You are on page 1of 8

1.

Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia atas perubahan
pola interaksi potensial atau aktual individu. Perawat secara legal dapat mengidentifikasi dan
menyusun intervensi masalah keperawatan. Kolaburasi dan koordinasi dengan anggota tim lain
merupakan keharusan untuk menghindari kebingungan anggota akan kurangnya pelayanan
kesehatan.

Dalam diagnosa keperawatan stroke atau cerebro vasculer accident didapatkan diagnosa
keperawatan sebagai berikut :

1. Perubahan perfusi jaringan cerebral (Doengoes, 2000)


2. Kerusakan mobilitas fisik ( Doengoes, 2000)
3. Komunikasi, kerusakan verbal dan tertulis (Doengoes, 2000)
4. Perubahan persepsi sensori (Doengoes, 2000)
5. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (Lynda Juall, 2001)
6. Ketidakmampuan merawat diri (Lynda Juall, 2001)
7. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan (Doengoes, 2000)
8. Intervensi Keperawatan
1. Menyusun prioritas

Friedman (1998:64), menjelaskan perencanaan perawatan meliputi seleksi bersama yang


dirancang untuk mencapai tujuan. Faktor penetapan prioritas perasaan peka terhadap klien dan
efek terpeutik terhadap tindakan dimasa mendatang.

1. Menyusun tujuan

Friedman (1998:64) menjelaskan perencanaan meliputi perumusan tujuan yang berorientasi


kepada klien kemungkinan sumber-sumber penggambaran pendekatan alternatif untuk
memenuhi tujuan dan operasional perencanaan.

Ada 3 kegiatan menurut Friedman (1998:64) yaitu:

1. Tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur langsung dan spesifik
2. tujuan jangka menengah
3. tujuan akhir atau jangka panjang yang sifatnya umum dan mempunyai tujuan
4. Menentukan kriteria dan standar evaluasi.

Kriteria yang akan dicapai adalah respon verbal, afektif dan psikomotor keluarga mengenai
penjelasan tentang masalah kesehatan (Friedman:1998:71)

1. Implementasi keperawatan

Dalam memilih tindakan keperawatan tergantung pada sifat masalah dan sumber-sumber yang
tersedia.
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah post stroke.

Intervensi:

1) Berikan informasi kepada keluarga mengenai: pengertian, tanda dan gejala, penyebab,
komplikasi, cara perawatan, penanganan dan pencegahan stroke

2) Motivasi keluarga untuk mengenal masalah stroke

1. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang dapat mengenai tindakan


kesehatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang menderita post stroke

Intervensi:

1) Memberikan informasi tentang alternatif pencegahan dpat diambil untuk mengatasi pasien
stroke, seperti menjaga kesehatan lingkungan, menghindari faktor pencetus, serta minum obat
secara teratur

2) Mendiskusikan akibat bila tidak melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi stroke

3) Memberikan kesempatan untuk mengambil keputusan tentang tindakan kesehatan yang


diambil pada anggota keluarga yang terkena stroke

1. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit atau perawatan post
stroke

Intervensi :

1) Sarankan atau anjurkan kepada keluarga untuk melakukan perawatan secara teratur, jaga
diet penderita stroke.

2) Demonstrasikan teknik latihan tentang gerak dirumah

1. Ketidakmampuan keluarga untuk memelihara lingkungan yang dapat menyebabkan atau


mempengaruhi kesehatan

Intervensi :

1) Memberikan semangat pada penderita terutama yang berasal dasri keluarga itu sendiri atau
melalui orang atau sumber-sumber yang dipercaya mempunyai pengaruh terhadap proses
penyembuhan

2) Modifikasi lingkungan yang dapat mendukung proses penyembuhan klien

1. Ketidakmampuan keluarga untuk mengenal sumber-sumber pelayanan kesehatan


terhadap perawatan post stroke
Intervensi :

1) Memberikan informasi tentang sumber-sumber yang dapat digunakan utnuk memperoleh


pelayanan kesehatan misalnya rujukan kontrol, perawatan fisiotherapi dan sumber-sumber lain.

2) Memberikan motivasi agar keluarga memanfaatkan sumber-sumber yang ada secara


berkesinambungan.

1. Evaluasi

Friedman (1998:71) menjelaskan bahwa evaluasi didasarkan pada seberapa efektifnya intervensi
yang dilakukan keluarga, perawat dan yang lainny. Keefektifan dilihat dari respon keluarga
bukan intervensi yang diimplementasikan. Modifikasi dlam asuhan keperawatan mengikuti
perencanaan evaluasi dan mulai dengan proses siklus kembali ke pengkajian dengan memberikan
informasi yang diperoleh dari pertemuan sebelumnya dan diteruskan dengan revisi setiap fase
dalam siklus bila dibutuhkan.

Evaluasi dalam asuhan keperawatan keluarga dengan stroke post rehabilitasi berdasarkan respon
keluarga terhadap implementasi yang kita lakukan sesuai dengan kriteria evaluasi yaitu
mengetahui pengertian stroke, mengetahui gangguan pada penderita stroke dan mengetahui
tindakan apa yang harus dilakukan bagi penderita stroke post rehabilitasi.

1. C. KONSEP DASAR STROKE


1. Pengertian Stroke

Stroke atau cidera cerebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke otak (Suzanne).

Stroke adalah kerusakan sirkulasi dalam satu atau lebih pembuluh darah yang menyediakan
darah pada otak. Penyediaan oksigen dan darah ke otak menjadi kurang atau berhenti, yang
kemudian merusak atau memusnahkan area – area tertentu dalam jaringan otak (discases
penyakit )

Storke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama di
indonesia, serangan otak ini merupakan kegawat daruratan media yang harus ditangani secara
cepat, tepat dan cermat.

Stroke adalah sindrome klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa defisit
neurologis fokal dan global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan
kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik
(Doengoes, 2000:290).

Cidera serebrovaskuler atau stroke adalah penyekit cerebrovaskuler menunjukkan adanya


beberapa kelainan otak baik secara fungsioanal maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan
patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak
(doengoes:290)
Stroke adalah gangguan aliran darah otak yang bersifat mendadak dan disertai dengan defisit
neuologik (Dr. H. Soedomo Hadinoto)

Menurut kriteria WHO stroke secara klinis didefinisikan sebagai gangguan fungsional otak yang
terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang
berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian yang disebabkan oleh karena
gangguan peredaran dareh otak.

1. klasifikasi stroke
1. Transtient Iskemia Attach (TIA)

Yaitu gangguan neurologik setempat yang terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam
saja, gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24
jam

1. Stroke in evolution ( SIE)

Yaitu stroke yang wujud kelainannya terjadi secara bertahap

1. Completeted stroke iskemic (CSI)

Yaitu stroke yang wujud kelainannya bersifat menetap

1. Reversible iscemic neurological defisit (RIND)

Yaitu stroke yang mirip dengan transient iskemik attack hanya saja kelainan yang ada
menghilang sesudah berlangsung lebih dari 24 jam

1. Stroke berdasarkan penyebab

Berdasarkan penyebab stroke dibedakan menjadi 2:

1. Stroke hemorhagic

Merupakan perdarahan cerebral dan mungkin perdarahan sub arachnoid. Disebabkan oleh
pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu biasanya kejadiannya saat melakukan aktifitas
atau saat aktif namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.

1. Stroke non hemorhagic

Dapat berupa ischemia atau emboli dan trombosis cerebral, biasanya terjadi saat setelah lama
beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia
yang menimbulkan hipoksi dan selanjutnya dapat timbul oedema skunder. Kesadaran umumnya
baik

1. Etiologi
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain:

1. Trombosis cerebral
2. Emboli
3. Tumor otak
4. Hemorhagic
5. Tekanan darah tinggi
6. Kelemahan dinding arteri
7. Cidera kepala
8. Faktor resiko

Sedangkan faktor resiko dari stroke adalah kondisi atau penyakit atau kelainan yang memiliki
potensi untuk memudahkan seseorang mengalami serangan stroke pada suatu saat.

1. Faktor resiko yang tidak dapat diobati terutama

1) Usia

2) Jenis kelamin

3) Ras

4) Genetik

1. Faktor resiko yang dapat diubah atau dikendalikan diantaranya :

1) Hipertensi

2) Diabetes mellitus

3) Penyakit jantung

4) Riwayat trans iskemik atau stroke sebelumnya

5) Merokok

6) Kolesterol tinggi

7) Obesitas

8) Obat-obatan (kokain, ampetamine, ekstasi dan heroin)

1. Patofisiologi

Pada keadaan fisiologis normal, aliran darah pada otak selalu tetap yaitu 50 ml/ menit / 100 gr
otak. Hal ini terjadi karena auto regulasi yang mengembangkan arteri pada waktu hipotensi yang
menguncup waktu hipertensi. Apabila tekanan darah tinggi terus menerus terjadi maka dapat
menimbulkan perubahan atroklerotik karena perfusi dapat menyebabkan perdarahan intra
kranial. Ruptur arteri juga dapat menyebabkan perdarahan yang akan menimbulkan ekstavasasi
darah ke jaringan otak sekitarnya. Darah yang merembes ini dapat menekan, mengiritasi, dan
menimbulkan fase spasme arteri hemisfer otak.

Ruptur arteri juga dapat mengakibatkan terhentinya aliran darah sehingga timbul iskemik focal
dan infark jaringan otak. Daerah ini akan mengalami defisit neurologis yang berupa
hemiparalisis. Keluarnya darah yang mendadak dari pembuluh darah otak dapat meningkatkan
tekanan darah cerebrospinalis, hilang kesadaran maupun gegar otak. Koma terjadi karena apabila
daerah ekstravasal terjadi hematoma yang menimbulkan penekanan pada seluruh isi kranial (Dr.
H. Soedomo)

1. Manifestasi klinis

Long (1996) menjelaskan gejala fokal yang paling sering terlihat akibat terputusnya sirkulasi
arteri cerebral adalah :

1. Kontralateral paralisis
2. Kehilangan penginderaan sensori dan memori
3. Disfasia atau afasia
4. Masalah spatial perceptual
5. Pemeriksaan diagnostis
1. Computerized tomografi Scan (CT Scan) dapat memperlihatkan adanya
hematoma, infark dan perdarahan. Scan ini baik untuk meneliti lesi yang letaknya
dipermukaan
2. Fungsi lumbal untuk menunjukkan kelainan cerebro spinalis fluid (CSF). Tekanan
yang meningkat dan adanya cairan darah menunjukkan adanya hemorhagic.
3. Elektro Encephalography (EEG) menggunakan gelombang untuk menentukan lesi
spesifik
4. Angiografi (arteriografi) sangat esensial untuk memperlihatkan penyebab dan
letak ganguan otak, biasanya menggunakan arteri femoralis. Ada tidaknya oklusi,
rupture atau obstruksi dapat difisualisasi dengan alat ini.
5. Magnetik Resonance Imaging (MRI) dapat menampakkan daerah patologis
6. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan keperawatan

Untuk mengobati keadaan acut perlu diperhatikan faktor faktor kritis sebagai berikut:

1) Berusaha menstabilkan tanda – tanda vital

2) Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung

3) Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter


4) Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien
harus dirubah posisi setiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif

1. Tindakan konservatif

1) Fasodilator yang meningkatkan aliran darah cerebral (ADS) secara percobaan, tetapi
maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibutuhkan

2) Dapat diberikan histamin, aminophilin, acetazolamide, papaverin intra arterial

3) Anti agregasi trombosis seperti aspirin, digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan
agregasi. Trombosis yang terjadi ulcerasi alteroma

1. Tindakan pembedahan untuk memperbaiki aliran darah cerebral, misalnya pada tindakan
endarterectomy carotis.

10. Pathways.
Faktor pencetus stroke

. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Stroke masih merupakan penyebab utama invaliditas – kecacatan sehingga orang
tergantung pada orang lain pada kelompok usia 45 tahun ke atas dan angka
kematian yang diakibatkannya juga cukup tinggi. Banyak upaya, penelitian, yang
telah dilakukan oleh para pakar dalam bidang stroke ini, bagaimana cara
mencegahnya, bagaimana cara mencegah agar tidak berulang sekiranya
seseorang pernah mendapat stroke, bagaimana mengurangi kerusakan atau
kematian yang diakibatkannya sekiranya stroke terjadi, dan bagaimana
mengoptimasi keadaan pasien yang telah dikurangi kemampuannya oleh stroke,
melakukan rehabilitasi.
Sebagian besar penderita stroke akan pulang ke rumahnya masing-masing. Hanya
sebagian kecil yang masih memerlukan perawatan secara tetap di rumah sakit
dan penderita ini cenderung merupakan manula yang usianya amat lanjut atau
orang-orang yang sebelum mengalami stroke sudah mempunyai permasalahan
jasmani atau mental lainnya. Sebagai contoh, penderita yang sebelumnya sudah
demensia tidak akan memperlihatkan banyak kemajuan bila terkena serangan
stroke. Keluarga penderita yang tidak dapat dibawa pulang ini perlumemikirkan
penitipan penderita panti jompo dengn bantuan dari para pekerja sosial. Kadang-
kadang saja ada penderita stroke yang harus tinggal di rumah sakit dalam untuk
jangka waktu yang lama.
Sikap penderita ketika pulang dari rumah sakit berbeda-beda. Sebagian penderita
ingin secepatnya pulang ke rumah dan kalau keinginan ini diperbolehkan, mungkit
dapat timbul kesulitan akibat penderita dan keluarganya beum siap. Sebagai
akibatnya, semangat mereka dapat merosot sekali. Akan tetapi, sebagian lagi
enggan meninggalkan lingkungan rumah sakit yang memberikan pelayanan dan
perlindungan, sekalipun merasa sudah siap pulang ke rumah. Penderita ini
mengkhawatirkan berbagai resiko yang akan mereka hadapi di luar rumah sakit
tanpa bantuan dan dukungan dari dokter, perawat serta ahli-ahli terapi lainya.
Namun demikian, pada suatu resiko tersebut harus dihadapi dan hampir selalu
penderita dapat mengatasinya jauh lebih baik daripada apa yang mereka sangka.
Seorang penderita stroke biasanya dapat dipulangkan ke rumah mereka sendiri
bila suami atau istrinya masih adadan mampu merawatnya. Penderita yang sudah
menduda atau menjanda ataupun penderita yang bujangan dapat saja pulang
kerumahnya kalau ada anak-anak atau sanak saudara yang bersedia merawatnya.
Akan tetapi di alam kehidupan modern ini di mana setiap orang mendambakan
keluarga kecil dan banya pasangan suami istri yang dua-duanya berkerja,

You might also like