Professional Documents
Culture Documents
Salah satu masalah yang banyak dijumpai pada pusat-pusat pelayanan kesehatan di
seluruh dunia saat ini adalah penyakit muskuloskeletal.
Bahkan pada dasawarsa terakhir ini antara tahun 2000 sampai dengan tahun 2010
organisasi kesehatan tingkat dunia WHO menetapkan sebagai “Dekade Tulang dan
Persendian”.
Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab fraktur (patah tulang) terbanyak. Selain
Pengertian Fraktur :
Jenis Fraktur :
• Lokasi
Fraktur dapat terjadi pada tulang di mana saja seperti pada diafisis, metafisis,
epifisis, atau intraartikuler. Jika fraktur didapatkan bersamaan dengan dislokasi
sendi, maka dinamakan fraktur dislokasi.
• Luas
Terbagi menjadi fraktur lengkap (komplit) dan tidak lengkap (inkomplit). Fraktur
tidak lengkap contohnya adalah retak.
• Konfigurasi
Dilihat dari garis frakturnya, dapat dibagi menjadi transversal (mendatar), oblik
(miring), atau spiral (berpilin/ memuntir seputar batang tulang). Jika terdapat
lebih dari satu garis fraktur, maka dinamakan kominutif, jika satu bagian patah
sedangkan sisi lainnya membengkok disebut greenstick. Fraktur dengan fragmen
patahan terdorong kedalam ( sering terjadi pada tulang tengkorak dan wajah)
disebut depresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi ( terjadi pada tulang
belakang ) disebut kompresi.
• Hubungan antar bagian yang fraktur
Antar bagian yang fraktur dapat masih berhubungan (undisplaced) atau terpisah
jauh (displaced).
• Hubungan antara fraktur dengan jaringan sekitar
Fraktur dapat dibagi menjadi fraktur terbuka (jika terdapat hubungan antara tulang
dengan dunia luar) atau fraktur tertutup (jika tidak terdapat hubungan antara
fraktur dengan dunia luar).
Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif.
Etiologi :
Terjadinya fraktur akibat adanya trauma yang mengenai tulang yang kekuatannya
melebihi kekuatan tulang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya fraktur :
· Faktor ekstrinsik yaitu meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang,
arah serta kekuatan tulang.
Pengkajian
Riwayat Penyakit :
Pemeriksaan Fisik :
1. Inspeksi (look)
2. Palpasi (feel)
Adanya nyeri tekan (tenderness), krepitasi, pemeriksaan status neurologis dan vaskuler di
bagian distal fraktur. Palpasi daerah ektremitas tempat fraktur tersebut, di bagian distal
cedera meliputi pulsasi arteri, warna kulit, capillary refill test.
3. Gerakan (moving)
Pemeriksaan Penunjang :
1. Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai fraktur, harus mengikuti
aturan role of two, yang terdiri dari :
Komplikasi :
Penyebab komplikasi fraktur secara umum dibedakan menjadi dua yaitu bisa karena
trauma itu sendiri, bisa juga akibat penanganan fraktur yang disebut komplikasi
iatrogenik.
Kompikasi Umum :
Syok hipovolemia (karena perdarahan yang banyak), syok neurogenik (karena nyeri yang
hebat), koagulopati diffus, gangguan fungsi pernafasan. Komplikasi ini dapat terjadi
dalam waktu 24 jam pertama pasca trauma, dan setelah beberapa hari atau minggu dapat
terjadi gangguan metabolisme yaitu peningkatan katabolisme, emboli lemak, tetanus, gas
ganggren, trombosit vena dalam (DVT).
Komplikasi Lokal :
Jika komplikasi yang terjadi sebelum satu minggu pasca trauma disebut komplikasi dini,
jika komplikasi terjadi setelah satu minggu pasca trauma disebut komplikasi lanjut.
Penatalaksanaan :
Trauma pada jaringan disekitar fraktur menimbulkan rasa nyeri yang hebat bahkan
sampai menimbulkan syok. Untuk mengurangi nyeri dapat diberi obat penghilang rasa
nyeri, serta dengan teknik imobilisasi, yaitu pemasangan bidai / spalk, maupun
memasang gips.
Seperti pemasangan traksi kontinyu, fiksasi eksternal, fiksasi internal, sedangkan bidai
maupun gips hanya dapat digunakan untuk fiksasi yang bersifat sementara saja.
Tulang yang fraktur akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan menyatu
dengan sempurna dalam waktu 6 bulan.
Imobilisasi dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan atrofi otot dan kekakuan
pada sendi. Maka untuk mencegah hal tersebut diperlukan upaya mobilisasi.
Fase Inflamasi :
Fase ini berlangsung mulai terjadinya fraktur hingga kurang lebih satu sampai dua
minggu. Peningkatan aliran darah menimbulkan hematom diikuti invasi sel-sel
peradangan yaitu neutrofil, makrofag, sel fagosit, osteoklas, yang berfungsi untuk
membersihkan jaringan nekrotik, yang akan mempersiapkan fase reparatif. Jika
dirontgen, garis fraktur lebih terlihat karena telah disingkirkannya material nekrotik.
Fase Reparatif :
Dapat berlangsung beberapa bulan. Ditandai dengan diferensiasi dari sel mesenkim
pluripotensial. Hematom fraktur diisi oleh kondroblas dan fibroblas yang akan menjadi
tempat matrik kalus. Pada awalnya terbentuk kalus lunak, terdiri dari jaringan fibrosa dan
kartilago dengan sejumlah kecil jaringan tulang. Osteoblas mengakibatkan mineralisasi
kalus lunak menjadi kalus keras serta menambah stabilitas fraktur. Jika dirontgen maka
garis fraktur mulai tidak tampak.
Fase Remodeling :
Fase ini bisa membutuhkan waktu berbulan-bulan hingga tahunan untuk merampungkan
penyembuhan tulang, yang meliputi aktifitas osteoblas dan osteoklas yang menghasilkan
perubahan jaringan immatur agar menjadi matur, terbentuknya tulang lamelar sehingga
menambah stabilitas daerah fraktur.
Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah retaknya tulang atau terputusnya jaringan tulang dan
atau tulang rawan, biasanya disertai dengan cedera di jaringan sekitarnya. Fraktur tidak
selalu disebabkan oleh trauma yang berat, tapi terkadang trauma yang ringan saja dapat
menimbulkan fraktur apabila tulangnya sendiri sudah terkena penyakit tertentu. Juga
trauma yang terus menerus juga dapat menimbulkan fraktur.
Etiologi
Fraktur fisiologis adalah fraktur yang disebabkan karena terjadinya trauma pada tulang,
baik itu karena terjatuh, dsb.
Trauma itu sendiri dapat bersifat:
- eksternal : tertabrak, jatuh, dsb.
- internal : kontraksi otot yang kuat dan mendadak seperti yang terjadi pada epilepsy
Fraktur stress/fatigue adalah fraktur yang disebabkan oleh trauma ringan tetapi terus
menerus.
Fraktur patologis adalah fraktur yang terjadi pada tulang yang sebelumnya telah
mengalami proses patologik (tumor tulang, dsb) sehingga trauma ringan saja dapat
menimbulkan fraktur.
Sebab-sebab terjadinya fraktua patologik:
Pada umur 0-5 tahun : osteogenesis imperfecta, scorbutus, rachitis, sarcoma Ewing,
metastatis neuroblastoms.
Pada umur 5-10 tahun : osteomyelitis, tuberculosa, sarcoma osteogenik.
Pada umur 20-50 tahun :osteomalacia, sindrom Cushing, hiperthyroidisme,
hyperparathyroidism, tumor sel datia, rheumatoid arthritis.
Pada umur di atas 50 tahun : penyakit Paget, chondrosarcoma, metastatis karsinoma,
myeloma multiple.
Vitamin D
Provitamin D akan diubah menjadi vitamin D di bawah pengaruh sinar matahari yang
mengandung ultraviolet. Provitamin D berupa derivate cholestrole terdapat pada kulit.
Vitamin D yang dapat langsung digunakan terdapat banyak pada minyak hati ikan
(fishliver oil). Pada susu ibu, jumlah vitamin D sedikit, sehingga makanan anak harus
ditambah dengan vitamin D. Ini penting di negara-negara berkembang tempat mereka
tidak dapat bergantunga pada sinar matahari yang sangat penting untuk pembentukan
vitamin D. Vitamin D sifatnya seperti vitamin A, yaitu larut dalam lemak.
Defisiensi vitamin D:
- Pada anak-anak menimbulkan rachitis (rickets, penyakit Inggris)
- sedangkan pada orang dewasa menimbulkan osteomalacia.
Rachitis
Kelainan pada pembentukan jaringan osteoid berlebihan yang gagal menjadi tulang,
akibatnya tidak terjadi pengendapan mineral. Sehingga tulang menjadi lunak dan epifisis
dapat dipotong dengan pisau. Rachitis dapat disebabkan akibat defisiensi 4 faktor, yaitu
vitamin D, sinar matahari (terutama sinar ultraviolet), kalsium, dan fosfor. Selain itu
rachitis juga dapat disebabkan oleh karena penyakit ginjal.
Osteomalacia
Adalah pelunakan tulang setelah pertumbuhan selesai. Sama seperti rachitis, juga
disebebkan karena defisiensi vitamin D, sehingga penyerapan kalsium dari usus
terhalang. Yang sering terkena adalah vertebra lumbal, pelvis, dan tulang-tulang tungkai.
Scorbutus
Ini adalah penyakit yang diakibatkan karena defisiensi vitamin C. Kegunaan vitamin C
seperti yang kita ketahui adalah untuk pembentukan dan pemeliharaan jaringan ikat
mesenkim, seperti kolagen, oseteoid, dinding kapiler, dan dentin. Penyakit ini
sekarangpun serinda dapat dijumpai pada anak-anak oleh karena pengelolaan makanan
anak yang salah, misalnya dengan cara memasak dan sterilisasi yang mengakibatkan
rusaknya vitamin C. Pada penyakit ini osteoblas gagal membentuk osteoid sehingga
tulang rawan yang mengandung mineral itu tidak dapat diganti.
Hyperthyroidism
Hiperfungsi kelenjar tiroid pada dewasa dapat menyebabkan osteoporosis
Hyperparathyroidism
Hiperfungsi kelenjar paratiroid akan menyebabkan dekalsifikasi. Mula-mula akan terjadi
dekalsifikasi jaringan interseluler, kemudian jaringan yang tidak mengandung mineral
akan difagositosis oleh osteoklas, dan akan menimbulkan gambaran tulang osteoporotik.
Proses ini kadang-kadang dapat menimbulkan kista-kista. Kista besar maupun kecil dapat
menimbulkan terjadinya fraktura patologik.
Osteomyelitis
Merupakan radang bagian lunak tulang, yaitu isi sumsum tulang, saluran Havers, dan
periosteum. Merupakan bisul pada tulang. Bagian yang keras tidak akan terkena, hanya
karena kerusakan sekunder akibat gangguan peredaran darah, maka sebagian akan mati.
Penyebabnya adalah Staphylococcus, Streptococcus, pneumococcus, dan jamur
Coccidioides immitis.
Osteoartritis
Penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Bagian yang
tersering adalah pada vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki.
Dapat dibedakan menjadi 2;
1. OA kausanya tidak dapat diketahui dan tidak ada◊primer/idiopatik hubungannya
dengan penyakti sistemik maupun proses perubahan local pada sendi.
kelainan endokrin, inflamasi, metabolic,◊2. OA sekunder pertumbuhan, herediter, jejas
makro dan mikro, imobilisasi yang terlalu lama.
Artritis Reumatoid
Merupakan suatu penyakit yang tersebar luas serta melibatkan semua kelompok ras dan
etnik di dunia. Penyakit autoimun ini ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosive
simetrik yang walaupun terutama mengenai jaringan persendian seringkali juga
melibatkan organ tubuh lainnya. Sebagian besar pasien menunjukkan gejala penyakit
kronik yang hilang timbul, yang jika tidak diobati akan menyebabkan terjadinya
kerusakan sendi dan deformitas sendi yang disabalitas.◊progresif
Penyakit Paget
Terjadi pada usia lebih dari 35 tahun. Mula-mula tulang akan menjadi lunak, kemudian
tulang menjadi keras dan besar, tetapi berpori-pori dan ringan. Tulang yang biasanya
terkena adalah tulang tengkorak, vertebra, dan tulang tungkai.
Osteocarcoma
Suatu tumor ganas yang ditandai dengan pembentukan langsung jaringan tulang atau
osteoid oleh sel tumor. Sering ditemukan.
Chondroma
Berasal dari tulang rawan epifisi, pada saat tulang masih tumbuh. Tulang yang sering
terkena adalah tulang pendek tangan dan kaki. Tulang dapat timbul pada pergelangan
tulang dan dapat timbul pada bagian dalam, disebut enchondroma.
Chondrosacoma
Merupakan tumor ganas yang tumbuh lambat.
Multiple myeloma
Adalah tumor sumsum tulang belakang. Merupakan tumor yang unik, karena kelainan
metabolisme protein yang menyertainya. Biasanya di atas usia 40 tahun.
Osteoporosis
- Merupakan penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurunan densitas massa
tulang dan perburukan mikroarsitektur tulang sehingga tulang mudah rapuh dan mudah
patah.
- Faktor resiko osteoporosis: umur, genetic (etnis, seks, dan riwayat keluarga),
lingkungan, hormonal (defisiensi estrogen dan androgen) dan penyakit kronik (gagal
ginjal, etc), dan sifat fisik tulang (densitas/massa, ukuran dan geometri, mikroarsitektur,
dan komposisi).
- Tipe osteoporosis :
defisiensi hormone estrogen◊Tipe I : Osteoporosis pasca menopause
RANK (Reseptor for Activating NFKB) sangat penting untuk resorpsi tulang. Osteoblast
membentuk Osteoprotegin (OPG) yang terikat dengan menghambat osteoklast.◊RANKL
yang akan menghalangi ikatan Rank
sehingga◊ OPG tertekan ◊Jika terjadi defisiensi hormone estrogen Resorpsi◊ Produksi
Osteoklas meningkat ◊RANKL terikat dengan RANK tulang meningkat.
Pada tipe I, yang menurun adalah trabelkula tulangnya.
gangguan absorpsi kalsium di usus◊Tipe II: Osteoporosis senilis
osteoporosis.◊sehingga menyebabkan hiperparatiroidisme sekunder
- Peranan estrogen pada tulang adalah sebagai regulator pertumbuhan dan homeostatis
tulang yang penting, efek langsung terhadap sel-sel tulang adalah meningkatkan formasi
tulang dan menghambat resorpsi tulang oleh osteoklas, efek tidak langsungnya
berhubungan dengan homeostatis kalsium yang meliputi regulasi absorbsi kalsium di usu,
ekskresi Ca di ginjal, dan sekresi hormone paratiroid.
- Kehilangan massa tulang pada menopause
Wanita akan mengalami kehilangan massa tulang lebih cepat terutama setelah
menopause. Estrogen yang diproduksi ovarium akan mencegah kehilangan massa tulang.
Setelah menopause, kadar estrogen sangat rendah sehingga kehilangan massa tulang akan
terjadi lebih cepat.
Osteoporosis alami
osteoporosis◊ control osteoklas tidak ada ◊ penurunan estrogen ◊Menopause
Pemeriksaan
Anamnesis
Adalah wawancara antara dokter dan penderita/pasien atau keluarganya/orang yang
mempunyai hubungan dekat dengan pasien, mengenai semua data/info yang berhubungan
dengan penyakitnya.
Terdiri dari : 1. Identitas pasien
2. Keluhan utama : keluhan yang mendorong pasien mencari pengobatan
3. Riwayat penyakit sekarang (RPS)
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat kesehatan keluarga
6. Riwayat pribadi
7. Riwayat social ekonomi
Anamnesis + data-data obyektif (pemeriksaan fisik, penunjang seperti laboratorium
pengelolaan yang baik◊ diagnosis yang tepat ◊atau roentgen)
Anamnesis yang mengarah ke osteoporosis : apakah mengarah pada hipokalsemia,
penyakit tulang metabolic, adakah fraktur pada trauma minimal, penurunan TB pada
orang tua, kurang paparan sinar matahari, asupan kalsium, fosfor dan vitamin D, latihan
teratur, obat-obatan jangka panjang, alcohol, merokok, penyakit ginjal, saluran cerna,
hati, endokrin, insufisiensi pancreas, riwayat haid, umur menarche dan menopause,
riwayat keluarga dengan osteoporosis.
Pemeriksaan fisik
- TB
- BB
- Gaya berjalan
- Deformitas tulang
- Nyeri spinal
- Hipokalsemia
- Hiperparatiroidisme primer
Pemeriksaan radiology
Bila secara klinis ada atau diduga ada fraktur, maka harus dilakukan 2 foto tulang yang
bersangkutan. Sebaiknya posisi foto yang dipilih adalah Antero-Posterior (AP) dan
lateral. Bila kedua priyeksi ini tidak dapat dilakukan karena kondisi pasien yang tidak
memungkinkan, maka dibuat 2 proyeksi ini yang tegak lurus satu sama lain. Bila hanya
dilakukan 1 posisi ada kemungkinan fraktur tidak dapat dilihat. Pemeriksaan radiology
dapat dilakukan melalui proyeksi pemotretan secara radiografi, MRI ataupun nuclear
medicine.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat pemeriksaan roentgen adalah:
- adakah fraktur
- dimana lokasinya
- tipe dan jenis fraktur
- struktur tulang (fisiologis atau patologis)
- dll
Pada pemeriksaan radilogi untuk osteoporosis dapat dilihat gambaran yang khas yaitu
terjadi penipisan korteks dan daerah trabekuler.
Penatalaksanaan
Obat-obat atau zat yang mempengaruhi kalsifikasi dan turnover pada tulang
- Kalsium
Pada wanita dibutuhkan 1300 g, sedangkan pada pria dibutuhkan 1000 g. Asalnya dari
makanan kaya kalsium seperti susu dan produknya, dan ikan teri.
- Fosfat
30% ada di dalam tulang
15% ada di dalam jaringan lunak
Hormon paratiroid akan meningkatkan ekskresi
- Hormon PTH (Paratiroid)
Fungsi utamanya adalah mempertahankan kadar kalsium ekstrasel melalui proses
absorpsi Ca, dll.
- Vitamin D
Fungsi utamanya mempertahankan homeostatis Ca.
Dapat digunakan untuk pencegahan dan pengobatan nutrisi rickets, osteomalacia,
pengobatan hipoparatiroidsm, dan pengobatan pencegahan osteoporosis.
- Kalsitonin (CT)
Bekerja melawan PTH dan digunakan untuk penggunaan terapi pada hiperkalsemia oleh
karena resorpsi tulang, dan penyakit Paget dimana re- modeling tulang meningkat.
- Biphosphonate
Menghambat resopsi tulang, dan indikasinya pada penyakit Paget, hiperkalsemia, dan
osteoporosis pasca menopause. Mula-mula dibuat untuk mengurangi patah tulang pada
kelainan tulang (fraktur tulang patologis).
Pada osteoporosis, pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan anti resoprtive yang
mengurangi laju resorpsi tulang.
1. Kalsium
- menekan bone turnover (re-modeling)
- memperbaiki Bone Mass Density (BMD)
- memperkecil insiden terjadinya fraktur
Pada manula diberikan 1500 mg/jari untuk menutupi kehilangan kalsium di usus.
2. Vitamin D dan analog
- memperbaiki absorpsi kalsium di usus
- menekan re-modeling tulang
- memperbaiki BMD
diberikan 400-800 mg/hari
3. Estrogen
Terapi Sulih Hormon (TSH) pada menopause untuk mempertahankan massa tulang dan
menurunkan insiden fraktur.
4. Selective estradiol receptor modulator (SERMS)
agonis estrogen dan bersifat selektif pada◊Reloxifene (Levista) tulang dan hati, dan anti
estrogen pada payudara. Bekerja menstabilkan dan meningkatkan Bone Mass Density
(BMD).
5. Kalsitonin
Nasal spray (Miacalcin) 200 unit per hati pada wanita, untuk me-kompresi fraktur
vertebra pada menopause. Efek sampingnya menyebabkan hipokalsemia.
6. Bifosfonat (paling popular)
paling efektif sebagai pencegah dan pengobatan osteoporosis, menekan resopsi tulang
tanpa penghambat mineralisasi. Diberikan dalam perut kosong, pagi 30 minutes sebelum
sarapan dan pasien harus dalam posisi tegak atau dudk setelahnya. Preparat : alendronat,
pamidronat, residronat, dan yang terbaru adalah ibrandonat.
7. Thiazid
menurunkan ekskresi kalsium melalui ginjal, menambah massa tulang, dan menurunkan
resiko fraktur panggul.
Selain dengan pemberian obat-obatan ada latihan dan program rehabilitasi, pembedahan,
dan terapi kombinasi.
OSTEOPOROSIS
27 04 2009
1 Votes
Latar Belakang
Data “Indonesian White Paper” yang dikeluarkan Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi) pada tahun
2007, osteoporosis pada perempuan di atas 50 tahun sebesar 32,3%, sedangkan pada laki-laki di atas 50
tahun sebesar 28,8%.
data yang dikeluarkan International Osteoporosis Foundation (IOF) diprediksikan tahun 2050 akan terdapat
50% kasus patah tulang panggul di Asia.
Hasil Analisis Data Risiko Osteoporosis oleh Puslitbang Gizi Departemen Kesehatan bekerja sama dengan
Fonterra Brands Indonesia yang dipublikasikan tahun 2006 menyatakan bahwa 2 dari 5 orang Indonesia
memiliki risiko osteoporosis.
Kenapa perlu diperhatikan sejak awal? Karena masa pertumbuhan dan perkembangan tulang akan berhenti
pada usia 30 tahun, setelah itu massa tulang akan menurun secara alamiah.
Definisi
Osteoporosis adalah suatu keadaan yang ditandai dengan massa (berat) tulang yang rendah dan
kerusakan pada jaringan di dalam tulang. Pada Osteoporosis, terjadi penurunan kualitas tulang dan
kuantitas kepadatan tulang, padahal keduanya sangat menentukan kekuatan tulang sehingga penderita
Osteoporosis mudah mengalami patah tulang atau fraktur.
Tanpa adanya pencegahan ataupun terapi, osteoporosis bisa menjadi progresif tanpa rasa nyeri
maupun gejala lainnya sampai tulang tersebut fraktur/ patah. Tulang yang biasanya patah adalah tulang
didaerah Panggul (Hip), Tulang belakang (Spine), Rusuk (Ribs) dan tulang pergelangan tangan (Wrist)
Klasifikasi
menurut penyebabnya Ada 2 jenis Osteoporosis:
• Osteoporosis sekunder adalah Osteoporosis yang disebabkan oleh penyakit lain, misalnya
Hiperparatiroidisme, Hipertiroidisme, Diabetes Mellitus tipe 1, Sindrom Cushing, pemakaian obat
golongan kortikosteroid dalam jangka waktu lama (biasa digunakan oleh penderita Asma), obat
diuretik (biasanya digunakan oleh penderita hipertensi), obat anti konvulsan (anti kejang), dan lain-
lain.
Faktor Risiko
Gejala Klinis
Osteoporosis merupakan kondisi yang tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa decade,
karena osteoporosis tidak akan menimbulkan gejala sampai timbul fraktur atau patah tulang. Maka
gejalanya tidak akan jauh dari tempat terjadinya patah tulang.
Pemeriksaan Tambahan
Untuk melihat tingkat kepadatan tulang dan mendeteksi Osteoporosis, dapat dilakukan:
Osteoporosis memang tidak mematikan tetapi bila terjadi patah tulang, kualitas hidup bisa memburuk,
terlebih bila pasien masih berusia muda.
Waspadai Osteoporosis sejak dini. Bagi yang memiliki risiko tinggi, lakukan skrining dengan pemeriksaan
kepadatan tulang.
Tata Laksana
Pada usia lanjut, kalsium yang hilang dari tubuh lebih besar daripada kalsium yang diproduksi.
Pengobatan osteoporosis di fokus kan kepada memperlambat atau menghentikan kehilangan mineral,
meningkatkan kepadatan tulang, dan mengontrol nyeri sesuai dengan penyakitnya.
Kebanyakan 40% dari perempuan akan mengalami patah tulang akibat dari osteoporosis selama hidupnya.
Maka tujuan dari pengobatan ini adalah mencegah terjadinya fraktur (patah tulang).
Diet: dewasa muda harus mencapai kepadatan tulang yang normal dengan mendapatkan cukup kalsium
(1000mg/hari) dalam dietnya salmon), berolahraga seperti jalan kaki atau aerobik dan menjaga berat badan
normal. Pengaturan makanan sangat penting untuk mencegah osteoporosis, yaitu melalui pengkonsumsian
makanan dengan gizi seimbang dan memenuhi kebutuhan nutrisi dengan unsur kaya kalsium dan rendah
lemak. Berikut ini pola makan dan gaya hidup yang dapat dilakukan untuk mencegah osteoporosis :
1. Konsumsi susu tinggi kalsium dan rendah lemak, yogurt, keju, salmon, brokoli, bayam, sarden
kaleng, tiram, udang kecil/rebon, teri dan ikan yang dimakan dengan tulangnya, serta kedelai dan
olahannya seperti tempe dan tahu sebagai sumber kalsium. Kedelai sangat baik terutama untuk
wanita, karena mengandung estrogen alamiah (fitoestrogen) yang sangat dibutuhkan pada masa
menopause.
2. Konsumsikan juga kacang-kacangan lainnya sebagai sumber fosfor, makanan yang tinggi
kandungan vitamin D seperti sayuran berdaun hijau gelap. Tubuh juga harus cukup mendapat
sinar matahari pagi minimal 15 menit sebagai sumber vitamin D, karena vitamin ini dibutuhkan
untuk penyerapan kalsium.
3. Hindari minum kopi secara berlebihan karena dapat mengeluarkan kalsium secara berlebihan.
kurangi juga softdrink/minuman ringan karena dapat menghambat penyerapan kalsium.
4. Batasi pengkonsumsian daging merah dan garam atau makanan yang diasinkan
5. hindari minuman beralkohol dan rokok karena dapat menyerap cadangan kalsium dalam tubuh.
6. Lakukan juga olahraga secara teratur untuk menguatkan tulang dan otot.
1.
2. Spesialis: orang dengan fraktur tulang belakang, pinggang, atau pergelangan tangan harus dirujuk
ke spesialis ortopedi untuk manajemen selanjutnya.
3. Olah raga: modifikasi gaya hidup harus menjadi salah satu pengobatan anda. Olah raga yang
teratur akan mengurangi patah tulang akibat osteoporosis. Olah raga yang di rekomendasikan
termasuk disalamnya adalah jalan kaki, bersepeda, jogging.
Selain dari tatalaksana diatas obat-obatan juga dapat diberikan seperti dibawah ini:
1. Estrogen: untuk perempuan yang baru menopause, penggantian estrogen merupakan salah satu
cara untuk mencegah osteoporosis. Estrogen dapat mengurangi atau menghentikan kehilangan
jaringan tulang. Dan apabila pengobatan estrogen dimulai pada saat menopause akan mengurangi
kejadian fraktur pinggang sampai 55%. Estrogen dapat diberikan melalui oral (diminum) atau
ditempel pada kulit.
2. Kalsium: kalsium dan vtamin D diperlukan untuk meningkatkan kepadatan tulang.
3. Konsumsi perhari sebanyak 1200-1500 mg (melalui makanan dan suplemen).
4. Konsumsi vitamin D sebanyak 600-800 IU diperlukan untuk meningkatkan kepadatan tulang.
5. Bifosfonat: pengobatan lain selain estrogen yang ada: alendronate, risedonate, dan etidronate.
Obat-obatan ini memperlambat kehilangan jaringan tulang dan beberapa kasus meningkatkan
kepadatan tulang. Pengobatan ini dipantau dengan memeriksa DXAs setiap 1 sampai 2 tahun.
Sebelum mengkonsumsi obat ini dokter anda akan memeriksa kadar kalsium dan fungsi ginjal
anda.
6. Hormon lain: hormon-hormon ini akan membatu meregulasi kalsium dan fosfat dalam tubuh dan
mencegah kehilangan jarungan tulang.
• Kalsitonin
• Teriparatide
B. Penyebab Berikut ini adalah beberapa penyebab osteoporosis yaitu sebagai berikut : 1.
Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada
wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita.
Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai
muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama
untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih
mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam. 2. Osteoporosis senilis
kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia
dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang
yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini
biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita.
Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal. 3. Osteoporosis
sekunder dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan
medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit osteoporosis bisa disebabkan oleh gagal
ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-
obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang
kecelakaan yang sepele. Kepatahan tulang pinggul mungkin juga sulit untuk sembuh
setelah operasi perbaikan karena kwalitas tulang yang buruk.
D. Faktor Resiko
1. Wanita, Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan pengaruh
hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun. Selain
itu, wanita pun mengalami menopause yang dapat terjadi pada usia 45 tahun. 2. Usia,
seiring dengan pertambahan usia, fungsi organ tubuh justru menurun. Pada usia 7585
tahun, wanita memiliki risiko 2 kali lipat dibandingkan pria dalam mengalami kehilangan
tulang trabekular karena proses penuaan, penyerapan kalsium menurun dan fungsi
hormon paratiroid meningkat. 3. Ras/Suku, ras juga membuat perbedaan dimana ras kulit
putih atau keturunan asia memiliki risiko terbesar. Hal ini disebabkan secara umum
konsumsi kalsium wanita asia rendah. Salah satu alasannya adalah sekitar 90%
intoleransi laktosa dan menghindari produk dari hewan. Pria dan wanita kulit hitam dan
hispanik memiliki risiko yang signifikan meskipun rendah.
4. Keturunan
penderita osteoporosis, jika ada anggota keluarga yang menderita maka berhati-
hatilah. Osteoporosis menyerang penderita dengan
osteoporosis,
karakteristik tulang tertentu. Seperti kesamaan perawakan dan bentuk tulang tubuh. Itu
artinya dalam garis keluarga pasti punya struktur genetik tulang yang sama. 5. Gaya
Hidup Kurang Baik, seperti konsumsi daging merah dan minuman bersoda, Minuman
berkafein dan beralkohol, Malas Olahraga, Merokok, dll.
E. Pencegahan
1. Asupan kalsium cukup; Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang
dapat
dilakukan dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup. Minum 2 gelas susu dan
tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita
setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya konsumsi
kalsium setiap hari. Dosis harian yang dianjurkan untuk usia produktif adalah 1000 mg
kalsium per hari, sedangkan untuk usia lansia dianjurkan 1200 mg per hari.
Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum
tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun). Pilihlah makanan
seharihari yang kaya kalsium seperti ikan teri, brokoli, tempe, tahu, keju dan kacang-
kacangan. 2. Paparan sinar UV B matahari (pagi dan sore); Sinar matahari terutama UVB
membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh dalam
pembentukan massa tulang. Untungnya, Indonesia beriklim tropis sehingga sinar
matahari berlimpah. Berjemurlah di bawah sinar matahari selama 30 menit pada pagi hari
sebelum jam 09.00 dan sore hari sesudah jam 16.00. 3. Melakukan olah raga dengan
beban; Selain olahraga menggunakan alat beban, berat badan sendiri juga dapat berfungsi
sebagai beban yang dapat meningkatkan kepadatan tulang. Olah raga beban misalnya
berjalan dan menaiki tangga tetapi berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang. Dr.
Ade Tobing, Sp.KO kini mengenalkan yang disebut latihan jasmani yang baik, benar,
terukur dan teratur (BBTT). Latihan BBTT ternyata terbukti bermanfaat dalam
memelihara dan meningkatkan massa tulang. Oleh sebab itu, latihan fisik (BBTT) dapat
dilakukan untuk mencegah dan mengobati penyakit osteoporosis. 4. Gaya hidup sehat;
Tidak ada kata terlambat untuk melakukan gaya hidup sehat. Menghindari rokok dan
alkohol memberikan efek yang signifikan dalam menurunkan risiko osteoporosis.
Konsumsi kopi, minuman bersoda, dan daging merah pun dilakukan secara bijak. 5.
Hindari obat-obatan tertentu; Hindari obat-obatan golongan kortikosteroid. Umumnya
steroid ini diberikan untuk penyakit asma, lupus, keganasan. Waspadalah penggunaan
obat antikejang. Jika tidak ada obat lain, maka obat-obatan tersebut dapat dikonsumsi
dengan dipantau oleh dokter. 6. Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu);
Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan sering diminum
bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih estrogen paling efektif dimulai dalam 4-6
tahun setelah menopause; tetapi jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah menopause,
masih bisa memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi resiko patah tulang;
Raloksifen merupakan obat menyerupai estrogen yang baru, yang mungkin kurang efektif
daripada estrogen dalam mencegah kerapuhan tulang, tetapi tidak memiliki efek terhadap
payudara atau rahim. Untuk mencegah osteroporosis, bisfosfonat (contohnya alendronat),
bisa digunakan sendiri atau bersamaan dengan terapi sulih hormon. F. Diagnosa
Osteoporosis
3. Tes darah yang dapat memperlihatkan naiknya kadar hormon paratiroid. 4. Biopsi
tulang untuk melihat tulang mengecil, keropos tetapi tampak normal.
1. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui
kedua korteks tulang).
2. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang
tulang).
1. Fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan).
2. Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan).
3. Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan
tempatnya, misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan sebagainya).
1. Tertutup
2. Terbuka (adanya perlukaan dikulit).
1. Tipe Ekstensi: Trauma terjadi ketika siku dalam posisi hiperekstensi, lengan
bawah dalam posisi supinasi.
2. Tipe Fleksi: Trauma terjadi ketika siku dalam posisi fleksi, sedang lengan dalam
posisi pronasi. (Mansjoer, Arif, et al, 2000)
Etiologi
1. Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir
mendadak, kontraksi otot ekstrim.
2. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu
jauh.
3. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur
patologis.
Patofisiologis
Fraktur paling sering disebabkan oleh trauma. Hantaman yang keras akibat kecelakaan
yang mengenai tulang akan mengakibatkan tulang menjadi patah dan fragmen tulang
tidak beraturan atau terjadi discontinuitas di tulang tersebut.
Pada fraktur tibia dan fibula lebih sering terjadi dibanding fraktur batang tulang panjang
lainnya karena periost yang melapisi tibia agak tipis, terutama pada daerah depan yang
hanya dilapisi kulit sehingga tulang ini mudah patah dan karena berada langsung di
bawah kulit maka sering ditemukan adanya fraktur terbuka
Manifestasi klinis:
Komplikasi fraktur
1. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam
posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring
2. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
3. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
4. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang
berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu
tempat.
5. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada
fraktur.
6. Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor
resiko terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40
tahun, usia 70 sam pai 80 fraktur tahun.
7. Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu
yang imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan
lazimnya komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi
paling fatal bila terjadi pada bedah ortopedil
8. Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan
bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
9. Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis
iskemia.
10. Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf
simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena
nyeri, perubahan tropik dan vasomotor instability.
Pemeriksaan penunjang
Radiologi :
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi
struktur fraktur yang kompleks.
Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah akibat
perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas.
Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah
Penatalaksanaan Fraktur
Tujuan pengobatan fraktur
1. Revive; Yaitu penilaian cepat untuk mencegah kematian, apabila pernafasan ada
hambatan perlu dilakukan therapi ABC (Airway, Breathing, Circulation) agar
pernafasan lancar.
2. Review; Yaitu berupa pemeriksaan fisik yang meliputi : look feel, novemert dan
pemeriksaan fisik ini dilengkapi dengan foto rontgent untuk memastikan adanya
fraktur.
3. Repair; Yaitu tindakan pembedahan berupa tindakan operatif dan konservatif.
Tindakan operatif meliputi : Orif, Oref, menjahit luka dan menjahit pembuluh
darah yang robek, sedangkan tindakan konservatif berupa pemasangan gips dan
traksi.
4. Refer; Yaitu berupa pemindahan pasien ke tempat lain, yang dilakukan dengan
hati-hati, sehingga tidak memperparah luka yang diderita.
5. Rehabilitation; Yaitu memperbaiki fungsi secara optimal untuk bisa produktif.
Definisi
♣
Fraktur adalah terputusnya hubungan/kontinuitas struktur tulang atau tulang rawan bisa
komplet atau inkomplet Diskontinuitas tulang yang disebabkan oleh gaya yang melebihi
elastisitas tulang
Secara umum fraktur dibagi menjadi dua, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka.
Fraktur tertutup jika kulit diatas tulang yang fraktur masih utuh, tetapi apabila kulit
diatasnya tertembus maka disebut fraktur terbuka. Trauma langsung akibat benturan
akan menimbulkan garis fraktur transversal dan kerusakan jaringan lunak. Benturan
yang lebih keras disertai dengan penghimpitan tulang akan mengakibatkan garis fraktur
kominutif diikuti dengan kerusakan jaringan lunak yang lebih luas. Trauma tidak
langsung mengakibatkan fraktur terletak jauh dari titik trauma dan jaringan sekitar
fraktur tidak mengalami kerusakan berat. Pada olahragawan, penari dan tentara dapat
pula terjadi fraktur pada tibia, fibula atau metatarsal yang disebabkan oleh karena
trauma yang berulang. Selain trauma, adanya proses patologi pada tulang seperti. tumor
atau pada penyakit Paget dengan energi yang minimal saja akan mengakibatkan fraktur.
Sedang pada orang normal hal tersebut belum tentu menimbulkan fraktur.
Klasifikasi I. Menurut Penyebab terjadinya 1. 2. 3. 4. Faktur Traumatik : direct atau
indirect Fraktur Fatik atau Stress Trauma berulang, kronis, misal: fr. Fibula pd
olahragawan Fraktur patologis : biasanya terjadi secara spontan
II. Menurut hubungan dg jaringan ikat sekitarnya · · · Fraktur Simple : fraktur tertutup
Fraktur Terbuka : bone expose Fraktur Komplikasi : kerusakan pembuluh darah, saraf,
organ visera
III. Menurut bentuk · · · · · Etiologi Fraktur terjadi bila ada suatu trauma yang mengenai
tulang, dimana trauma tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang. 2 faktor
mempengaruhi terjadinya fraktur
♣
Fraktur Komplet :Garis fraktur membagi tulang menjadi 2 fragmen atau lebih. Garis
fraktur bisa transversal, oblique, spiral. Kelainan ini menentukan arah trauma, fraktur
stabil atau tidak Fraktur Inkomplet : sifat stabil, misal greenstik fraktur Fraktur
Kominutif : lebih dari 2 segmen Fraktur Kompresi / Crush fracture : umumnya pada
tulang kanselus
Ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah dan
kekuatan trauma. Intrinsik meliputi kapasitas tulang mengasorbsi energi trauma,
kelenturan, kekuatan, dan densitas tulang.
fraktur sebelumnya, riwayat sosial ekonomi, pekerjaan, obat-obatan yang dia konsumsi,
merokok, riwayat alergi dan riwayat osteoporosis serta penyakit lain. II. A. Pemeriksaan
Fisik Inspeksi / Look Deformitas : angulasi, rotasi, pemendekan, pemanjangan, bengkak
Pada fraktur terbuka : klasifikasi Gustilo B. Palpasi / Feel ( nyeri tekan (tenderness),
Krepitasi) Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu diperiksa. Lakukan
palpasi pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi persendian diatas dan
dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan krepitasi Neurovaskularisasi
bagian distal fraktur meliputi : pulsasi aretri, warna kulit, pengembalian cairan kapler
(Capillary refill test) sensasi C. D. Gerakan / Moving Pemeriksaan trauma di tempat lain
: kepala, toraks, abdomen, pelvis Sedangkan pada pasien dengan politrauma,
pemeriksaan awal dilakukan menurut protokol ATLS. Langkah pertama adalah menilai
airway, breathing, dan circulation. Perlindungan pada vertebra dilakukan sampai cedera
vertebra dapat disingkirkan dengan pemeriksaan klinis dan radiologis. Saat pasien stabil,
maka dilakukan secondary survey. III. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium : darah
rutin, faktor pembekuan darah, golongan darah, cross-test, dan urinalisa. Radiologis
untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two, terdiri dari : I. II. III. 2 gambaran,
anteroposterior (AP) dan lateral Memuat dua sendi di proksimal dan distal fraktur
Memuat gambaran foto dua ekstremitas, yaitu ekstremitas yang cedera
dan yang tidak terkena cedera (pada anak) ; dan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan
sesudah tindakan.
Pergeseran fragmen Tulang ada 4 : 1. Alignman : perubahan arah axis longitudinal, bisa
membentuk sudut 2. Panjang : dapat terjadi pemendekan (shortening0 3. Aposisi 4.
Rotasi : hububgan ujung fragmen satu dengan lainnya : terjadi perputaran terhadap
fragmen proksimal
Komplikasi Fraktur Komplikasi fraktur dapat diakibatkan oleh trauma itu sendiri atau
akibat penanganan fraktur yang disebut komplikasi iatrogenik . 1. Komplikasi umum
Syok karena perdarahan ataupun oleh karena nyeri, koagulopati diffus dan gangguan
fungsi pernafasan. Ketiga macam komplikasi tersebut diatas dapat terjadi dalam 24 jam
pertama pasca trauma dan setelah beberapa hari atau minggu akan terjadi gangguan
metabolisme, berupa peningkatan katabolisme. Komplikasi umum lain dapat berupa
emboli lemak, trombosis vena dalam (DVT), tetanus atau gas gangren 2. Komplikasi
Lokal a. Komplikasi dini Komplikasi dini adalah kejadian komplikasi dalam satu minggu
pasca traum a, sedangkanapabila kejadiannya sesudah satu minggu pasca trauma disebut
komplikasi lanjut.
♣
Pada Tulang - Infeksi, terutama pada fraktur terbuka. - Osteomielitis dapat diakibatkan
oleh fraktur terbuka atau tindakan operasi pada fraktur tertutup. Keadaan ini dapat
menimbulkan delayed union atau bahkan non union Komplikasi sendi dan tulang dapat
berupa artritis supuratif yang sering terjadi pada fraktur terbuka atau pasca operasi yang
melibatkan sendi sehingga terjadi kerusakan kartilago sendi dan berakhir dengan
degenerasi
Pada Jaringan lunak Lepuh , Kulit yang melepuh adalah akibat dari elevasi kulit
superfisial karena edema. Terapinya adalah dengan menutup kasa steril kering dan
melakukan pemasangan elastik Dekubitus.. terjadi akibat penekanan jaringan lunak
tulang oleh gips. Oleh karena itu perlu diberikan bantalan yang tebal pada daerah-daerah
yang menonjol Pada Otot Terputusnya serabut otot yang mengakibatkan gerakan aktif
otot tersebut terganggu. Hal ini terjadi karena serabut otot yang robek melekat pada
serabut yang utuh, kapsul sendi dan tulang. Kehancuran otot akibat trauma dan terjepit
dalam waktu cukup lama akan menimbulkan sindroma crush atau trombus (Apley &
Solomon,1993). Pada pembuluh darah Pada robekan arteri inkomplit akan terjadi
perdarahan terus menerus. Sedangkan pada robekan yang komplit ujung pembuluh darah
mengalami retraksi dan perdarahan berhenti spontan. Pada jaringan distal dari lesi akan
mengalami iskemi bahkan nekrosis. Trauma atau manipulasi sewaktu melakukan reposisi
dapat menimbulkan tarikan mendadak pada pembuluh darah sehingga dapat
menimbulkan spasme. Lapisan intima pembuluh darah tersebut terlepas dan terjadi
trombus. Pada kompresi arteri yang lama seperti pemasangan torniquet dapat terjadi
sindrome crush. Pembuluh vena yang putus perlu dilakukan repair untuk mencegah
kongesti bagian distal lesi (Apley & Solomon, 1993). Sindroma kompartemen terjadi
akibat tekanan intra kompartemen otot pada tungkai atas maupun tungkai bawah
sehingga terjadi penekanan neurovaskuler sekitarnya. Fenomena ini disebut Iskhemi
Volkmann. Ini dapat terjadi pada pemasangan gips yang terlalu ketat sehingga dapat
menggangu aliran darah dan terjadi edema dalam otot.
Apabila iskhemi dalam 6 jam pertama tidak mendapat tindakan dapat menimbulkan
kematian/nekrosis otot yang nantinya akan diganti dengan jaringan fibrus yang secara
periahan-lahan menjadi pendek dan disebut dengan kontraktur volkmann. Gejala yaitu
Pain (nyeri), Parestesia, hilang) dan Paralisis Pada saraf Berupa kompresi, neuropraksi,
neurometsis (saraf putus), aksonometsis (kerusakan akson). Setiap trauma terbuka
dilakukan eksplorasi dan identifikasi nervus (Apley & Solomon,1993). klinisnya adalah 5
P nadi Pallor (pucat), Pulseness(denyut
rongga sinovial yang berisi cairan, prosesunion tidak akan dicapai walaupun dilakukan
imobilisasi lama. Beberapa faktor yang menimbulkan non union seperti disrupsi
periosteum yang luas, hilangnya vaskularisasi fragmen-fragmen fraktur, waktu
imobilisasi yang tidak memadai, implant atau gips yang tidak memadai, distraksi
interposisi, infeksi dan penyakit tulang (fraktur patologis) - Mal union Penyambungan
fraktur tidak normal sehingga menimbukan deformitas. Tindakan refraktur atau
osteotomi koreksi . - Osteomielitis Osteomielitis kronis dapat terjadi pada fraktur
terbuka atau tindakan operasi pada fraktur tertutup sehingga dapat menimbulkan delayed
union sampai non union (infected non union). Imobilisasi anggota gerak yang mengalami
osteomielitis mengakibatkan terjadinya atropi tulang berupa osteoporosis dan atropi otot -
Kekakuan sendi Kekakuan sendi baik sementara atau menetap dapat diakibatkan
imobilisasi lama, sehingga terjadi perlengketan peri artikuler, perlengketan intraartikuler,
perlengketan antara otot dan tendon. Pencegahannya berupa memperpendek waktu
imobilisasi dan melakukan latihan aktif dan pasif pada sendi. Pembebasan periengketan
secara pembedahan hanya dilakukan pada penderita dengan kekakuan sendi menetap
(Apley & Solomon,1993). Penatalaksanaan Prinsip 4R (chairudin Rasjad) : 1. 2. 3. 4.
Recognition : diagnosis dan penilaian fraktur Reduction Retention : Immobilisasi
Rehabilitation : mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin
Penatalaksanaan awal fraktur meliputi reposisi dan imobilisasi fraktur dengan splint.
Status neurologis dan vaskuler di bagian distal harus diperiksa baik sebelum maupun 7
sesudah reposisi dan imobilisasi. Pada pasien dengan multiple trauma, sebaiknya
dilakukan stabilisasi awal fraktur tulang panjang setelah hemodinamis pasien stabil.
Sedangkan penatalaksanaan definitif fraktur adalah dengan menggunakan gips atau
dilakukan operasi dengan ORIF maupun OREF. Tujuan Pengobatan fraktur : 1.
REPOSISI dengan tujuan mengembalikan fragmen keposisi anatomi
♣♣
1. Traksi Gravitasi : U- Slab pada fraktur hunerus 2. Skin traksi Tujuan menarik otot
dari jaringan sekitar fraktur sehingga fragmen akan kembali ke posisi semula. Beban
maksimal 4-5 kg karena bila kelebihan kulit akan lepas.
3. Sekeletal traksi : K-wire, Steinmann pin atau Denham pin. Dipasang pada distal
tuberositas tibia (trauma sendi koksea, femur, lutut), pada tibia atau kalkaneus ( fraktur
kruris) Komplikasi Traksi : 1. 2. 3. 4. Gangguan sirkulasi darah à beban > 12 kg Trauma
saraf peroneus (kruris) à droop foot Sindroma kompartemen Infeksi à tmpat masuknya
pin
3. 4.
10
Proses Penyembuhan Tulang Fase inflamasi berakhir kurang lebih satu hingga dua
minggu yang pada awalnya terjadi reaksi inflamasi. Peningkatan aliran darah
menimbulkan hematom fraktur yang segera diikuti invasi dari sel-sel peradangan yaitu
netrofil, makrofag dan sel fagosit. Sel-sel tersebut termasuk osteoklas berfungsi untuk
membersihkan jaringan nekrotik untuk menyiapkan fase reparatif. Secara radiologis,
garis fraktur akan lebih terlihat karena material nekrotik disingkirkan. Fase reparatif
Umumnya beriangsung beberapa bulan. Fase ini ditandai dengan differensiasi dari sel
mesenkim pluripotensial. Hematom fraktur lalu diisi oleh kondroblas dan fibroblas yang
akan menjadi tempat matrik kalus. Mula-mula terbentuk kalus lunak, yang terdiri dari
jaringan fibrosa dan kartilago dengan sejumlah kecil jaringan tulang. Osteoblas kemudian
yang mengakibatkan mineralisasi kalus lunak membah menjadi kalus keras dan
meningkatkan stabilitas fraktur. Secara radiologis garis fraktur mulai tak tampak. Fase
remodelling Membutuhkan waktu bulanan hingga tahunan untuk merampungkan
penyembuhan tulang meliputi aktifitas osteoblas dan osteoklas yang menghasilkan
perubahan jaringan immatur menjadi matur, terbentuknya tulang lamelar sehingga
menambah stabilitas daerah fraktur (McCormack,2000). 11
RINGKASAN LANGKAH-LANGKAH
PEMERIKSAAN PADA KASUS FRAKTUR
(PATAH TULANG)
Mei 2, 2009 at 1:04 pm (Bedah / Surgery) (bedah ortopedi)
• Jejas
• Oedem
• Hematom
• Deformitas: angulasi, pemanjangan, pemendekan, rotasi
• Gerak abnormal
• Nyeri tekan
• Krepitasi
• Nyeri sumbu
• Nyeri gerak aktif
• Nyeri gerak pasif
(Cat.: untuk mengetahui ada nyeri atau tidak, dapat dilihat dari reaksi maupun
mimik wajah pasien saat dilakukan pemeriksaan).
PENGUKURAN:
• Lingkar
• Panjang anatomis
• Panjang klinis
A. VASKULER:
B. NEUROLOGI:
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
• X-foto regio yang dicurigai mengalami fraktur, dengan posisi AP/Lat
(AnteroPosterior dan Lateral).
Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas acetabulum (dislokasi
posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan caput femur menembus acetabulum
(dislokasi sentra)
b. Ruang Lingkup
c. Indikasi operasi
e. Diagnosis Banding
• fraktur acetabulum
• fraktur collum femur
f. Pemeriksaan Penunjang
Tehnik Reduksi
Klasifikasi
• Dislokasi posterior
• Dislokasi anterior
• Dislokasi sentral
• Patofisiologi
Dislokasi posterior
Dislokasi posterior terjadi patah trauma saat panggul fleksi dan adduksi. Arah trauma dan lutut
ditransmisikan sepanjang batang femur dan mendorong caput femur ke belakang (Dashboard injury)
atau jatuh dengan posisi kaki fleksi dan lutut tertumpu
Dislokasi anterior
Dislokasi anterior ter adi pada trauma jika tungkai terkangkang, lutut lurus, punggung bongkok arah
ke depan dan ada puntiranke balakang.
Dislokasi sentral
Dislokasi sentral terjadi kalau trauma datang dan arah samping sehingga trauma ditransmisikan lewat
trokanter mayor mendesak terjadi fraktur acetabulum sehingga caput femors masuk ke rongga pelvis.
Gejala Minis
Dislokasi posterior
Dislokasi anterior
Dislokasi Sentral
Dislokasi posterior
Caput femur berada di luar dan di atas acetabulum Femur adduksi dan internal rotasi
Dislokasi anterior
Dislokasi sentral
Pengobatan
Dislokasi posterior
Dislokasi harus direposisi secepatnya dengan pembiusan umum dengan disertai relaksasi yang cukup.
Penderita dibaringkan di 1antai dan pembantu menahan panggul. Sendi panggul difleksikan 90?? dan
kemudian dilakukan tarikan pada pada secara vertikal
Sesudah reposisi dilakukan traksi kulit 3-4 minggu disertai exercise Weight bearing dilakukan
minimal sesudah 12 minggu.
Dislokasi anterior
Dilakukan reposisi seperti dislokasi posterior, kecuali pada saat fleksi dan tarikan pada dislokasi
posterior dilakukan adduksi pada dislokasi anterior
Dislokasi sentral
Dilakukan reposisi dengan skietal traksi sehingga self reposisi pada fraktur acetabulum tanpa
penonjolan kaput femur ke dalam panggul dilakukan terapi konservatif dengan traksi tulang 4-6
minggu
Komplikasi dini
• Kelumpuhan N.ischiadikus
• Biasa terjadi pada dislokasi posterior karena internal rotasi yang hebat atau tekanan langsung
oleh fragmen fraktur acetabulum.
• Kerusakan pembuluh darah (A.Glutea superior)
• Biasanya terjadi pada dislokasi anterior
• Kerusakan kaput femur
Komplikasi lanjut
• Nekrosis avaskular
• Miositis ossifikans
• Rekurent dislokasi
• Osteoarthritis
Pasien tirah baring dan diimobilisasi dengan skin traksi selama 2 minggu, kemudian mobilisasi non
weight bearing selama 3 bulan atau tirah baring hingga nyeri sendi panggul menghilang, kemudian
segera mobilisasi partial weight bearing.
Follow up
Pengawasan posisi ekstremitas bawah dalam posisi netral bila diimobilisasi dengan traksi kulit.
Latihan isometrik segera dilakukan dan latihan isotonik setelah 2 minggu. Atau pemantauan hilangnya
nyeri sendi panggul dan segera mobilisasi partial weight bearing.