebih lanjut sesuai potensi dan karakteristik
lokasi menjadi Prosedur Operasional Standar (POS).