Professional Documents
Culture Documents
Latar Belakang
Industri jasa telah mendominasi perekonomian hampir semua Negara industry, dan
bahkan mampu menciptakan lapangan kerja dan peningkatan PDB. Berbagai deregulasi,
perkembangan sector jasa khususnya dalam era
high tech
dan digital era telah memberikan tantangan di sector jasa yang semakin intensif.
Perusahaan penerbangan, perbankan, hotel, pariwisata, restoran, rumah sakit, asuransi,
telekomunikasi, jasa professional seperti pengacara, akuntan, dokter dan lain-lain
membuktikan
approaching
and
special handling
dalam menghadapi persaingan. Dalam satu dasawarsa terakhir persaingan terjadi di sector
jasa sangat tajam.Untuk itu, perusahaan jasa mulai berlomba-lomba mempunyai
differentiation khusus dalam kualitas pelayanan (
service quality
). Di Indonesia sektor jasa juga mengalami peningkatan yang pesat. Jika jasa diartikan
sebagai seluruh kegiatan ekonomi dimana hasilnya bukan produk fisik, maka kontribusi
jasa di Indonesia sangat dominan. Distribusi prosentase PDB menurut lapangan usaha
menunjukkan kontribusi sektor jasa mendekati 50% (Sancaya, 1997). Seiring dengan
memasuki abad ke 21, negara-negara kawasan Asia termasuk Indonesia dilanda krisis
ekonomi dan moneter yang cukup berat, bahkan di Indonesia krisis ekonomi dan moneter
meluas menjadi krisis multidimensi
2
seperti : krisis politik, sosial dan budaya. Selain itu, Indonesia pada milenium
ketiga ini juga sedang menuju proses transisi kearah terbentuknya “masyarakat madani”
yang lebih demokratis dan menjunjung tinggi hak asasi m
anusia. Penerapan nilai-nilai universal yang akui masyarakat internasional merupakan
salah satu prasyarat untuk dapat bersaing dalam komunitas dunia yang makin
mengglobal. Transportasi mempunyai peranan yang sangat vital dalam berbagai aktivitas
perekonomian, dengan kata lain bidang trasportasi merupakan urat nadi perekonomian
(Nasution, 1999). Sistem trasportasi yang baik sangat di perlukan oleh semua daerah atau
negara guna memperlancar mobilisasi dan komunikasi serta teknologi informasi
(Anonymus, 2000). Perkembangan perekonomian dan komunikasi membawa dampak
pada pesatnya perkembangan jasa transportasi, sehingga bidang transportasi merupakan
bidang yang sangat menjanjikan untuk masa kini dan masa yang akan datang (Usahawan,
2000). Hal ini bisa dilihat dari perkembangan kemajuan teknologi dari waktu ke waktu,
dimana transportasi mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan, tidak hanya
sebagai sarana untuk memperlancar arus barang dan manusia saja tetapi transportasi juga
akan memberikan efisiensi pada waktu. Dengan demikian transportasi tentunya akan
selalu memainkan peranan kunci dalam proses pengangkutan (Milligen dan Brian, 2000).
Ada berbagai jenis alat trasportasi yang bisa digunakan pada dewasa ini , mulai dari
mobil, bus, kereta api sampai pesawat terbang. Semakin banyak kegiatan dan semakin
3
kompleks kebutuhan yang harus dipenuhi serta semakin seringnya orang melakukan
interaksi di berbagai daerah serta dituntut efisiensi waktu, maka orang kemudian mencari
alternatif yang bisa memberikan efisiensi dan efektivitas dalam melakukan kegiatan
melalui perjalanan yang dilakukan. Seiring dengan dinamika dan meningkatnya aktivitas
masyarakat yang menginginkan kecepatan dalam menjangkau suatu daerah, maka jasa
penerbangan menjadi salah satu alternatif yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat
modern dewasa ini, dimana mereka membutuhkan efisiensi waktu dalam mencapai
tujuan. Menurut Fortner dan Brian, 2000, sistem transportasi telah dirancang untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi untuk meningkatkan kinerja. Industri
penerbangan merupakan industri yang padat modal dan juga padat karya yang sekaligus
membutuhkan dana yang cukup besar untuk investasi pesawat dan peralatan industri yang
juga banyak membutuhkan tenaga manusia untuk operasionalnya. Dilihat dari
market size
, industri penerbangan ini cukup menggiurkan dengan setiap hari lebih dari 4 juta
penumpang yang terbang lewat udara yang merupakan suatu ukuran pasar yang cukup
besar. Daya tarik industri penerbangan inilah yang kemudian merangsang pelaku bisnis
untuk masuk walaupun dengan berbagai konsekuensi seperti perubahan lingkungan
eksternal yang cepat serta kondisi internal perusahaan yang mempunyai karakteristik unik
(Taufik, 2000). Ada banyak faktor yang mendasari konsumen untuk tetap memakai
produk/jasa yang dijual perusahaan, sehingga ada beberapa alasan mengapa seorang
konsumen tetap memakai suau barang/jasa pada pemakaian berikutnya diantaranya
adalah kualitas layanan (Parasuraman
et.al.
1998; Bolton
4
Krisis telah menurunkan daya beli masyarakat Indonesia sehingga banyak orang yang
mengalihkan pemakaian barang/jasa dari kelas satu keatas menjadi kelas dibawahnya (
Lower Market Segment
). Demikian juga dengan pemakaian jasa transportasi pesawat terbang ada kemungkinan
pemakaian jasa pesawat terbang juga beralih ke jasa transportasi lain. Kondisi tersebut
menjadikan maskapai penerbangan harus hati-hati dalam melayani pelanggan. Karena
apabila pelanggan merasa dikecewakan maka mereka akan beralih ke maskapai
penerbangan lain. Perpindahan pelanggan dari perusahaan yang satu ke perusahaan yang
lain disebabkan karena faktor ekonomi dan kurangnya perhatian perusahaan terhadap
pelayanan konsumen. Ketatnya persaingan berakibat pada persaingan baik dibidang
harga maupun persaingan dibidang non harga, dimana masing-masing perusahaan
berusaha untuk menurunkan harga tiket pesawat guna meraih pangsa pasar. Berbagai
cara dilakukan perusahaan penerbangan dalam upaya meraih konsumen, mulai dari harga
tiket didiskon, memberikan hadiah-hadiah, memberikan paket-paket unik (Zainuddin,
2002).a Oleh karena itu salah satu perusahaan jasa penerbangan di Indonesia yaitu Lion
Air berupaya mamaksimalkan strategi bersaingan agar menjadi market leader dalam
perusahaan jasa penerbanagan khususnya perusahaan jasa penerbangan di Indonesia dan
dunia internasional pada umumnya.
6
Demikian pula Lovelock and Wirtz (2006: 22) mengemukakan bahwa bauran pemasaran
jasa dimodifikasi dengan menambahkan empat elemen yaitu;
physical environment, process, people dan productivity and quality,
sehingga delapan unsur bauran pemasaran jasa tersebut menjadi:
product elements, place and time, promotion and education, price and other user outlays,
physical environment, process, people serta produktivitas dan kualitas.
Dalam Tabel 2.3 disajikan
Didalam hal ini berarti bauran pemasaran jasa adalah elemen-elemen organisasi
perusahaan yang dapat dikontrol oleh perusahaan dalam melakukan komunikasi dengan
konsumen dan akan dipakai untuk memuaskan konsumen. Berdasarkan definisi tersebut
diatas dapat disimpulkan bahwa marketing mix merupakan unsure-unsur pemasaran yang
saling terkait, dibaurkan, diorganisir, dan digunakan dengan tepat, sehingga perusahaan
dapat mecapai tujuan pemasaran dengan efektif, sekaligus memuaskan kebutuhan dan
keinginan konsumen. Selanjutnya Zeithaml dan Bitner mengemukakan konsep bauran
pemasaran tradisional
(traditional marketing mix)
terdiri dari 4P, yaitu,
Product
(produk),
Price
(harga),
Place
(tempat/lokasi), dan
Promotion
(promosi). Sementara itu, untuk pemasaran jasa perlu bauran pemasaran yang diperluas
(expanded marketing mix for service)
dengan penambahan unsur non-traditional marketing mix, yaitu
People
(orang),
Physical evidence
(fasilitas fisik) dan
process
(proses), sehingga menjadi tujuh unsur (7P). masing-masing dari tujuh unsur bauran
pemasaran tersebut saling berhubungan dan tergantung satu sama lainnya dan
mempunyai suatu bauran yang optimal sesuai dengan karakteristik segmennya (Zeithaml,
2000: 18-21). Penambahan unsur bauran pemasaran jasa dilakukan antara lain karena
jasa memiliki karakteristik yang berbeda dengan produk, yaitu tidak berwujud, tidak
dapat dipisahkan, beraneka ragam dan mudah lenyap. Seperti yang dikemukakan oleh
Zithaml dan Bitner (2000: 19) bauran pemasaran jasa terdiri
10
dari 7P yaitu product, price, place, promotion, people, physical evidence, dan process.
Unsur-unsur bauran pemasaran jasa (7P) ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Untuk menjangkau pasar sasaran yang telah ditetapkan, maka setiap perusahaan perlu
mengelola kegiatan pemasarannya dengan baik. Perusahaan harus dapat menyusun serta
menggunakan
controllable marketing variable
s, untuk mengantisipasi perubahan dari
uncontrollable marketing variables,
serta
PRODUCT
Quality level
Accessories
Packaging
Warranties
Product line
branding
PLACE
Channel type
Exposure
Intermediaries
Outlet location
Transportation
Storage
Managing c
hannels
PROMOTION
Promotion blend
Sales people
Number selection
Training, incentives
Advertising
sales promotion
publicity
PRICE
Flexibility
Price level
Terms
Differentiation
Discounts
allowances
POEPLE
Employees
Recruiting, Training
Motivation, Rewards
Teamwork
Custumers
Education training
PHYSICAL EVIDANCE
Facility design
Equipment
Signage
Employees dress
Other tangible
Reports
Business cards
Statements
guarantees
PROCESS
Flow of acti
vities
Standardized
Customized
Number of steps
Simple
Complex
Custumer involment
11
untuk mempengaruhi permintaan produk perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus
dapat mengkombinasikan unsur-unsur tersebut dalam proporsi yang tepat sehingga
bauran pemasarannya sesuai dengan lingkungan perusahaan, dapat memuaskan pasar
sasaran dan tetap sejalan dengan sasaran perusahaan dalam bidang pemasaran secara
keseluruhan. Bauran pemasaran yang telah ditetapkan perusahaan sebaiknya selalu
disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang dihadapi perusahaan, jadi harus bersifat
dinamis.
I Produk Jasa (The Service Product) (P1)
Produk jasa menurut Kotler (2000: 428) “ merupakan segala sesuatu yang dapat
ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau
dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang
bersangkutan”. Produk yang ditawarkan meliputi barang fisik, jasa, orang atau
pribadi, tempat, organisasi, dan ide. Jadi produk dapat berupa manfaat tangible maupun
intangible yang dapat memuaskan pelanggan. Produk jasa merupakan suatu kinerja
penampilan, tidak berwujud dan cepat hilang, lebih dapat dirasakan daripada dimiliki,
serta pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut.
sesungguhnya pelanggan tidak membeli barang atau jasa, tetapi membeli manfaat dan
nilai dari
sesuatu yang di tawarkan. “apa yang ditawarkan” menunjukkan sejumlah manfaat
yang dapat pelanggan dapatkan dari pembelian suatu barang atau jasa, sedangkan sesuatu
yang ditawarkan itu sendiri dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu : 1.
Barang nyata,