You are on page 1of 4

CERPEN KETIGA

BURUNG GAGAK, “SATU KISAH YANG MENARIK”

1. Unsur Intrinsik
a. Tema
Tema merupakan lapis metafisik, sedangkan fakta-fakta cerita (fakta sastra)
adalah lapis norma ketiga (pradopo, 19980:18). Tema sering disebut sebagai dasar
cerita, yaitu pokok permasalahan yang mendominasi suatu karya sastra (Suharianti,
1982:28). Dengan demikian, tema merupakan inti cerita atau pokok pikiran yang
mendasari cerita. Semua unsur cerita dalam suatu karya sastra tergantung pada tema,
yaitu semuanya secara bersama-sama melaksanakan atau mengungkapkan tema
dalam cerita (pradopo, 1990:18).
Tema dalam suatu karya sastra dapat terkatakan dan dapat juga tak terkatakan.
Disebut terkatakan apabila tema tersebut dengan jelas dinyatakan oleh pengarangnya.
Disebut tak terkatakan apabila tema tersebut tidak dinyatakan secara tegas oleh
pengarangnya, tetapi terasa dalam keseluruhan cerita (suharianto, 1882:28).
Tema yang terdapat dalam cerpen ini adalah kasih sayang. Kasih sayang ini
tercermin dari kesabaran seorang ayah kepada anaknya.

b. Amanat
Sebagai seorang anak hendaklah kita bersikap sabar terhadap orang tua yang
telah membesarkan kita, baik ayah maupun ibu kita. Karena mereka juga sangat sabar
ketika membesarkan dan merawat kita.

c. Penokohan
Penokohan adalah penggambaran para tpkph cerita, baik keadaan lahir maupun
batinnya yang meliputi sifat, sikap, tingkah laku, pandangan hidup, keyakinan, adat
istiadat, dan lain sebagainya (suharianto, 1982:31). Adapun tokoh adalah para pelaku
dalam cerita. Melalui para tokoh itulah cerita menjadi lebih nyata dalam angan-angan
pembaca (suharianto, 1982:31).
- Ayah : Merupakan sosok yang sangat cinta dan sayang terhadap
anaknya. Ia sangat sabar menghadapi anaknya.
- Anak : Seorang anak yang sayang kepada ayahnya namun
kurang sabar dalam menjawab pertanyaan ayahnya.
d. Alur
Secara struktural alur atau plot berkaitan erat dengan penokohan dalam
menonjolkan tema cerita (Pradopo, 1990:23). Alur merupakan rangkaian peristiwa yang
saling berhubungan berdasarkan sebab akibat (Forster, 1979:72). Yang terpenting
dalam alur itu menjelaskan mengapa peristiwa itu terjadi dan bukan peristiwa apa yang
terjadi (Pradopo, 1990:23).
Alur yang terdapat dala cerpen ini adalah maju. Karena dalam tersebut peristiwa
demi peristiwa diceritakan secara runtut. Akan tetapi terdapat sedikit penggambaran
tentang masa lalu dengan ditunjukkannya diary milik sang ayah.
e. Latar
Latar atau setting adalah tempat terjadinya peristiwa-peristiwa atau waktu
berlangsungnya tindakan. Jadi peristiwa itu terjadi dalam latar tempat dan waktu
(Pradopo, 1990:27). Latar dalam karya sastra tidak harus realitas objektif, tetapi dapat
juga realitas imajinatif. Artinya, latar yang digunakan hanya ciptaan pengarang saja.
Latar tempat dalam cerpen ni adalah dihalaman rumah. Sedangkan latar
waktunya terjadi pada sore hari.
f. Sudut pandang
Sudut pandang (titik pandang, pusat pengisahan) merupakan posisi pencerita
(narator) dalam sebuah cerita. Ada kalanya pencerita bertindak sebagai orang pertama
atau sebagai orang ketiga. Sebagai orang pertama, seorang pencerita adalah sebagai
tokoh cerita. Ia terlibat secara langsung didalam cerita (Atmazaki, 1990:63). Sudut
pandang orang pertama melibatkan penulis. Karena itu, seolah-olah ia mengalami
sendiri peristiwa-peristiwa di dalam sebuah cerita. Bagaimanapun jauhnya, ia berada di
pusat tindakan tokoh. Dengan demikian, posisi pembaca juga berada pada pusat
tindakan tokoh (Sukada, 1987:79).
Adapun sebagai orang ketiga, seorang pencerita tidak muncul dalam cerita. Ia
adalah orang yang mengetahui seluruh peristiwa atau serba tahu sehingga dengan
leluasa ia dapat menceritakan sebuah peristiwa yang dialami oleh para tokohnya. Sudut
pandang orang ketiga memberikan pandangan yang tak memihak pada para tokoh dan
peristiwa-peristiwa yang dialaminya. Para tokoh tidak dekat dan tidak berada disekitar
pencerita, tetapi ia berada diluar pencerita. Karena itu posisi pembaca pun dengan
sendirinya juga berada diluar cerita (Sukada, 1987:79)
Sudut pandang yang digunakan penulis dalam cerpen ini adalah sudut pandang
orang ketiga. Sebab sang pencerita tidak muncul di dalam cerita
g. Suasana
Karya sastra pada hakikatnya merupakan lukisan atau penggambaran tentang
apa saja yang dirasakan, dipikirkan dan dialami manusia dalam kehidupannya dan
ditampilkan melalui para tokoh dalam sebuah cerita. Banyak peristiwa yang mungkin
dirasakan, dipikirkan dan dialami para tokoh dalam suatu cerita itulah yang disebut
suasana (bdk. Suhatianto, 1990:35).
Suasana yang tergambar di dalam cerpen ini adalah sedih. Sebab kasih sayang
yang ditunjukkan sang ayah pada masa lampau tidak ditunjukkan sebaliknya oleh
anaknya

2. Unsur Ekstrinsik
- Nilai Moral : Dalam cerpen ini terdapat nilai moral yang tidak
baik yang ditunjukkan oleh sang anak. Seharusnya sebagai seorang
anak sudah sepatutnyalah bersikap sabar dan sopan terhadap
orang tua.
- Nilai Agama : Nilai Agama yang terkandung di dalam cerpen ini
tergambar dari perlakuan dan perkataan yang diucapkan san anak
kepada ayahnya yaitu dengan nada yang kesal dan marah. Padahal
seharusnya di dalam ajaran agama tidak diperbolehkan sang anak
berkata kasar atau membentak orang tua.

3. Tanggapan Kelompok
Tanggapan kelompok kami mengenai peristiwa yang terjadi di dalam cerpen ini
bila dihubungkan dengan kehidupan sekarang ini, tentu saja sangat tidak setuju
terhadap perlakuan sang anak.
DAFTAR PUSTAKA

Atmazaki. 1990. Ilmu sastra: Teori dan Penerapannya. Angkasa raya: padang
Forster, E. M. 1979. Aspek-aspek Novel Diterjemahkan oleh bagian Pembinaan dan
Pengembangan Sastra dari Judul Asli Aspect of The Novel. Dewan bahasa dan
Pustaka, Kuala Lumpur
Pradopo, Rachmat Djoko. 1990. Konkretisasi belenggu. Laporan Pendidikan Fakultas
Sastra UGM, Yogyakarta
Suharianto, S. 1982. Dasar-dasar Teori Sastra. Wisya Duta: Surakarta
Teew. A. 1984. Sastra ilmu sastra: pengantar teori sastra. Pustaka Jaya: Jakarta

You might also like