Professional Documents
Culture Documents
Oleh
Kelas : VII – G
No. Abs : 36
Oleh
Kelas : VII – G
No. Abs : 36
Wujud dari bagaimana orang memenuhi kebutuhan sosialnya sudah kita lihat dari
tahun satu pula. Lihat saja perkumpulan sosial ada di mana-mana dari dulu sampai
sekarang, dibentuk atas dasar hal-hal ketertarikan, pekerjaan, atau aktivitas yang
sama. Sebut saja mulai dari perkumpulan keagamaan, arisan, fans untuk klub-klub
olah-raga, sampai bahkan dharma wanita, yang kesemuanya bisa dikategorikan
sebagai konektor sosial yang ada di dunia offline.
Di era New Wave, kita semakin melihat bahwa teori Maslow ini menjadi semakin
kentara, dalam arti semakin mudah bagi siapa pun untuk tampil, mengaktualisasi
diri, tampil percaya diri, di lingkungan sosial mereka. Tentunya asal mereka
menggunakan konektor sosial yang ada di dunia online dan offline secara cerdas.
Dan konektor sosial tersebut tentunya semakin mudah untuk diakses, bagi
siapapun, asalkan mau.
Tren hubungan sosial di era New Wave tentunya semakin berkembang.. Tentunya
dibantu dengan kehadiran teknologi maju, seperti produk-produk web 2.0 berikut
dengan media sosialnya. Popularitas layanan seperti Facebook dan Twitter bahkan
telah melewati popularitas pornografi, yang sebelumnya selalu menjadi hal yang
paling favorit dikonsumsi di Internet. Hal tersebut sekiranya dapat memberikan
indikasi bahwa menjaga hubungan sosial kian menjadi lebih penting ketimbang
memuaskan birahi.
Selain menghubungkan lingkaran komunitas teman, media sosial juga mulai
tampak menggantikan peranan media massa konvensional dalam menyebarkan
berita-berita dari luar komunitas tersebut. Informasi yang disebarkan melalui
komunitas sosial yang memiliki minat dan cara berpikir serupa akan berfungsi
selaku penyaring antara berita yang relevan dengan yang tidak relevan. Ini saat
membantu di era dimana kemudahan mendapatkan informasi menjadikan
pengguna Internet justru mengalami fenomena information overload.
Konektor sosial memang bukan sesuatu yang baru. Komunitas offline yang
berfungsi seperti kami jelaskan di atas sudah ada jauh sebelum komputer pertama
kali ditemukan. Kekuatan konektor ini seakan dilipatgandakan saat media sosial
yang ada di online menjadikan interaksi sosial dapat terjadi secara efisien waktu
dan tidak terbatas lokasi. Sehingga kami percaya bahwa konektor sosial ini adalah
salah satu kekuatan penghubung utama di dunia New Wave yang semakin
horisontal ini. Kehidupan dan hubungan sosial bagi seluruh masyarakat new wave
adalah semacam way of life yang sudah sepatutnya diperhatikan oleh marketer di
jaman New Wave.
Pengertian kota dapat ditinjau dari berbagai aspek. Dari aspek fisik dan geografis,
kota mengandung pengertian suatu wilayah dengan wilayah terbangun (built up
area) lebih padat dibandingkan dengan area sekitarnya. Dari aspek demografis,
kota merupakan wilayah dengan konsentrasi penduduk yang dicerminkan oleh
jumlah dan tingkat kepadatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan di
wilayah sekitarnya.
Ditinjau dari aspek sosial, kota merupakan suatu wilayah dengan kelompok-
kelompok sosial masyarakat yang heterogen (tradisional-modern, formal-
informal, maju-terbelakang, dan sebagainya). Secara ekonomi, kota merupakan
suatu wilayah yang memiliki kegiatan usaha sangat beragam dengan dominasi di
sektor nonpertanian, seperti perdagangan, perindustrian, pelayanan jasa,
perkantoran, pengangkutan, dan lain-lain. Sementara secara administrasi, kota
merupakan suatu wilayah yang dibatasi oleh suatu garis batas kewenangan
administrasi pemerintah daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
Permukiman yang menjadi cikal bakal sebuah kota telah ada sejak ribuan tahun
lalu yang bertujuan untuk memberikan perlindungan yang lebih kuat kepada
sejumlah besar penduduk. Dalam sejarahnya permukiman ini terus berkembang.
Dinamika perkembangan permukiman yang menjadi cikal bakal kota itulah yang
memantik berkembangnya perencanaan kota. Peradaban Mesir Kuna (Kota
Babilonia), Yunani (Kota Athena), Romawi (Kota Militer), Zaman Renaisance,
Revolusi Industri, serta Gerakan Reformasi adalah contoh-contoh periodik
bagaimana sebuah peradaban kota ditegakkan. Pertanian, pusat perdagangan,
pertambangan, industri, pola jalan yang teratur, taman-taman kota, pusat
pemerintahan, dan pusat keagamaan menjadi ikon yang hampir selalu muncul di
kota-kota kuna tersebut. Termasuk catatan penting di era Revolusi Industri di
mana berkembangnya industri di kota-kota telah mendorong terjadinya urbanisasi
akibat daya tarik lapangan kerja. Menjadi ironis lantaran hal ini tidak diimbangi
dengan penyediaan fasilitas, sehingga terjadi berbagai masalah seperti perumahan,
sekolah, transportasi, dan sebagainya. Di sinilah perlunya disadari arti penting
sebuah perencanaan kota.
Urbanisasi secara umum dipahami sebagai suatu proses migrasi masuk kota,
perubahan pekerjaan dari bertani menjadi profesi lain, juga menyangkut
perubahan dalam pola perilaku manusia. Dampak urbanisasi di negara
berkembang di antaranya secara fisik kota akan tumbuh menjadi besar dan luas
dengan tingkat teknologi dan kualitas kehidupan kota yang kurang memadai,
misalnya, permukiman miskin (squatter). Akibat urbanisasi adalah meningkatnya
jumlah penduduk miskin di perkotaan. Ini merupakan masalah krusial yang
dihadapi hampir semua kota di Indonesia. Pesatnya pertumbuhan di perkotaan
berpotensi menyebabkan masalah akibat penataan permukiman yang tidak teratur,
infrastruktur yang tidak memadai, juga rendahnya kualitas bangunan yang dapat
meningkatkan kerentanan penduduk kota terhadap bencana.
Bencana yang selama ini begitu akrab dengan wajah kita bisa jadi akibat tata
ruang yang tidak mengindahkan kemampuan dan daya dukung lingkungan,
sehingga menyebabkan akumulasi kerusakan yang terjadi terus-menerus dan
menyebabkan terjadinya bencana. Kerangka awal sebagai acuan perencanaan tata
ruang wilayah adalah identifikasi multiancaman bencana yang dapat terjadi serta
melakukan inventarisasi berbagai ancaman tersebut. Ancaman bencana bisa
berupa longsor, gunung meletus, erosi, kebakaran hutan, kekeringan, banjir dari
pasang surut air laut dan dari luapan sungai, intrusi air laut, tsunami, kerusakan
ekosistem mangrove dan terumbu karang, pencemaran air tanah akibat limbah
domestik dan pertanian, amblesan tanah, abrasi, gempa, dan sebagainya.
Untuk itu, kota perlu didesain menjadi sebuah “kota ekologis”. Kota ekologis
adalah satu pendekatan pembangunan kota yang didasarkan atas prinsip-prinsip
ekologis. Kota ekologis mempunyai kesamaan dengan konsepsi kota yang
berkelanjutan yang menekankan pentingnya menyeimbangkan antara kepentingan
ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Bagian paling kritis dari suatu mitigasi bencana adalah pemahaman yang utuh
terhadap bencana, sifat-sifatnya dan penyebab-penyebabnya, penyebaran
geografisnya, ukuran dan tingkat keparahannya, dan kemungkinan frekuensi
kemunculannya, mekanisme kerusakan fisik, elemen-elemen dan aktivitas yang
paling rentan terhadap kerusakan. Termasuk di dalamnya adalah kemungkinan
konsekuensi sosial dan ekonomi dari bencana mitigasi tidak hanya mencakup
menyelamatkan hidup dan mereka yang terluka, tetapi juga mengurangi
konsekuensi-konskuensi yang paling merugikan dari bahaya tersebut.
Dampak bencana dapat dihitung sebagai frekuensi dan besarnya ancaman bencana
dikalikan nilai kerugian. Proses di tahap ini disebut tingkat risiko bencana yang
kemungkinan dapat terjadi. Tiap unsur baik secara ekonomi maupun sosial yang
terkena dampak seperti risiko meninggalnya orang, risiko suatu benda dapat
mengancam kehidupan seseorang jika terjadi bencana, dan risiko nilai ekonomi
suatu infrastruktur dapat rusak jika terjadi bencana. Berapa jumlah populasi yang
terancam jiwanya yang mendiami suatu lokasi apabila terjadi bencana longsor,
banjir atau bencana lain dapat dihitung berdasarkan frekuensi dan besarnya
ancaman bencana. Berapa potensi suatu objek yang dapat mengancam kehidupan
manusia jika terjadi bencana, misalnya, potensi bangunan rumah dapat rubuh dan
mengancam kehidupan penghuninya jika bencana gempa dan atau longsor terjadi.
Berapa nilai ekonomi suatu objek dapat terancam mengalami kerusakan jika
terjadi bencana, misalnya, nilai ekonomi infrastruktur jalan dan fasilitas umum
jika terjadi tsunami, nilai ekonomi kehilangan flora dan fauna jika terjadi
kebakaran hutan, kerugian yang dapat diderita petani jika tambak dan lahan
pertaniannya terkena intrusi air laut.
Dari sini jelas bahwa penyebaran tingkat risiko terjadinya multibencana dapat
digunakan sebagai acuan untuk merencanakan kebijakan dalam tata ruang
wilayah. Dengan perencanaan tata ruang berbasis mitigasi kita harapkan dapat
diujudkan kota-kota di Indonesia sebagai kota yang tangguh dalam menghadapi
bencana.
(http://serambinews.com/news/view/38822/membangun-kota-
tangguh-bencana )
A. Pengantar
1. Imitasi
1. Sugesti
1. Identifikasi
1. Proses simpati
1. Adanya kontak sosial (social contact), yang dapat berlangsung dalam tiga
bentuk.Yaitu antarindividu, antarindividu dengan kelompok,
antarelompok. Selain itu, suatu kontak dapat pula bersifat langsung
maupun tidak langsung.
2. Adanya Komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang
lain, perasaan-perassaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut.
Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan
yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (artinya bersama-
sama) dan tango (yang artinya menyentuh). Arti secara hanafiah adalah bersama-
sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadinya hubungan
badaniah. Sebagai gejala seosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah,
karena dewasa ini dengan adanya perkembangan teknologi, orang dapat
menyentuh berbagai pihak tanpa menyentuhnya. Dapat dikatakan bahwa
hubungan badaniah bukanlah syarat untuk terjadinya suatu kontak.
Kontak sosial ini adalah apabila anak kecil mempelajari kebuasaan dalam
keluarganya. Proses demikian terjadi melalui sosialisasi, yaitu suatu proses
dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan
nilai-nilai masyarakat dimana dia menjadi anggota.
Suatu kontak dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak perimer terjadi
apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka.
Kontak sekunder memerlukan suatu perantara. Sekunder dapat dilakukan secara
langsung. Hubungan-hubungan yang sekunder tersebut dapat dilakukan melalui
alat-alat telepon, telegraf, radio, dst.
Terasingnya seseorang dapat pula disebabkan oleh karena cacat pada salat
satu indrany. Dari beberapa hasil penelitian, ternyata bahwa kepribadian orang-
orang mengalami banyak penderitaan akibat kehidupan yang terasing karena cacat
indra itu. Orang-orang cacat tersebut akan mengalami perasaan rendah diri, karena
kemungkinan-kemungkinan untuk mengembangkan kepribadiannya seolah-olah
terhalang dan bahkan sering kali tertutup sama sekali.
Pada masyarakat berkasta, dimana gerak sosial vertikal hampir tak terjadi,
terasingnya seseorang dari kasta tertentu (biasanya warga kasta rendahan), apabila
berada di kalangan kasta lainnya (kasta yang tertinggi), dapat pula terjadi.
A. Bentuk-bentu Interaksi Sosial
Gillin dan Gillin mengadakan penggolongan yang lebih luas lagi. Menurut
mereka, ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi
sosial :
1.
a. Kerja Sama (Cooperation)
1.
a. Akomodasi (Accomodation)
Pengertian
Bentuk-bentuk Akomodasi
Hasil-hasil Akomodasi
Dengan adanya proses asimilasi, para pihak lebih saling mengenal dan
dengan timbulnya benih-benih toleransi mereka lebih mudah untuk saling
mendekati.
Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya
usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-
perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha
untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses-proses mental dengan
memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama.
Beberapa bentuk interaksi sosial yang memberi arah ke suatu proses asimilasi
(interaksi yang asimilatif) bila memilii syarat-syarat berikut ini
1. Proses Disosiatif
Persaingan (Competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial
dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan
melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat
perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara
menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada
tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Persaingan mempunya dua tipe
umum :
Bentuk-bentuk persaingan :
Hasil suatu persaingan terkait erat dengan pelbagai faktor berikut ini ”
1. Kerpibadian seseorang
2. Kemajuan : Persaingan akan mendorong seseorang untuk bekerja keras
dan memberikan sahamnya untuk pembangunan masyarakat.
3. Solidaritas kelompok : Persaingan yang jujur akan menyebabkan para
individu akan saling menyesuaikan diri dalam hubungan-hubungan
sosialnya hingga tercapai keserasian.
4. Disorganisasi : Perubahan yang terjadi terlalu cepat dalam masyarakat
akan mengakibatkan disorganisasi pada struktur sosial.
Kontraversi (Contravetion)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada
antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk kontraversi menurut
Leo von Wiese dan Howard Becker ada 5 :
Contoh lain adalah memaksa pihak lain menyesuaikan diri dengan kekerasan,
provokasi, intimidasi, dst.
Menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 3 tipe umum kontravensi :
Tipe Kontravensi :
1. Antagonisme keagamaan
2. Kontravensi Intelektual : sikap meninggikan diri dari mereka yang
mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi atau sebaliknya
3. Oposisi moral : erat hubungannya dengan kebudayaan.
Pertentangan (Pertikaian atau conflict)
1. Pertentangan pribadi
2. Pertentangan Rasial : dalam hal ini para pihak akan menyadari betapa
adanya perbedaan antara mereka yang menimbulkan pertentangan
3. Pertentangan antara kelas-kelas sosial : disebabkan karena adanya
perbedaan kepentingan
4. Pertentangan politik : menyangkut baik antara golongan-golongan dalam
satu masyarakat, maupun antara negara-negara yang berdaulat
5. Pertentangan yang bersifat internasional : disebabkan perbedaan-
perbedaan kepentingan yang kemudian merembes ke kedaulatan negara
(http://kuliahkomunikasi.com/2008/06/proses-sosial-dan-
interaksi-sosial/comment-page-2/ )
Interaksi Sebagai Proses sosial
(http://serba-serbi-ayangg.blogspot.com/2010/01/interaksi-sebagai-proses-
sosial.html )
Tentu kamu tidak asing lagi dengan istilah kepribadian bukan? Kepribadian
dimiliki seseorang melalui sosialisasi sejak ia dilahirkan. Lalu apakah yang kamu
ketahui tentang kepribadian?
1. Pengertian Kepribadian
a. M.A.W. Brower
Kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan,
dorongan, keinginan, opini, dan sikap-sikap seseorang.
b. Koentjaraningrat
Kepribadian adalah suatu susunan dari unsur-unsur akal dan jiwa yang
menentukan tingkah laku atau tindakan seseorang.
c. Theodore R. Newcomb
d. Yinger
Kepribadian seseorang bersifat unik dan tidak ada duanya. Unsur-unsur yang
memengaruhi kepribadian seseorang itu adalah pengetahuan, perasaan, dan
dorongan naluri.
a. Pengetahuan
Pengetahuan seseorang bersumber dari pola pikir yang rasional, yang berisi
fantasi, pemahaman, dan pengalaman mengenai bermacam-macam hal yang
diperolehnya dari lingkungan yang ada di sekitarnya. Semua itu direkam dalam
otak dan sedikit demi sedikit diungkapkan dalam bentuk perilakunya di
masyarakat.
b. Perasaan
Perasaan merupakan suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang menghasilkan
penilaian positif atau negatif terhadap sesuatu atau peristiwa tertentu. Perasaan
selalu bersifat subjektif, sehingga penilaian seseorang terhadap suatu hal atau
kejadian akan berbeda dengan penilaian orang lain. Contohnya penilaian terhadap
jam pelajaran yang kosong. Mungkin kamu menganggap sebagai hal yang tidak
menyenangkan karena merasa rugi tidak memperoleh pelajaran. Lain halnya
dengan penilaian temanmu yang menganggap sebagai hal yang menyenangkan.
Perasaan mengisi penuh kesadaran manusia dalam hidupnya.
c. Dorongan Naluri
Dorongan naluri merupakan kemauan yang sudah menjadi naluri setiap manusia.
Hal itu dimaksudkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia, baik
yang bersifat rohaniah maupun jasmaniah. Sedikitnya ada tujuh macam dorongan
naluri, yaitu untuk mempertahankan hidup, seksual, mencari makan, bergaul dan
berinteraksi dengan sesama manusia, meniru tingkah laku sesamanya, berbakti,
serta keindahan bentuk, warna, suara, dan gerak.
Perbedaan iklim, topografi, dan sumber daya alam menyebabkan manusia harus
menyesuaikan diri terhadap alam. Melalui penyesuaian diri itu, dengan sendirinya
pola perilaku masyarakat dan kebudayaannyapun dipengaruhi oleh alam.
Misalnya orang yang hidup di pinggir pantai dengan mata pencaharian sebagai
nelayan mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang yang tinggal di
daerah pertanian. Mereka memiliki nada bicara yang lebih keras daripada orang-
orang yang tinggal di daerah pertanian, karena harus menyamai dengan debur
suara ombak. Hal itu terbawa dalam kehidupan sehari-hari dan telah menjadi
kepribadiannya.
Kita tahu bahwa antara manusia, alam, dan kebudayaan mempunyai hubungan
yang sangat erat dan saling memengaruhi. Manusia berusaha untuk mengubah
alam agar sesuai dengan kebudayaannya guna memenuhi kebutuhan hidup.
Misalnya manusia membuka hutan untuk dijadikan lahan pertanian. Sementara itu
kebudayaan memberikan andil yang besar dalam memberikan warna kepribadian
anggota masyarakatnya.
Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang lain, walaupun
orang itu berasal dari keluarga yang sama, dibesarkan dalam kebudayaan yang
sama, serta mempunyai lingkungan fisik yang sama pula. Mengapa demikian?
Walaupun mereka pernah mendapatkan pengalaman yang serupa dalam beberapa
hal, namun berbeda dalam beberapa hal lainnya. Mengingat pengalaman setiap
orang adalah unik dan tidak ada pengalaman siapapun yang secara sempurna
menyamainya.
Selain kelima faktor pembentuk kepribadian yang telah kita bahas di atas, F.G.
Robbins dalam Sumadi Suryabrata (2003), mengemukakan ada lima faktor yang
menjadi dasar kepribadian, yaitu sifat dasar, lingkungan prenatal, perbedaan
individual, lingkungan, dan motivasi.
a. Sifat Dasar
Sifat dasar merupakan keseluruhan potensi yang dimiliki seseorang yang diwarisi
dari ayah dan ibunya. Dalam hal ini, Robbins lebih menekankan pada sifat
biologis yang merupakan salah satu hal yang diwariskan dari orang tua kepada
anaknya.
b. Lingkungan Prenatal
c. Perbedaan Individual
d. Lingkungan
e. Motivasi
Motivasi adalah dorongan-dorongan, baik yang datang dari dalam maupun luar
individu sehingga menggerakkan individu untuk berbuat atau melakukan sesuatu.
Dorongandorongan inilah yang akan membentuk kepribadian individu sebagai
warna dalam kehidupan bermasyarakat.
Pada tahun 1690, John Locke mengemukakan Teori Tabula Rasa dalam bukunya
yang berjudul “ An Essay Concerning Human Understanding.” Menurut teori ini,
manusia yang baru lahir seperti batu tulis yang bersih dan akan menjadi seperti
apa kepribadian seseorang ditentukan oleh pengalaman yang didapatkannya.
Teori ini mengandaikan bahwa semua individu pada waktu lahir mempunyai
potensi kepribadian yang sama. Kepribadian seseorang setelah itu semata-mata
hasil pengalaman-pengalaman sesudah lahir (Haviland, 1989:398). Perbedaan
pengalaman yang dialami seseorang itulah yang menyebabkan adanya bermacam-
macam kepribadian dan adanya perbedaan kepribadian antara individu yang satu
dengan individu yang lain.
Teori tersebut tidak dapat diterima seluruhnya. Kita tahu bahwa setiap orang
memiliki kecenderungan khas sebagai warisan yang dibawanya sejak lahir yang
akan memengaruhi kepribadiannya pada waktu dewasa. Akan tetapi juga harus
diingat bahwa warisan genetik hanya menentukan potensi kepribadian setiap
orang. Tumbuh dan berkembangnya potensi itu tidak seperti garis lurus, namun
ada kemungkinan terjadi penyimpangan. Kepribadian seseorang tidak selalu
berkembang sesuai dengan potensi yang diwarisinya.
Teori Cermin Diri (The Looking Glass Self) ini dikemukakan oleh Charles H.
Cooley. Teori ini merupakan gambaran bahwa seseorang hanya bisa berkembang
dengan bantuan orang lain. Setiap orang menggambarkan diri mereka sendiri
dengan cara bagaimana orang-orang lain memandang mereka. Misalnya ada orang
tua dan keluarga yang mengatakan bahwa anak gadisnya cantik. Jika hal itu sering
diulang secara konsisten oleh orang-orang yang berbedabeda, akhirnya gadis
tersebut akan merasa dan bertindak seperti seorang yang cantik. Teori ini
didasarkan pada analogi dengan cara bercermin dan mengumpamakan gambar
yang tampak pada cermin tersebut sebagai gambaran diri kita yang terlihat orang
lain.
Meskipun demikian, teori ini memiliki dua kelemahan yang menjadi sorotan
banyak pihak. Apa sajakah itu?
Kedua, teori ini dianggap terlalu sederhana. Cooley tidak menjelaskan tentang
suatu kepribadian dewasa yang bisa menilai tingkah laku orang lain dan juga
dirinya.
Teori ini dikemukakan oleh Sigmund Freud. Dia berpendapat bahwa diri
manusia mempunyai tiga bagian, yaitu id, superego, dan ego.
1) Id adalah pusat nafsu serta dorongan yang bersifat naluriah, tidak sosial, rakus,
dan antisosial.
2) Ego adalah bagian yang bersifat sadar dan rasional yang mengatur
pengendalian superego terhadap id. Ego secara kasar dapat disebut sebagai akal
pikiran.
3) Superego adalah kompleks dari cita-cita dan nilai-nilai sosial yang dihayati
seseorang serta membentuk hati nurani atau disebut sebagai kesadaran sosial.
Gagasan pokok teori ini adalah bahwa masyarakat atau lingkungan sosial
selamanya akan mengalami konflik dengan kedirian dan selamanya menghalangi
seseorang untuk mencapai kesenangannya. Masyarakat selalu menghambat
pengungkapan agresi, nafsu seksual, dan dorongan-dorongan lainnya atau dengan
kata lain, id selalu berperang dengan superego. Id biasanya ditekan tetapi
sewaktu-waktu ia akan lepas menantang superego, sehingga menyebabkan beban
rasa bersalah yang sulit dipikul oleh diri. Kecemasan yang mencekam diri
seseorang itu dapat diukur dengan bertitik tolak pada jauhnya superego berkuasa
terhadap id dan ego. Dengan cara demikian, Freud menekankan aspek-aspek
tekanan jiwa dan frustasi sebagai akibat hidup berkelompok.
d. Teori Ralph dan Conton
Teori ini mencoba melihat kaitan antara kebudayaan dan kepribadian dalam ruang
lingkup yang lebih sempit, yaitu kebudayaan khusus (subcultural). Dia
menyebutkan ada beberapa tipe kebudayaan khusus yang memengaruhi
kepribadian, yaitu sebagai berikut.
Ciri khas yang dapat dilihat pada anggota masyarakat yang hidup di kota besar
adalah sikap individualistik. Sedangkan orang desa lebih menampakkan diri
sebagai masyarakat yang mempunyai sikap gotong royong yang sangat tinggi.
a. Fase Pertama
Fase pertama dimulai sejak anak berusia satu sampai dua tahun, ketika anak mulai
mengenal dirinya sendiri. Pada fase ini, kita dapat membedakan kepribadian
seseorang menjadi dua bagian penting, yaitu sebagai berikut.
1) Bagian yang pertama berisi unsur-unsur dasar atas berbagai sikap yang disebut
dengan attitudes yang kurang lebih bersifat permanen dan tidak mudah berubah di
kemudian hari. Unsur-unsur itu adalah struktur dasar kepribadian (basic
personality structure) dan capital personality. Kedua unsur ini merupakan sifat
dasar dari manusia yang telah dimiliki sebagai warisan biologis dari orang tuanya.
b. Fase Kedua
Fase ini merupakan fase yang sangat efektif dalam membentuk dan
mengembangkan bakat-bakat yang ada pada diri seorang anak. Fase ini diawali
dari usia dua sampai tiga tahun. Fase ini merupakan fase perkembangan di mana
rasa aku yang telah dimiliki seorang anak mulai berkembang karakternya sesuai
dengan tipe pergaulan yang ada di lingkungannya, termasuk struktur tata nilai
maupun struktur budayanya.
Fase ini berlangsung relatif panjang hingga anak menjelang masa kedewasaannya
sampai kepribadian tersebut mulai tampak dengan tipe-tipe perilaku yang khas
yang tampak dalam hal-hal berikut ini.
1) Dorongan-Dorongan (Drives)
Unsur ini merupakan pusat dari kehendak manusia untuk melakukan suatu
aktivitas yang selanjutnya akan membentuk motif-motif tertentu untuk
mewujudkan suatu keinginan. Drivers ini dibedakan atas kehendak dan nafsu-
nafsu. Kehendak merupakan dorongan-dorongan yang bersifat kultural, artinya
sesuai dengan tingkat peradaban dan tingkat perekonomian seseorang. Sedangkan
nafsu-nafsu merupakan kehendak yang terdorong oleh kebutuhan biologis,
misalnya nafsu makan, birahi (seksual), amarah, dan yang lainnya.
2) Naluri (Instinct)
Naluri merupakan suatu dorongan yang bersifat kodrati yang melekat dengan
hakikat makhluk hidup. Misalnya seorang ibu mempunyai naluri yang kuat untuk
mempunyai anak, mengasuh, dan membesarkan hingga dewasa. Naluri ini dapat
dilakukan pada setiap makhluk hidup tanpa harus belajar lebih dahulu seolah-olah
telah menyatu dengan hakikat makhluk hidup.
Emosi atau getaran hati merupakan sesuatu yang abstrak yang menjadi sumber
perasaan manusia. Emosi dapat menjadi pengukur segala sesuatu yang ada pada
jiwa manusia, seperti senang, sedih, indah, serasi, dan yang lainnya.
4) Perangai
Perangai merupakan perwujudan dari perpaduan antara hati dan pikiran manusia
yang tampak dari raut muka maupun gerak-gerik seseorang. Perangai ini
merupakan salah satu unsur dari kepribadian yang mulai riil, dapat dilihat, dan
diidentifikasi oleh orang lain.
6) Bakat (Talent)
Bakat pada hakikatnya merupakan sesuatu yang abstrak yang diperoleh seseorang
karena warisan biologis yang diturunkan oleh leluhurnya, seperti bakat seni,
olahraga, berdagang, berpolitik, dan lainnya. Bakat merupakan sesuatu yang
sangat mendasar dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan yang ada
pada seseorang. Setiap orang memiliki bakat yang berbeda-beda, walaupun
berasal dari ayah dan ibu yang sama.
c. Fase Ketiga
Pada fase ketiga terjadi perkembangan yang relatif tetap, yaitu dengan
terbentuknya perilaku-perilaku yang khas sebagai perwujudan kepribadian yang
bersifat abstrak. Setelah kepribadian terbentuk secara permanen, maka dapat
diklasifikasikan tiga tipe kepribadian, yaitu kepribadian normatif, kepribadian
otoriter, dan kepribadian perbatasan.
Tipe ini terbentuk melalui proses sosialisasi individu yang lebih mementingkan
kepentingan diri sendiri daripada kepentingan orang lain. Situasi ini sering terjadi
pada anak tunggal, anak yang sejak kecil mendapat dukungan dan perlindungan
yang lebih dari lingkungan orang-orang di sekitarnya, serta anak yang sejak kecil
memimpin kelompoknya.
Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang relatif labil di mana ciri khas
dari prinsip-prinsip dan perilakunya seringkali mengalami perubahan-perubahan,
sehingga seolah-olah seseorang itu mempunyai lebih dari satu corak kepribadian.
Seseorang dikatakan memiliki kepribadian perbatasan apabila orang ini memiliki
dualisme budaya, misalnya karena proses perkawinan atau karena situasi tertentu
hingga mereka harus mengabdi pada dua struktur budaya masyarakat yang
berbeda.
( Wrahatnala, Bondet, 2009, Sosiologi 1 : untuk SMA dan MA Kelas X, Jakarta :
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 113 – 123.)