Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ibu Menyusui
Menyusui merupakan pekerjaan biologik yang mulia bagi semua jenis
mamalia dan sebagai satu kesatuan dari fungsi reproduksi, menyusui adalah suatu
insting. Namun dewasa ini, makin sedikit ibu-ibu yang mempraktekkan pekerjaan
mulia ini. Oleh karena itu kebiasaan menyusui saat ini penting untuk diamati dan
dicegah kemerosotannya. (Soejono, 1985).
Kebiasaan menyusui serta cara menyapih yang baik memegang peranan yang
penting dalam kesejahteraan serta pertumbuhan anak. Kepada para ibu harus
dijelaskan bahwa air susu ibu mengandung zat-zat yang diperlukan untuk
pertumbuhan bayi. Jumlah dan komposisi ASI akan berubah dari hari ke hari.
Biasanya disesuaikan dengan kebutuhan bayi serta tergantung pula pada makanan dan
keadaan ibu. (Soysa, 1995)
Selain itu ibu menyusui harus bisa menjaga ketenangan pikiran, menghindari
kelelahan, membuang rasa khawatir yang berlebihan dan percaya diri bahwa ASI nya
mencukupi kebutuhan bayi.
C. ASI
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi, karena mengandung semua
bahan yang diperlukan oleh bayi, seperti komposisi zat kimiawi dan immonologik
(antibodies) yang sesuai untuk kebutuhan bayi. (Soepardi, 1989).
Menurut waktunya ASI diproduksi, maka ASI dapat digolongkan ke dalam
kolostrum, air susu peralihan (air susu transisi), dan air susu yang susunannya tetap
(natur milk). Kolostrum adalah ASI yang diproduksi setelah bayi lahir sampai dengan
hari ketiga atau keempat sampai hari kesepuluh atau kadang-kadang sampai dengan
minggu kelima dan air susu yang susunannya tetap diproduksi sesudahnya.
Kolostrum warnanya lebih kuning dan lebih kental daripada ASI yang diproduksi
kemudian dan mempunyai kasiat membersihkan usus-usus bayi dari meconium (isi
usus janin). Hal ini penting untuk mempersiapkan usus bayi untuk menerima
makanan yang akan datang. Kolostrum lebih banyak mengandung zat anti penyakit
(zat yang dapat melindungi bayi dari penyakit). Protein dan mineral dalam sehari
dapat diproduksi sekitar seratus lima puluh sampai tiga ratus mililiter kolostrum.
Air susu peralihan kadang proteinnya lebih kecil dari pada kolostrum sedang,
kadar lemak dan hidrat arangnya lebih tinggi, begitu juga volumenya.
Air susu peralihan jumlahnya berangsung-angsur bertambah sehingga pada
waktu bayi berumur tiga tahun, dapat diproduksi kurang lebih delapan ratus liter
sehari. Kadar zat anti penyakit dan zat-zat gizi air susu peralihan mulai dari
permulaan sampai berhenti diproduksi yaitu waktu anak berumur dua sampai tiga
tahun tidak banyak berubah. Tetapi volumenya berkurang mulai bayi berumur enam
sampai sembilan bulan. (Soemilah, 1989).
1. Keunggulan ASI
Keunggulan dari pemberian ASI adalah :
a. Air Susu Ibu mengandung zat-zat makanan yang diperlukan selama ASI itu
keluar secara normal (dalam jumlah yang cukup) dapat memenuhi kebutuhan
bayi.
b. Dalam Air Susu sudah terdapat zat penentang atau antibodi yang berasal dari
ibu sehingga dapat mempertahankan bayi dari gangguan beberapa jenis
penyakit.
c. Proses pemberian ASI sedikit sekali berhubungan dengan dunia luar maka
kemungkinan masuknya bakteri sedikit sekali.
d. Temperatur ASI sesuai temperatur tubuh bayi.
e. Bayi sendiri yang mengatur jumlahnya susu yang dia minum sehingga bayi
tidak bisa tersendak.
f. Dengan menyusui maka rahang bayi akan terlatih menjadi kuat.
g. Menyusui berarti mempererat kasih sayang antara ibu dan anak.
h. ASI tidak dimasak, sehingga sangat memudahkan bagi ibu (praktis).
i. Ekonomis.
2. Pemberian ASI
Pemberian ASI sebaiknya dimulai selekas-lekasnya bila keadaan ibu dan
bayi mengijinkan, misal 8 jam sesudah bayi lahir. Sehingga pencernaan dan
penyerapan ASI dalam lambung dan usus bayi berlangsung dengan cepat dan
baik. (Soejono, 1985).
Pemberian ASI meliputi frekuensi dan lamanya pemberian :
a. Frekuensi Pemberian ASI
Frekuensi pemberian ASI di Indonesia dapat dibedakan menjadi :
1) Frekuensi menyusui dengan pembatasan ( token breast feeding )
Pembatasan dilakukan mengenai frekuensi, jarak menyusui jadwal
waktu yang ketat dan lama menyusui kira-kira 10-15 menit. Cara ini dapat
mendidik bayi untuk membiasakan disiplin dan memberikan kemudahan
bagi petugas kesehatan di RS atau rumah bersalin dalam mengelola
pasangan bayi dan ibu menyusui. Namun sekarang cara ini dianggap
menurunkan kemampuan menyusui pada ibu oleh karena itu tidak
dianjurkan lagi.
2) Frekuensi menyusui gaya bebas ( on demand atau un restriced )
Pada cara ini bayi disusui setiap kali menangis karena lapar atau
haus. Menyusui gaya bebas ini dianjurkan dan biasa disebut menyusui
menurut kehendak bayi. (Samsudin, 1985)
D. Status Gizi
Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup dan
produktivitas kerja. Angka kematian yang tinggi pada bayi, anak balita dan ibu
melahirkan, menurunnya daya kerja fisik serta terganggunya mental kecerdasan, jika
ditelusuri adalah akibat langsung ataupun tidak langsung dari kekurangan gizi.
Dan status gizi penduduk biasanya digambarkan oleh masalah gizi yang
dialami oleh golongan penduduk yang rawan gizi. Hingga saat ini di Indonesia masih
terdapat 4 masalah gizi utama yaitu kekurangan energi protein (KEP), kekurangan
vitamin A (KVA), gangguan akibat kekurangan Iodium (GAKI), dan kekurangan zat
gizi yang disebut anemi gizi.
F. Kerangka Konseptual
G. Hipotesa
1. Ada hubungan antara konsumsi Energi ibu menyusui dengan status gizi bayi 0 – 4
bulan.
2. Ada hubungan antara konsumsi Protein ibu menyusui dengan status gizi bayi 0 –
4 bulan.
3. Ada hubungan antara frekuensi pemberian ASI dengan status gizi bayi 0 – 4
bulan.