You are on page 1of 4

6.

1 Pengantar :
Dalam komunitas politik dengan jumlah pendidikan yang sedikit dan struktur
masyarakat yang masih sederhana mempunyai peranan yang masih terbatas. Adanya
lembaga penghubung antara masyarakat dan pemerintah menyebabkan 2 kemungkinan
sikap pemerintah. Pertama, pemerintah masih mampu mengidentifikasi aspirasi rakyat.
Kedua, pemerintah membuat keputusan tanpa peduli akan aspirasi rakyat.
Berbanding terbalik dengan komunitas politik dengan jumlah penduduk banyak,
disini lembaga penghubung lebih struktural. Terdapat tiga hal penting yang menjadi
faktor dalam basis sosial – ekonomi bagi lembaga penghubung yaitu diversifikasi
pekerjaan, urbanisasi dan industrialisasi.
Diversifikasi pekerjaan adalah berkurangnya pekerjaan pada sektor pertanian dan
meluasnya pekerjaan pada sektor-sektor lain. Dalam hal ini diversifikasi pekerjaan dapat
memunculkan golongan/kelompok-kelompok kepentingan.
Urbanisasi dalam hal ini bukan hanya merupakan perpindahan penduduk tetapi
juga pertambahan jumlah penduduk disuatu kota. Dalam satu sisi banyak penduduk
mugran yang tidak terintegrasi dengan sistem ekonomi formal yang pada akhirnya mereka
memperjuangkan kepentingan mereka sendiri. Bukan berarti peningkatan jumlah
pekerjaan disektor industri, industrialisasi dalam hal ini tetapi lebih kepada peningkatan
jumlah keluaran, investasi dan produktivitas. Industrialisasi harusnya dapat menciptakan
keseimbangan dalam sektor ekonomi. Tetapi dalam keadaan ini justru melahirkan konflik
kepentingan.
Tidak hanya hal-hal itu yang memunculkan masalah tetapi lebih terkait dengan
hubungan antara asosiasi dan pemerintah. Keputusan pemerintah yang tidak sesuai
dengan aspirasi masyarakat sering menjadi penyebabnya. Karena hal itulah pemerintah
mempunyai kesadaran akan pentingnya asosiasi yang mewakili kepentingan yang sebagai
penghubung antara masyarakat dan pemerintah. Perlunya pengaturan karakteristik
organisasi dan pola hubungan kewenangan dengan pemerintah inilah yang disebut sistem
perwakilan kepentingan. Secara umum ada 2 sistem perwakilan kepentingan yang akan
dijelaskan nanti yaitu pluralisme dan kooperatisme.
6.1.1 PLURALISME
Pluralisme adalah suatu sistem yang memungkinkan semua masyarakat
bersaing secara bebas untuk mempengaruhi proses politik sehingga mencegah
terjadinya kelompok tertentu mendominasi kelompok lain.
Pluralisme mengharuskan adanya berbagai asosiasi yang bersaing dan
tidak disponsori oleh pemerintah. Dalam berasosiasi terdapat hak untuk berasosiasi
dan menyatakan pendapat yang mempunyai arti sebagai bebas untuk mengajukan
alternatif kebijakan dan pemimpin pemerintahan.
Pluralisme dikondisi dan dikendala oleh universalisasi hubungan kapital
dan pemasyarakatan produksi secara meluas. Sehingga antara area publik bagi
partisipasi politik dan kebebasan bersifat impersonal.
Sebagai perbandingan, secara politik pluralisme di Amerika Latin bukan
merupakan pelaksanaan hak-hak politik atau jaminan hukum yang diberikan oleh
negara, tetapi merupakan aktivasi politik tiba-tiba dari kalangan kelas menengah
sebagai tanggapan langsung terhadap kekuasaan oligarki.
Beberapa karakteristik pluralisme sebagai suatu sistem perwakilan
kepentingan :
1. Setiap kelompok masyarakat yang memiliki kepentingan yang sama sehingga
dapat membentuk asosiasi
2. Keanggotaan asosiasi bersifat sukarela dan seseorang dapat saja menjadi
anggota dari beberapa asosiasi kepentingan.
3. Pemerintah tidak mencampuri urusan kelompok kepentingan
4. Para anggota asosiasi berwenang menentukan pemimpinnya dan merumuskan
kepentingan yang hendak diperjuangkan kepada pemerintah
5. Keputusan dalam organisasi dicapai dengan proses perundingan, tawar
menawar dan kompromi.
Disamping itu pluralisme juga memiliki kelemahan :
1. Lebih menekankan pada persaingan kelompok kepentingan
2. Hanya segolongan kecil masyarakat yang menjadi anggota aktif
3. Pengaruh pemimpin lebih menonjol dalam menentukan organisasi
4. Kelompok kuat yang memperjuangkan kepentingan sebagian kecil masyarakat
lebih dominan daripada kelompok lemah yang memperjuangkan kepentingan
masyarakat luas
5. Mengabaikan peranan pemerintah sebagai lembaga kepentingan umum
Oleh sebab itu dalam pluralisme pemerintah hanya sebagai wasit yang
memelihara aturan permainan bagi persaingan antar kelompok kepentingan.
6.1.2 KORPORATISME
Korporatisme adalah upaya untuk menghubungkan negara (pemerintah)
dan masyarakat. Korporatisme yaitu penegaraan (statization) berbagai kegiatan
organisasi kemasyarakatan (yang sering disebut dengan istilah, seperti politisasi dan
birokratisasi) dan privatisasi urusan kenegaraan.
Menurut Philippe Schmitter membedakan korporatisme negara dan
korporatisme masyarakat.
A) Korporatisme Negara
Korporatisme negara merupakan hasil penegaraan berbagai kegiatan
organisasi kemasyarakatan. Korporatisme negara adalah suatu sistem
perwakilan kepentingan yang melibatkan pemerintah secara aktif sehingga
kelompok-kelompok kepentingan terlibat dalam perumusan kebijakan umum.
Ada dua kemungkinan kenapa pemerintah memilih sistem ini dalam
menjembatani aspirasi masyarakat dengan pemerintah.
Pertama, penjelasan ideologis/kultural yang menganggap negara,
sebagai suatu organisme yang terdiri dari berbagai unsur yang saling
tergantung.
Kedua, penjelasan ekonomi politik sebagai cara pengendalian
masyarakat yang dilakukan dengan suatu rezim birokratis. Otoriter untuk
mendukung kebijakan ekonomi negara yang bergantung pihak luar tetapi
terlambat dalam pembangunan.
Korporatisme ini banyak diterapkan dinegara-negara berkembang
lainnya.
B) Korporatisme Masyarakat
Korporatisme masyarakat merupakan hasil penswastaan beberapa
urusan kenegaraan. Dalam hal ini legitimasi pemerintah bergantung pada
kelompok kepentingan. Hal ini terjadi di negara pasca industri di Barat dan
Jepang. Tetapi di Indonesia juga diterapkan, terbukti dengan pembentukan
Dewan Pers, Dewan Film Nasional, Badan Sensor Film dan Badan
Pertimbangan Pendidikan Nasional
Korporatisme masyarakat di negara-negara Eropa Barat disebabkan
oleh 3 hal :
1. Kebutuhan mengembangkan lingkup ekonomi yang lebih efisien
2. Pengusaha, buruh, dan negara beberkerja sama dalam pembuatan dan
pelaksanaan kebijakan
3. Kerjasama itu juga memberi sumbangan bagi perindustrian berbagau
tuntutan politik.
Dengan demikian negara dapat mengelakkan tuntutan sistem yang
”kelebihan muatan” dan kelompok kepentingan dapat mengatasi kekurangan
ekonomi melalui pengaturan diri secara internal.
CIRI-CIRI KORPORATISME NEGARA :
1. Pengelompokan masyarakat secara fungsional (profesi dan okupasi). Profesi
merupakan bidang pekerjaan yang memerlukan keahlian cukup tinggi dan
sebagai balas jasa menerima tanda kehormatan dan penghargaan (honor).
Okupasi merupakan bidang pekerjaan dengan latihan secukupnya dan akan
mendapatkan upah/uang.
2. Pengelolaan jenis kepentingan dimonopoli dengan suatu asosiasi yang
diakui dan didengarkan oleh pemerintah
3. Pembentukan kelompok kepentingan harus dengan persetujuan dan
pengakuan pemerintah
4. Keanggotaan bersifat otomatis/setengah paksa
5. Penentuan kepemimpinan kelompok kepentingan ditentukan oleh
pemerintah
6. Artikulasi kepentingan dari kelompok-kelompok harus berkisar pada
kerangka umum pemerintah
Korporatisme secara historis dipandang sebagai tanggapan terhadap 5
kondisi berikut :
1. Masalah fragmentasi dan konflik sosial yang timbul dengan pembagian kerja
2. Pluralisme dan permasalahan yang dihadapkan pada ekonomi, keserasian
sosial dan tertib politik
3. Melemahnya hegemoni / suatu krisis hegemoni / suatu krisis hegemoni
4. Krisis ekonomi yang mungkin berwujud dalam berbagai bentuk
5. Konteks khusus internasional / pasar dunia
Sebagai organisasi yang secara struktural, negara dan kelompok
kepentingan bersifat kontradiktif yaitu :
- Secara internal, berupa memelihara kekokohan organisasi dengan
menciptakan keseimbangan antara kontrol yang tersentralisasi dan
terdesentralisasi.
- Secara eksternal, berupa menyerap sumber-sumber lingkungan untuk
memajukan dan melindungi kepentingan organisasi.
Sistem perwakilan kepentingan memiliki kelemahan dan kelebihan.
Kelemahannya derajat ekonomi organisasi sangat rendah. Kelebihannya
kelompok kepentingan di libatkan dalam perumusan dan penetapan keputusan
oleh pemerintah.
Korporatisme cenderung digunakan sebab sistem perwakilan
kepentingan tidak hanya memberi legitimasi bagi kewenangan pemerintah
tetapi juga bersifat praktis dan cepat. Sistem perwakilan kepentingan berfungsi
ganda yaitu sebagai sarana menguasai dan memobilisasi masyarakat dan
sebagai saluran aspirasi dalam masyarakat.
6.2 KELOMPOK KEPENTINGAN
Kelompok kepentingan adalah sejumlah orang yang memiliki beberapa
kesamaan yang mengorganisasikan diri untuk melindungi dan mencapai tujuan.
Kelompok ini lebih berorientasi kepada perumusan kebijakan umum yang dibuat
pemerintah.
Kelompok ini berbeda dengan partai politik. Yang membedakan adalah
fungsinya, kelompok ini tidak memiliki fungsi mencari dukungan pada calon / partai
tertentu.
Kelompok ini dibagi menjadi beberapa tipe :
1. Menurut jenis kegiatan ; seperti : profesi, okupasi, kegamaan, kegemaran,
kepemudaan, lingkungan hidup, kewanitaan
2. Berdasarkan lingkungan kepentingan, seperti : petani, guru, pegawai negri
3. Berdasar gaya dan metode mengajukan kepentingan,
Gabriel Almond membedakan menjadi 4 tipe :
a. Kelompok kepentingan anomik : mengajukan kepentingan dengan demonstrasi secara
spontan dan identitasnya kurang jelas.
b. Kelompok kepentingan non-asosiasi : melakukan pendekatan informal dalam
memperjuangkan kepentingan.
Contoh : ras, suku, kedaerahan
c. Kelompok kepentingan institusional yaitu kelompok dari lembaga-lembaga politik dan
pemerintahan.
Contoh : anggota bersenjata, birokrasi
d. Kelompok kepentingan asosiasional yaitu kelompok yang terorganisasi baik dan
menjalin hubungan dengan pemerintah
Contoh : kamar dagang dan Industri, Serikat pekerja, Ikatan Dokter dll
Faktor-faktor yang mempelajari sehubungan dengan kelompok kepentingan :
1. Segi Internal : lingkup keanggotaan, loyalitas anggota, lingkup kegiatan dan derajat
kedalaman kegiatan
2. Segi cara dan sarana : sifat teknik-teknik yang digunakan, bentuk tuntutan yang
diajukan, derajat kekompakan dan SDM dan materiil yang tersedia
3. Segi eksternal organisasi derajat kesesuaian dan ketaatasasan tujuan dan kegiatan
kelompok, derajat kelembagaan, derajat kemampuan kelompok dalam memelihara
akses komunikasi dengan pemerintah.

You might also like