Professional Documents
Culture Documents
PENGANGGURAN
1. PERTUMBUHAN EKONOMI
1
Untuk menghitung berapa besarnya pertumbuhan ekonomi
suatu negara, maka data yang diperlukan dan dipergunakan adalah
pendapatan nasional suatu negara. Untuk negara yang sedang
berkembang umumnya menggunakan PDB, sedangkan untuk negara
yang telah maju umumnya menggunakan GNP.
Terdapat banyak rumus yang dipergunakan untuk menghitung
pertumbuhan ekonomi, tetapi pada umumnya yang paling sering
dipergunakan adalah dua cara saja yaitu sebagai berikut:
1. Metode Hitung (Metode Aritmatik)
Metode ini menghitung pertambahan PDB atau GNP (per kapita)
dari tahun ke tahun. Rumusnya adalah:
2
Terkadang cara ini disebut juga metode rata-rata, karena
memang rumus ini adalah untuk menentukan pertumbuhan ekonomi
secara rata-rata tiap periodenya. Kebaikannya adalah tentu saja
sangat bermanfaat untuk data yang sangat jarang tersedia secara
berurutan (periodik), kelemahannya kita tidak mengetahui seberapa
besar pertumbuhan ekonomi tiap tahunnya secara riel (padahal
sebagaimana yang sering terjadi tidak setiap peride pertumbuhan
ekonomi itu sama).
2. INFLASI
1.2.1 Pengertian Inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-
menerus. Sedangkan kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu
penurunan harga secara terus-menerus, akibatnya daya beli
masyarakat bertambah besar, sehingga pada tahap awal barang-
barang menjadi langkah, akan tetapi pada tahap berikutnya jumlah
barang akan semakin banyak karena semakin berkurangnya daya beli
masyarakat. Sedangkan lawan dari inflasi adalah deflasi, yaitu
manakala harga-harga secara umum turun dari periode sebelumnya
(nilai inflasi minus). Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunya
daya beli masyarakat karena secara riel tingkat pendapatannya juga
menurun. Jadi, misalkan besarnya inflasi pada tahun yang
bersangkutan naik sebesar 5%, sementara pendapatan tetap, maka itu
berarti secara riel pendapatan mengalami penurunan sebesar 5% yang
akibatnya akan menurunkan daya beli sebesar 5% juga.
3
Angka inflasi dihitung berdasarkan angka indeks yang
dikumpulkan dari beberapa macam barang yang diperjualbelikan di
pasar dengan masing-masing tingkat harga (barang-barang ini tentu
saja yang paling banyak dan merupakan kebutuhan pokok/utama bagi
masyarakat). Berdasarkan data harga itu disusunlah suatu angka yang
di indeks. Angka indeks yang memperhitungkan semua barang yang
dibeli oleh konsumen pada masing-masing harganya disebut sebagai
indeks harga konsumen (IHK atau consumer price index = CPI). Selain
menggunakan IHK, tingkat inflasi juga dapat dihitung dengan
menggunakan GNP atau PDB deflator, yaitu membandingkan GNP atau
PDB yang diukur berdasarkan harga berlaku (GNP atau PDB nominal)
terhadap GNP atau PDB harga konstan (GNP atau PDB riel).
In adalah inflasi, IHKn indeks harga konsumen tahun dasar (dalam hal
ini nilainya 100), IHKn-1 adalah indeksi harga konsumen tahun
berikutnya. Dfn adalah GNP atau PDB deflator tahun berikutnya, DFn-1
adalah GNP atau PDB deflator tahun awal (sebelumnya).
4
demikian, kenaikan harga adalah sebesar 110 – 100 = 10 atau 10%.
(nilai ini akan sama dengan (110 – 100)/100% = 10%.
Perlu diingat bahwa indeks pada tahun awal yang sering dipergunakan
adalah 100
Rumus untuk menghitung indeks harga biasa ini adalah:
Perhatikan bahwa indeks Paasche tidak lain adalah GNP atau PDB deflator,
karena rumus itu sama dengan:
5
2. Indeks Harga Berdasarkan Pembobotan
Para penyusun indeks harga haruslah memiliki data mengenai jumlah
transaksi (produksi komoditi) tahun tertentu yang akan dipergunakan
sebagai tahun bobotnya. Misalkan saja akan dihitung indeks harga 3
tahunan 1992, 1993 dan 1994. Bobot digunakan tahun 1992 dengan
data sebagai berikut:
6
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat kita susun indeks
masing-masing tahun sbb:
* Tahun 1992 indeks harganya 3,12/3,12 x 100 = 100.
* Tahun 1993 indeks harganya 3,84/3,12 x 100 = 123.
* Tahun 1994 indeks harganya 4,86/3,12 x 100 = 156.
Berarti inflasi tahun 1993 adalah sebesar :
7
Df95 = 452.380,9 / 383.767,8 x 100 = 117,9
Df96 = 528.956,4 / 413.769,0 x 100 = 127,8
Berdasarkan angka deflator itu kita hitung inflasinya sbb:
Inflasi tahun 1994 = 7,8 %
Inflasi tahun 1995 = 117,9 – 107,8/107,8 x 100 % = 9,4%
Inflasi tahun 1996 = 127,8 – 117,9/117,9 x 100 % = 8,4%
2. Berdasarkan Sebabnya
- Demand Pull Inflation. Inflasi ini timbul karena adanya permintaan
keseluruhan yang tinggi di satu pihak, di pihak lain kondisi produksi
telah mencapai kesempatan kerja penuh (full employment),
akibatnya adalah sesuai dengan hokum permintaan, bila
permintaan banyak sementara penawaran tetap, maka harga akan
naik.
8
- Cost Pull Inflation. Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena
naiknya biaya produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadi karena
tidak efisiennya perusahaan, nilai kurs mata uang Negara yang
bersangkutan jatuh/menurun, kenaikan harga bahan baku industry,
adanya tuntutan kenaikan upah dari serikat buruh yang kuat dsb).
3. Berdasarkan Asalnya
Berdasarkan asalnya inflasi dibagi menjadi dua, yaitu pertama
inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) yang
timbul karena terjadinya deficit dalam pembiayaan dan belanja
Negara yang terlihat pada anggaran belanja Negara. Untuk
mengatasinya biasanya pemerintah mencetak uang baru. Kedua
inflasi yang berasal dari luar negeri. Karena Negara-negara yang
menjadi mitra dagang suatu Negara mengalami inflasi yang tinggi,
dapatlah diketahui bahwa harga-harga barang dan juga ongkos
produksi relatif mahal, sehingga bila terpaksa Negara lain harus
mengimpor barang tersebut maka harga jualnya di dalam negeri
tentu saja bertambah mahal.
3. PENGANGGURAN
1.3.1 Pengertian Pengangguran
Pengangguran atau orang yang menganggur adalah mereka
yang tidak mempunyai pekerjaan dan sedang aktif mencari pekerjaan.
Pengangguran pada dasarnya tidak bisa dihilangkan sepenuhnya,
karena bagaimanapun baik dan hebatnya kemampuan suatu bangsa
dalam menangani perekonomiannya, tetap saja pengangguran itu ada.
Akan tetapi mashab klasik dengan salah satu teorinya yang terkenal
sebagai Hukum “Say” dari Jean Bapptiste Say yang mengatakan
bahwa “Supply creates its own demand” atau penawaran menciptakan
permintaannya sendiri menjelaskan bahwa bila ini benar terjadi, maka
pengangguran tidak aka nada, dan bila pun ada tidak akan
berlangsung lama, karena akan pulih kembali.
11
Berdasarkan kenyataan yang ada, pengangguran terdiri atas tiga
jenis, yaitu sbb:
1. Pengangguran Siklis
Adalah pengangguran yang terjadi apabila permintaan lebih rendah
dari output potensial perekonomian. Yaitu manakala kemampuan
ekonomi suatu bangsa lebih rendah dari kemampuan yang
seharusnya dicapai.
2. Pengangguran Friksional
Adalah pengangguran yang terjadi karena adanya perputaran
dalam lingkup pekerjaan dan ketenaga kerjaan. Artinya,
pengangguran itu ada karena adanya angkatan kerja baru yang
siap memasuki lapangan kerja, sementara itu ada juga mereka
yang telah bekerja keluar dari pekerjaannya karena tidak cocok,
bosan, atau karena alasan lain.
3. Pengangguran Struktural
Adalah pengangguran yang disebabkan oleh ketidaksesuaian antara
struktur angkatan kerja, berdasarkan pendidikan dan keterampilan,
jenis kelamin, pekerjaan, industry, geografis, informasi.
1.3.2 Penggolongan Pengangguran
Berdasarkan praktiknya, pengangguran dapat digolongkan
menjadi penganggur penuh yaitu yang benar-benar tidak dan belum
memiliki pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan. Penganggur
setengan menganggur yaitu orang yang bekerja akan tetapi tenaganya
tidaklah proporsional dengan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan.
Pengangguran struktural ada yang menggolongkannya sebagai
pengangguran sukarela, dengan alasan tidak bersedia ditempatkan,
menolak pekerjaan karena alas an pendidikan yang tinggi, atau mau
bekerja meskipun tidak sesuai dengan pendidikan dan keterampilan.
Tingkat pengangguran(%)
13
pada cost push inflation, dimana salah satu penyebab naiknya harga barang
adalah tuntutan kenaikan upah, sehingga untuk mengatasi biaya produksi
dan operasi, maka harga produk dijual dengan harga yang relatif mahal dari
sebelumnya (artinya manakala upah tinggi, maka tingkat inflasi tinggi, dan
sebaliknya).
14