Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
PERJALANAN PEREMPUAN
PEREMPUAN disebut 'wanita' (bhs.Sans) berarti lawan dari jenis laki-laki. Perempuan (bhs.
kawi) menyimpan kata "empu" artinya pemimpin (raja), orang pilihan, ahli, yang pandai, pintar
dengan segala sifat keutamaan yang lain (lihat:KUBI).1 Saya lebih senang memakai kata perempuan
selain wanita, karena padanya terkait banyak peran.2 Dimasa gelap jahiliyah terjadi pelecehan
terhadap kaum perempuan berpuncak dengan kelahirannya di sambut kematian, keberadaannya
tidak diterima, ada paham wanita pembawa aib keluarga, jabang bayi berjender wanita mesti
dibunuh (lihat QS.16,an-Nahl :57-60), dan sama ditemui dizaman Fir’aun terhadap anak lelaki yang
lahir dari kaum Musa (keluarga ‘Imran) mesti dibunuh (mirip rasilalisme, atau ethnic cleansing).
Alquran menyebut perempuan dengan Annisa' atau Ummahat, artinya sama dengan ibu, saya
artikan dengan "Ikutan Bagi Umat." Annisa' adalah tiang suatu negeri.3 Sunnah Nabi menyebutkan,
dunia indah dengan berbagai perhiasan (mata'un), perhiasan paling indah adalah perempuan saleh (artinya
istri atau ibu yang tetap pada perannya dan konsekwen dengan citranya). Tafsir Islam tentang
kedudukan perempuan menjadi konsep utama keyakinan Muslim bermu’amalah. Alquran
mendudukkan perempuan pada derajat sama dengan jenis laki-laki di posisi azwajan atau pasangan
hidup (lihat Q.S.16:72, 30:21, 42:11), sangat amat berbeda dengan masa sebelumnya yang masih
bertanya apakah makhluk perempuan tergolong makhluk punya hak dan kewajiban sama dengan
laki-laki, dianggap benda yang boleh dipindah-tangankan sewaktu-waktu diperjual-belikan sebagai
komoditi budak menjadi sumber pendapatan bagi pemiliknya?
Kata woman dalam bahasa Inggris kabarnya berasal dari “womb man”, hampir sama artinya
dengan manusia berkantong, pemahaman klasik makhluk setengah manusia yang mempunyai
kantong tempat tumbuh calon manusia atau “manusia” yang hanya kantong tempat manusia.
Dalam budaya Minangkabau yang berkembang menjadi “adat bersendi syarak, syarak bersendi
kitabullah” menempatkan wanita pada posisi ‘orang rumah’, “induak bareh”, “pemimpin” di
masyarakatnya dengan sebutan “bundo kandung”, tersirat kekokohan kedudukan perempuan
Minang pada posisi sentral, menjadi pemilik seluruh kekayaan, rumah, anak, suku bahkan
kaumnya. Kalangan lebih awam dinagari dan taratak menggelari dengan sebutan “amai paja, biaiy,
mandeh”, menempatkan laki-laki dalam oposisi-biner pada peran pelindung, pemelihara dan
penjaga harta dari ‘perempuan’nya dan ‘anak turunan’nya. Dalam siklus ini generasi Minangkabau
dilahirkan bernasab ayahnya (laki-laki), bersuku ibunya (perempuan), bergelar mamaknya (garis
matrilineal) , sehingga kemenakan berpisau tajam dengan mamak berdaging tebal, memperlihatkan
egaliternya suatu persenyawaan budaya dan syarak yang indah.
1
Pada masa dahulu memang sangat banyak penulisan cerita (dongeng) tentang wanita yang melahirkan anggapan bahwa
perempuan hanya sejenis komoditi penggembira, penghibur, teman bercanda, pengisi harem, peramaikan istana dan pesta,
sehingga peran perempuan disepelekan seakan segelas air pelepas dahaga. Akan tetapi, kehadiran Islam memberikan
kepada perempuan kedudukan mulia.
2
Antara lain pemimpin, pandai, pintar, dan memiliki segala sifat keutamaan rahim, penuh kasih sayang, makhluk pilihan,
pendamping jenis kelamin lain (laki-laki).
3
Bila Annisa'-nya baik, baiklah negeri itu, dan kalau sudah rusak, celakalah negeri itu (Al Hadits). Kaidah Alqurani
menyebutkan, Nisa'-nisa' kamu adalah perladangan (persemaian) untukmu, kamupun (para lelaki) menjadi benih bagi
Nisa'-nisa' kamu. Kamu dapat mendatangi ladang-ladangmu darimana (kapan saja). Karena itu kamu berkewajiban
menjaga anfus (diri, eksistensi dan identitas) sesuai perintah Qaddimu li anfusikum, dengan selalu bertaqwa kepada Allah
(Q.S.2:23).
1
H. MAS’OED ABIDIN
2
KEDUDUKAN PEREMPUAN MENURUT AJARAN ISLAM
RahimNya dan akan berakhir dengan menghadapNya, maka kewajiban asasi insani menjaga diri dan
keluarga dari bencana (QS. At Tahrim :6) dengan memakai hidayah religi Alqurani.
c). Dalam alih generasi, tidak termungkiri bahwa perempuan menjadi pembentuk generasi
berdisiplin mensyukuri nikmat Ilahi. Dari rahim dalam Ibu lahir manusia bersih (menurut fithrah,
beragama tauhid). Pembinaan sisi keyakinan (agama) dan kebiasaan hidup (istiadat, budaya) faktor
terpenting menentukan didalam membantu meraih keberhasilan pendidikan generasi berasas akhlak
Islami. Makhluk manusia berkeyakinan haqqul yaqin kepada Khaliq, tumbuh menjadi pribadi kokoh
(exist) dengan karakter teguh (istiqamah, konsisten) dan tegar (shabar, optimis) menapak hidup.
Rohaninya (rasa, fikiran, dan kemauan) dibimbing keyakinan hidayah iman. Jasmaninya (gerak,
amal perbuatan) dibina oleh aturan syari'at Kitabullah dan Sunnah Rasulullah.
ن مَا َوصّى ِب ِه نُوحًا
ِ ن الدّي
ْ ع َل ُك ْم ِم
َ ش َر
َ
5
Rasulullah SAW bersabda ; “Sorga terletak dibawah telapak kaki Ibu”(al Hadist). Sahabat Abu Hurairah RA.,
meriwayatkan seseorang bertanya kepada Rasulullah; “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk
aku pergauli dengan cara yang baik?”. Beliau menjawab, “Ibumu”. (sampai tiga kali), baru terakhir Beliau menjawab,
“Bapakmu”. (HR.Asy-Syaikhan). Hadist lainnya ; Shahabat Abdullah Ibn ‘Umar menceritakan, “Berjihadlah dengan
berbakti kepada keduanya”. (HR.Asy-Syaikhan). Disiplin tumbuh melalui pendidikan akhlak, teladan paling ideal
dimata generasi, menanamkan ajaran agama yang benar (syari’at). Jangan berbuat kedurhakaan. Meyakini hari akhirat,
tempat kembali terakhir. Bakti kepada dua orang tua (birrul walidaini) diajarkan supaya jangan berkata keras. Harus
bergaul dengan lemah lembut, menyimak perintah orang tua dengan cermat. Jangan bermuka masam (cemberut) kepada
keduanya, tidak memotong perkataan keduanya, serta mengajarkan dialog (mujadalah) dengan cara baik dan ihsan (lihat
QS.17, al-Israk; ayat 234-24). Wahyu dalam QS.46, al Ahqaaf; ayat 15-16 bahwa generasi yang menolak kebenaran
(al-haq) dari Allah, akan menjadi generasi permissif (berbuat sekehendak hati) dan menjadi pelaku anarkisme dan
hedonisme sepanjang masa. Inilah generasi yang lemah (loss generation), yang tercerabut dari akar budaya dan agama
( lihat QS: 46, al-Ahqaaf, ayat 17-18). Maka birrul walidaini (berbakti kepada dua orang tua), merupakan pelajaran
dasar satu generasi, yang harus di turunkan turun temurun, seperti disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW; “Berbaktilah
kepada bapak-bapak (orang tua) kalian, niscaya anak-anak kalian akan berbakti pula kepada kalian. Dan tahanlah
diri kalian (dari hal-hal yang hina), niscaya istri-istri kalian juga akan menahan diri (dari hal-hal yang hina)”.(HR.
Ath-Thabarani).
3
H. MAS’OED ABIDIN
wajib menda'wahkan Islam, menerapkan amar ma'ruf dan nahi munkar (QS. Ali 'Imran :104), dimulai
dari diri sendiri, agar terhindar dari celaan besar karena suruhan tidak diamalkan (QS. Al Baqarah :44
dan QS. Ash- Shaf :3). Amar ma'ruf nahi munkar adalah tiang kemashlahatan hidup umat manusia, di
dasari dengan Iman billah (QS. Ali 'Imran :110) agar tercipta satu bangunan umat yang berkualitas
(khaira ummah). Maka posisi perempuan didalam Islam ada dalam bingkai (frame) ini.
4
KEDUDUKAN PEREMPUAN MENURUT AJARAN ISLAM
hidup dengan ikatan hak-hak dan kewajiban-kewajiban secara utuh dan optimal. Di mulai dengan
timbang terima dari generasi pendahulu (orang tua, sebagai wali nasab) kepada generasi penerus
(anak dan menantu), maka aqad nikah adalah ritual dan sakral. Anak generasi mestinya dipahamkan
menjadi amanah Allah, yang tumbuh dan belajar dengan contoh dari tengah lingkungannya, atau
pendidikan keteladanan. Teladan yang baik menjadi landasan paling asas untuk membentuk watak
generasi.8
KHULASAH
KEPEMILIKAN PEREMPUAN MENURUT ISLAM
Menjadi pemilik dari apa yang dimiliki pasangannya.
(1). Hak kepribadian
(a). Dipergauli dengan ma'ruf (QS.An- Nisa'4), (b). Dinafkahi menurut kelapangan dan
kemampuan (QS. At- Thalaq, 7), (c). Dijaga rahasia yang amat karakteristik dari kepribadian
perempuan, (e). Dalam rumah tangga istri adalah pakaian suami dan suami adalah pakaian istri
(QS. Al Baqarah, 187), (e). Menghormati nasab yang diterima dari bapaknya, (f). Perempuan
mempunyai hak perlindungan dari pasangannya.
(2). Hak kepemilikan
(a). Lelaki tidak boleh menguasai harta istri, (b). Perempuan ada hak bagian dari harta
8
Anak-anak (generasi pelanjut) senantiasa akan berkembang menyerupai ibu dan bapaknya. Peran pendidikan amat
menentukan, karena pendidikan adalah teladan paling ideal dimata anak (lihat Nashih ‘Ulwan, dalam Tarbiyatul Aulaad).
Jika ibu menegakkan hukum-hukum Allah, begitu pula generasi yang di lahirkannya. Urgensi pelatihan ibadah untuk anak
sedari kecil dengan membiasakan mengerjakan shalat dan ibadah (puasa, shadaqah, mendatangi masjid, menghafal
Alquran) akan menjadi alat bantu utama melatih disiplin anak dari dini. Sabda Rasulullah SAW. membimbingkan;
“Suruhlah anak-anak kamu mengerjakan shalat, selagi mereka berumur tujuh tahun, dan pukulllah mereka (dengan tidak
mencederai) karena meninggalkan shalat ini, sedang mereka telah berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur
mereka” (HR.Abu Daud dan Al Hakim).
9
Hani'ah, "Wanita Karir dalam Karya Sastra: Ada Apa Dengan Mereka?", makalah Munas IV dan Pertemuan Ilmiah
Nasional VIII, HISKI 12-14 Desember 1997 di Padang.
10
Syair Siti Zubaidah Perang China, Edisi Abdul Muthalib Abdul Ghani, hal. 230.
11
Ibid. Pendapatnya diketengahkan pada Munas PIN VIII, HISKI 12-14 Desember 1997 di Padang.
5
H. MAS’OED ABIDIN
peninggalan keluarganya (QS An Nisa' 7), (c). Kewajiban lelaki (suami) menyerahkan mahar
kepada istri dengan kerelaan dari pihak perempuan (nihlah) (QS. An Nisa' 4), (d). Mahar tidak
boleh diambil lagi, tidak boleh dirampas oleh keluarga (lihat Tafsirul Khazin, I : 477), artinya apa
yang sudah diberikan kepada perempuannya secara ikhlas (nihlah) tidak boleh dirampas
kembali. (e). Haram mengeksploitasi perempuan untuk berbuat serong/pelacuran (QS. An
Nuur, 33), (f). Tidak boleh menyulitkan perempuan, (g). Wajib lelaki memberikan hak-hak
perempuan secara penuh (memberi makan, pakaian) menurut kemampuan, (h). Tidak boleh
memukul wajahnya, tidak boleh mencelanya, (i). Tidak boleh memisahkan dari tempat tidurnya
kecuali dalam rumah sendiri (HR. Abu Daud).
(3). Hak kewenangan mengatur sirkulasi ekonomi rumah tangga
(a). "Jika seorang isteri memberikan infaq dari makanan rumahnya dengan tidak menimbulkan kerusakan,
dia akan mendapatkan pahala dari infaknya, sedangkan suaminya juga mendapatkan pahala atas
usahanya, dan bagi penyimpan juga mendapatkan pahala. Sebahagian mereka tidak mengurangi bahagian
yang lainnya (HR. Muslim). (b). Seorang perempuan (istri) dapat membelanjakan harta suaminya
dengan tidak berlebihan, dan dalam hal ini suami mendapatkan pahala dari Allah. (c). Tetap
amanah dalam pengaturannya, sesuai sabda Rasulullah SAW ; "Apabila seorang isteri
melaksanakan shalat lima kali (waktu), shaum (Ramadhan) satu bulan penuh, memelihara kemaluan
(farajnya), dan mentaati suaminya, akan dikatakan kepadanya "UDKHULIL JANNATA MIN
AYYIL- ABWAAB" artinya "Masuklah kamu ke dalam syorga dari segala pintu" (HR. Ahmad). (d).
Perempuan mempunyai kewajiban menjaga kepemilikan dibelakang pasangannya. Dan
semuanya terlihat dalam hukum perkawinan menurut Islam.
Dari pandangan agama Islam ini, bisa disimpulkan bahwa yang tidak mau mengindahkan
hak-hak perempuan, sebenarnya adalah mereka yang tidak beriman atau lebih halus lagi, kurang
mengamalkan ajaran agama Islam.
Di Minangkabau lebih jauh lagi, dalam hal pusako tinggi, sesuai hukum adat dikuasai oleh
lini materilineal, hukum garis keibuan. Sungguhpun ditemui ada kerancuan dalam pelaksanaannya,
semata disebabkan oleh hilangnya kepatuhan orang beradat, karena hakikat sesungguh dari adat
basandi syarak, syarak basandi Kitabullah adalah aplikatif, bukan simbolis.
Padang, 7 Agustus 2001.
RIWAYAT DIRI
H. MAS’OED ABIDIN
6
KEDUDUKAN PEREMPUAN MENURUT AJARAN ISLAM
Mu’in Lambah, Thawalib Parabek, SR Kotogadang, SMP II Neg. Bukittinggi, SMA A/C
Bukittinggi (1957), dan FKIP UNITA Padangsidempuan, IKIP Medan (1963).
ORGANISASI : Sekum Komda PII Tapanuli Selatan (1961-1963), Ketua HMI Cabang
Padangsidempuan yang pertama (1963 – 1967), Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Sumbar
(1967- sekarang).
JABATAN SEKARANG : Wakil Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Perwakilan Sumbar
di Padang (2000-2005) dan Ketua MUI Sumbar Membidangi Dakwah (2001-2005), Sekretaris
Dewan Pembina ICMI Orwil Sumbar.
ALAMAT SEKARANG :
Jalan Pesisir Selatan V/496 Siteba Padang (KP - 25146), Fax/Telepon 52898, Tel:
58401.
Kantor MUI Sumbar, Masjid Nurul Iman, Jl. Imam Bonjol Padang.
LAIN-LAIN:
Personal Web-site : http://www.masoedabidin.web.id
Grup diskusi di Mailinglist : http://abssbkranahnagaribundo@yahoogroups.com
Email:
masoedabidin@mimbarminang.com
masoedabidin@yahoo.com
masoedabidin@hotmail.com