You are on page 1of 12

LAMPIRAN

SUMPAH HIPOKRATES

•I swear by Apollo Physician and Asclepius and Hygieia and Panaceia and all the gods and
goddesses, making them my witnesses, that I fulfil according to my ability and judgement this
oath and this covenant.

Saya bersumpah demi (Tuhan) ... bahwa saya akan memenuhi sesuai dengan kemampuan
saya dan penilaian saya guna memenuhi sumpah dan perjanjian ini.

•To hold him who has taught me this art as equal to my parents and to live my life in
partnership with him, and if he is in need of money to give him a share of mine, and to regard
his offspring as equal to my brothers in male lineage and to teach them this art-if they desire
to learn it-without fee and covenant; to give a share of precepts and oral instruction and all
the other learning of my sons and to the sons of him who instructed me and to pupils who
have signed the covenant and have taken an oath according to medical law, but to no one
else.

Memperlakukan guru yang mengajarkan ilmu (kedokteran) ini kepada saya seperti orangtua
saya sendiri dan menjalankan hidup ini bermitra dengannya, dan apabila ia membutuhkan
uang, saya akan memberikan, dan menganggap keturunannya seperti saudara saya sendiri dan
akan mengajarkan kepada mereka ilmu ini bila mereka berkehendak, tanpa biaya atau
perjanjian, memberikan persepsi dan instruksi saya dalam pembelajaran kepada anak saya
dan anak guru saya, dan murid-murid yang sudah membuat perjanjian dan mengucapkan
sumpah ini sesuai dengan hukum kedokteran, dan tidak kepada orang lain.

•I will use treatment to help the sick according to my ability and judgment, but never with a
view to injury and wrongdoing. neither will I administer a poison to anybody when asked to
do so, not will I suggest such a course.

Saya akan menggunakan pengobatan untuk menolong orang sakit sesuai kemampuan dan
penilaian saya, tetapi tidak akan pernah untuk mencelakai atau berbuat salah dengan sengaja.
Tidak akan saya memberikan racun kepada siapa pun bila diminta dan juga tak akan saya
sarankan hal seperti itu.

•Similarly I will not give to a woman a pessary to cause an abortion. But I will keep pure and
holy both my life and my art. I will not use the knife, not even, verily, on sufferers from stone,
but I will give place to such as are craftsmen therein.
Juga saya tidak akan memberikan wanita alat untuk menggugurkan kandungannya, dan saya
akan memegang teguh kemurnian dan kesucian hidup saya maupun ilmu saya. Saya tak akan
menggunakan pisau, bahkan alat yang berasal dr batu pada penderita(untuk percobaan), akan
tetapi saya akan menyerahkan kepada ahlinya.

•Into whatsoever houses I enter, I will enter to help the sick, and I will abstain from all
intentional wrongdoing and harm, especially from abusing the bodies of man or woman,
slave or free.

Ke dalam rumah siapa pun yang saya masuki, saya akan masuk untuk menolong yang sakit
dan saya tidak akan berbuat suatu kesalahan dengan sengaja dan merugikannya, terutama
menyalahgunakan tubuh laki-laki atau perempuan, budak atau bukan budak.

•And whatsoever I shall see or hear in the course of my profession, as well as outside my
profession in my intercourse with men, if it be what should not be published abroad, I will
never divulge, holding such things to be holy secrets.

Dan apa pun yang saya lihat dan dengar dalam proses profesi saya, ataupun di luar profesi
saya dalam hubungan saya dengan masyarakat, apabila tidak diperkenankan untuk
dipublikasikan, maka saya tak akan membuka rahasia, dan akan menjaganya seperti rahasia
yang suci.

•Now if I carry out this oath, and break it not, may I gain for ever reputation among all men
for my life and for my art; but if I transgress it and forswear myself, may the opposite befall
me.

Apabila saya menjalankan sumpah ini, dan tidak melanggarnya, semoga saya bertambah
reputasi dimasyarakat untuk hidup dan ilmu saya, akan tetapi bila saya melanggarnya,
semoga yang berlawanan yang terjadi.
BAB II
ISI

Ikhtiar manusia dalam mengatasi berbagai macam penyakit telah di lakukan sejak
ribuan tahun lalu. Saking pentingnya ilmu kedokteran, ilmu itu terus di wariskan terus
menerus dari generasi ke generasi. Cikal bakal ilmu medis sudah ada sejak dahulu kala.
Sejumlah peradaban kuno, seperti Mesir, Yunani, Roma, Persia, India, serta Cina sudah mulai
mengembangkan dasar-dasar ilmu kedokteran.

Dalam perjalannya,ilmu pengetahuan seolah-olah terbagi dua kutub yang berbeda,


antara pengobatan timur dan pengobatan barat. Namun sekarang perkembangan ilmu
kedokteran diklaim dari peradaban barat. Padahal ketika era kegelapan mencekam Barat pada
abad pertengahan, perkembangan ilmu kedokteran di ambil alih dunia islam yang tengah
berkembang pesat di Timur Tengah. Pada abad ke-9M hingga ke-13, dunia kedokteran Islam
berkembang begitu pesat. Sejumlah Rumah Sakit besar berdiri. Pada masa kejayaan Islam,
Rumah Sakit tak hanya berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan para pasien,
namun juga menjadi tempat menimba ilmu para dokter baru.

Sekolah kedokteran pertama yang dibangun umat Islam adalah sekolah Jindi Shapur
di Baghdad. Khalifah Al-Mansur dari Dinasti Abbasiyah yang mendirikan kota Baghdad
mengangkat Judis Ibn Bahtishu sebagai dekan sekolah kedokteran itu. Pendidikan kedokteran
yang diajarkan di Jindi Shapur sangat serius dan sistematik. Era kejayaan Islam telah
melahirkan sejumlah tokoh kedokteran terkemuka, seperti Al-Razi, Al-Zahrawi, Ibnu-Sina,
Ibnu-Rushd, Ibnu-Nafis, dan Ibnu-Maimon.

Rumah Sakit terkemuka pertama yang dibangun umat Islam berada di Damaskus pada
masa pemerintahan Khalifah Al-Walid dari Dinasti Umayyah pada 706 M. Namun, rumah
sakit terpenting yang berada di pusat kekuasaan Dinasti Umayyah itu bernama Al-Nuri.
Rumah sakit itu berdiri pada 1156 M, setelah era kepemimpinan Khalifah Nur Al-Din Zinki
pada 1156 M. Tak heran, bila penelitian dan pengembangan yang begitu gencar telah
menghasilkan ilmu medis baru. Era kejayaan peradaban Islam ini telah melahirkan sejumlah
dokter terkemuka dan berpengaruh di dunia kedokteran, hingga sekarang. `’Islam banyak
memberi kontribusi pada pengembangan ilmu kedokteran.”

A.Perkembangan Kedokteran Pada Masa Sebelum Masehi

Ilmu kedokteran pada masa purba berkembang seiring dengan perkembangan


kecerdasan dan kreativitas manusia. Sejarah mencatat pada masa purba telah dikenal pijat-
memijat, ramu-ramuan obat dan juga alat-alat perdukunan. Hal ini didasarkan pada insting
(gharizah) yang dianugerahkan Allah Swt, bermula dari pengalaman seseorang salah saru
bagian tubuhnya mengalami sakit, secara refleks ia memijat bagian yang sakit tersebut. Apa
bila tidak mengalami kemajuan mereka mulai melihat binatang-binatang yang makan buah
atau tanaman tertentu bila sakit, kemudian dicoba sendiri dan bila sembuh diberikan ramuan
tersebut pada orang lain, bahkan sejarah mencatat pada masa purba pula sudah dikenal
pembedahan. Kemudian pengetahuan tersebut diturunkan secara generasi ke generasi, namun
biasanya kemampuan pengobatan tersebut masih diliputi oleh unsur syirik, penyembahan
pada nenek moyang dan sebagainya.

B.Perkembangan Kedokteran Pada Masa Sebelum Nabi

Masa Sumeria dan Arkadia

Sumeria termasuk wilayah Irak sekarang, yaitu di dekat sungai Furat (Eufrat) &
sungai Dajlah (Tigris). Menurut data sejarah, tabib-tabib bangsa Sumeria telah mengenal
pengobatan sejak 4000 tahun sebelum masehi. Pada masa tersebut terdapat dua cara
pengobatan; Pertama, menggunakan pengobatan dukun (menggunakan ramuan, pijatan, lalu
dijampi dengan meminta bantuan jin). Kedua, dengan pengobatan yang ilmiah dimasa itu
(ramuan herba, madu, al-kayy bakar, lasah (fisioterapi), bahkan para tabib telah menuliskan
ilmu-ilmunya dalam buku-buku yang dibuat dari tanah liat.

Sedangkan Arkadia berada di Utara Irak bagian tengah tepatnya di pertemuan antara
sungai Furat (Eufrat) & sungai Dajlah (Tigris), kedokteran sempat mencapai masa gemilang
dimasa Raja Sargon, yang bahkan dari sejarah dikisahkan putri Raja Sargon, Anhiduana
selain menjadi pendeta juga sebagai pengkaji berbagai jenis pengobatan.

Babilonia

Bangsa Babiluuniyah (Babilon) masih serumpun dengan bangsa Arkadia dengan Raja
Hamurabi sebagai raja sangat terkenal. Dimasa Raja Hamurabi kemajuan segala ilmu didapat.
Bidang kedokteran yang berkembang saat itu antara lain al-kayy bakar, lasah (fisioterapi),
ilmu peramu obat (farmakologi) dan bahkan konon telah ada obat-obatan jaman Babilonia
dalam bentuk pil. Dibidang kedokteran didapati yang terkenal dimasa itu adalah
dibedakannya antara tabib dengan kahin (dukun). Tabib berperan sebagaiahli pengobatan
yang jauh dari tahayul, sedangkan kahin/dukun masih menghubungkan segala sesuatu dengan
hal yang di luar jangkauan akal.

Mesir

Mesir di masa Fir’aun telah memiliki peradaban yang tinggi mengungguli peradaban
bangsa lain, termasuk di dalamnya ilmu kedokteran. Pada masa Fir’aun Ramses II (sekitar +
1200 tahun sebelum masehi) di kota Thebe dan Memphis telah didirikan pusat pengkajian
ilmu kedokteran. Di Mesir pun dikenal dua macam pengobatan; Pertama dengan khahin
(dukun) yang meminta bantuan pada jin berupa sihir-sihir. Di masa itu dikenal pula
pembedahan namun dilakukan hanya dengan menggunakan telunjuk dan dikatupkan kembali
dengan ibu jari, dan konon tidak meninggalkan bekas, selain itu juga dikenal pula pengobatan
pijat jarak jauh, pengobatan ini dilakukan oleh kahin-kahin (dukun-dukun) yang telah
meminta bantuan jin lewat sihir-sihir mereka. Kedua dengan pengobatan ilmiah. Pengobatan
ini hingga saat ini telah membuat takjub ilmu kedokteran modern saat ini. Mereka telah
mampu melakukan pembedahan besar. Perkembangan kedokteran Mesir telah mengenal
anastesi yang dinamakan Taftah. Mereka pun telah mengenal cara diagnosa dengan
menggunakan detak nadi pasien. Diagnosa warna lidah pun telah dikenal saat itu. Dapat
disimpulkan metode kedokteran di masa Mesir telah maju.
Persia

Bangsa Persia merupakan serumpun dengan bangsa Aria India, Yunani, Romawi,
Isbanji, Jerman dan rumpun Aria Eropa. Bangsa ini hidup pada sekitar 3000 tahun sebelum
masehi. Ilmu Kedokteran pada masa itu sangat tinggi. Mereka mengkitabkan ilmu kedokteran
dalam lempengan tanah liat, kulit dan lembaran tembaga. Aksara yang  digunakan adalah
tulisan paku yang berasal dari aksara Sumeria. Cabang ilmu kedokteran yang berkembang
pada masa itu adalah; kedokteran mata -berkembang di kota Syahran, kedokteran kandungan
di kota Madyan dan kedokteran umum di kota Jundi Kirman. Metode bedah yang
dikembangkan sangat baik mereka sangat baik dalam menjahit kembali bagian tubuh yang
dibedah. Mereka menggunakan afium (opium) sebagai anastesi (pembiusan). Alat-alat
kedokteran pun telah berkembang sangat baik, mereka telah menggunakan logam sebagai alat
kedokteran & bedah. Untuk sekolah kedokteran mereka sangat tertata rapi. Mereka memiliki
kurikulum yang sudah terstruktur baik, dengan tingkat-tingkat pemahaman yang diberikan.

Hindustan

Hindustan kita kenal dengan sistem kasta atau strata sosialnya. Kasta-kasta tinggi
menjadi penguasa dan kasta rendah menjadi pekerja. Begitu pula dalam kedokteran, ilmu
kedokteran Hindustan banyak dimonopoli oleh kasta Brahmana dan beberapa orang dari
kasta Ksatria. Lembaga pengkajian kedokteran sudah sangat maju di sana, diantaranya
terdapat di Mathura, Pataliputra dan Indraprahasta. Di Hindustan berkembang berbagai
macam metode kedokteran; Pertama yang berasaskan agama, yang berpangkal pada
Atharwaweda (weda) atau Ayurweda. Kedua metode tidak berasaskan agama, melainkan
berasaskan ilmu kedokteran murni. Ketiga metode campuran, yaitu metode kedokteran yang
dicampur dengan sihir.

Pengobatan yang bersumber dari kitab Weda sertakitab-kitab Upanisad dan


Ramapitara antara lain: penyembuhan dengan terapi pernafasan yang biasa disebut Yoga,
penyembuhan dengan terapi upawasa (puasa) dan tapa, penyembuhan dengan terapi
Dahtayana (tenaga dalam) hingga pengobatan dengan perabaan jarak jauh. Ada juga
pengobatan dengan terapi air, pengobatan dengan tusukan dan bedah. Dalam kitab Hindu
“Susruta Samhita” diceritakan bahwa Susruta dapat membentuk telinga buatan pada seorang
yang telinganya terpotong. Susruta ini sebenarnya adalah seorang tabib bedah saat itu, namun
tabib-tabib Hindustan setelahnya selalu memejamkan mata, memanggil nama Susruta agar
membantu dalam pembedahan secara gaib. Dalam hal ramuan obat, peramu obat Hindustan
hampir sama dengan peramu dari Persia. Walaupun tabib-tabib Hindustan sudah sangat maju
dalam pengobatan, mereka masih mencampurkan antara ilmu kedokteran dengan praktek
kahin (perdukunan). Kemajuan yang gemilang yang didapat dari pengobatan Hindustan
adalah, tabib-tabib mereka telah dapat melakukan pembedahan minor pada daging dan
semacamnya.

Suriah & Iskandariah

Kedokteran bangsa Suriah dan Iskandariah masih berpangkal pada ilmu kedokteran
Mesir Purba dan ilmu kedokteran Funisia. Kitab-kitab kedokteran bangsa suriah ditulis dalam
bahasa Suryani, yaitu bahasa serumpun Arab. Cabang-cabang kedokteran yang berkembang
di Suriah adalah: (1) Pengobatan al-kayy yang dikenal dengan pengobatan al-kayy Syam. (2)
Pembedahan besar dan pembedahan kecil (3) Lasah (fisioterapi) otot, syaraf dan tulang (4)
Pengobatan al-hijamah / bekam dan fashid. (5) pengobatan dengan ramuan herbal.
Pada masa agama Nasrani berkembang di Suriah, ilmu kedokteran Suria mengalami
kemunduran. Rahib-rahib Nasrani ikut turun tangan mengobati pesakit menggantikan tabib-
tabib. Mereka membawakan pengobatan doa dan pengampunan, perabaan kasih Al-Masih,
percikan air suci Maria, sentuhan Salib Suci dan lainnya mirip kahin-kahin (dukun) Dewa
Ba’al. Hampir semua penyakit dihubungkan dengan kutukan, dosa dari Nabi Adam dan Hawa
dan semua itu harus ditebus dengan perabaan kasih Al-Masih,percikan air suci Maria,
sentuhan Salib Suci dan lainnya. Seorang gila dianggap kerasukan setan dan kena rayuan
bisikan Iblis. Setan itu bermukim di kepala orang gila tersebut oleh karenanya perlu
dikeluarkan dengan jalan memahat kepala orang gila tersebut agar setannya keluar dari
lobang pahatan, Pengobatan semacam ini terdapat juga di Iskandariah, Romawi sampai ke
Andalusia pada kurun waktu 1500 M.

Romawi & Yunani

Sejarah Yunani dan Romawi telah ada semenjak 500 tahun sebelum Masehi. Di sana
telah banyak dokter/tabib terkenal, namun dokter/tabib Yunani dan Romawi biasanya
merangkap sebagai kahin (dukun) atau sebaliknya. Kahin-kahin tersebut dianggap sebagai
perantara bagi dewa-dewa Olympus. Bentuk pemujaan dewa-dewa tersebut tecermin dari
penggunaan nama dan simbol keagamaan Yunani dan Romawi. Dalam hal penggunaan nama,
istilah dan lambang hingga saat ini pun masih digunakan nama, istilah dan lambang yang
berpangkal dari simbol keagamaan Yunani dan Romawi purba dan tidak sedikit dokter-dokter
muslim terbawa latah mengikutinya. Diantara nama-nama yangdigunakan dalam kedokteran
modern saat ini adalah :

 Aesculapius, dewa obat-obatan berwujud ular


 Hygeia, dewi kesehatan
 Psyiko, dewa kejiwaan
 Venus, dewi kebirahian

C.Kontribusi Dokter Muslim

Bakteriologi
Ilmu yang mempelajari kehidupan dan klasifikasi bakteri. Dokter Muslim yang banyak
memberi perhatian pada bidang ini adalah Al-Razi serta Ibnu Sina.
Anesthesia
Suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai
prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Ibnu Sina tokoh yang memulai
mengulirkan ide menggunakan anestesi oral. Ia mengakui opium sebagai peredam rasa sakit.
Surgery
Bedah atau pembedahan adalah adalah spesialisasi dalam kedokteran yang mengobati
penyakit atau luka dengan operasi manual dan instrumen. Dokter Islam yang berperan dalam
bedah adalah Al-Razi dan Abu al-Qasim Khalaf Ibn Abbas Al-Zahrawi.
Ophthamology
Cabang kedokteran yang berhubungan dengan penyakit dan bedah syaraf mata, otak serta
pendengaran. Dokter Muslim yang banyak memberi kontribusi pada Ophtamology adalah
lbnu Al-Haytham (965-1039 M). Selain itu, Ammar bin Ali dari Mosul juga ikut
mencurahkan kontribusinya. Jasa mereka masih terasa hingga abad 19 M.
Psikoterapi
Serangkaian metode berdasarkan ilmu-ilmu psikologi yang digunakan untuk mengatasi
gangguan kejiwaan atau mental seseorang. Dokter Muslim yang menerapkan psikoterapi
adalah Al-Razi serta Ibnu Sina.

D.Perjalanan Hidup Tokoh Kedokteran Ibnu Sina

Syeikhur Rais, Abu Ali Husein bin Abdillah bin Hasan bin Ali bin Sina, yang dikenal
dengan sebutan Ibnu Sina atau Aviciena lahir pada tahun 370 hijriyah di sebuah desa
bernama Khormeisan dekat Bukhara. Sejak masa kanak-kanak, Ibnu Sina yang berasal dari
keluarga bermadzhab Ismailiyah sudah akrab dengan pembahasan ilmiah terutama yang
disampaikan oleh ayahnya. Kecerdasannya yang sangat tinggi membuatnya sangat menonjol
sehingga salah seorang guru menasehati ayahnya agar Ibnu Sina tidak terjun ke dalam
pekerjaan apapun selain belajar dan menimba ilmu.

Dengan demikian, Ibnu Sina secara penuh memberikan perhatiannya kepada aktivitas
keilmuan. Kejeniusannya membuat ia cepat menguasai banyak ilmu, dan meski masih berusia
muda, beliau sudah mahir dalam bidang kedokteran. Beliau pun menjadi terkenal, sehingga
Raja Bukhara Nuh bin Mansur yang memerintah antara tahun 366 hingga 387 hijriyah saat
jatuh sakit memanggil Ibnu Sina untuk merawat dan mengobatinya.

Berkat itu, Ibnu Sina dapat leluasa masuk ke perpustakaan istana Samani yang besar.
Ibnu Sina mengenai perpustakan itu mengatakan demikian;

“Semua buku yang aku inginkan ada di situ. Bahkan aku menemukan banyak buku yang
kebanyakan orang bahkan tak pernah mengetahui namanya. Aku sendiri pun belum pernah
melihatnya dan tidak akan pernah melihatnya lagi. Karena itu aku dengan giat membaca
kitab-kitab itu dan semaksimal mungkin memanfaatkannya. Ketika usiaku menginjak 18
tahun, aku telah berhasil menyelesaikan semua bidang ilmu. Ibnu Sina menguasai berbagai
ilmu seperti hikmah, mantiq, dan matematika dengan berbagai cabangnya.”

Kesibukannya di pentas politik di istana Mansur, raja dinasti Samani, juga


kedudukannya sebagai menteri di pemerintahan Abu Tahir Syamsud Daulah Deilami dan
konflik politik yang terjadi akibat perebutan kekuasaan antara kelompok bangsawan, tidak
mengurangi aktivitas keilmuan Ibnu Sina. Bahkan safari panjangnya ke berbagai penjuru dan
penahanannya selama beberapa bulan di penjara Tajul Muk, penguasa Hamedan, tak
menghalangi beliau untuk melahirkan ratusan jilid karya ilmiah dan risalah.

Ketika berada di istana dan hidup tenang serta dapat dengan mudah memperoleh buku
yang diinginkan, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menulis kitab Qanun dalam ilmu
kedokteran atau menulis ensiklopedia filsafatnya yang dibeni nama kitab Al-Syifa. Namun
ketika harus bepergian beliau menulis buku-buku kecil yang disebut dengan risalah. Saat
berada di dalam penjara, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menggubah bait-bait syair, atau
menulis perenungan agamanya dengan metode yang indah.

Di antara buku-buku dan risalah yang ditulis oleh Ibnu Sina, kitab al-Syifaâ dalam
filsafat dan Al-Qanun dalam ilmu kedokteran dikenal sepanjang massa. Al-Syifa ditulis
dalam 18 jilid yang membahas ilmu filsafat, mantiq, matematika, ilmu alam dan ilahiyyat.
Mantiq al-Syifa saat ini dikenal sebagai buku yang paling otentik dalam ilmu mantiq islami,
sementara pembahasan ilmu alam dan ilahiyyat dari kitab al-Syifa sampai saat ini juga masih
menjadi bahan telaah.
Dalam ilmu kedokteran, kitab Al-Qanun tulisan Ibnu Sina selama beberapa abad
menjadi kitab rujukan utama dan paling otentik. Kitab ini mengupas kaedah-kaedah umum
ilmu kedokteran, obat-obatan dan berbagai macam penyakit. Seiring dengan kebangkitan
gerakan penerjemahan pada abad ke-12 masehi, kitab Al-Qanun karya Ibnu Sina
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Kini buku tersebut juga sudah diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris, Prancis dan Jerman. Al-Qanun adalah kitab kumpulan metode pengobatan
purba dan metode pengobatan Islam. Kitab ini pernah menjadi kurikulum pendidikan
kedokteran di universitas-universitas Eropa.

Ibnu juga memiliki peran besar dalam mengembangkan berbagai bidang keilmuan.
Beliau menerjemahkan karya Aqlides dan menjalankan observatorium untuk ilmu
perbintangan. Dalam masalah energi Ibnu Sina memberikan hasil penelitiannya akan masalah
ruangan hampa, cahaya dan panas kepada khazanah keilmuan dunia.

Dikatakan bahwa Ibnu Sina memiliki karya tulis yang dalam bahasa latin berjudul De
Conglutineation Lagibum. Dalam salah bab karya tulis ini, Ibnu Sina membahas tentang asal
nama gunung-gunung. Pembahasan ini sungguh menarik. Di sana Ibnu Sina mengatakan,
“Kemungkinan gunung tercipta karena dua penyebab. Pertama menggelembungnya kulit luar
bumi dan ini terjadi lantaran goncangan hebat gempa. Kedua karena proses air yang mencari
jalan untuk mengalir. Proses mengakibatkan munculnya lembah-lembah bersama dan
melahirkan penggelembungan pada permukaan bumi. Sebab sebagian permukaan bumi keras
dan sebagian lagi lunak. Angin juga berperan dengan meniup sebagian dan meninggalkan
sebagian pada tempatnya. Ini adalah penyebab munculnya gundukan di kulit luar bumi.”

Ibnu Sina dengan kekuatan logikanya -sehingga dalam banyak hal mengikuti teori
matematika bahkan dalam kedokteran dan proses pengobatan- dikenal pula sebagai filosof
tak tertandingi. Menurutnya, seseorang baru diakui sebagai ilmuan, jika ia menguasai filsafat
secara sempurna. Ibnu Sina sangat cermat dalam mempelajari pandangan-pandangan
Aristoteles di bidang filsafat. Ketika menceritakan pengalamannya mempelajari pemikiran
Aristoteles, Ibnu Sina mengaku bahwa beliau membaca kitab Metafisika karya Aristoteles
sebanyak 40 kali. Beliau menguasai maksud dari kitab itu secara sempurna setelah membaca
syarah atau penjelasan metafisika Aristoteles yang ditulis oleh Farabi, filosof muslim
sebelumnya.

Dalam filsafat, kehidupan Abu Ali Ibnu Sina mengalami dua periode yang penting.
Periode pertama adalah periode ketika beliau mengikuti faham filsafat paripatetik. Pada
periode ini, Ibnu Sina dikenal sebagai penerjemah pemikiran Aristoteles. Periode kedua
adalah periode ketika Ibnu Sina menarik diri dari faham paripatetik dan seperti yang
dikatakannya sendiri cenderung kepada pemikiran iluminasi.

Berkat telaah dan studi filsafat yang dilakukan para filosof sebelumnya semisal Al-
Kindi dan Farabi, Ibnu Sina berhasil menyusun sistem filsafat islam yang terkoordinasi
dengan rapi. Pekerjaan besar yang dilakukan Ibnu Sina adalah menjawab berbagai persoalan
filsafat yang tak terjawab sebelumnya.

Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya di bidang
kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa. Albertos
Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang hidup antara tahun 1200-1280
Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis penjelasan lengkap tentang filsafat
Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama pemikiran Aristoteles Kristen. Dia lah yang
mengawinkan dunia Kristen dengan pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan
pemikiran filosof besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina
adalah ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua abad setelahnya oleh
para pemikir Barat.

Ibnu Sina wafat pada tahun 428 hijriyah pada usia 58 tahun. Beliau pergi setelah
menyumbangkan banyak hal kepada khazanah keilmuan umat manusia dan namanya akan
selalu dikenang sepanjang sejarah. Ibnu Sina adalah contoh dari peradaban besar Iran di
zamannya.
DAFTAR PUSTAKA

Jacobalis Samsi.(2005). Perkembangan Ilmu Kedokteran Etika Medis dan Bioetika. Jakarta:
Sagung Seto dan Universitas Tarumanegara.

www.2lisan.com

www.scribd.com

muhamadikhsan.multiply.com
BAB I
PENDAHULUAN

Sejarah Ilmu Kedokteran Islam mempunyai arti yang penting bagi calon-calon dokter,
karena setiap calon dokter diharapkan mampu memahami perjalanan perkembangan
pendidikan dokter. Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan etika dan pemahaman
kedokteran, diperuntukkan terutama bagi calon dokter dan dokter.

Sejarah Kedokteran merupakan bagian dari etika medis. Etika medis adalah etika
profesi yang tertua dengan tradisi puluhan abad di belakangnya. Etika dan semua yang terkait
dengan itu bukan subyek yang mudah. Kebanyakan buku yang menulis tentang itu di buat
oleh ahli filsafat. Dan umumnya tidak mudah di pahami oleh mahasiswa.

Dengan dasar kenyataan di atas, di harapkan dengan adanya makalah ini dapat
membantu untuk dapat memahami tentang perkembangan sejarah ilmu kedokteran Islam.
Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa, dosen, dan juga bagi dokter secara
umum.

Lampung, 24 September 2010

Amanda Samurti Pertiwi


BAB III
PENUTUP

Demikianlah makalah ini saya buat, semoga bermanfaat untuk meningkatkan kualitas
akademika bagi banyak orang terutama mahasiswa dan dosen. Jika ada kesalahan baik di
sengaja maupun tidak di sengaja, saya mohon maaf. Apabila ada kritik yang membangun,
saya akan menerimanya dengan senang hati, agar ke depannya bisa lebih baik lagi.

Wasalam.

You might also like