You are on page 1of 6

A.

PENGARUH DIFERENISASI SOSIAL DAN STRATIFIKASI SOSIAL

Primordialisme
Primordialisme merupakan pandangan atau paham yang menunjukan sikap berpegang teguh pada hal-
hal yang sejak semua melekat pada diri individu, seperti suku bangsa, ras, dan agama. Berasal dari kata
Latin primus yang artinya pertamadan ordiri yang artinya tenun atau ikatan.

Primordialisme dapat terjadi karena factor-faktor berikut :


1. adanya sesuatu yang dianggap istimewa oleh individu dalam suatu kelompok atau perkumpulan
sosial.
2. adanya suatu sikap untuk mempertahankan keutuhan suatu kelompok atau kesatuan sosial dari
ancaman luar.
3. adanya nilai-nilai yang berkaitan dengan system keyakinan, seperti nilai keagamaan dan
pandangan.

Etnosentrisme
Etnosentrisme adalah suatu sikap menilai kebudayaan masyarakat lain dengan menggunakan ukuran-
ukuran yang berlaku di masyarakat.

Segi-segi positif etnosentrisme :


1. dapat menjaga keutuhan dan kestabilan budaya
2. dapat mempertinggi semangat patriotisne dan kesetiaan kepada bangsa
3. dapat memperteguh rasa cinta terhadapa kebudayaan atau bangsa

Politik Aliran (Sektarian)


Politik aliran merupakan keadaan di mana sebuah kelompok atau organisasi tertentu dikelilingi oleh
sejumlah organisasi masa (ormas)

Konsolidasi
Konsolidasi merupakan usaha untuk menata kembali atau memperkuat suatu himpunan atau organisasi
yang dinilai terancam perpecahan.

Konsolidasi memiliki 2 sisi, yaitu sisi ke dalam dan sisi ke luar. Konsolidasi sisi ke dalam akan
memperjuat solidaritas ke dalam suatu organisasi atau himpunan. Sebaliknya konsolidasi ke luar dapat
menimbulkan sikap antipati dan kecurigaan terhadap organisasi lain. Situasi ini dapat mendorong
konflik.

B. KONFLIK SOSIAL

Pengertian Konflik.
Kata konflik berasal dari bahasa latin configure yang artinya saling memukul. Dalam kamus besar
bahasa Indonesia konflik didefinisikan sebagai percekcokan, perselisihan, atau pertentangan. Secara
sosiologi, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial anatara dua orang atau lebih (atau juga
kelompok) yang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya
tidak berdaya.
Faktor-Faktor Penyebab Konflik

1. perbedaan antarindividu
setiap manusia memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda satu dengan lainnya. Perbedaan
seperti itu tidak jarang menimbulkan rasa amarah dan berlanjut pada perasaan benci hingga timbul
usaha untuk saling menghancurkan.

2. perbedaan kebudayaan
interaksi sosial antar individu atau antar kelompok dengan pola kebudayaan yang cenderung
berlawanan dapat menimbulkan rasa marah dan benci sehingga berakibat konflik

3. perbedaan kepentingan
setiap individu atau kelompk tentu memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda dalam
melihat atau mengerjakan sesuatu. Perbedaan kepentingan antarindividu atau antar kelompok
dapat menimbulkan konflik sosial di masyarakat.

4. perubahan sosial
masyarakat merupakan sekelompok manusia yang terus berubah seiring dengan berkembangnya
kebutuhan dan pengetahuannya. Perubahan-perubahan tersebut tentu juga mempengaruhi cara
pandang sebagian anggota masyarakat terhadap nilai, norma dan perilaku masyarakat. Perubahan
seperti itu tidak jarang menimbulkan konflik-konflik di tengah masyarakat. Konflik tersebut
muncul karena ada upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan.

Bentuk-Bentuk Konflik
Berdasarkan bentuknya, Lewis A. Coser membedakan konflik atas dua bentuk, yakni konflok realistis
dan konflik nonrealistis.
1. konflik realistis, berasal dari kekecewaan individu atau kelompk terhadap system dan tuntutan-
tuntutan yang terdapat dalam hubungan sosial.
2. konflik nonrealistic, konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan persaingan yang antagonistis
(berlawanan), melainkan dari kebutuhan pihak-pihak tertentu untuk meredakan ketegangan.

Berdasarkan kedua bentuk konflik diatas, Lewis A. Coser membedakan adanya konflik in-group
adalah konflik yang terjadi dalam kelompok itu sendiri dan konflik out-group adalah konflik yang
terjadi antara suatu kelompok dengan kelompok-kelompok lain.

Ahli lain, Dahrendorf membedakan konflik atas empat macam, yaitu sebagai berikut.
1. konflik-konflik antara peranan-peranan sosial
2. konflik-konflik antara kelompok-kelompok sosial
3. konflik-konflik antara kelompok-kelompok yang terorganisasi dan tidak terorganisasi
4. konfli-konflik diantara satuan nasional.

Soerjono sokanto menyebutkan lima bentuk khusu konflik atau pertentangan yang terjadi dalam
masyarakat. Kelima bentuk konflik atau pertentangan itu adalah sebagai berikut.
1. konflik atau pertentangan pribadi
terjadi antara dua individu atau lebih karena perbedaan pandangan dan sebagainya.
2. konflik atau pertentangan rasial
akibat perbedaan-perbedaan ras seperti perbedaan ciri badaniah, kepentingan dan
kebudayaan.biasanya terjadi dalam masyarakat yang salah satu rasnya menjadi kelompok
mayoritas.
3. konflik atau pertentangan antara kelas-kelas sosial
disebabkan karena perbedaan kepentingan
4. konflik atau pertentangan politik
terjadi akibat adanya kepentingan atau tujuan-tujuan politis seseorang atau kelompok
5. konflik atau pertentangan yang bersifat internasional
terjadi karena perbedaan kepentingan yang kemudian berpengaruh pada kedaulatan Negara.

Dari sudut psikologi sosial, Ursula Lehr mengemukakan bentuk-bentuk konflik sebagai berikut
1. konflik dengan orang tua sendiri
2. konflik dengan anak-anak sendiri
3. konflik dengan keluarga
4. konflik dengan orang lain
5. konflik dengan suami atau dengan istri
6. konflik di sekolah
7. konflik dalam pemilihan pekerjaan
8. konflik agama
9. konflik pribadi

Dampak Sebuah Konflik


Segi positif suatu konflik :
1. konflik dapat memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau masih belum tuntas
ditelaah
2. konflik memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma, nilai-nilai, serta hubungan-
hungungan sosial dalam kelompok bersangkutan dengan kebutuhan individu atau kelompok
3. konflik meningkatkan solidaritas sesame anggota kelompk (in-group solidarity) yang sedang
mengalami konflik dengan kelompok lain.
4. konflik merupakan jalan untuk mengurangi ketergantungan antara individu dan kelompok
5. konflik dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma-
norma baru
6. konflik dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan
yang ada di dalam masyarakat.
7. konflik memunculkan sebuah kompromi baru apabila pihak yang berkonflik berada dalam
kekuatan yang seimbang.

Segi negative suatu konflik :


1. keretakan hubungan antarindividu dan persatuan kelompok
2. kerusakan harta benda dan hilangnya nyawa manusia
3. berubahnya kepribadian para individu.
4. munculnya dominasi kelompok pemenang atas kelompok yang kalah.

Konflik dan Kekerasan


Dalam KBBI, kekerasan didefinisika sebagai perbuatan seseorang atau kelompok yang menyebabkan
cedera atau matinya orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Dalam
kehidupan sehari-hari, kekerasan identik dengan tindakan melukai orang lain dengan sengaja,
membunuh atau memperkosa. Kekersan seperti itu sering disebut sebagai kekerasa langsung (direct
violence). Kekerasa juga menyangkut tindakan-tindakan seperti mengekang, mengurangi tau
meniadakan seseorang, serta mengintimidasi, memfitnah, atau meneror orang lain. Bahkan bagi kaum
humanis, tindakan membiarkan atau menjerumuskan seseorang dalam kekerasan juga merupakan
bentuk kekerasa. Kekerasan seperti itu digolongkan sebagai kekerasan tidak langsung (indirect
violence)

N.J. Smelser menieliti kekerasan yang besifat missal atau kerusuhan. Menurutnya, ada lima tahap
dalam kerusuhan missal. Kelima tahap itu berlangsung secara kronologis dan tidak dapat terjadi satu
atau dua tahap saja.
1. situasi sosial yang memungkinkan
2. tekanan sosial, yaitu suatu kondisi sat sejumlah besar anggota masyarakat merasa bahwa banyak
nilai dan norma yang sudah dilanggar
3. berkembangnya perasaan kebencia yang meluas terhadap suatu sasaran tertentu.
4. tahapan berikutnya adalah mobilisasi untuk beraksi, yaitu tindakan nyata berupa pengorganisasi
diri untuk bertindak
5. control sosial yaitu tindakan pihak ketiga

Teori-Teori Tentang Kekerasan

Teori Faktor Individual


Beberapa ahli berpendapat bahwa setiap perilaku kelompok, termasuk perilaku
kekerasan, selalu berawal dari perilaku individu agresivitas perilaku seseorang dapat menyebabkan
timbulnya kekerasan, baik yang dilakukan oleh individu secara sendirian maupun bersama orang lain;
secara spontan maupun direncanakan.

Teori Faktor Kelompok


Beberapa ahli mengemukakan pandangan bahwa individu cenderung membentuk
kelompok dengan mengedepankan identitas berdasarkan ras, agama, atau etnik. Benturan antar
identitas kelompok yang berbeda sering menjadi penyebab kekerasan.

Teori Dinamika Kelompok


Kekerasan timbul karena adanya deprivasi relative (kehilangan rasa memiliki) yang
terjadi dalam kelompok atau masyarakat.

Cara Pengendalian Konflik dan Kekerasan


Secara umum, ada 3 bentuk pengendalian konflik sosial

Konsiliasi
Bentuk pengendalian konflik seperti ini dilakuakn melalui lembaga-lembaga tertentu yang
memungkinkan diskusi dan pengambilan keputusan yang adil diantara pihak0pigak yang bertikai.

Mediasi
Pengendalian konflik dengan cara mediasi dilakukan apabila kedua pihak yang berkonflik sepakat
untuk menunjuk pihak ketiga sebagai mediator

Arbitrasi
Arbitrasi atau perwasitan umumnya dilakukan apabila kedua belah pihak yang berkonflik sepakat
menerima atau terpaksa menerima hadirnya pihak ketiga yang akan memberikan keputusan-keputusan
tertentu untuk menyelesaikan konflik.\

C. INTEGRASI SOSIAL
Pengertian integrasi sosial
Penyesuaian unsure-unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan

Menurut William F. Ogburn dan Mayer Nimkoff, syarat terjadinya suatu integrasi sosial adalah
sebagai berikut.
1. anggota-anggota mmasyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan-
kebutuhan mereka.
2. masyarakat berhasil menciptakan kese[akatan (consensus) bersama mengenai norma dan nilai-
nilai sosial yang dilestarikan dan dijadikan pedoman dalam berinteraksi antara satu dan yang
lainnya.
3. norma-norma dan nilai sosial itu berlaku cukup lama

suatu integrasi sosial dapat berlngsung cepat atau lambat, tergantung pada factor-faktor berikut.
1. homogenitas kelompok
dalam kelompok atau masyarakat yang tingkat kemajemukan rendah, integrasi sosial akan mudah
dicapai.
2. besar kecilnya kelompok
umumnya, dalam kelompok yang kecil, tingkat kemajemukan anggotanya relative rendah
sehingga integrasi sosial akan mudah dicapai.
3. mobilitas geografis
semakin sering anggota masyarakat dating dan pergi akan semakin sulit pula proses integrasi
sosial
4. efektivitas komunikasi
semakin efektif komunikasi berlangsung, semakin cepat integrasi anggota-anggota masyarakat
tercapai.

Bentuk-Bentuk Integrasi Sosial


1. integrasi Normatif
dapat diartikan sebagai sebuah bentuk integrasi yang terjadi akibat adannya norma-norma yang
berlaku di masyarakat.
2. integrasi Fungsional
terbentuk karena ada fungsi-fungsi tertentu dalam masyarakat
3. integrasi Koersif
terbentuk berdasarkan kekuasaan yang dimiliki penguasa

proses integrasi dapat dilihat melalui proses-proses berikut:

Asimilasi
Suatu proses sosial yang ditandai dengan adanya usaha-usaha untuk mengurangi perbedaan-perbedaan
yang ada diantara individu atau kelompok dalam masyarakat.

Akulturasi
Proses sosial yang terjadi bila kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kelompok
asing yang berbeda

Faktor-Faktor Pendorong Integrasi


1. toleransi terhadap kelompok-kelompok manusia dengan kebudayaan yang berbeda
2. kesempatan yang seimbang dalam ekonomi bagi berbagai golongan masyarakat dengan latar
belakang kebudayaan yang berbeda
3. sikap saling menghargai oranglain dengan kebudayaannya
4. sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
5. persamaan dalam unsure kebudayaan
6. perkawinan campuran (amalgamation)
7. adanya musuh bersama dari luar

You might also like