Professional Documents
Culture Documents
) dan Voltase
Pada rangkaian searah, dc (direct current) polaritasnya selalu sama; potensialnya selalu tetap
positif pada satu sisi dan negative di sisi lain, dan arus selalu mengalir pada arah yang sama.
Sedang pada rangkaian a.c.( alternating circuit) polaritasnya berbolak-balik dan berosilasi secara
cepat. Untuk sistem daya di Indonesia, frekuensi a.c. adalah 50 hertz (Hz) atau 50 siklus per
detik, artinya arah voltase dan arus berbolik-balik 50 kali setiap detik
Osilasi voltase dan arus pada sistem a.c. dimodelkan dalam kurva sinusoidal, artinya secara
matematika dideskrepsikan sebagai fungsi trigonometri sin atau cosin. Pada fungsi ini waktu
tidak bersatuan detik atau menit tetapi dalam satuan sudut (angle).
1. Amplitudo; harga maksimum atau ketinggian kurva.(total jarak adalah dua kali amplitudo).
2. Frekuensi ; jumlah asilasi total per unit waktu ( bisa pula diterjemahkan sebagai kebalikan
frekuensi , yaitu periode)
3. Phase; mengindikasikan starting point dari kurva sinusoid, dengan kata lain sudut phase
menspesifikasikan suatu sudut dimana kurva didepan atau dibelakang dari waktu seharusnya
mulai, yaitu nol. Phase disimbolkan dengan huruf φ (phi kecil).
Frekuensi sebagai fungsi sinusoidal sering disebut sebagai angular frequency (radian/detik).
Disimbolkan dengan huruf ω (omega kecil). Misalkan frekuensi 60 Hz , maka :
Arus bolak-balik sebagai fungsi waktu dapat dituliskan sebagai fungsi sinusoidal :
Kuantitas Imax adalh harga maksimumnya atau amplitude arus. Arus akan berosilasi antara harga
Imax dan –Imax. waktu dalam detik dikalikan angular frekuensui ω memberikan satuan radian.
Subscripts pada phase menunjukkan bahwa arus dan voltase berbeda phase.
1. Harga rms
Harga rms sebenarnya adalah harga rata-rata. Karena kurva sinusoidal terdiri dari positif pada
separoh bagian dan negative pada separoh yang lain, maka harga rata-ratanya NOL, untuk itu
digunkan rms (root mean square).
rms = = = 0,707
Contoh :
Solusi :
1. C. Reaktansi (Reactance)
V=IxR
V= tegangan
I = arus
Sedangkan reaktan adalah property suatu komponen untuk mempengaruhi voltase dan arus
bolak-balik. Ada dua tipe reaktansi, yaitu reaktansi induktif dan reaktansi kapasitif.
Sedangkan gabungan kombinasi reaktansi dan resistansi yang mendeskrepsikan kondisi
keseluruhan dari komponen dalam rangkaian disebut impedansi (impedance). Reaktansi,
resistansi dan impedansi semua bersatuan Ohm (Ω).
1. Reaktansi induktif ; Peralatan induktif adalah lilitan kawat, disebut induktor atau solenoid.
Fungsinya berdasar bukti fisik bahwa arus memproduksi
suatu medan magnet disekelilingnya (right hand rule). Penjumlahan
medan dapat diperkuat dengan memasukkan material berpermeabilitas tinggi (sebagai contoh
besi) kedalam lilitan; hal inilah bagaimana elektromagnet terbentuk.
Gambar 6. Arus tertinggal 90o dari voltase. Fungsinya V(t) = Vmax (sin ωt ) dan I(t) = Imax (sin ωt
–π/2)
Ketika lilitan kawat ini ditempatkan pada rangkaian a.c., fakta fisik kedua adalah perubahan
medan magnet pada kawat induktor menginduksi suatu arus untuk mengalir melalui kawat ini.
Karena medan magnet berubah secara kontinu maka akan menginduksi arus yang lain di dalam
kawat. Arus induksi ini proportional dengan perubahan medan magnet. Arah arus induksi ini
berlawanan dengan arus yang memproduksi medan magnet. Akibatnya akan membuat arus
tertinggal (lagging) dibelakang tegangan sejauh seperempat siklus atau 90 . 0
Efek dari induktor pada rangkaian a.c. diekpresikan oleh reaktansinya, ditulis XL. Reaktansi
induktif adalah hasil frekuensi angular a.c. dan induktansi (L, bersatuan henry (H) )
XL = ω.L
Penurunan tegangan (V) melalui suatu induktor adalh hasil perkalain induktansinya L dan laju
perubahan arus I melaluinya.
V=L
2. Reaktansi kapasitif
Tipe reaktansi yang lain adalah reaktansi kapasitif. Komponen dasar kapasitif adalah kapasitor.
Suatu kapasitor terdiri dari dua permukaan penghantar atau plat yang saling berhadapan dan
dipisahkan oleh gap kecil. Plat ini dapat membawa muatan listrik dengan pengisian yang
berlawanan. Dengan pengisian yang berlawanan pada plate berbeda, sangat dekat tapi tidak
menyentuh, memungkinkan mengumpulkan muatan yang besar pada masing-masing plat.
Reaktansi kapasitif ditulis X atau XC, yang merupakan hasil perkalian frekuensi angular dan
kapasitansi, yang ditulis dengan C dan bersatuan farad (F).
XC = -
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa besarnya reaktansi kapasitif (abaikan tanda negative)
meningkat seiring menurunnya ω dan kapasitansi (C). Hal ini dikarenakan penurunan kapasitansi
berarti bahwa plat-plat tersebut berkurang efektifitasnya dalam mendukung medan listrik untuk
mentransmisikan segala sesuatu. Tanda negative menunjukkan effek yang berlawanan terhadap
induktor. Artinya, jika induktif dan kapasitif saling ditambahkan, mereka akan cenderung
mentiadakan. Seperti halnya di induktor, suatu kapasitor akan menyebabkan perbedaan phase
antara arus dan voltase dalam rangkaian a.c. Suatu
kapasitansi murni
menyebabkan arus mendahului (leading) voltase 900.
Gambar. 8. Arus mendahului voltase 90o
Analog dengan induktor, terdapat persamaan hubungan antara arus, voltase untuk kapasitor,
yaitu :
I =C
3. Impedansi. Dituliskan sebagai Z, merupakan kombinasi antara reaktansi dan resistansi namun
bukan merupakan penjumlahan antara R dan X. Z adalah penjumlahan vector antara R dan X
pada bidang complex, dimana bagian realnya adalah R dan bagian imajinernya adalah X.
Z = R + jX
j = ; j2 = -1
Y = G + Bj
Tugas
Kerjakan tugas
Sebuah tahanan yang besarnya 12 Ohm dan sebuah kapasitansi yang besarnya 300 mikroFarad
dihubungkan secara seri. Sebuah kumparan dengan induktansi 0,5 henry dan tahanan 8 Ohm
adalah parallel dengan komponen-komponen ini. Suatu sumber 1 fase sebesar 240 V, 50 Hz
dipasang ke ujung-ujung gabungannya.
Jawaban :
Z1= 16 Ω ; I1= 15 A ; Faktor daya ( cos φ1) = 0,75 (leading)
Z2= 157,3 Ω ; I2= 1,526 A ; Faktor daya ( cos φ2) = 0,05 (lagging)
Soal tambahan :
Bila di suplai dengan tegangan 240 V satu fase, 50 Hz, sebuah kumparan induktif memerlukan
arus 13,62 A. Jika frekuensi sumber diubah 40 Hz, arus bertambah menjadi 16,62 A. Hitung
tahanan dan induktansi kumparan ? ( 17,2 Ω ; 0,05 H)
watts (W).
Meskipun persamaan diatas sama, tapi perlu dibedakan antara Daya Dissipasi dan Daya
Transmisi. Untuk Daya Dissipasi umum dipakai persamaan P = I2.R. (Dissipasi diindikasikan
sebagai energi listrik yang diubah menjadi energi panas). Sedangkan Daya Transmisi umum
digunakan persamaan P = I.V.
Persamaan DAYA diatas merupakan persaman untuk rangkaian d.c. atau rangkaian a.c. yang
bersifat resistive murni.
Perkalian antara Voltase dan Arus untuk rangkaian a.c. umumnya bersatuan VA ( Volt Ampere )
atau kVA (kilo Volt Ampere) disebut sebagai apparent power. Cara pengukuran rangkaian a.c
adalah pengalian antara bacaan Voltase dengan bacaan Arus. Sedangkan daya sesungguhnya
pengukurannya mengunakan wattmeter, disebut sebagai true power. Untuk sistem daya
rangkaian a.c. sangat perlu mengetahui ratio antara true power dengan apparent power yang
kemudian ratio ini disebut sebagai FAKTOR DAYA (Power Factor).
1. Mengukur tegangan efektif sumber arus bolak balik
Putar tombol pemilih multimeter pada kedudukan pengukuran voltmeter ac, 50 volt. Ukur
dan catat tegangan yang keluar dari sekunder trafo. Ulangi dengan cara membalikan
probe multimeter tersebut. Berbedakah hasilnya?
Jelaskan hasil dan jawaban anda!
Ambil induktor dan resistor 100 ohm. Putar tombol pemilih multimeter pada kedudukan
pengukuran ohmmeter dan tera kalibarsi kedudkukan nol ohm dengan cara menempelkan
probe-probenya. Ukur dan catat hamabatan induktor Rl dan hambatan resistor R dengan
multimeter.
Putar tombol pemilih multimeter pada kedudukan volmeter dc 10 volt. Nyalakan sumber
arus searah dan ukurlah beda potensial anatara titik S-T (Ujung-ujung induktor Vl) T-U
(ujung-ujung rsistor VR) dan S-U (ujung-ujung induktor tegangan yang keluar dari
sumber VS) dengan volmeter dan baca arusnya melalui miliampermeter.
5. Nyalakan sumber arus searah dan ukurlah beda potensial anatara titik ST (ujung-ujung
kapasitor VC) ujung-ujung resistor VR, dengan voltmeter DC dan baca arusnya melalui
miliamperemeter.
6. Dari data yang diperoleh, hitunglah reaktansi kapasitif dan impedansi rangkaian di atas.
o Bagaimanakapasitor dalam arus searah?
7. Ulangi pengamatan pengukuran dengan mengganti sumber arus searah dengan sumber
arus bolak-balik dari bagian sekunder trafo, miliamperemeter DC diganti dengan
miliampermeter Ac . Jangan lupa memutar tombol pemilih multimeter untuk pengukuran
yang sesuai.
Dari data yang diperoleh hitunglah reaktansi kapasitif dan impedansi rangkaian di atas.
9. Ukur dan catat potensial VR,VL, Vc dan V sumber dengan multimeter dan arus di baca
melalui miliamperemeter AC.
10. Dari data yang diperoleh, hitunglah reaktansi kapasitifnya, reaktansi induktif, dan
impedansi rangkaian di atas.
11. Apakah Vs=VR + VL + Vc
12. Bagaimanakah seharusnya menurut anda tentang keadaan ini?
13. Resonansi rangkaian RLC:
mA= miliampermeter
SG= signal generator, pembangkit signal
V= multimeter/voltmeter AC
Catat harga mA dan V yang terbaca untuk haraga C tertentu atau frekuensi signal
tertentu.
Ulangi pengamatan anda samapai 10 kali unutk haraga C yang berbeda atay frekuensi
yang berbeda.
Gambarkan grafik nilai V terhadap kapasitansi atau V terhadap frekuensi, demikian pula
buat grafik anatra nilai mA terhadap frekuensi.
telah diketahui bahwa generator arus bolak-balik sebagai sumber tenaga listrik yang mempunyai
GGL :
E = Emax sin t
Persamaan di atas jelas-jelas menunjukkan bahwa GGL arus bolak-balik berubah secara
sinusoidal. Suatu sifat yang menjadi ciri khas arus bolak-balik.
Dalam menyatakan harga tegangan AC ada beberapa besaran yang digunakan, yaitu :
1. Tegangan sesaat : Yaitu tegangan pada suatu saat t yang dapat dihitung dari persamaan E
= Emax sin 2 ft jika kita tahu Emax, f dan t.
2. Amplitudo tegangan Emax : Yaitu harga maksimum tegangan. Dalam persamaan : E =
Emax sin 2 ft, amplitudo tegangan adalah Emax.
3. Tegangan puncak-kepuncak (Peak-to-peak) yang dinyatakan dengan Epp ialah beda antara
tegangan minimum dan tegangan maksimum. Jadi Epp = 2 Emax.
4. Tegangan rata-rata (Average Value).
5. Tegangan efektif atau tegangan rms (root-mean-square) yaitu harga tegangan yang dapat
diamati langsung dalam skala alat ukurnya.
Dalam generator, kumparan persegi panjang yang diputar dalam medan magnetik akan
membangkitkan Gaya Gerak Listrik (GGL) sebesar :
E = Em sin t
Dengan demikian bentuk arus dan tegangan bolak-balik seperti persamaan di atas yaitu :
i = Im sin t
v = vm sin t
Bentuk kurva yang dihasilkan persamaan ini dapat kita lihat di layar Osiloskop. Bentuk kurva ini
disebut bentuk sinusoidal gambar.
Dalam rangkaian arus bolak-balik, baik tegangan maupun kuat arusnya berubah-ubah secara
periodik. Oleh sebab itu untuk penggunaan yang praktis diperlukan besaran listrik bolak-balik
yang tetap, yaitu harga efektif.
Harga efektif arus bolak-balik ialah harga arus bolak-balik yang dapat menghasilkan panas yang
sama dalam penghantar yang sama dan dalam waktu yang seperti arus searah.
Ieff = [ ]½
Kuat arus dan tegangan yang terukur oleh alat ukur listrik menyatakan harga efektifnya.
Bila hambatan murni sebesar R berada dalam rangkaian arus bolak-balik, besar tegangan pada
hambatan berubah-ubah secara sinusoidal, demikian juga kuat arusnya. Antara kuat arus dan
tegangan tidak ada perbedaan fase, artinya pada saat tegangan maksimum, kuat arusnya
mencapai harga maksimum pula.
Andaikan kuat arus yang melewati kumparan adalah I = Imax sin t. Karena hambatan kumparan
diabaikan I.R = 0
V=L
V=L
V= L Imax. cos t
Jadi antara tegangan pada kumparan dengan kuat arusnya terdapat perbedaan fase , dalam hal
ini tegangan mendahului kuat arus.
Andaikan tegangan antara keping-keping capasitor oada suatu saat V = Vmax sin t, muatan
capasitor saat itu :
Q = C.V
I= =
I= C.Vmax cos t
Jadi antara tegangan dan kuat arus terdapat perbedaan fase dalam hal ini kuat arus lebih
Reaktansi.
Disamping resistor, kumparan induktif dan capasitor merupakan hambatan bagi arus bolak-balik.
Untuk membedakan hambatan kumparan induktif dan capasitor dari hambatan resistor, maka
hambatan kumparan induktif disebut Reaktansi Induktif dan hambatan capasitor disebut
Reaktansi Capasitif.
Reaktansi =
XL = =
XL =
XC = = =
XC =
Impedansi (Z)
Sebuah penghantar dalam rangkaian arus bolak-balik memiliki hambatan, reaktansi
induktif, dan reaktansi capasitif. Untuk menyederhanakan permasalahan, kita tinjau rangkaian
arus bolak-balik yang didalamnya tersusun resistor R, kumparan R, kumparan induktif L dan
capasitor C.
V = VR + VL + VC
IZ =
Z =
Z disebut Impedansi
Tg = =
Ada tiga kemungkinan yang bersangkutan dengan rangkaian RLC seri yaitu :
3. Bila XL=XC atau VL=VC, maka rangkaian bersifat resonansi. tg = 0 dan = 0, ini berarti
tegangan dan kuat arus fasenya sama.
Resonansi
Jika tercapai keadaan yang demikian, nilai Z = R, amplitudo kuat arus mempunyai nilai
terbesar, frekuensi arusnya disebut frekuensi resonansi seri. Besarnya frekuensi resonansi dapat
dicari sebagai berikut :
XL = XC
wL =
w2 =
f= atau T =
f adalah frekuensi dalam cycles/det, L induktansi kumparan dalam Henry dan C kapasitas
capasitor dalam Farad.
Kapasitor C dimuati sampai tegangan maksimum. Bila saklar ditutup mengalir arus sesuai arah
jarum jam, tegangan C turun sampai nol.
Bersamaan dengan aliran arus listrik timbul medan magnetik didalam kumparan L.
Medan magnetik lenyap seketika pada saat tegangan C sama dengan nol. Bersamaan dengan itu
timbul GGL induksi, akibatnya tegangan C naik kembali secara berlawanan. Karenanya dalam
rangkaian mengalir arus listrik yang arahnya berlawanan dengan arah putar jarum jam. Jadi
dalam rangkaian LC timbul getaran listrik yang frekuensinya :
f =
LATIHAN SOAL
01. Generator AC menggunakan kumparan dengan 100 lilitan dan luas permukaan 10 cm2.
Kumparan diputar dalam medan magnet dengan induksi magnetic 10-3 tesla. Kecepatan
angulernya 100 p rad/s.
Tentukan :
02. Suatu kumparan terdiri dari 10 lilitan diputar dalam medan magnet dengan frekwensi 50 Hz,
sehingga menghasilkan fluks maksmum sebesar 4.105 maxwell. (1 weber = 108 maxwell)
Tentukan :
a. persamaan tegangan induksi sebagi fungsi dari waktu.(4 p sin 100 p.t)
b. Besar tegangan tersebut pada saat kumparan membuat sudut 0o, 30o, 60o dengan garis gaya
medan magnet. (12,56 volt 10,8 volt, 6,28 volt)
03. Kumparan dengan induktansi 0,14 Henry dan hambatan 12 ohm dihubungkan seri pada
tegangan 110 volt dengan frekwensi 25 Hz. Tentukanlah :
04. Sebuah kapasitor dihubungkan seri dengan resistor dari 30 ohm dan dipasang pada tegangan
AC dari 220 volt. Jika reaktansi kapasitor 40 ohm, maka tentukan :
b. Sudut fase antara arus dan tegangan dalam rangkaian. (53o)
05. Sebuah kumparan mempunyai induktansi diri 5 Henry, dipasang pada arus bolak-balik yang
berfrekwensi 50 Hz. Tentukan reaktansi induktifnya. (1570 ohm)
06. Sebuah kapasitor dipasang pada arus bolak-balik dari generator yang rotornya melakukan
putaran dengan kecepatan anguler 80 rad/s. Tentukan kapasitas kapasitor tersebut, jika reaktansi
kapasitifnya 25 ohm. (5.10-4 farad)
07. Suatu rangkaian R-L dihubungkan pada tegangan AC dari 350 volt. Bila diketahui besar
hambatan murni = 30 ohm dan reaktansi induktif = 40 ohm, dan arus mempunyai frekwensi
200/p Hz, maka tentukan :
08. Kumparan dengan induktansi diri 0,5 henry dipasang pada sumber tegangan bolak-balik
yang berfrekwensi 50 Hz dan mempunyai tegangan maksimum 157 volt. Tentukan:
09. Sebuah kapasitor dengan 40 mF dipasang pada sumber tegangan bolak-balik dengan
kecepatan anguler 250 rad/s dan bertegangan maksmum 80 volt. Tentukan :
b. Induktansi diri dari induktor, jika reaktansi kapasitifnya 20 ohm. (0,19 H)