You are on page 1of 74

PENGARUH KETERAMPILAN BERPROSES

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING


TERHADAP HASIL BELAJAR POKOK BAHASAN SEGITIGA
PADA SISWA SMP N 15 SEMARANG

SKRIPSI
Diajukan dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata I
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Nama : Heni Susilowati


NIM : 4101403571
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Matematika

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
ABSTRAK

Heni Susilowati. 2007. Pengaruh Keterampilan Berproses Model Pembelajaran


Problem Solving Terhadap Hasil Belajar Pokok Bahasan Segitiga Pada Siswa
SMP N 15 Semarang. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika.
Universitas Negeri Semarang.

Kata Kunci : Model Pembelajaran Problem Solving, Keterampilan Berproses,


Hasil Belajar.

Model Pembelajaran Problem Solving menjadi salah satu alternatif model


pembelajaran. Pembelajaran ini diawali dengan pemberian masalah kepada siswa
untuk dipecahkan, diharapkan dapat mencapai tujuan lebih baik. Melihat kondisi
pembelajaran matematika di SMP N 15 Semarang, diusulkan dalam penelitian ini
dilaksanakan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem
Solving. Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Apakah ada pengaruh
keterampilan berproses model pembelajaran Problem Solving pada pokok bahasan
segitiga terhadap hasil belajar siswa SMP N 15 Semarang? (2) Apakah
pembelajaran matematika pokok bahasan segitiga dengan model pembelajaran
Problem Solving dapat mencapai ketuntasan belajar? Standar ketuntasan hasil
belajar yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah 68, sedangkan untuk
keterampilan berproses adalah 70. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh yang positif keterampilan berproses dengan
model pembelajaran Problem Solving terhadap hasil belajar (2) untuk mengetahui
apakah pembelajaran matematika dengan model Problem solving dapat mencapai
ketuntasan belajar.
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII yang terdiri dari
tujuh kelas SMP N 15 Semarang dengan rataan 44 siswa. Sampel dilakukan
dengan Cluster random sampling untuk mengambil satu kelas yaitu VII G.
Variabel bebas adalah keterampilan berproses dan variabel terikat hasil belajar
dengan model pembelajaran problem solving. Cara pengambilan data dengan
lembar pengamatan dan tes. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan analisis
regresi dan analisis uji t satu sampel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai R2 sebesar 67,8% artinya
keterampilan berproses mempengaruhi hasil belajar sebesar 67,8% sedangkan
masih ada pengaruh variabel lain sebesar 32,2%. Pencapaian ketuntasan hasil
belajar 70,16 dan untuk keterampilan berproses 71,15.
Simpulan, (1) Adanya pengaruh yang positif antara keterampilan berproses
dengan model pembelajaran Problem Solving terhadap hasil belajar.
(2) Pembelajaran dengan model Problem Solving telah mencapai ketuntasan
belajar. Saran, pembelajaran di kelas sebaiknya lebih memberi kesempatan siswa
untuk aktif, di mana guru berfungsi sebagai fasilitator. Inovasi terhadap
pendekatan pembelajaran dapat dilakukan dengan mengevaluasi diri kondisi
setempat sehingga guru dapat memilih model pembelajaran yang tepat. Salah
satunya dengan menerapkan model pembelajaran problem solving.

ii
PENGESAHAN
SKRIPSI

PENGARUH KETERAMPILAN BERPROSES


MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
TERHADAP HASIL BELAJAR POKOK BAHASAN SEGITIGA
PADA SISWA SMP N 15 SEMARANG

Skripsi ini telah dipertahankan dalam Sidang Panitia Ujian Skripsi


Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang
Hari : Selasa
Tanggal : 28 Agustus 2007

Panitia Ujian,

Ketua, Sekretaris,

Drs. Kasmadi Imam S., M.S Drs. Supriyono, M.Si


NIP. 130781011 NIP. 130815345

Pembimbing Utama Penguji Utama

Prof. Dr. YL Sukestiyarno Drs. Amin Suyitno, M.Pd.


NIP. 131404322 NIP. 130604211

Pembimbing Pendamping Anggota Penguji I

Drs. Wardono, M.Si Prof. Dr. YL Sukestiyarno


NIP. 131568905 NIP. 131404322

Anggota Penguji II

Drs. Wardono, M.Si


NIP. 131568905

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT, dengan limpahan rahmat-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pengaruh Keterampilan Berproses

Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Hasil Belajar Pokok Bahasan

Segitiga Pada Siswa SMP N 15 Semarang”, ini sebagai salah satu syarat untuk

mencapai gelar sarjana Pendidikan Matematika di Universitas Negeri Semarang.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis memperoleh bantuan dan pengarahan

dari berbagai pihak. Untuk itu dengan rendah hati, penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang,

2. Drs. Kasmadi Imam S., M.S, Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang,

3. Drs. Supriyono, M.Si, Ketua Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri

Semarang,

4. Prof. Dr. YL Sukestiyarno, Dosen pembimbing utama yang telah memberikan

bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi,

5. Drs.Wardono, M. Si, Dosen pembimbing pendamping yang telah memberikan

bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi,

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan bekal ilmu yang tidak ternilai harganya

selama belajar dan menuntut ilmu di Jurusan Matematika,

7. Endang Triningsih, S.Pd. MM, Kepala SMP N 15 Semarang yang telah

memberikan ijin penelitian,

vi
8. Nurhenny Marwiasih, S.Pd., Guru matematika kelas VII SMP N 15 Semarang

yang telah membantu terlaksananya penelitian ini,

9. Siswa-siswi kelas VII SMP N 15 Semarang tahun ajaran 2006/ 2007 atas

ketersediaanya menjadi responden dalam pengambilan data penelitian ini,

10. Bapak dan Ibu guru SMP N 15 Semarang atas segala bantuan yang diberikan,

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis menyadari bahwa

skripsi ini masih jauh dari sempurna. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat dan kontribusi bagi pembaca yang budiman.

Semarang, Agustus 2007

Penulis

vii
MOTTO

Orang yang bahagia bukanlah orang yang berlimpah harta maupun

berpangkat tinggi, melainkan orang yang mampu dan selalu

mensyukuri nikmat-Nya sekecil apapun.

Dengan ilmu hidup menjadi mudah, dengan dzikir hidup menjadi

indah, dengan agama hidup menjadi terarah, dan dengan tali

silaturahmi hidup menjadi bergairah.

Sebaik-baiknya manusia diantaramu adalah orang yang paling banyak

manfaatnya bagi orang lain.

(HR. Bukhari dan Muslim)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kuperuntukkan kepada:


Ibu dan Bapak tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayang dan doa tiada
henti-hentinya.
Adeku angga dan ningrum tersayang.
Kaka’q yang selalu memberikan semangat, terima kasih atas semuanya.
Sahabat-sahabatku (Kaozal, Decy, Jajo, Puji & Cah Trio ‘R’).
Teman-teman seperjuangan Pendidikan matematika 2003.

v
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMUPENGETAHUAN ALAM

KARTU BIMBINGAN SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Heni Susilowati


NIM : 4101403571
Prodi : Pend. Matematika
Pembimbing Utama : Prof. Dr. YL Sukestiyarno
Pembimbing Pendamping : Drs. Wardono, M.Si

Ttd
No Tanggal Materi bimbingan Hasil Bimbingan
Pembimbing
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

ABSTRAK ......................................................................................................... ii

PENGESAHAN ................................................................................................. iii

PERNYATAAN ................................................................................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 6

C. Penegasan Istilah............................................................................... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 8

E. Sistematika Penulisan Skripsi .......................................................... 10

BAB II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori ................................................................................. 12

1. Belajar dan Pembelajaran ........................................................... 12

2. Hasil Belajar ................................................................................ 14

3. Pembelajaran Problem Solving ................................................... 16

4. Keterampilan Berproses .............................................................. 20

viii
5. Ketuntasan Belajar ...................................................................... 23

B. Uraian Pokok Bahasan Segitiga ....................................................... 23

C. Contoh Model Pembelajaran Problem Solving ................................. 29

D. Kerangka Berpikir ............................................................................ 30

E. Hipotesis............................................................................................ 33

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penentuan Obyek Penelitian ............................................... 34

B. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 36

C. Instrumen Penelitian ......................................................................... 36

D. Analisis Uji Coba Instrumen Penelitian ........................................... 40

E. Analisis Data .................................................................................... 44

F. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ................................................ 49

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ................................................................................. 51

B. Pembahasan ...................................................................................... 57

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan .......................................................................................... 62

B. Saran.................................................................................................. 62

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 64

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah besar yang dihadapi oleh dunia pendidikan pada saat ini adalah

adanya krisis paradigma yang berupa kesenjangan dan ketidaksesuaian antara

tujuan yang ingin dicapai dan paradigma yang dipergunakan (Sumadi, 2005).

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan mutu

pendidikan matematika di Indonesia, namun sampai saat ini belum

memperoleh hasil yang optimal. Fenomena ini dapat dilihat dari indikator

hasil belajar, antara lain dari Nilai Ebtanas Murni (NEM) atau Nilai Ujian

Akhir Nasional (NUAN) matematika siswa yang masih rendah.

Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa berbagai pendekatan, gagasan

atau inovasi dalam dunia pendidikan matematika yang sampai saat ini

diterapkan secara luas ternyata belum dapat memberikan perubahan positif

yang berarti, baik dalam proses pembelajaran matematika di sekolah maupun

dalam meningkatkan mutu pendidikan matematika pada umumnya. Kesadaran

tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan

kemungkinan yang lebih baik di masa mendatang, telah mendorong berbagai

upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah

dan perkembangan dunia pendidikan. Pendidikan sebagai salah satu upaya

meningkatkan kualitas hidup manusia. Pada intinya pendidikan bertujuan


2

untuk memanusiakan manusia, mendewasakan, merubah tingkah laku serta

meningkatkan kualitas hidup.

Untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia, Pemerintah membuat

perubahan-perubahan baru diantaranya Kurikulum 2006 atau Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan penyempurnaan dari

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum ini menekankan pada

kecakapan – kecakapan yang berguna untuk menghadapi permasalahan dalam

kehidupan. Kecakapan matematika merupakan bagian yang tak terpisahkan

dari kecakapan hidup dan diperlukan untuk dapat menghadapi dunia di

sekitarnya, serta untuk berhasil dalam karirnya. Kecakapan matematik yang

dimaksud meliputi pemahaman konsep, penalaran adatif, kemampuan

pemecahan masalah dan kemampuan berkomunikasi. Tujuan pendidikan

menengah menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah

meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian akhlak mulia serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan tidak hanya mengajarkan fakta dan konsep tetapi juga harus

membekali siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.

Kecakapan hidup seseorang tidak terjadi dengan sendirinya tetapi

melalui suatu proses yang terus berlanjut. Keberlanjutan perkembangan proses

belajar sebenarnya dapat diamati. Hal ini juga berlaku bagi siswa, dimana

perkembangan keterampilan berproses seorang siswa selama proses

pembelajaran dapat diikuti atau diamati. Saat kerjasama dengan orang lain,

mendengarkan dengan aktif, berani bertanya, mau menyampaikan pendapat


3

atau menjawab pertanyaan, dan kreatif dalam memecahkan masalah

merupakan salah satu ciri kecakapan hidup. Proses menuju ke arah kecakapan

hidup tersebut perlu suatu latihan serta membutuhkan suatu proses yang

disebut dengan keterampilan berproses.

Keterampilan berproses merupakan aspek yang sangat penting dalam

belajar matematika. Rendahnya keterampilan berproses akan mempengaruhi

hasil belajar siswa di sekolah, khususnya mengenai pemecahan masalah.

Dengan menggunakan keterampilan berproses, siswa akan mampu

menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta

menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai. Seluruh tindakan dalam

proses belajar mengajar akan menciptakan kondisi belajar yang melibatkan

siswa aktif.

Matematika merupakan salah satu unsur dalam pendidikan. Mata

pelajaran matematika telah diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat dasar

sampai ke jenjang yang lebih tinggi, namun demikian kegunaan matematika

bukan hanya memberikan kemampuan dalam perhitungan-perhitungan

kualitatif tetapi juga dalam penataan cara berpikir, terutama dalam

pembentukan kemampuan menganalisis, membuat sintesis, melakukan

evaluasi hingga kemampuan memecahkan masalah. Dengan kenyataan ini

bahwa matematika mempunyai potensi yang sangat besar dalam hal memacu

terjadinya perkembangan secara cermat dan tepat maupun dalam

mempersiapkan masyarakat yang mampu mengantisipasi perkembangan

dengan cara berpikir dan bersikap pula. Pembelajaran hendaknya lebih


4

menekankan pada bagaimana upaya guru mendorong atau memfasilitasi siswa

belajar, bukan pada apa yang dipelajari siswa. Jadi, pembelajaran matematika

merupakan upaya guru mendorong atau memfasilitasi siswa dalam

mengkonstruksi pemahamannya akan matematika. Keberhasilan guru dalam

pembelajaran bukan hanya dilihat dari hasil belajar siswa tetapi juga pada

proses dari pembelajaran tersebut.

Salah satu metode pembelajaran yang digunakan oleh guru di SMP N 15

Semarang adalah metode ekspositori. Keterampilan siswa selama

pembelajaran dengan metode ekspositori belum memuaskan karena

pembelajaran berlangsung satu arah saja. Guru tidak mengikutsertakan siswa

dalam pembelajaran. Kalaupun siswa diberi kesempatan untuk bertanya,

sedikit sekali yang melakukannya. Hal ini karena siswa masih takut atau

bingung mengenai apa yang akan ditanyakan. Selain itu siswa kurang terlatih

dalam mengembangkan ide-idenya di dalam memecahkan masalah. Siswa

masih minder atau pasif, belum mampu berpikir kritis dan berani

mengungkapkan pendapat. Dan dalam pembelajarannya kurang

memperhatikan keterampilan berproses siswa.

Salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan berproses belajar

siswa, khususnya mata pelajaran matematika adalah dengan menerapkan

model pembelajaran problem solving atau pemecahan masalah. Pemecahan

masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting

karena dalam proses pembelajaran maupun penyesuaian, siswa dimungkinkan

memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang


5

sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak

rutin. Proses pemecahan masalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk

berperan aktif dalam mempelajari, mencari, dan menemukan sendiri informasi

atau data untuk diolah menjadi konsep, prinsip atau simpulan.

Ruang lingkup mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan

SMP/MTs yang harus dikuasai siswa kelas VII SMP salah satunya adalah

tentang geometri dan pengukuran. Materi yang mendukung dalam penguasaan

geometri dan pengukuran salah satunya adalah pokok bahasan segitiga. Alasan

pemilihan materi segitiga dalam penelitian ini adalah karena geometri

merupakan materi yang abstrak dan memerlukan kemampuan pemecahan

masalah dan nantinya siswa juga diharapkan dapat mengembangkan

keterampilan berproses secara lisan maupun tulisan. Oleh karena itu, dalam

pembelajaran pokok bahasan segitiga diperlukan keterampilan berproses

dalam memecahkan masalah. Agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik,

siswa terlebih dahulu dilatih keterampilan-keterampilan proses memecahkan

masalah. Keterampilan-keterampilan tersebut antara lain mengajukan

pertanyaan, menjawab pertanyaan/menanggapi, menyampaikan ide/pendapat,

mendengarkan secara aktif, berada dalam tugas, dan sebagainya.

Dengan begitu peneliti merasa perlu melakukan penelitian dengan

judul PENGARUH KETERAMPILAN BERPROSES MODEL

PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR

POKOK BAHASAN SEGITIGA PADA SISWA SMP N 15 SEMARANG.


6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah ada pengaruh keterampilan berproses model pembelajaran

problem solving pada pokok bahasan segitiga terhadap hasil belajar siswa

SMP N 15 Semarang?

2. Apakah pembelajaran matematika pokok bahasan segitiga dengan model

pembelajaran problem solving dapat mencapai ketuntasan belajar

(keterampilan berproses dan hasil belajar)?

C. Penegasan Istilah

Penegasan Istilah dimaksudkan untuk memperoleh pengertian yang

sama tentang istilah dalam penelitian ini dan tidak menimbulkan interpretasi

yang berbeda dari pembaca. Istilah-istilah yang perlu diberi penegasan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Keterampilan Berproses

Saat kerja sama dengan orang lain, mendengarkan dengan aktif,

berani bertanya, mau menyampaikan pendapat/menjawab pertanyaan dan

kreatif dalam memecahkan masalah merupakan salah satu ciri kecakapan

hidup. Proses menuju kearah kecakapan hidup tersebut perlu suatu latihan

serta membutuhkan suatu proses yang disebut keterampilan berproses.

Keterampilan berproses adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah


7

laku proses aktif yang kompleks dan tersusun rapi sacara mulus dan sesuai

dengan strategi pembelajaran yang disusun untuk mencapai hasil tertentu.

Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik saja

melainkan pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif.

Keterampilan berproses akan menjadi ciri kekhasan suatu rancangan

strategi pembelajaran dari mulai rancangan awal strategi diterapkan,

proses, akibat/dampak yang dihasilkan, hingga menutup strategi tersebut.

2. Model Problem Solving

Problem solving atau disebut juga pemecahan masalah adalah

cara menyajikan bahan pelajaran dengan memberikan persoalan untuk

dipecahkan oleh siswa dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran.

Suatu soal matematika akan menjadi masalah bagi siswa, jika siswa

tersebut :

a. memiliki pengetahuan/materi prasyarat untuk menyelesaikan soalnya;

b. diperkirakan memiliki kemampuan untuk menyelesaikan soal

tersebut;

c. belum mempunyai algoritma atau prosedur untuk menyelesaikannya;

d. punya keinginan untuk menyelesaikannya.

3. Hasil Belajar

Hasil Belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah

melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari

seseorang yang berusaha memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku

ke arah positif. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,


8

penilaian hasil belajar atau tingkat keberhasilan dan efisiensi suatu

pembelajaran matematika diukur dari tiga aspek yaitu aspek

pemahaman konsep (siswa mampu mendefinisikan konsep,

mengidentifikasi dan memberi contoh atau bukan contoh dari konsep),

aspek penalaran dan komunikasi (siswa mampu memberikan alasan

induktif dan deduktif juga mampu menyatakan gagasan matematika

secara lisan, tertulis, atau mendemonstrasikan), dan aspek pemecahan

masalah (siswa mampu memahami masalah, memilih strategi

penyelesaian dan menyelesaikan masalah). Dalam penelitian ini hanya

akan dibahas mengenai aspek pemecahan masalah.

4. Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar atau disebut juga daya serap adalah pencapaian

taraf penguasaan minimal yang telah ditetapkan oleh guru dalam tujuan

pembelajaran setiap satuan pelajaran. Ketuntasan belajar yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah ketuntasan hasil belajar dan keterampilan

berproses.

D. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang positif keterampilan

berproses model pembelajaran problem solving pada pokok bahasan

segitiga terhadap hasil belajar siswa SMP N 15 Semarang.


9

b. Untuk mengetahui apakah pembelajaran matematika pokok bahasan

segitiga dengan model pembelajaran problem solving dapat mencapai

ketuntasan belajar (keterampilan berproses dan hasil belajar).

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Bagi Guru:

Dengan dilaksanakan penelitian ini guru berkesempatan menerapkan

model pembelajaran yang dikembangkan.

b. Bagi Siswa:

(1) Menumbuhkembangkan keterampilan berproses siswa dalam

memecahkan masalah.

(2) Meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar

mengajar.

(3) Membantu pengembangan kompetensi siswa dalam pembelajaran

matematika.

c. Bagi Peneliti:

(1) Mendapatkan pengalaman langsung dalam pelaksanaan

pembelajaran.

(2) Memberikan bekal mahasiswa sebagai calon guru matematika

untuk siap melaksanakan tugas di lapangan sesuai kebutuhan di

lapangan.
10

E. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan tentang isi keseluruhan skripsi ini terdiri dari

bagian awal skripsi, bagian inti skripsi, dan bagian akhir skripsi.

1. Bagian awal skripsi berisi tentang halaman judul, abstrak, halaman

pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi,

dan daftar lampiran.

2. Bagian inti skripsi terdiri dari lima bab, yaitu:

BAB I Pendahuluan, mengemukakan tentang latar belakang masalah,

rumusan masalah, penegasan istilah, tujuan dan manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II Landasan Teori dan Hipotesis, membahas teori yang melandasi

permasalahan skripsi serta penjelasan yang merupakan

landasan teoritis yang diterapkan dalam skripsi, uraian pokok

bahasan yang terkait dengan pelaksanaan penelitian dan

hipotesis penelitian.

BAB III Metode Penelitian, meliputi populasi dan sampel penelitian,

variabel penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan

data, instrumen penelitian, analisis hasil ujicoba instrumen,

analisis data penelitian, dan hasil ujicoba instrumen.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi hasil penelitian dan

pembahasannya.
11

BAB V Simpulan dan Saran, mengemukakan simpulan hasil penelitian

dan saran- saran yang diberikan peneliti berdasarkan simpulan.

3. Bagian akhir skripsi, berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


12

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Belajar dan Pembelajaran

Menurut Sardiman (2006:20) ada beberapa definisi tentang belajar,

antara lain dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Cronbach memberikan definisi : Learning is shown by a change in

behavior as a result of experience.

b. Harold Spears memberikan batasan : Learning is to observe, to read,

to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.

c. Geoch, mengatakan : Learning is a change in performance as a result

of practice.

Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar

itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan

serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,

mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Perubahan tidak hanya

berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk

kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak,

penyesuaian diri. Kegiatan belajar memiliki beberapa maksud, antara lain :

a. Mengetahui suatu kepandaian, kecakapan, atau konsep yang

sebelumnya tidak pernah diketahui.


13

b. Dapat mengerjakan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dibuat, baik

tingkah laku maupun keterampilan.

c. Mampu mengkombinasikan dua pengetahuan (atau lebih) ke dalam

suatu pengertian baru baik keterampilan, pengetahuan, konsep,

maupun sikap dan tingkah laku.

d. Dapat memahami dan menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh.

Menurut Supriyadi (2005:12) menyatakan:

“kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun


makna atau pemahaman terhadap suatu objek atau suatu peristiwa.
Sedangkan kegiatan mengajar merupakan kegiatan dalam upaya
menciptakan suasana yang mendorong inisiatif, motivasi, dan tanggung
jawab pada siswa untuk selalu menerapkan seluruh potensi diri dalam
membangun gagasan melalui kegiatan belajar sepanjang hayat“.

Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan

terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang

beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta

antara siswa dengan siswa (Suyitno, 2004:2). Matematika adalah disiplin

ilmu yang mempelajari tentang tata cara berpikir dan mengolah logika,

baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Dengan demikian

pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru mata

pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada para

siswanya, yang di dalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan

iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan

kebutuhan siswa tentang matematika yang amat beragam agar terjadi

interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa

dalam mempelajari matematika tersebut.


14

Dalam Kurikulum 2004, tujuan pembelajaran matematika adalah :

a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan,


misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen,
menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.
b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi,
dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil,
rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,
catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan

yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang biasanya ditunjukkan

dengan nilai tes yang diberikan guru.

Menurut Gagne (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002:11) hasil-

hasil belajar berupa:

a. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan


pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
Pemilikan informasi verbal memungkinkan individu berperan dalam
kehidupan.
b. Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk
berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep.
c. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan
konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
d. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud
otomatisme gerak jasmani.
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan
penilaian terhadap obyek tersebut.

Hasil belajar dapat dikatakan sebagai ukuran keberhasilan siswa

yang telah mengikuti suatu proses pembelajaran dengan

membandingkannya terhadap tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.


15

Apabila siswa memperoleh hasil belajar yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum, secara otomatis

siswa tersebut dikatakan berhasil, demikian pula sebaliknya. Dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, setiap mata pelajaran khususnya

matematika memiliki standar ketuntasan belajar minimal (SKBM) untuk

setiap aspek penilaian. Aspek penilaian dalam mata pelajaran matematika

terdiri dari tiga, yaitu aspek pemahaman konsep, aspek penalaran dan

komunikasi matematik, dan aspek pemecahan masalah. Dalam penelitian

ini hasil belajar yang dinilai adalah hasil belajar aspek pemecahan

masalah.

Aspek pemecahan masalah

Pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang

telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal.

Penilaian terhadap kemampuan siswa dalam pemecahan masalah

disarankan mencakup kemampuan yang terlibat dalam proses

memecahkan masalah, yaitu memahami masalah, merencanakan

pemecahan masalah, menyelesaikan masalah (melaksanakan rencana

pemecahan masalah), menafsirkan hasilnya. Dari hasil karya siswa dalam

memecahkan masalah , dapat dilihat seberapa jauh kemampuan siswa

dalam memecahkan masalah ditinjau dari kemampuan-kemampuan

tersebut. Penilaian dapat dilakukan secara holistik (keseluruhan) atau

analitik (perbagian). Pada kenyataannya, siswa sering terhalang dalam

memecahkan masalah karena lemahnya (tidak terbiasa) mengembangkan


16

strategi pemecahan masalah dan kurangnya pemahaman konsep atau

prosedur yang terkandung dalam penyelesaian masalah.

Indikator keberhasilan memecahkan masalah ditunjukkan oleh

kemampuan :

a. Menunjukkan pemahaman masalah.


b. Menyajikan masalah secara matematik dalam berbagai bentuk.
c. Mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam
pemecahan masalah.
d. Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat.
e. Mengembangkan strategi pemecahan masalah.
f. Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah
menyelesaikan masalah yang tidak rutin.
(Tim PPPG Matematika, 2005:79)

Penilaian proses pembelajaran dilakukan terus menerus pada tiap

pertemuan dengan mengacu pada semua indikator yang telah ditetapkan di

setiap kompetensi dasar. Dari hasil penilaian beberapa pertemuan pada

pembelajaran satu kompetensi dasar akhirnya akan diperoleh deskripsi

atau gambaran pencapaian kompetensi tiap siswa pada satu kompetensi

dasar yang mencakup semua indikatornya.

3. Pembelajaran problem solving

a. Pengertian

Sebelum memberikan pengertian tentang pengertian problem

solving atau pemecahan masalah, terlebih dahulu membahas tentang

masalah atau problem. Suatu pertanyaan akan merupakan suatu

masalah jika seseorang tidak mempunyai aturan tertentu yang segera

dapat dipergunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut.


17

Munurut Polya (dalam Hudojo, 2003:150), terdapat dua macam

masalah :

(1) Masalah untuk menemukan, dapat teoritis atau praktis, abstrak atau
konkret, termasuk teka-teki. Kita harus mencari variabel masalah
tersebut, kemudian mencoba untuk mendapatkan, menghasilkan
atau mengkonstruksi semua jenis objek yang dapat dipergunakan
untuk menyelesaikan masalah tersebut. Bagian utama dari masalah
adalah sebagai berikut.
(a) Apakah yang dicari?
(b) Bagaimana data yang diketahui?
(c) Bagaimana syaratnya?
(2) Masalah untuk membuktikan adalah untuk menunjukkan bahwa
suatu pertanyaan itu benar atau salah atau tidak kedua-duanya.Kita
harus menjawab pertanyaan : ”Apakah pernyataan itu benar atau
salah ?”. Bagian utama dari masalah jenis ini adalah hipotesis dan
konklusi dari suatu teorema yang harus dibuktikan kebenarannya.

Penyelesaian masalah merupakan proses dari menerima


tantangan dan usaha-usaha untuk menyelesaikannya sampai
memperoleh penyelesaian. Sedangkan pengajaran penyelesaian
masalah merupakan tindakan guru dalam mendorong siswa agar
menerima tantangan dari pertanyaan bersifat menantang, dan
mengarahkan siswa agar dapat menyelesaikan pertanyaan tersebut
(sukoriyanto, 2001:103).

Pembelajaran pemecahan masalah adalah suatu kegiatan

yang didesain oleh guru dalam rangka memberi tantangan kepada

siswa melalui penugasan atau pertanyaan matematika (Tim PPPG

Matematika, 2005:93). Fungsi guru dalam kegiatan itu adalah

memotivasi siswa agar mau menerima tantangan dan membimbing

siswa dalam proses pemecahannya. Masalah yang diberikan harus

masalah yang pemecahannya terjangkau oleh kemampuan siswa.

Masalah yang diluar jangkauan kemampuan siswa dapat menurunkan

motivasi mereka.
18

b. Tujuan Pembelajaran Problem Solving

Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu

tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dari pembelajaran problem solving

adalah seperti apa yang dikemukakan oleh Hudojo (2003:155), yaitu

sebagai berikut.

(1) Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan

kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.

(2) Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah

intrinsik bagi siswa.

(3) Potensi intelektual siswa meningkat.

(4) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui

proses melakukan penemuan.

c. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Solving

Adapun langkah-langkah yang harus diperhatikan oleh guru

di dalam memberikan pembelajaran problem solving yaitu sebagai

berikut.

(1) Menyajikan masalah dalam bentuk umum.

(2) Menyajikan kembali masalah dalam bentuk operasional.

(3) Menentukan strategi penyelesaian.

(4) Menyelesaikan masalah.

Sedangkan menurut Hudojo dan Sutawijaya (dalam Hudojo,

2003:162), menjelaskan bahwa langkah-langkah yang diikuti dalam

penyelesaian problem solving yaitu sebagai berikut.


19

(1) Pemahaman terhadap masalah.

(2) Perencanaan penyelesaian masalah.

(3) Melaksanakan perencanaan.

(4) Melihat kembali penyelesaian.

Strategi belajar mengajar penyelesaian masalah adalah bagian

dari strategi belajar mengajar inkuiri. Penyelesaian masalah menurut

J. Dewey (dalam Hudojo, 2003:163), ada enam tahap:

(1) Merumuskan masalah: mengetahui dan menemukan masalah


secara jelas.
(2) Menelaah masalah: menggunakan pengetahuan untuk memperinci,
menganalisis masalah dari berbagai sudut.
(3) Merumuskan hipotesis: berimajinasi dan menghayati ruang lingkup,
sebab akibat dan alternatif penyelesaian.
(4) Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan
pembuktian hipotesis: kecakapan mencari dan menyusun data,
menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar.
(5) Pembuktian hipotesis: cakap menelaah dan membahas data,
menghitung dan menghubungkan, keterampilan mengambil
keputusan dan kesimpulan.
(6) Menentukan pilihan penyelesaian: kecakapan membuat alternatif
penyelesaian kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan
akibat yang akan terjadi pada setiap langkah.

d. Kelebihan dan kelemahan pembelajaran problem solving

Kelebihan pembelajaran problem solving antara lain sebagai berikut.

(1) Mendidik siswa untuk berpikir secara sistematis.

(2) Mampu mencari berbagai jalan keluar dari suatu kesulitan yang

dihadapi.

(3) Belajar menganalisis suatu masalah dari berbagai aspek.

(4) Mendidik siswa percaya diri sendiri.


20

Kelemahan pembelajaran problem solving antara lain sebagai berikut.

(1) Memerlukan waktu yang cukup banyak.

(2) Kalau di dalam kelompok itu kemampuan anggotanya heterogen,

maka siswa yang pandai akan mendominasi dalam diskusi sedang

siswa yang kurang pandai menjadi pasif sebagai pendengar saja.

4. Keterampilan Berproses

Menurut Syah (dalam Sukestiyarno dan Budi Waluyo, 2006:8)

menyatakan:

“Keterampilan berproses adalah kemampuan pola tingkah laku proses aktif


yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan
strategi pembelajaran yang disusun untuk mencapai hasil tertentu.
Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik saja melainkan juga
pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif”.

Menurut Margono (dalam Supriyadi, 2005:20), mengemukakan

pendekatan keterampilan berproses adalah suatu pendekatan pengajaran

yang menekankan pada keterlibatan siswa pada kegiatan-kegiatan dalam

penyusunan atau penemuan konsep sendiri. Terdapat dua kebaikan dalam

pendekatan keterampilan berproses:

a. Memberi bekal bagaimana cara memperoleh pengetahuan, sehingga

dapat menyiapkan siswa untuk masa depan.

b. Merupakan pendekatan yang kreatif, karena para siswa aktif

melakukan kegiatan ilmiah sendiri sehingga dapat meningkatkan cara

berpikir dan cara mendapatkan pengetahuan.

Menurut Depdikbud (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002:138),

pendekatan keterampilan berproses dapat diartikan sebagai wawasan


21

pengembangan keterampilan intelektual, sosial, fisik yang bersumber dari

kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam

diri siswa.

Dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat dikatakan terjadi

belajar, apabila terjadi proses perubahan tingkah laku pada diri siswa

sebagai hasil dari suatu pengalaman. Kegiatan pembelajaran di sekolah

secara operasional adalah membelajarkan siswa agar mampu memproses

dan memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap bagi dirinya sendiri.

Mengajar dengan kemampuan proses berarti memberi kesempatan kepada

siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau

mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Sebenarnya melalui

pembelajaran matematika tidak semata-mata hanya menanamkan

pengetahuan saja, tetapi melalui pembelajaran matematik sangat mungkin

diterapkan pembentukan sikap positif dan keterampilan cermat dan kritis.

Jenis-jenis keterampilan proses :

a. Mengamati

Melalui kegiatan mengamati, kita belajar tentang dunia sekitar

kita yang fantastis. Manusia mengamati objek-objek dan fenomena

alam dengan panca indra. Informasi yang kita peroleh dapat menuntun

keingintahuan, mempertanyakan, memikirkan, melakukan interpretasi

tentang lingkungan kita, dan meneliti lebih lanjut. Mengamati

merupakan tanggapan kita terhadap berbagai objek dan peristiwa alam

dengan menggunakan indera.


22

b. Mengklasifikasikan

Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk

memilih berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya,

sehingga didapatkan golongan sejenis dari objek peristiwa yang

dimaksud.

c. Mengkomunikasikan

Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain merupakan

dasar untuk segala yang kita kerjakan. Mengkomunikasikan dapat

diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan

prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual.

d. Mengukur

Pengembangan yang baik terhadap keterampilan-keterampilan

mengukur merupakan hal yang sangat penting dalam membina

observasi kuantitatif, mengklasifikasikan, dan membandingkan segala

sesuatu di sekeliling kita, serta mengkomunikasikan secara tepat dan

efektif kepada yang lain. Mengukur dapat diartikan sebagai

membandingkan yang diukur dengan satuan ukur tertentu yang telah

ditetapkan sebelumnya.

e. Memprediksi

Memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau

membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu

mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecanderungan


23

tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip ilmu

pengetahuan.

f. Menyimpulkan

Menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan

untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan

fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui.

Keterampilan siswa selama melaksanakan proses pembelajaran

dapat diamati dan dinilai tingkat perkembangannya dalam suatu

indikator dan taraf keterampilan proses.

5. Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar atau disebut juga daya serap adalah pencapaian

taraf penguasaan minimal yang telah ditetapkan oleh guru dalam tujuan

pembelajaran setiap satuan pelajaran (Supriyadi, 2005:20).

Ketuntasan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

ketuntasan hasil belajar dan keterampilan berproses. Standar ketuntasan

keterampilan berproses yang diterapkan dalam penelitian ini adalah 70

sedangkan standar minimal ketuntasan hasil belajar adalah 68.

B. Uraian Pokok Bahasan Segitiga

Kompetensi Dasar dan indikator pada pokok bahasan segitiga adalah sebagai

berikut.

Kompetensi Dasar : 1.Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan

sudutnya.
24

2.Melukis segitiga, garis tinggi, garis bagi, garis berat dan

garis sumbu.

3.Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan

menggunakannya dalam pemecahan masalah.

Indikator :1. Menjelaskan jenis-jenis segitiga bardasarkan sisi –

sisinya.

2. Menjelaskan jenis-jenis segitiga berdasarkan sudutnya.

3. Menyelesaikan soal mengenai sudut dalam segitiga.

4. Melukis segitiga sama kaki dan sama sisi.

5. Melukis garis tinggi, garis bagi, garis berat, dan garis

sumbu.

6. Menghitung keliling dan luas segitiga.

7. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

menghitung keliling dan luas segitiga.

Unsur-Unsur Segitiga

C Unsur Nama Unsur

Sisi AB, BC, dan AC

Sudut A, B, dan C
A B
D Alas AB

Tinggi CD

Segitiga adalah bidang datar yang dibatasi oleh tiga garis lurus dan

membentuk tiga sudut.


25

1. Jenis-Jenis Segitiga

a. Jenis segitiga berdasarkan panjang sisinya

1) Segitiga sama kaki


C

A B
Segitiga sama kaki adalah segitiga yang memiliki dua sisi yang

sama panjang. Gambar di atas menunjukkan bahwa sisi AB = AC.

2) Segitiga sama sisi


C

A B
Segitiga sama sisi adalah segitiga yang ketiga sisinya sama

panjang. Gambar di atas menunjukkan bahwa AB = BC = AC dan

∠ A = ∠ B = ∠ C.

3) Segitiga sembarang
C

B
A
Segitiga sembarang adalah segitiga yang ketiga sisinya tidak sama

panjang. Gambar di atas menunjukkan bahwa AB ≠ BC ≠ AC

dan ∠ A ≠ ∠ B ≠ ∠ C.

b. Jenis segitiga berdasarkan besar sudutnya

1) Segitiga Lancip, adalah segitiga yang ketiga sudutnya merupakan

sudut lancip (sudut yang besarnya antara 00 dan 900).


26

K L

2) Segitiga siku-siku, adalah segitiga yang salah satu sudutnya

merupakan sudut siku-siku (sudut yang besarnya dan 900).


M

K L

3) Segitiga tumpul, adalah segitiga yang salah satu sudutnya

merupakan sudut tumpul (sudut yang besarnya antara 900 dan


M
1800).

K L

c. Melukis garis-garis pada segitiga

1) Melukis garis tinggi segitiga

Langkah-langkah melukis garis tinggi segitiga adalah sebagai

berikut.

a) Gambarlah segitiga ABC.

b) Dengan pusat titik A lukislah busur lingkaran dengan

sembarang jari-jari r. Busur lingkaran tersebut memotong sisi

BC di titik P dan Q.

c) Lukislah dua busur lingkaran berjari-jari r, yang berpusat di P

dan Q. Kedua busur lingkaran ini berpotongan di titik D.


27

d) Hubungkan titik A dan titik D. Garis AD ini memotong sisi BC

di titik E. Garis AE inilah yang disebut garis tinggi.


C
D
P

E
Q
A B

2) Melukis garis bagi segitiga

a) Gambarlah segitiga ABC.

b) Dengan pusat A, lukislah busur lingkaran yang memotong sisi

AB dan AC berturut-turut di titik P dan Q.

c) Lukislah dua busur masing-masing berpusat di P dan Q dengan

jari-jari sembarang yang sama. Kedua busur ini berpotongan di

titik R.

d) Hubungkan titik A dan R. Garis AR ini memotong sisi BC di

titik D. Garis AD inilah yang disebut garis bagi.


C

A D
Q


A P B
3) Melukis garis berat dan garis sumbu segitiga

a) Gambarlah segitiga ABC.

b) Lukislah dua busur lingkaran masing-masing berpusat di B dan

C dengan jari-jari sembarang. Kedua unsur lingkaran

barpotongan di titik P dan Q.


28

c) Hubungkan titik P dan Q. Garis PQ disebut garis sumbu ruas

garis BC.

d) Garis PQ memotong sisi BC di titik D. Panjang BD = panjang

CD. Hubungkan titik A dengan titik D. Garis AD disebut garis

berat segitiga.
C

Q
D

P B
A
d. Sudut-Sudut Segitiga

1) Jumlah besar sudut-sudut suatu segitiga adalah 1800.


C
γ α + β + γ = 1800

α β
A B

2) Hubungan sudut dalam dan sudut luar segitiga.

Garis AB diperpanjang hingga ke titik D. Sudut-sudut α , β , γ

disebut sudut dalam segitiga. Sudut CBD disebut sudut luar

segitiga.
C
γ

α β
A B D
29

e. Keliling dan Luas Segitiga


C

A B

1) Keliling Segitiga

K = AB + BC + AC

2) Luas Segitiga

1
L = x AB xAC
2
1
= x alas x tnggi
2

C. Contoh Model Pembelajaran Problem Solving Pada Pokok Bahasan

Segitiga

Siswa membentuk kelompok, guru memberikan soal tentang pengertian

dan jenis-jenis segitiga kepada siswa sebagai sebuah masalah. Setiap siswa

mempunyai kesempatan untuk menyampaikan pendapat dan mendengarkan

pendapat teman kelompoknya. Setelah selesai, setiap kelompok

mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan kelompok lain memberi

tanggapan. Guru memberikan umpan balik/pemecahan kepada siswa. Secara

lengkap bisa dilihat pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) lampiran

1 halaman 66.
30

D. Kerangka Berpikir

Pembelajaran merupakan upaya menciptakan iklim dan pelayanan

terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang

beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara

siswa dengan siswa. Dalam metode pembelajaran ekspositori yang masih

banyak dianut oleh guru saat ini, kegiatan pembelajaran terpusat pada guru

sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran), sehingga pembelajaran

berlangsung satu arah saja. Guru tidak mengikutsertakan siswa dalam

pembelajaran, kalaupun siswa diberi kesempatan untuk bertanya, hanya

sedikit siswa saja yang melakukannya.

Dalam kehidupan sehari-hari siswa sering dihadapkan oleh berbagai

masalah. Oleh karena itu perlu sedini mungkin siswa dibiasakan untuk

menyelesaikan masalah. Dengan demikian diharapkan siswa mampu

mengambil keputusan melalui proses yaitu memahami masalah,

merencanakan penyelesaian masalah, melaksanakan rencana pemecahan

masalah, dan mengecek kembali hasil pemecahan masalah.

Salah satu model pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran

problem solving, yaitu pembelajaran yang didesain guru dalam rangka

memberi tantangan kepada siswa melalui penugasan (pertanyaan) matematika.

Guru sebagai motivator siswa agar mau menerima tantangan dan membimbing

siswa dalam proses memecahkannya. Model problem solving dapat mendidik

siswa berpikir secara sistematis, mampu mencari berbagai jalan keluar dari
31

suatu kesulitan yang dihadapi, dapat belajar menganalisis suatu masalah dari

berbagai aspek dan dapat mendidik siswa percaya diri.

Pokok bahasan segitiga merupakan salah satu aspek dalam geometri.

Geometri merupakan materi yang dianggap siswa masih abstrak dan

memerlukan kemampuan pemecahan masalah, serta dapat membantu siswa

memperoleh pengetahuannya melalui siswa lain dalam diskusi kelompok

sehingga nantinya siswa juga diharapkan dapat mengembangkan keterampilan

berproses secara lisan maupun tulisan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran

materi segitiga diperlukan keterampilan berproses dalam memecahkan

masalah.

Hasil proses belajar dapat diamati, maka perubahan keterampilan siswa

selama melaksanakan proses pembelajaran juga dapat diamati dan dinilai

tingkat perkembangnnya dalam suatu indikator dan taraf keterampilan

berproses. Kegiatan tersebut diberi nama variabel keterampilan berproses.

Keterampilan berproses siswa dapat dilihat dengan mengajukan pertanyaan,

menjawab pertanyaan atau menanggapi, menyampaikan ide atau pendapat,

mendengarkan secara aktif, berada dalam tugas, dan sebagainya. Selanjutnya

setelah proses pembelajaran berakhir maka akan dapat diukur hasil belajar

dengan suatu indikator kemampuan kognitif. Pengukuran ini diberi nama

variabel hasil belajar. Apabila ketermpilan berproses seseorang menunjukkan

adanya perkembangan, maka akan dapat memberikan kontribusi yang baik,

yaitu peningkatan hasil belajar. Dengan demikian ada pengaruh yang positif
32

keterampilan berproses terhadap hasil belajar. Dan pada akhirnya tercapai

ketuntasan hasil belajar dan keterampilan berproses.

Bagan kerangka berpikir adalah sebagai beikut

Siswa

Masalah pada pokok


bahasan segitiga

Model Pembelajaran yang sesuai


(Model Pembelajaran Problem Solving)

Siswa belajar dalam kelompok

Pengamatan keterampilan berproses

Pengaruh keterampilan berproses Kemampuan memecahkan


model pembelajaran Problem Solving masalah matematika
terhadap hasil belajar

Ada pengaruh positif Mencapai ketuntasan belajar


keterampilan berproses model
pembelajaran Problem Solving
terhadap hasil belajar
33

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Keterampilan berproses model pembelajaran problem solving pada pokok

bahasan segitiga mempunyai pengaruh yang positif terhadap hasil belajar

siswa SMP N 15 Semarang.

2. Pembelajaran matematika pokok bahasan segitiga dengan model

pembelajaran problem solving dapat mencapai ketuntasan belajar

(keterampilan berproses dan hasil belajar).


34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penentuan Obyek Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMP N 15

Semarang kelas VII yang berjumlah 352 siswa pada semester genap tahun

pelajaran 2006/2007. Kelas VII terdiri dari delapan kelas yaitu kelas VIIA

sampai dengan kelas VIIH, setiap kelasnya terdiri dari 44 siswa.

2. Sampel penelitian

Penentuan sampel dalam penelitian ini dipilih dengan teknik

cluster random sampling dari populasi normal yang diasumsikan homogen

dengan pertimbangan siswa duduk pada jenjang kelas yang sama, guru

yang mempunyai kemampuan sama, materi berdasarkan pada kurikulum

yang sama dan pembagian kelas tidak ada kelas unggulan. Dari populasi

yang tersebar dalam 7 (tujuh) kelas, dipilih 1 (satu) kelas yang akan

menjadi sampel yaitu kelas VII G (nama responden terdapat pada lampiran

27 halaman 134) dan 1 (satu) kelas untuk uji coba yaitu kelas VII F (nama

responden terdapat pada lampiran 26 halaman 133).


35

3. Variabel penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah keterampilan berproses

pembelajaran matematika dengan model problem solving (X).

2) Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar (Y) siswa

kelas VII SMP N 15 Semarang pada pokok bahasan segitiga. Hasil

belajar yang akan dinilai dalam penelitian ini adalah aspek pemecahan

masalah.

4. Desain Penelitian

Langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti pada saat penelitian adalah

sebagai berikut.

a. Peneliti merancang kelas yang akan dijadikan sampel.

b. Peneliti membuat instrumen penelitian yang akan digunakan untuk

penelitian.

c. Peneliti melaksanakan uji coba instrumen penelitian, menganalisis dan

menetapkan instrumen penelitian..

d. Peneliti melaksanakan pembelajaran pada sampel penelitian. Pada

pelaksanaan ini diterapkan model pembelajaran problem solving.

e. Peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian

pada sampel dengan pengamatan untuk mengukur keterampilan

berproses dan tes untuk mengukur hasil belajar.


36

f. Peneliti menganalisis/mengolah data yang telah dikumpulkan dengan

metode yang telah ditentukan.

g. Peneliti menyusun dan melaporkan hasil-hasil penelitian.

B. Metode Pengumpulan Data

1. Lembar Observasi/pengamatan

Lembar pengamatan dalam penelitian ini digunakan untuk

mendapatkan data tentang keterampilan berproses siswa kelas VII G SMP

Negeri 15 Semarang pembelajaran matematika dengan model problem

solving.

2. Tes

Tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa

pada pokok bahasan segitiga setelah proses pembelajaran.

C. Instrumen Penelitian

1. Materi dan Bentuk Tes

Materi tes yang digunakan adalah materi kelas VII semester II yaitu

segitiga.

Bentuk tes yang digunakan adalah bentuk soal uraian.

2. Metode Penyusunan Perangkat tes

Penyusunan tes dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Menentukan materi yang diujikan.

b. Menentukan tipe soal.

c. Menentukan jumlah soal berdasarkan pertimbangan dan tingkat

kesulitan soal.
37

d. Menentukan alokasi waktu untuk mengerjakan soal.

e. Menentukan komposisi atau jenjang.

f. Membuat kisi-kisi.

g. Menuliskan petunjuk mengerjakan soal, bentuk lembar jawab, kunci

jawaban, dan penentuan skor.

h. Menulis butir soal.

i. Mengujicobakan instrumen.

j. Menganalisis hasil uji coba dalam hal validitas, reliabilitas, daya beda

dan tingkat kesukaran.

k. Memilih item soal yang sudah teruji berdasarkan analisis yang sudah

dilakukan.

3. Indikator Kinerja

Indikator kinerja yang akan dinilai dalam penelitian ini adalah

keterampilan berproses dan hasil belajar.

a. Indikator keterampilan berproses

I. Keterampilan siswa dalam pembelajaran secara global.

(1) Kesiapan siswa untuk menerima pelajaran.

(2) Keterampilan siswa mengingat kembali materi/pengetahuan

prasyarat.

(3) Keterampilan membuat catatan penting materi pelajaran.

(4) Konsentrasi dalam mengikuti pelajaran.

(5) Keterlibatan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.


38

II. Reaksi/tanggapan siswa terhadap tugas yang diberikan.

(6) Membuat daftar pertanyaan yang berkualitas.

(7) Jumlah jawaban soal yang coba diselesaikan.

(8) Membuat rangkuman materi yang berkualitas.

(9) Keterampilan menyelesaikan tugas rumah yang diberikan.

(10) Kedisiplinan menyelesaikan tugas.

III. Keaktifan dalam pembelajaran.

(11) Keterampilan mengungkapkan pendapat.

(12) Keterampilan menjawab pertanyaan yang diberikan.

(13) Kereaktifan siswa dalam melontarkan kritik.

(14) Keterampilan berinteraksi melalui bertanya/siap menjawab

pertanyaan dalam pembelajaran.

(15) Memberi kesempatan teman kelompok untuk aktif.

(16) Adanya kerja sama antar sesama anggota kelompok.

(17) Keterampilan beradaptasi dengan teman.

IV. Keterampilan siswa dalam berkomunikasi menanggapi hasil

jawaban.

(18) Keterampilan mengkomunikasikan jawaban.

(19) Keterampilan menyajikan hasil diskusi.

(20) Keterampilan melaksanakan cara kerja sesuai dengan petunjuk.

V. Keterampilan siswa dalam melakukan kegiatan matematis

(21) Kesiapan siswa menghadapi masalah dalam pembelajaran.


39

(22) Keterampilan memecahkan masalah ketika siswa mengerjakan

evaluasi.

(23) Keterampilan mengukur, menghitung, menafsirkan,

memprediksi suatu konsep dan menunjukkan rumus.

(24) Keterampilan membuat kesimpulan hasil pembelajaran.

(25) Keterampilan dalam mengikuti evaluasi individu.

Penilaian keterampilan berproses menggunakan skala likert 1 sampai

dengan 5.

Standar ketuntasan keterampilan berproses yang diterapkan dalam

penelitian ini adalah 70, dengan pertimbangan keterampilan berproses

harus lebih tinggi dari pada hasil belajar yang dicapai.

b. Indikator hasil belajar

(1) Menjelaskan jenis segitiga berdasarkan sisi-sisinya.

(2) Menjelaskan jenis segitiga berdasarkan sudutnya.

(3) Menyelesaikan soal mengenai sudut dalam segitiga.

(4) Melukis segitiga sama kaki dan sama sisi.

(5) Melukis garis tinggi, garis bagi, garis berat, dan garis sumbu.

(6) Menghitung keliling dan luas segitiga.

(7) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung

keliling dan luas segitiga.

Penilaian skoring dengan rentang 0 sampai dengan 100.

Berdasar sekolah yang diteliti yaitu SMP N 15 Semarang, standar

minimal ketuntasan hasil belajar adalah 68.


40

Dalam pelaksanaan penelitian, teknik pengambilan data pada

variabel keterampilan berproses dilakukan dengan lembar pengamatan

(observasi), sedangkan untuk variabel hasil belajar kelas sampel

pengukurannya dengan tes tertulis.

Menurut Sugiyono (2003:270) instrumen yang berupa tes perlu

diuji validitas isi dan validitas konstruksi. Instrumen berupa non tes

hanya cukup diuji validitas konstruksinya. Setelah instrumen

dikonstruksi berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur dengan

landasan teori tertentu, maka langkah selanjutnya yaitu melakukan uji

validitas isi dengan cara mengkonsultasikan instrumen tersebut

dengan para ahli yang dalam hal ini adalah dosen pembimbing.

Instrumen yang telah disetujui oleh para ahli diujicobakan pada sampel

lain dalam populasi yang sama.

Indikator-indikator variabel keterampilan berproses akan diuji

validitas isinya dengan bimbingan dosen pembimbing, sedangkan

untuk variabel hasil belajar akan dilakukan validitas dan reliabilitas,

daya beda dan tingkat kesulitan soal.

D. Analisis Uji Coba Instrumen Penelitian

1. Validitas Soal

Untuk mengetahui validitas isian digunakan rumus korelasi

product moment, yaitu :


41

N ∑ XY − ∑ X ∑ Y
rxy =
{N ∑ X 2 − (∑ X ) 2 }{N ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2 }

keterangan:

rxy = koefisien korelasi

N = banyaknya peserta tes

∑X = jumlah skor butir

∑Y = jumlah skor total

X = Skor butir

Y = Skor total

(Arikunto, 2002:72)

Setelah diperoleh harga rxy, kemudian dikonsultasikan dengan r

kritik product moment dengan taraf signifikan α = 5% , jika rxy > rtabel

maka soal dikatakan valid, dan sebaliknya.

2. Reliabilitas Soal

Reliabilitas instrumen atau alat evaluasi adalah ketepatan alat

evaluasi dalam mengukur.

Adapun rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen tes

soal berbentuk uraian adalah dengan rumus Alpha.

r11 =
n
(1 −
∑τ i )
2

n −1 ∑τ t2
keterangan:

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan


42

n = banyak item soal

∑τ
2
i = jumlah varians skor tiap-tiap item

∑τ t
2
= varians total

Rumus varians butir soal, yaitu:

( ∑ X) 2
∑X 2

n
σ i2 =
n

Rumus varians total yaitu:

(∑ Y ) 2
∑Y
2

σt2 = n
n

Nilai r11 yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan rtabel

product moment dengan ketentuan jika r11 > rtabel maka tes tersebut reliabel.

(Arikunto, 2002:109)

3. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tehnik perhitungan tingkat kesukaran soal adalah dengan

menghitung berapa persen testi yang gagal menjawab benar atau ada

dibawah batas lulus untuk tiap butir soal (Arifin, 1991:135-136).

Kriteria yang cocok digunakan dalam penelitian ini adalah butir-butir

soal yang berdistribusi normal, artinya tes tersebut mencakup semua

tingkat kesukaran baik itu mudah, sedang, maupun sukar.

Rumus yang digunakan untuk mencari tingkat kesukaran soal bentuk

uraian adalah sebagai berikut.


43

Jumlah testi yang gagal


TK = x 100%
Jumlah peserta tes

Dalam penelitian ini tes dikatakan gagal jika tingkat kebenaran dalam

menjawab kurang dari 50%.

Untuk menginterpretasikan nilai tingkat kesukaran dapat digunakan

tolok ukur sebagai berikut,

a. Jika jumlah testi yang gagal mencapai 27%, termasuk mudah.

b. Jika jumlah testi yang gagal antara 28% sampai dengan 72%, termasuk

sedang.

c. Jika jumlah testi yang gagal 72% ke atas, termasuk sukar.

(Arifin, 1991:135)

4. Daya Beda Soal

Daya pembeda soal diperlukan untuk mengetahui seberapa akurat

soal tersebut dalam membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang

tidak pandai. Soal dianggap baik apabila siswa yang menjawab benar pada

kelompok siswa pandai lebih banyak dari siswa yang menjawab benar

pada kelompok siswa kurang pandai.

Daya pembeda untuk soal uraian digunakan rumus uji t :

MH − ML
t=
∑x +∑x
2
1
2
2

n1 (n1 − 1)

keterangan :

t = Uji t

MH = Mean kelompok atas


44

ML = Mean kelompok bawah

∑x 2
1
= jumlah deviasi skor kelompok atas

∑x 2
2
= jumlah deviasi skor kelompok bawah

n1 = jumlah responden pada kelompok atas atau bawah (27% x N)

N = jumlah seluruh respon yang mengikuti tes

Hasil perhitungan t dikonsultasikan dengan t tabel dengan dk = (n1-1) +

(n2-1) dan taraf signifikansi 5 %, jika t hitung > t tabel maka daya beda soal

tersebut signifikan (Arifin, 1991:141).

E. Analisis Data

1 Untuk menguji hipotesis 1 digunakan uji normalitas dan analisis

regresi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menentukan statistik yang akan

digunakan dalam mengolah data, yang paling penting adalah untuk

menentukan apakah menggunakan statistik parametrik atau non

parametrik. Berikut langkah-langkah uji normalitas :

i. Rumusan hipotesis

H0 : data berdistribusi normal

H1 : data tidak berdistribusi normal

ii. Statistik yang dipakai adalah uji Chi-Kuadrat.

iii. Menentukan α = 5 %.
45

iv. Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika x 2 ≥ x(1−α )( k −1)

v. Statistik yang digunakan adalah χ 2 = ∑


k
(Oi − Ei )2
i =1 Ei
Keterangan:

χ2 : harga Chi-Kuadrat

Oi : frekuensi hasil pengamatan

Ei : frekuensi yang diharapkan

(Sudjana, 2002:273)

vi. Simpulan jika H0 diterima maka data berdistribusi normal.

b. Analisis Regresi

(1) Regresi Linier Sederhana


)
Rumus yang digunakan : Y = a + bX

(∑ Y )(∑ X ) − (∑ X )(∑ X Y )
2

a=
i i i i i

n∑ X − (∑ X ) 2 2
i i

n∑ X i Yi − (∑ X i )(∑ Yi )
b=
n∑ X i2 − (∑ X i )
2

(Sudjana, 2002:315)

Dimana : X = variabel bebas


)
Y = variabel terikat

a,b = koefisien regresi

(2) Uji Keberartian dan Kelinieran Regresi Sederhana

Menurut Sudjana (2002:331) uji ini digunakan untuk

menguji apakah model linier yang telah diambil itu betul-betul


46

cocok dengan keadaannya atau tidak. Berikut langkah-langkah uji

kelinieran regresi :

i. Rumusan hipotesis

Ho: β = 0, regresi tidak linier

H1 : β ≠ 0, regresi linier

ii. Statistik yang digunakan adalah Uji-F.

iii. Menentukan α = 5 %.

iv. Kriteria pengujian H0 ditolak jika Fhitung ≥ F(1- α ),(1,n - 2).

v. Statistik hitung yang digunakan

Untuk pengujian kelinieran digunakan tabel berikut:

Sumber
dk JK KT F
Variasi

Total n ∑Y i
2
∑Y i
2
-

Regresi (a) 1 (∑ Y ) i
2
/n (∑ Y ) i
2
/n

Regresi (b) 1 2
JKreg = JK (b a) S2reg =JK (b a) s reg
2
s res
∑( )
) 2
Yi − Yi
Residu n-2
)
JK res = ∑ Yi − Yi( )
2
2
S res =
n−2

Tuna cocok k-2 JK (TC) JK (TC )


2
sTC = 2
k −2 sTC
s e2
JK ( E )
Kekeliruan n-k JK (E) s e2 =
n−k

(Sudjana, 2002:331).

vi. Simpulan H0 ditolak artinya signifikan atau model adalah linier.


47

Jika didapat bahwa koefisien regresi berarti dan persamaan

regresi benar-benar linier maka persamaan regresi dapat

digunakan untuk mengukur.

(3) Analisis Korelasi Perhitungan Koefisien Korelasi

i. Rumusan hipotesis

Ho: koefisien korelasi tidak signifkan

H1 : koefisien korelasi signifikan

ii. Statistik yang digunakan adalah korelasi product moment.

iii. Menentukan α = 5 %.

iv. Kriteria pengujian H0 ditolak jika rhitung ≤ r(n, α ).

v. Rumus statistik yang digunakan adalah sebagai berikut.

n(∑ XY ) − (∑ X )(∑ Y )
rxy =
[n(∑ X 2
) − (∑ X ) ][n(∑ Y ) − (∑ Y ) ]
2 2 2

(Sugiyono, 2005:250)

Dengan :

rxy : koefisien korelasi

n : jumlah subyek

X : variabel bebas

Y : variabel terikat

vi. Simpulan H0 ditolak maka koefisien korelasi signifikan.

(a) Koefisien Determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh X terhadap Y.


48

Rumus yng digunakan :

b{n∑ XY − (∑ X )(∑ Y )}
r2 =
n∑ Y 2 − (∑ Y )
2

r2 = koefisien determinasi

b = koefisien arah regresi

(Sudjana, 2002:370).

2 Untuk menguji hipotesis 2 digunakan uji hipotesis satu sampel

i. Rumusan hipotesis

Hipotesis statistik yang digunakan untuk variabel hasil belajar adalah

H0 : rata-rata hasil belajar siswa = 68

H1 : rata-rata hasil belajar siswa ≠ 68

Hipotesis statistik yang digunakan untuk variabel keterampilan

berproses adalah

H0 : rataan nilai keterampilan berproses siswa = 70

H1 : rataan nilai keterampilan berproses siswa ≠ 70

ii. Statistik yang digunakan adalah uji-t.

iii. Menentukan α = 5 %.

iv. Kriteria pengujian H0 diterima jika − t 1 < t hitung < t 1 .


(1− α , n −1) (1− α , n −1)
2 2

v. Rumus statistik yang digunakan


X − μ0
t=
s
n

(Sudjana, 2002:227)
49

Keterangan :

t = nilai t yang dihitung


X = rata-rata hasil belajar

μ 0 = nilai yang dihipotesiskan

s = simpangan baku

n = jumlah anggota sampel

vi. Simpulan terima H0 artinya mencapai tuntas belajar.

F. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian

Uji coba instrumen diberikan kepada siswa kelas VII di luar sampel,

yaitu kelas VII F akan tetapi masih termasuk dalam populasi. Nama siswa dan

kode responden uji coba dapat dilihat pada lampiran 26 halaman 133.

1. Tes Hasil Belajar Matematika

a. Validitas Soal

Setelah tes pokok bahasan Segitiga kepada 44 siswa kelas VII

F, dengan taraf signifikansi 5 % didapat r tabel sebesar 0,297. Dari hasil

perhitungan ternyata dari 14 item soal ada 3 item soal yang tidak valid,

yaitu soal nomor 1, 4, 5. Soal tidak valid dikarenakan r hitung < rtabel.

Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 14 halaman 99.

b. Reliabilitas

Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus

Alpha terhadap hasil uji coba diperoleh rhitung = 0,479 sedangkan rtabel =

0,297. Jadi rhitung > rtabel sehingga tes yang diujicobakan reliabel. Hasil

perhitungan dapat dilihat pada lampiran 14 halaman 99.


50

c. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Dari hasil perhitungan taraf kesukaran tes pokok bahasan

Segitiga, didapat 4 item soal sukar (soal nomor : 1, 2, 3, 9), 7 item soal

sedang (soal nomor : 5, 9, 10, 11, 12, 13, 14), dan 3 item soal mudah

(soal nomor : 4, 6, 7). Hasil perhitungan dapat dilihat pada

lampiran 14 halaman 99.

d. Daya Pembeda Soal

Dari hasil perhitungan daya pembeda signifikan pada nomor 3,

6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13 dan 14.Sedangkan nomor 1, 2, 4, dan 5 tidak

signifikan. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 14 halaman

99.

2. Penentuan Instrumen

Berdasarkan hasil perhitungan analisis validitas, reliabilitas,

tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal, maka item soal uji coba

yang dipakai sebagai instrumen untuk mengambil data pada penelitian

ini adalah soal nomor 3, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13 dan 14. Sedangkan

soal yang tidak dipakai adalah soal nomor 1, 2, 4 dan 5. Selengkapnya

terdapat pada lampiran 16 halaman 109.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian pengaruh keterampilan berproses model pembelajaran

Problem Solving, dilaksanakan pada saat proses pembelajaran sesuai dengan

jadwal pelajaran kelas VII G SMP N 15 Semarang semester genap tahun

pelajaran 2006/2007 yaitu pada tanggal 7, 9, 14, dan 16 Mei 2006. Sebelum

kegiatan penelitian ini dilaksanakan, terlebih dahulu menentukan materi dan

menyusun rencana pembelajaran, dan lembar observasi/pengamatan

keterampilan berproses untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses

pembelajaran berlangsung. Pokok bahasan yang dipilih adalah segitiga.

1. Hasil Uji Normalitas

Perhitungan uji normalitas untuk sampel dengan menggunakan

data awal ulangan harian pokok bahasan Garis dan Sudut, diperoleh mean

73,61; simpangan baku 12,35; nilai tertinggi 94; nilai terendah 50; banyak

kelas interval = 6 dan panjang kelas interval = 8. Sehingga diperoleh

2
x hitung = 6,57 dengan taraf signifikansi sebesar 5 % dan dk = 6–3 = 3

2
diperoleh xtabel = x02,95(3) = 7,81 . Terlihat bahwa xhitung
2
< xtabel
2
, hal ini

berarti bahwa sampel berdistribusi normal atau dapat dikatakan populasi

juga berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 28 halaman 135.


52

Setelah penelitian dilaksanakan, diperoleh data hasil belajar pokok

bahasan segitiga dengan menerapkan model pembelajaran problem

solving. Data ini diuji normalitasnya. Dari perhitungan diperoleh mean

70,16; simpangan baku 8,70; nilai tertinggi 94; nilai terendah 54; banyak

2
kelas interval = 6 dan panjang kelas interval = 8, sehingga x hitung = 6,73

dengan taraf signifikansi sebesar 5 % dan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh

2
xtabel = x02,95(3) = 7,81 . Terlihat bahwa xhitung
2
< xtabel
2
, hal ini berarti bahwa

sampel berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 29 halaman 136.

2. Pengaruh Keterampilan Berproses terhadap Hasil Belajar Siswa

Untuk menguji ada tidaknya pengaruh keterampilan berproses

terhadap hasil belajar siswa perlu dilakukan uji analisis data dengan SPSS

versi 10.0. Pada bab II bagian hipotesis pertama tertulis, ada pengaruh

yang positif keterampilan berproses model pembelajaran problem solving

pada pokok bahasan segitiga terhadap hasil belajar. Pernyataan di atas

dapat diuji sebagai berikut.

Uji Linieritas antara Keterampilan Berproses terhadap Hasil Belajar

Untuk menguji kelinieritasan antara keterampilan berproses

^
terhadap hasil belajar dalam persamaan regresi Y = a + bX dapat dilihat

pada tabel koefisien pada lampiran 35 halaman 142 yaitu tabel 1.


53

Tabel 1. Uji Kelinieran antara Keterampilan Berproses dan Hasil

Belajar

Coefficientsa

Standardi
zed
Unstandardized Coefficien
Coefficients ts
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -21.585 9.793 -2.204 .033
KET_PROS 1.289 .137 .823 9.396 .000
a. Dependent Variable: HSL_BLJR

^
Dari tabel di atas dapat dibaca persamaan regresinya Y = -21,585

+ 1,289X. Karena koefisien β untuk X adalah positif 1,289 maka dikatakan

hubungan tersebut adalah positif. Positif mengandung arti bahwa variabel

keterampilan berproses terhadap hasil belajar mempunyai hubungan linier.

Dengan melihat nilai koefisien β yang terstandar seperti terlihat pada tabel

1 adalah 0,823 maka secara teoritis nilai tersebut menunjukkan sama

dengan nilai koefisien korelasi.

Uji Keberartian

Ho: β = 0, hubungan antara keterampilan berproses dan hasil belajar

tidak berarti.

H1 : β ≠ 0, hubungan antara keterampilan berproses dan hasil belajar

berarti.

Untuk menguji hipotesis tersebut dapat dilihat Anova output pada

lampiran 35 halaman 142 yaitu pada tabel 2 Keberartian Regresi dibawah

ini.
54

Tabel 2. Keberartian Regresi

ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2206.243 1 2206.243 88.280 .000a
Residual 1049.643 42 24.992
Total 3255.886 43
a. Predictors: (Constant), KET_PROS
b. Dependent Variable: HSL_BLJR

Dari tabel di atas diperoleh Anova output SPSS versi 10.0 dengan

nilai Sig=0,000=0% lebih kecil dari 5%, maka Ho ditolak yang

mempunyai arti bahwa antara keterampilan berproses dan hasil belajar

mempunyai hubungan yang linier. Karena mempunyai hubungan linier

maka dikatakan antara keterampilan berproses dan hasil belajar

mempunyai hubungan yang berarti.

Untuk melihat besar pengaruh atau kontribusi keterampilan

berproses (X) terhadap hasil belajar (Y) dapat dibaca dari nilai R Square.

Dari tabel 3 model summary dapat dilihat nilai R square yang diperoleh

dari hasil olahan SPSS versi 10.0 dari lampiran 35 halaman 142.

Tabel 3. Kontribusi Keterampilan Berproses Terhadap Hasil Belajar

Model Summary

Adjusted Std. Error of


Model R R Square R Square the Estimate
1 .823a .678 .670 5.00
a. Predictors: (Constant), KET_PROS
55

Nilai R square menunjukkan besarnya kontribusi X yaitu

keterampilan berproses terhadap Y nilai hasil belajar. Dari tabel di atas

dapat dilihat nilai R2 = 0,678 = 67,8 % artinya keterampilan berproses

mempengaruhi hasil belajar sebesar 67,8 %, sedangkan masih ada

pengaruh variabel lain sebesar 32,2 %.

3. Ketuntasan Target Pencapaian

a. Ketuntasan Variabel Keterampilan Berproses

Untuk mengetahui pencapaian ketuntasan variabel hasil belajar

digunakan uji statistik t compare mean one sample. Untuk variabel

keterampilan berproses dengan nilai rataan 71,15 dan nilai ketuntasan

70, akan dipilih uji dua pihak.

Berdasar data hasil penelitian variabel keterampilan berproses

pada lampiran yang diolah dengan SPSS versi 10.0 diperoleh output

yang hasilnya dapat dilihat pada lampiran 34 halaman 141. Untuk

mendiskripsikan data output yang ada, maka penyimpulan output

secara teoritis didasari pada diterima atau ditolaknya Ho dengan

ketentuan seperti di bawah ini

H0 : rataan nilai keterampilan berproses siswa = 70

H1 : rataan nilai keterampilan berproses siswa ≠ 70


56

Tabel 4. Ketuntasan Variabel Keterampilan Berproses

One-Sample Test

Test Value = 70
95% Confidence
Interval of the
Mean Difference
t df Sig. (2-tailed) Difference Lower Upper
KET_PROS 1.379 43 .175 1.155 -.534 2.844

Dari perhitungan diperoleh t hitung = 1,379. Kemudian dengan

1
peluang (1 − α ) , taraf signifikansi 5 % dan dk = (n-1), diperoleh
2

t tabel = 2,017. Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t tabel

memperlihatkan bahwa − t tabel < t hitung < t tabel , sehingga Ho diterima.

Maka nilai rataan keterampilan berproses sama dengan 70. Dengan

kata lain, telah mencapai target ketuntasan belajar.

b. Ketuntasan Variabel Hasil Belajar

Untuk mengetahui pencapaian ketuntasan variabel hasil belajar

digunakan uji statistik t compare mean one sample. Oleh karena skor

rataan hasil belajar 70,16 dan skor ketuntasan 68, maka dipilih uji dua

pihak.

Berdasar data hasil penelitian hasil belajar pada lampiran 31

halaman 138 yang diolah dengan SPSS versi 10.0, maka dihasilkan

output yang dapat dilihat pada lampiran 33 halaman 140. Untuk

mendiskripsikan data output yang diperoleh, maka penyimpulan output


57

secara teoritis didasari pada diterima atau ditolaknya Ho dengan

ketentuan seperti di bawah ini

H0 : rata-rata hasil belajar siswa = 68

H1 : rata-rata hasil belajar siswa ≠ 68

Tabel 5. Ketuntasan Variabel Hasil Belajar

One-Sample Test

Test Value = 68
95% Confidence
Interval of the
Mean Difference
t df Sig. (2-tailed) Difference Lower Upper
HSL_BLJR 1.646 43 .107 2.16 -.49 4.80

Dari perhitungan diperoleh t hitung = 1,379. Kemudian dengan

1
peluang (1 − α ) , taraf signifikansi 5 % dan dk = (n-1), diperoleh
2

t tabel = 2,017. Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t tabel

memperlihatkan bahwa − t tabel < t hitung < t tabel , sehingga Ho diterima.

Maka hasil belajar dengan model pembelajaran Problem Solving telah

mencapai target ketuntasan 68.

B. Pembahasan

Hasil analisis statistik yang menerima nilai rataan variabel

keterampilan berproses sama dengan 70 dan nilai hasil belajar dengan target

ketuntasan sama dengan 68, menunjukkan bahwa standar ketuntasan

keterampilan berproses dan hasil belajar telah tercapai.


58

Dengan hasil uji statistik rataan keterampilan berproses 71,15 dan

rataan nilai hasil belajar 70,16 membuktikan bahwa pembelajaran Problem

Solving dapat mengembangkan siswa dalam berpikir dan memberikan

pengetahuan, kecakapan praktis yang berwujud generalisasi yang merupakan

gambaran dalam menghadapi problem atau masalah baru. Dalam

pembelajaran ini, siswa terlibat secara aktif. Bentuk pelibatan siswa yaitu

kerja sama antar teman untuk dapat memecahkan soal-soal pemecahan

masalah, siswa dibimbing untuk bisa menemukan solusi pemecahan masalah

sendiri.

Dari hasil perhitungan diperoleh harga R = 0,823 (R ≠ 0), ini

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel X dengan variabel Y.

Setelah diuji keberartiannya, ternyata koefisien korelasi berarti. Jadi dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keterampilan

berproses dengan hasil belajar.

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh persamaan estimator regresi

^
linier sederhana Y = -21,585 + 1,289X. Setelah diuji keberartiannya ternyata

persamaan regresi linier tersebut berarti artinya persamaan tersebut dapat

digunakan untuk menaksir harga Y jika X diketahui. Kemudian uji regresi

linier juga menunjukkan persamaan regresi adalah linier. Diketahui nilai b

positif, ini menunjukkan bahwa hubungan antara Y dan X berbanding lurus. Y

akan meningkat jika nilai X meningkat dan sebaliknya. Jadi dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar akan meningkat jika keterampilan berproses meningkat

berdasarkan kelebihan pembelajaran Problem Solving antara lain :


59

1 Mendidik siswa untuk berpikir secara sistematis.

2 Mampu mencari berbagai jalan keluar dari suatu kesulitan yang dihadapi.

3 Belajar menganalisis suatu masalah dari berbagai aspek.

4 Mendidik siswa percaya diri sendiri

Koefisien determinasi menunjukkan besarnya pengaruh antara variabel

X dengan variabel Y. Koefisien determinasi R2 = 0,678 dari perhitungan

memberikan arti bahwa besarnya pengaruh keterampilan berproses terhadap

hasil belajar matematika siswa adalah 0,678 atau 67,8 %.

Besarnya pengaruh keterampilan proses terhadap hasil belajar sebesar

67,8 % memperkuat pendapat Muhibbin (2003) yang menegaskan bahwa

proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk perubahan seperti

perubahan pengetahuan, penalaran, sikap dan tingkah laku, keterampilan,

kecakapan, kebiasaan, pemecahan masalah serta perubahan aspek-aspek lain

dalam individu yang belajar. Salah satu penyebab terjadinya perubahan

keterampilan dan pemecahan masalah didukung oleh adanya model

pembelajaran yang diberikan yaitu model pembelajaran Problem Solving.

Model pembelajaran Problem Solving adalah cara menyajikan bahan

pelajaran dengan memberikan persoalan untuk dipecahkan oleh siswa dalam

rangka pencapaian tujuan pengajaran. Langkah pertama yang dilakukan guru

adalah menyiapkan materi bahan ajar yang berupa LKS yang berisi soal –soal

pemecahan masalah yang akan diselesaikan oleh siswa secara kelompok dan

individu. Kemudian melakukan pembagian kelompok. Setelah kelompok

belajar terbentuk, selanjutnya guru memberikan petunjuk untuk menjelaskan


60

batasan-batasan materi yang akan dipelajari, kemudian siswa melakukan

diskusi dengan bantuan LKS secara berkelompok. Setiap anggota kelompok

saling bekerja kerja sama untuk memecahkan permasalahan, saling membantu,

menjelaskan maka mereka akan lebih menguasai pengetahuan dan

keterampilan barunya. Setiap siswa diamati segala bentuk aktivitasnya sebagai

keterampilan berproses oleh beberapa observator. Siswa yang aktif dan siswa

yang pasif akan dinilai menurut skor yang telah ditentukan dalam daftar

indikator keterampilan berproses. Sedangkan guru harus mampu memotivasi

dan membimbing siswa untuk mengaktifkan kegiatan pembelajaran, dan

mampu menjadi fasilitator dan evaluator pada kegiatan pembelajaran.

Pada kegiatan penutup pembelajaran Problem Solving, guru

membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari materi yang telah

dipelajari. Dalam kesempatan ini setiap kelompok diberi kesempatan untuk

menampilkan hasil diskusi kelompok dan diberi kesempatan untuk

menanyakan hal-hal yang belum jelas dari materi yang telah didiskusikan.

Model pembelajaran Problem Solving berpengaruh positif terhadap

peningkatan kemampuan siswa. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh

beberapa faktor diantaranya dengan model pembelajaran Problem Solving,

siswa dapat bekerja sama dengan siswa lain dan dapat berkreasi untuk

menganalisis serta mengambil keputusan dalam memecahkan masalah dengan

model Problem Solving. Jadi masing-masing siswa merasa bahwa seseorang

pasti dihadapkan dengan masalah, mereka harus dapat memecahakan masalah

dengan tepat. Dengan adanya bimbingan dari guru dan antar teman lain maka
61

dapat membantunya untuk lebih menguasai materi, sehingga siswa tidak

mudah lupa dengan materi yang dipelajari. Dengan demikian hal tersebut di

atas sangat mendukung terselenggaranya pembelajaran yang lebih baik dan

tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Dilihat dari tercapainya ketuntasan belajar masing-masing variabel

dan hubungan antara keterampilan berproses terhadap hasil belajar siswa,

secara deskriptif dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Problem

Solving dapat mengefektifkan pembelajaran matematika kelas VII

SMP N 15 Semarang sehingga mempercepat pencapaian keterampilan

berproses.
62

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

pada bab IV, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Adanya pengaruh yang positif antara keterampilan berproses dengan

model pembelajaran Problem Solving terhadap hasil belajar ditunjukkan

^
dengan persamaan regresi Y = -21,585 +1,289X yang bersifat linier.

Besarnya pengaruh keterampilan berproses terhadap hasil belajar

diketahui dari nilai R2 sebesar 67,8 %, variabel lain yang mempengaruhi

hasil belajar sebesar 32,2 %.

2. Variabel hasil belajar yang mempunyai nilai rataan 70,16 dan

keterampilan berproses yang mempunyai nilai rataan 71,15 telah

mencapai target ketuntasan. Dengan demikian pembelajaran dengan

Problem Solving dikatakan berhasil mencapai target ketuntasan.

B. Saran

Sesuai dengan hasil penelitian, maka diharapkan dapat

memberikan sedikit sumbangan berupa pemikiran yang digunakan sebagai

usaha untuk meningkatkan kemampuan dalam bidang pendidikan yang

khususnya pada bidang matematika.

Saran yang dapat penulis sumbangkan berdasarkan hasil penelitian

ini adalah sebagai berikut.


63

1. Untuk meningkatkan nilai hasil belajar siswa dapat dipilih model

pembelajaran Problem Solving, sebab berdasarkan penelitian ini telah

terbukti bahwa keterampilan berproses dalam pembelajaran dengan model

tersebut mempunyai pengaruh positif terhadap nilai hasil belajar .

2. Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar hendaknya guru berperan

sebagai fasilitator dan pembimbing yang senantiasa melibatkan siswa

secara maksimal, untuk model pembelajaran Problem Solving. Bentuk

pelibatan siswa yaitu kerja sama antar teman untuk dapat memecahan soal-

soal pemecahan masalah, siswa dibimbing untuk bisa menemukan solusi

pemecahan masalah sendiri.

3. Penggunaan model pembelajaran Problem Solving sebagai upaya untuk

mengoptimalkan hasil belajar siswa hendaknya disesuaikan dengan materi

pelajaran dan kondisi kelas, mengingat penerapan pembelajaran tersebut

belum tentu cocok untuk diterapkan pada semua materi pelajaran

matematika dan pada semua kelas.


64

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Arifin, Z. 1991. Evaluasi Instruksional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi


Dasar Matematika Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta:
BSNP.

Dahar, R. W. 1996. Teori-Teori Belajar. Bandung: Erlangga.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas, 2003. Kurikulum 2003: Standar Kompetensi Matematika Sekolah


Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Pusat
Kurikulum Balitbang Depdiknas.

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo.

Hamamik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Hudojo, H. 2003. Pengembangan Kurikulum dan pembelajaran Matematika.


Malang : JICA.

Junaidi, S, dkk. 2004. Matematika SMP untuk kelas VII. Jakarta :Esis.

Karuru, P. Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Setting


Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kualitas
Belajar IPA Siswa SLTP, (online),
(http://www.depdinas.go.id/jurnal/45/perdy_karuru.htm, diakses 18
Februari 2007).

Muhibbin, Syah. 2003.Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ridho, M. 2006. Evaluasi Terpadu Mandiri dan Rekreasi Matematika SMP Kelas
VII. Jakarta : Grasindo.

Sardiman, A. M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja


Grafindo Persada.
65

Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung :Tarsito.

Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung : ALFABETA.

Suhito. 2003. Model Pembelajaran Matematika, Semarang : Depdikbud.

Sumadi, I. M. 2005. Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Terhadap


Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematik Siswa Kelas II SLTP
Negeri 6 Singaraja (dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP
Singaraja, No 1 Th. XXXVIII Januari 2005). Denpasar: IKIP Singaraja.

Sukestiyarno dan Budi Waluyo. 2006. Upaya Meningkatkan Penguasaan Konsep


dan Membentuk Mahasiswa Menjadi Matematikawan yang Filsafati
Melalui Pembelajaran Filsafat Ilmu dengan Strategi Student Team
Heroic Leadership. Semarang: UNNES.

Sukoriyanto. 2001. Langkah-langkah dalam Pengajaran Matematika dengan


Menggunakan Penyelesaian Masalah. Dalam Jurnal Matematika atau
Pembelajarannya. Malang : JICA.

Supriyadi, T. 2005. Pengembangan Keterampilan Proses Bervisi Science


Environment, Technology and Society (SETS) untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Siswa Kelas V di SD N 2 Kec.
Tengaran Kab. Semarang. Tesis Program Pascasarjana Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Semarang: UNNES.

Suyitno, A. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika. Semarang:


UNNES.

Tim PPPG Matematika. 2005. Materi Pembinaan Matematika SMP. Yogyakarta :


Depdikbud.

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2000. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

You might also like