You are on page 1of 7

KEDUDUKAN PEREMPUAN MENURUT AJARAN ISLAM

KEDUDUKAN PEREMPUAN MENURUT AJARAN ISLAM


Oleh : H. Mas’oed Abidin

PENDAHULUAN
PERJALANAN PEREMPUAN
PEREMPUAN disebut 'wanita' (bhs.Sans) berarti lawan dari jenis laki-laki. Perempuan (bhs.
kawi) menyimpan kata "empu" artinya pemimpin (raja), orang pilihan, ahli, yang pandai, pintar
dengan segala sifat keutamaan yang lain (lihat:KUBI).1 Saya lebih senang memakai kata perempuan
selain wanita, karena padanya terkait banyak peran.2 Dimasa gelap jahiliyah terjadi pelecehan
terhadap kaum perempuan berpuncak dengan kelahirannya di sambut kematian, keberadaannya
tidak diterima, ada paham wanita pembawa aib keluarga, jabang bayi berjender wanita mesti
dibunuh (lihat QS.16,an-Nahl :57-60), dan sama ditemui dizaman Fir’aun terhadap anak lelaki yang
lahir dari kaum Musa (keluarga ‘Imran) mesti dibunuh (mirip rasilalisme, atau ethnic cleansing).
Alquran menyebut perempuan dengan Annisa' atau Ummahat, artinya sama dengan ibu, saya
artikan dengan "Ikutan Bagi Umat." Annisa' adalah tiang suatu negeri.3 Sunnah Nabi menyebutkan,
dunia indah dengan berbagai perhiasan (mata'un), perhiasan paling indah adalah perempuan saleh (artinya
istri atau ibu yang tetap pada perannya dan konsekwen dengan citranya). Tafsir Islam tentang
kedudukan perempuan menjadi konsep utama keyakinan Muslim bermu’amalah. Alquran
mendudukkan perempuan pada derajat sama dengan jenis laki-laki di posisi azwajan atau pasangan
hidup (lihat Q.S.16:72, 30:21, 42:11), sangat amat berbeda dengan masa sebelumnya yang masih
bertanya apakah makhluk perempuan tergolong makhluk punya hak dan kewajiban sama dengan
laki-laki, dianggap benda yang boleh dipindah-tangankan sewaktu-waktu diperjual-belikan sebagai
komoditi budak menjadi sumber pendapatan bagi pemiliknya?
Kata woman dalam bahasa Inggris kabarnya berasal dari “womb man”, hampir sama artinya
dengan manusia berkantong, pemahaman klasik makhluk setengah manusia yang mempunyai
kantong tempat tumbuh calon manusia atau “manusia” yang hanya kantong tempat manusia.
Dalam budaya Minangkabau yang berkembang menjadi “adat bersendi syarak, syarak bersendi
kitabullah” menempatkan wanita pada posisi ‘orang rumah’, “induak bareh”, “pemimpin” di
masyarakatnya dengan sebutan “bundo kandung”, tersirat kekokohan kedudukan perempuan
Minang pada posisi sentral, menjadi pemilik seluruh kekayaan, rumah, anak, suku bahkan
kaumnya. Kalangan lebih awam dinagari dan taratak menggelari dengan sebutan “amai paja, biaiy,
mandeh”, menempatkan laki-laki dalam oposisi-biner pada peran pelindung, pemelihara dan
penjaga harta dari ‘perempuan’nya dan ‘anak turunan’nya. Dalam siklus ini generasi Minangkabau
dilahirkan bernasab ayahnya (laki-laki), bersuku ibunya (perempuan), bergelar mamaknya (garis
matrilineal) , sehingga kemenakan berpisau tajam dengan mamak berdaging tebal, memperlihatkan
egaliternya suatu persenyawaan budaya dan syarak yang indah.

1
Pada masa dahulu memang sangat banyak penulisan cerita (dongeng) tentang wanita yang melahirkan anggapan bahwa
perempuan hanya sejenis komoditi penggembira, penghibur, teman bercanda, pengisi harem, peramaikan istana dan pesta,
sehingga peran perempuan disepelekan seakan segelas air pelepas dahaga. Akan tetapi, kehadiran Islam memberikan
kepada perempuan kedudukan mulia.
2
Antara lain pemimpin, pandai, pintar, dan memiliki segala sifat keutamaan rahim, penuh kasih sayang, makhluk pilihan,
pendamping jenis kelamin lain (laki-laki).
3
Bila Annisa'-nya baik, baiklah negeri itu, dan kalau sudah rusak, celakalah negeri itu (Al Hadits). Kaidah Alqurani
menyebutkan, Nisa'-nisa' kamu adalah perladangan (persemaian) untukmu, kamupun (para lelaki) menjadi benih bagi
Nisa'-nisa' kamu. Kamu dapat mendatangi ladang-ladangmu darimana (kapan saja). Karena itu kamu berkewajiban
menjaga anfus (diri, eksistensi dan identitas) sesuai perintah Qaddimu li anfusikum, dengan selalu bertaqwa kepada Allah
(Q.S.2:23).

1
H. MAS’OED ABIDIN

HAK ASASI PEREMPUAN


HAK ASASI perempuan yang gencar diperjuangkan hari ini, di dalam konsep Islam sudah
diperlakukan sempurna 15 abad lalu, kendatipun dizaman maju masih ada beberapa kawasan atau
negeri berpandangan ragu mengakui perempuan. Agama Islam menempatkan perempuan (ibu)
menjadi mitra setara (partisipatif) bagi jenis laki-laki. Dan lelaki menjadi pelindung wanita
(qawwamuuna 'alan-nisaa'). Lelaki secara lahiriyah dan bathiniyah (fisik dan mental) memiliki
kelebihan pada kekuatan, badan, fikiran, keluasaan, penalaran, kemampuan, ekonomi, kecerdasan,
ketabahan, kesigapan dan anugerah (QS. An Nisa' 34). Wanita dibina menjadi mar'ah shalihah (=
perempuan shaleh yang ceria (hangat/warm) dan lembut, menjaga diri, memelihara kehormatan,
patuh (qanitaat) kepada Allah, hafidzaatun lil ghaibi bimaa hafidzallahu (= memelihara kesucian faraj di
belakang pasangannya, karena Allah menempatkan faraj dan rahim perempuan terjaga, maka tidak
ada keindahan yang bisa melebihi perhiasan atau tampilan "indahnya wanita shaleh" (Al Hadist).
Kodrat wanita memiliki peran ganda; penyejuk hati dan pendidik utama, menempatkan sorga
terhampar dibawah telapak kaki perempuan (ibu, ummahat). Dibawah naungan konsep Islam, perempuan
berkepribadian sempurna, bergaul ma'ruf dan ihsan, kasih sayang dan cinta, lembut dan lindung,
berkehormatan, berpadu hak dan kewajiban. Dalam konteks Islam ini, emansipasi tidak diartikan
perjuangan persamaan derajat, karena kedua jenis jender ini sudah mendapatkan kesetaraan hak
dengan wajar, tidak melebihi dan tidak melewati kodrat fitrah masing-masing. Pemahaman bulat
dan padu pemeranan perempuan sebagai mitra saling terkait, saling memerlukan bukan eksploatasi.
Konsep azwaajan mengandung makna pasangan dengan kedudukan setara/sejajar. Penggunaan
kata pasangan (azwajan) terpatri pada tidak punya arti sesuatu kalau pasangannya tidak ada dan
tidak jelas eksistensi sesuatu kalau tidak ada yang setara di sampingnya. “Pasangan”, mungkin
tidak ada kata yang lebih tepat untuk azwajan itu. Mungkin di belahan dunia lainnya (entah di barat
atau di timur), memang ada gejala kecenderungan penguasaan hak-hak perempuan dan paling akhir
hilangnya wewenang "ibu" di rumah tangga sebagai salah satu unit inti keluarga besar (extended
family).
a). Secara moral, perempuan punya hak utuh menjadi IBU = Ikutan Bagi Umat. Masyarakat baik
lahir dari Ibu baik, dengan relasi kemasyarakatan pemelihara tetangga dan perekat silaturrahim.4
b). Dalam Ajaran Islam, penghormatan kepada Ibu menempati urutan kedua sesudah iman
kepada Allah (konsep tauhidullah). Bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Ibu,
diwasiatkan sejalan untuk seluruh manusia. Penghormatan kepada Ibu (perempuan) menjadi
disiplin hidup yang tidak boleh diabaikan. Disiplin ini tidak dibatas oleh adanya perbedaan anutan
keyakinan. Hubungan hidup duniawi wajib dipelihara baik dengan jalinan ihsan (lihat QS. 31,
Luqman : 14-15). Universalitas (syumuliyah) Alquran menjawab tantangan zaman (QS. Al Baqarah, 2
dan 23) dengan menerima petunjuk berasas taqwa (memelihara diri), tidak ragu kepada Alquran
menjiwai hidayah, karena Allahul Khaliqul 'alam telah menciptakan alam semesta amat sempurna,
tidak ditemui mislijk kesiasiaan (QS. 3, Ali 'Imran, ayat 191), diatur dengan lurus (hanif) sesuai fithrah
yang tetap (QS. 30, Ar Rum, ayat 30) dalam perangkat natuur-wet atau sunnatullah yang tidak berjalan
sendiri, saling terkait agar satu sama lain tidak berbenturan. Kandungan nilai pendidikan dan
filosofi ini terikat kokoh kasih sayang, hakikinya semua datang dan terjadi karena Rahman dan
4
"Ibu (an-Nisak) adalah tiang negeri" (al Hadist). Jika kaum Ibu dalam suatu negeri (bangsa) berkelakuan baik (shalihah),
niscaya akan sejahtera negeri itu. Sebaliknya, bila kaum Ibu disuatu negeri berperangai buruk (fasad) akibatnya negeri itu
akan binasa seluruhnya. Selain itu, banyak hadist Nabi menyatakan pentingnya pemeliharaan hubungan bertetangga,
menanamkan sikap peduli, berprilaku mulia, solidaritas tinggi dalam kehidupan keliling. Diantaranya sabda SAW; "Demi
Allah, dia tidak beriman”, "Siapakah dia wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Yaitu, orang yang tetangganya
tidak merasa aman dari kejahatan-kejahatannya". (Hadist diriwayatkan Asy-Syaikhan). Hadist lainnya; “Tidaklah
beriman kepadaku orang yang perutnya kenyang, sedangkan tetangganya (dibiarkan) kelaparan disampingnya,
sementara dia juga mengetahui (keadaan)nya” (HR.Ath-Thabarani dan Al Bazzar). Pentingnya pendidikan akhlak
Islam, “Satu bangsa akan tegak kokoh dengan akhlak (moralitas budaya dan ajaran agama yang benar)”. Tata krama
pergaulan dimulai dari penghormatan di rumah tangga, dikembangkan kelingkungan tetangga dan ketengah pergaulan
warga masyarakat (bangsa), sesuai QS.41, Fush-shilat, ayat 34.

2
KEDUDUKAN PEREMPUAN MENURUT AJARAN ISLAM

RahimNya dan akan berakhir dengan menghadapNya, maka kewajiban asasi insani menjaga diri dan
keluarga dari bencana (QS. At Tahrim :6) dengan memakai hidayah religi Alqurani.
c). Dalam alih generasi, tidak termungkiri bahwa perempuan menjadi pembentuk generasi
berdisiplin mensyukuri nikmat Ilahi. Dari rahim dalam Ibu lahir manusia bersih (menurut fithrah,
beragama tauhid). Pembinaan sisi keyakinan (agama) dan kebiasaan hidup (istiadat, budaya) faktor
terpenting menentukan didalam membantu meraih keberhasilan pendidikan generasi berasas akhlak
Islami. Makhluk manusia berkeyakinan haqqul yaqin kepada Khaliq, tumbuh menjadi pribadi kokoh
(exist) dengan karakter teguh (istiqamah, konsisten) dan tegar (shabar, optimis) menapak hidup.
Rohaninya (rasa, fikiran, dan kemauan) dibimbing keyakinan hidayah iman. Jasmaninya (gerak,
amal perbuatan) dibina oleh aturan syari'at Kitabullah dan Sunnah Rasulullah.
‫ن مَا َوصّى ِب ِه نُوحًا‬
ِ ‫ن الدّي‬
ْ ‫ع َل ُك ْم ِم‬
َ ‫ش َر‬
َ

‫ن َو َل َتَت َف ّرقُوا فِي َِه‬


َ ‫ن َأقِيمُوا الدّي‬
ْ ‫ص ْينَا بِه ِإ ْبرَاهِي َم َومُوسَى َوعِيسَىَِأ‬
ّ ‫ك َومَا َو‬
َ ‫ح ْينَا ِإَل ْي‬
َ ‫وَاّلذِي َأ ْو‬
“Allah telah menyari’atkan dasar hidup “ad-din” bagi kamu seperti telah diwasiatkanNya kepada Nuh,
dan telah dipesankan kepadamu (Muhammad). Agama yang telah dipesankan kepada Ibrahim, Musa, Isa
dengan perintah agar kalian semua mendaulatkan agama ini dan jangan kalian berpecah dari
mengikutinya…” (QS.Syura : 13). Perilaku kehidupan menurut mabda' (konsep) Alquran, bahwa
makhluk diciptakan dalam rangka pengabdian kepada Khaliq (QS. 51, Adz Dzariyaat : 56), memberi
warning peringatan agar tidak terperangkap kebodohan dan kelalaian sepanjang masa. Manusia
adalah makhluk pelupa (Al Hadist).
d). Konsep Islam, “di bawah telapak kaki perempuan (ibu), terbentang jalan kepada keselamatan
(Sorga)”. Kebahagiaan menanti setiap insan yang berhasil meniti jalan keselamatan yang di ajarkan
perempuan (ibu) dengan baik, penuh kepatuhan dan rasa hormat yang tinggi.5
Dari dalam lubuk hati perempuan (ibu) yang tulus dan dengan tangannya yang lembut terampil
dicetak generasi tauhidik berwatak taqwa, khusyuk (telaten) berkarya (amal) dan kaya dengan rasa
malu, berkarakter manusiawi inti masyarakat yang hidup dengan tamaddun (budaya). Keyakinan
kepada norma agama -- dari sudut Islam -- mesti seiring dengan pokok keyakinan mendiskripsikan
agama disisi Allah (QS. Ali 'Imran :19) yang kamal, lengkap dan diredhai (QS. Al Maidah : 3), selain
tidak diperkenankan maka di dunia akhirat merugi (QS. Ali 'Imran :85). Wahyu membimbing kepada
hidayah Islam (QS. Asy Syu'ara :13) sambung bersambung, maka kehadiran Muhammad SAW
seakan sebuah bata terakhir dari bangunan yang tersusun dan Alquran menyelesaikannya(Al Hadist).
Penyempurnaan hidayah Iman oleh agama yang haq (QS. Al Fath :28). Konsep ini membekali umat
Muslim satu toleransi tinggi, tidak boleh memaksakan keyakinan kepada orang lain yang masih belum
mau menerima kebenaran Islam (QS. Al Baqarah :256), dan diperintah berdada- lapang menerima
kenyataan adanya fanatisme paham turun temurun (QS. Al Kafiruun :6). Tegasnya, seorang Muslim

5
Rasulullah SAW bersabda ; “Sorga terletak dibawah telapak kaki Ibu”(al Hadist). Sahabat Abu Hurairah RA.,
meriwayatkan seseorang bertanya kepada Rasulullah; “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk
aku pergauli dengan cara yang baik?”. Beliau menjawab, “Ibumu”. (sampai tiga kali), baru terakhir Beliau menjawab,
“Bapakmu”. (HR.Asy-Syaikhan). Hadist lainnya ; Shahabat Abdullah Ibn ‘Umar menceritakan, “Berjihadlah dengan
berbakti kepada keduanya”. (HR.Asy-Syaikhan). Disiplin tumbuh melalui pendidikan akhlak, teladan paling ideal
dimata generasi, menanamkan ajaran agama yang benar (syari’at). Jangan berbuat kedurhakaan. Meyakini hari akhirat,
tempat kembali terakhir. Bakti kepada dua orang tua (birrul walidaini) diajarkan supaya jangan berkata keras. Harus
bergaul dengan lemah lembut, menyimak perintah orang tua dengan cermat. Jangan bermuka masam (cemberut) kepada
keduanya, tidak memotong perkataan keduanya, serta mengajarkan dialog (mujadalah) dengan cara baik dan ihsan (lihat
QS.17, al-Israk; ayat 234-24). Wahyu dalam QS.46, al Ahqaaf; ayat 15-16 bahwa generasi yang menolak kebenaran
(al-haq) dari Allah, akan menjadi generasi permissif (berbuat sekehendak hati) dan menjadi pelaku anarkisme dan
hedonisme sepanjang masa. Inilah generasi yang lemah (loss generation), yang tercerabut dari akar budaya dan agama
( lihat QS: 46, al-Ahqaaf, ayat 17-18). Maka birrul walidaini (berbakti kepada dua orang tua), merupakan pelajaran
dasar satu generasi, yang harus di turunkan turun temurun, seperti disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW; “Berbaktilah
kepada bapak-bapak (orang tua) kalian, niscaya anak-anak kalian akan berbakti pula kepada kalian. Dan tahanlah
diri kalian (dari hal-hal yang hina), niscaya istri-istri kalian juga akan menahan diri (dari hal-hal yang hina)”.(HR.
Ath-Thabarani).

3
H. MAS’OED ABIDIN

wajib menda'wahkan Islam, menerapkan amar ma'ruf dan nahi munkar (QS. Ali 'Imran :104), dimulai
dari diri sendiri, agar terhindar dari celaan besar karena suruhan tidak diamalkan (QS. Al Baqarah :44
dan QS. Ash- Shaf :3). Amar ma'ruf nahi munkar adalah tiang kemashlahatan hidup umat manusia, di
dasari dengan Iman billah (QS. Ali 'Imran :110) agar tercipta satu bangunan umat yang berkualitas
(khaira ummah). Maka posisi perempuan didalam Islam ada dalam bingkai (frame) ini.

POSISI PEREMPUAN PENDIDIK UTAMA


ALQURAN menempatkan perempuan pada posisi azwajan, pasangan, mitra sejajar/setara,
(QS.16:72), factor penyaji sakinah (kebahagiaan), perwujudan rahmah dengan mawaddah kasih sayang
(QS.30:21). Citra perempuan sempurna pada posisi IBU (Ikutan Bagi Umat), unit inti dalam keluarga
besar (di Minangkabau disebut bundo kanduang) dan menjadi “tiang negeri” (al Hadist) dengan
penghormatan termulia pada ungkapan, “sorga terletak di bawah telapak kaki ibu” (al Hadist).6
Perkembangan masa disertai perubahan budaya pandang yang seringkali menampilkan
ketimpangan menjauhkan keseimbangan pertumbuhan didalam meraih kesempatan yang sangat
menyolok pada fasilitas pendidikan, lapangan kerja, hiburan, penyiaran mass-media, antara di kota
dan kampung, akhirnya mengganggu pertumbuhan masyarakat. Perpindahan penduduk dengan
mobilitas terpaksa besar-besaran ke kota menjadi penyakit menular di tengah kemajuan negeri
sedang berkembang. Pergesekan keras tuntutan ekonomi mengumpul materi, menyita perhatian
utama, seringkali seorang wanita tidak mampu mengangkat wajah apabila tidak memiliki pekerjaan
di luar rumah. Perempuan tidak mesti bergelimang di dapur, sumur dan kasur, tetapi terdorong
keluar rotasi masuk ke dalam lingkaran kantor, mandor dan kontraktor. Apabila kearifan dan
keseimbangan peranan memelihara budaya dan generasi tercerabut pula, maka tidak dapat tidak
akan ikut menyumbang lahirnya "X Generation".7
Generasi berbudaya memiliki prinsip yang teguh, elastis dan toleran bergaul, lemah lembut
bertutur kata, tegas dan keras melawan kejahatan, kokoh menghadapi setiap percabaran budaya,
tegar menghadapi percaturan kehidupan, sanggup menghindari ekses buruk, membuat lingkungan
sehat, bijak menata pergaulan baik, penuh kenyamanan, tahu diri, hemat, dan tidak malas, akan
terbentuk dengan keteladanan. Konsepsi Rasulullah SAW;”Jauhilah hidup ber-senang-senang (foya-foya),
karena hamba-hamba Allah bukanlah orang yang hidup bermewah-mewah (malas dan lalai)” (HR.Ahmad).
Kewajiban kemasyarakatan (social movement) membuat generasi berkemampuan tinggi berhadapan
dengan setiap perubahan untuk mewujudkan kemajuan (madaniyah) tanpa harus mengabaikan
nilai-nilai moral pergaulan (husnul-khuluq). Peran orang tua wajib melakukan pengawasan melekat
terhadap anak-anaknya sepanjang masa, terutama terhadap tiga prilaku tercela, yaitu dusta
(bohong), mencuri dan mencela (caci maki). Sabda Rasulullah SAW; “Jauhilah dusta, karena dusta itu
membawa kepada kejahatan, dan kejahatan membawa kepada neraka” (Hadist Shahih).
Peran perempuan sebagai Ibu, inti (core) rumah tangga dan masyarakat (negara) menjadi
guru pertama dalam perkataan, pergaulan, penularan tauladan, cinta kasih terhadap anak-anaknya.
Kehadiran manusia kepermukaan bumi melalui satu legalitas yang disebut "keluarga". Keluarga di
bangun oleh insan berbeda jenis tapi setaraf dalam martabat kemanusiaan. Pembentukan satu
keluarga di dalam Islam di mulai dengan satu "contract sosial", di sebut "'aqad nikah", di awali
dengan kesediaan dua insan berlain jenis mengikat diri dalam kehidupan "mu'asyarah bil ma'ruf" atau
6
Kalangan yang ingin bebas acapkali merendahkan peran perempuan sebagai ibu di rumah tangganya. Melahirkan dan
mengasuh anak dilihat mereka sebagai suatu yang out of date. Bila seseorang memerlukan anak bisa ditempuh jalan pintas
melalui adopsi atau mungkin satu ketika dengan teknologi kloning (?).
7
Generasi yang tumbuh tanpa aturan, jauh dari moralitas, cendrung meninggalkan tamaddun budayanya. Tampak pada
suka bolos sekolah, memadat, menenggak minuman keras, pergaulan bebas, morfinis, dan perbuatan tak berakhlak akan
menghilangkan generasi dari akar budaya masyarakat yang melahirkannya. Disinilah pentingnya peran ibu. Maka para
perempuan (ibu) yang memelihara peran ibu berhak mendapatkan "medali" pengatur rumahtangga dan pendidik bangsa.
Inilah dharma ibu yang sebenar-benar dharma.

4
KEDUDUKAN PEREMPUAN MENURUT AJARAN ISLAM

hidup dengan ikatan hak-hak dan kewajiban-kewajiban secara utuh dan optimal. Di mulai dengan
timbang terima dari generasi pendahulu (orang tua, sebagai wali nasab) kepada generasi penerus
(anak dan menantu), maka aqad nikah adalah ritual dan sakral. Anak generasi mestinya dipahamkan
menjadi amanah Allah, yang tumbuh dan belajar dengan contoh dari tengah lingkungannya, atau
pendidikan keteladanan. Teladan yang baik menjadi landasan paling asas untuk membentuk watak
generasi.8

PROFIL PEREMPUAN MANDIRI


KAUM PEREMPUAN harus memaksimalkan perannya menjadi pendidik di tengah bangsa
menampilkan citra perempuan mandiri, memastikan terpenuhinya hak dan terlaksananya kewajiban.
"Pendidikan formal yang dapat membuat wanita sejajar dengan laki-laki, bila tidak didampingi
dengan penunaian hak dan kewajiban yang tegas, akan berpeluang menjadikan wanita kehilangan
jati dirinya sebagai perempuan. Secara tidak sadar perempuan terpelajar menjadi lebih maskulin
daripada laki-laki. Ujung proses ini adalah ancaman kehidupan rumah tangganya. "Sifat feminim
yang menjadi sumber kasih sayang, kelembutan, keindahan, dan sumber cahaya ilahi berpotensi menyerap dan
mengubah kekuatan kasar menjadi sensitivitas, rasionalitas menjadi intuisi, dan dorongan seksual menjadi
spiritualitas sehingga memiliki daya tahan terhadap kesakitan, penderitaan dan kegagalan."9 Tidak hanya
ajaran Agama Islam yang mengungkapkan secara jelas peran dan citra perempuan. Penulis sastera
mengungkapkan peran perempuan Melayu (Timur) dengan pendirian kokoh, dalam Syair Siti
Zubaidah Perang China ; "Daripada masuk agama itu, baiklah mati supaya tentu, menyembah
berhala bertuhankan batu, kafir laknat agama tak tentu."10 Perempuan Melayu dengan sifat-sifat
mulia diantaranya lembut hatinya, penyabar, penyayang kepada sesama, keras dalam
mempertahankan harga diri, tegas, teguh dan kuat iman dalam melaksanakan suruhan Allah,
pendamai, suka memaafkan dan mampu menjadi pemimpin masyarakatnya. Wanita Melayu juga
mempergunakan akal di dalam berbuat dan bertindak, bahkan terkadang terlalu keras dan berani,
seperti ditunjukkan dalam syair Siti Zubaidah, kata H. Ahmad Samin Siregar. 11

KHULASAH
KEPEMILIKAN PEREMPUAN MENURUT ISLAM
Menjadi pemilik dari apa yang dimiliki pasangannya.
(1). Hak kepribadian
(a). Dipergauli dengan ma'ruf (QS.An- Nisa'4), (b). Dinafkahi menurut kelapangan dan
kemampuan (QS. At- Thalaq, 7), (c). Dijaga rahasia yang amat karakteristik dari kepribadian
perempuan, (e). Dalam rumah tangga istri adalah pakaian suami dan suami adalah pakaian istri
(QS. Al Baqarah, 187), (e). Menghormati nasab yang diterima dari bapaknya, (f). Perempuan
mempunyai hak perlindungan dari pasangannya.
(2). Hak kepemilikan
(a). Lelaki tidak boleh menguasai harta istri, (b). Perempuan ada hak bagian dari harta
8
Anak-anak (generasi pelanjut) senantiasa akan berkembang menyerupai ibu dan bapaknya. Peran pendidikan amat
menentukan, karena pendidikan adalah teladan paling ideal dimata anak (lihat Nashih ‘Ulwan, dalam Tarbiyatul Aulaad).
Jika ibu menegakkan hukum-hukum Allah, begitu pula generasi yang di lahirkannya. Urgensi pelatihan ibadah untuk anak
sedari kecil dengan membiasakan mengerjakan shalat dan ibadah (puasa, shadaqah, mendatangi masjid, menghafal
Alquran) akan menjadi alat bantu utama melatih disiplin anak dari dini. Sabda Rasulullah SAW. membimbingkan;
“Suruhlah anak-anak kamu mengerjakan shalat, selagi mereka berumur tujuh tahun, dan pukulllah mereka (dengan tidak
mencederai) karena meninggalkan shalat ini, sedang mereka telah berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur
mereka” (HR.Abu Daud dan Al Hakim).
9
Hani'ah, "Wanita Karir dalam Karya Sastra: Ada Apa Dengan Mereka?", makalah Munas IV dan Pertemuan Ilmiah
Nasional VIII, HISKI 12-14 Desember 1997 di Padang.
10
Syair Siti Zubaidah Perang China, Edisi Abdul Muthalib Abdul Ghani, hal. 230.
11
Ibid. Pendapatnya diketengahkan pada Munas PIN VIII, HISKI 12-14 Desember 1997 di Padang.

5
H. MAS’OED ABIDIN

peninggalan keluarganya (QS An Nisa' 7), (c). Kewajiban lelaki (suami) menyerahkan mahar
kepada istri dengan kerelaan dari pihak perempuan (nihlah) (QS. An Nisa' 4), (d). Mahar tidak
boleh diambil lagi, tidak boleh dirampas oleh keluarga (lihat Tafsirul Khazin, I : 477), artinya apa
yang sudah diberikan kepada perempuannya secara ikhlas (nihlah) tidak boleh dirampas
kembali. (e). Haram mengeksploitasi perempuan untuk berbuat serong/pelacuran (QS. An
Nuur, 33), (f). Tidak boleh menyulitkan perempuan, (g). Wajib lelaki memberikan hak-hak
perempuan secara penuh (memberi makan, pakaian) menurut kemampuan, (h). Tidak boleh
memukul wajahnya, tidak boleh mencelanya, (i). Tidak boleh memisahkan dari tempat tidurnya
kecuali dalam rumah sendiri (HR. Abu Daud).
(3). Hak kewenangan mengatur sirkulasi ekonomi rumah tangga
(a). "Jika seorang isteri memberikan infaq dari makanan rumahnya dengan tidak menimbulkan kerusakan,
dia akan mendapatkan pahala dari infaknya, sedangkan suaminya juga mendapatkan pahala atas
usahanya, dan bagi penyimpan juga mendapatkan pahala. Sebahagian mereka tidak mengurangi bahagian
yang lainnya (HR. Muslim). (b). Seorang perempuan (istri) dapat membelanjakan harta suaminya
dengan tidak berlebihan, dan dalam hal ini suami mendapatkan pahala dari Allah. (c). Tetap
amanah dalam pengaturannya, sesuai sabda Rasulullah SAW ; "Apabila seorang isteri
melaksanakan shalat lima kali (waktu), shaum (Ramadhan) satu bulan penuh, memelihara kemaluan
(farajnya), dan mentaati suaminya, akan dikatakan kepadanya "UDKHULIL JANNATA MIN
AYYIL- ABWAAB" artinya "Masuklah kamu ke dalam syorga dari segala pintu" (HR. Ahmad). (d).
Perempuan mempunyai kewajiban menjaga kepemilikan dibelakang pasangannya. Dan
semuanya terlihat dalam hukum perkawinan menurut Islam.

Dari pandangan agama Islam ini, bisa disimpulkan bahwa yang tidak mau mengindahkan
hak-hak perempuan, sebenarnya adalah mereka yang tidak beriman atau lebih halus lagi, kurang
mengamalkan ajaran agama Islam.
Di Minangkabau lebih jauh lagi, dalam hal pusako tinggi, sesuai hukum adat dikuasai oleh
lini materilineal, hukum garis keibuan. Sungguhpun ditemui ada kerancuan dalam pelaksanaannya,
semata disebabkan oleh hilangnya kepatuhan orang beradat, karena hakikat sesungguh dari adat
basandi syarak, syarak basandi Kitabullah adalah aplikatif, bukan simbolis.
Padang, 7 Agustus 2001.

RIWAYAT DIRI

H. MAS’OED ABIDIN

TEMPAT/TANGGAL LAHIR: Koto Gadang Bukittinggi, 11 Agustus


1935
AYAH dan IBU: H.Zainal Abidin bin Abdul Jabbar Imam Mudo dan
Khadijah binti Idriss.
RIWAYAT PENDIDIKAN : Surau (madrasah) Rahmatun Niswan
Koto Gadang, Sumatra Thawalib dipimpin oleh Syeikh H. Abdul

6
KEDUDUKAN PEREMPUAN MENURUT AJARAN ISLAM

Mu’in Lambah, Thawalib Parabek, SR Kotogadang, SMP II Neg. Bukittinggi, SMA A/C
Bukittinggi (1957), dan FKIP UNITA Padangsidempuan, IKIP Medan (1963).
ORGANISASI : Sekum Komda PII Tapanuli Selatan (1961-1963), Ketua HMI Cabang
Padangsidempuan yang pertama (1963 – 1967), Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Sumbar
(1967- sekarang).
JABATAN SEKARANG : Wakil Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Perwakilan Sumbar
di Padang (2000-2005) dan Ketua MUI Sumbar Membidangi Dakwah (2001-2005), Sekretaris
Dewan Pembina ICMI Orwil Sumbar.

ALAMAT SEKARANG :

 Jalan Pesisir Selatan V/496 Siteba Padang (KP - 25146), Fax/Telepon 52898, Tel:
58401.

 Kantor DDII Sumbar, Jl.Srigunting No.2 ATB Padang, Tel: 0751-53072.

 Kantor MUI Sumbar, Masjid Nurul Iman, Jl. Imam Bonjol Padang.

BUKU YANG SUDAH DITERBITKAN ;


1. Islam Dalam Pelukan Muhtadin MENTAWAI, DDII Pusat, Percetakan ABADI, Jakarta - 1997.
2. Dakwah Awal Abad, Pustaka Mimbar Minang, Padang - 2000.
3. Problematika Dakwah Hari Ini dan Esok, Pustaka Mimbar Minang, Padang – 2001.

BUKU DALAM PROSES PERCETAKAN ;


1. Taushiyah DR. Mohammad Natsir, Pusataka Mimbar Minang, Padang –2001.
2. Pernik Pernik Ramadhan, Pustaka Mimbar Minang, Padang – 2001.
3. Dakwah Komprehensif, DDII Pusat, Media Dakwah, Jakarta – 2001.
4. Suluah Bendang, Berdakwah di tengah tatanan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah di
Minangkabau, Pustaka Mimbar Minang, Padang - 2001.

LAIN-LAIN:
 Personal Web-site : http://www.masoedabidin.web.id
 Grup diskusi di Mailinglist : http://abssbkranahnagaribundo@yahoogroups.com
 Email:
 masoedabidin@mimbarminang.com
 masoedabidin@yahoo.com
 masoedabidin@hotmail.com

You might also like