Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK 3
Disusun oleh :
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2010 – 2011
KASUS 2
Nn Alice 27 th, karyawan pada perusahaan garment yang mengharuskan kerja dengan target tertentu
sehingga setiap hari diburu-buru tugas. Ia adalah karyawan baru yang bertugas sebagai quality control
(QC) dengan 60 pegawai yang pekerjaannya harus diperiksa kualitasnya. Semua pegawainya dalah
perempuan dan rata-rata bekerja lebih dari 4 th.
Nn alice sudah sejak lama mengeluh nyeri seperti terbakar pada area epigastrium yang dirasakan lebih
nyeri setelah makan, disertai perasaan mual dan kadang-kadang muntah. Ia juga sering mengeluh perutnya
kembung dan disertai diare. Selama ini ia juga seringkali menggunakan aspirin saat ia merasa tidak enak
badan. Tadi pagi sekitar jam 9.05 saat ia berada di kantor tiba-tiba ia merasa sakit hebat pada perut dan
kemudian pingsan.nn alice segera dibawa ke unit gawat darurat RS mutiara untuk mendapatkan
pertolongan. Di UGD dilakukan pemeriksaan dan untuk meyakinkan ada sesuatu di lambungnya ia harus
menjalani endoscopy. Perawat menyiapkan pasien dan mencari keluarga untuk meminta persetujuan, tetapi
tidak ada satupun keluarga yang bias dihubungi padahal terapi bisa dilakukan setelah hasil pemeriksaan
selesai dan memberikan kontribusi penting dalam penentuan diagnosa.
Step I
Jawaban :
STEP II
STEP III
1. Anatomy (Deya)
a. Korpus
b. Fisiologi
oral = 2/3 bagian pertama
kuadal = sisa dari oral dan antrum (Dewi A)
Aspirin
Produksi mukosa
Iritasi mukosa
STEP IV
Legal
etik
Anatomy &
GASTRITIS fisiologi
Konsep
lambung
Penyakit
ASKEP
- pengertian
- etiologi
- klasifikasi
- - menifestasi
klinis
- pencegahan
- pemeriksaan
penunjang
- patofisiologi
- komplikasi
- terapi :
farmako ,
Non farmako
- dampak aspirin
STEP V
Learning objective
1. Mahasiswa dapat membuat dan mengaplikasikan asuhan keperawatan
2. Mahasiswa dapat memahami proses Patifisiologi penyakit
3. Mahasiswa dapat memahami penyebab penyakit diare
STEP VII
1. Anatomi fisiologi lambung
1.1. GAMBAR ANATOMI LAMBUNG
1.2. Anatomi lambung
Pada lambung manusia dibedakan (gambar 2) bagian kardia (daerah bermuaranya esofagus),
fundus, korpus, antrum (pembesaran sebelum akhir lambung) dan pilorus. Lengkungan bagian tepi
dinamakan lengkung besar dan lengkung kecil.
Mukosa lambung mempunyai satu lapis epitel silinder yang berlekuk-lekuk (foveolae gastricae),
tempat bermuaranya kelenjar lambung yang spesifik. Kelenjar pada daerah kardia dan pilorus hanya
memproduksi lendir, sedangkan kelenjar pada daerah korpus dan fundus memproduksi lendir, asam
klorida dan enzim proteolitik. Karena itu pada kelenjar korpus dan fundus ditemukan 3 jenis sel, yaitu :
a. sel yang memproduksi lendir yaitu sel mukus (mucous neck cell),
b. sel yang menghasilkan asam klorida yaitu sel parietal,
c. sel yang menghasilkan enzim proteolitik yaitu sel epitel mukosa.
2. Pengertian
Gastritis adalah Suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosi.
Erosif karena perlukaan hanya pada bagian mukosa. bentuk berat dari gastritis ini adalah gastritis
erosive atau gastritis hemoragik. Perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajad dan terjadi erosi
yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat.
3. Etiologi
a. Gastritis Akut, disebabkan oleh :
1. Obat-obatan anti inflamasi non steroid (AINS) seperti aspirin
2. Alcohol
3. Gangguan mikosirkulasi mukosa lambung, seperti : truma, sepsis, luka bakar
4. Terapi radiasi
5. Mencerna asam/alkali kuat
6. Stress
b. Gastritis Kronik dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Gastritis Kronik Tipe A, disebabkan oleh autoimun
2. Gastritis Kronik Tipe B, disebabkan oleh bakteri seperti Helicobacter Pylory
6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. pylori dalam
darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada
suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena
infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat
pendarahan lambung akibat gastritis.
b. Pemeriksaan pernapasan. Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H.
pylori atau tidak.
c. Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak. Hasil
yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap
adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan pada lambung.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidak normalan
pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan
dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan
masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih
dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien
merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat
mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel
itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang
lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai,
tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam.
Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak
nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
e. Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau
penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu
sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas
ketika di ronsen.
7. Terapi
a. Farmakologi
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian antasida atau antagonis H2, sehingga dicapai
pH lambung ≥4. Untuk pengguna aspirin, pencegahan yang terbaik adalah dengan misoprostol.
Pemberian antasida, antagonis H2 dan sukralfat tetap dianjurkan walaupun efek terapeutiknya
masih diragukan. Pada sebagian kecil pasien perlu dilakukan tindakan yang bersifat invasif
untuk menghentikan perdarahan yang mengancam jiwa, misalnya dengan endoskopi
skleroterapi, embolisasi arteri gastrika kiri, atau gastrektomi.
Terapi
Terapi gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan mungkin memerlukan perubahan dalam
gaya hidup, pengobatan atau, dalam kasus yang jarang, pembedahan untuk mengobatinya.
* Anatsida. Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan merupakan
obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat
menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat.
Komposisi dan Cara Pembuatan Magnesium sebagai Salah Satu Bahan Pembuat Antasida
Magnesium yang mempunyai sifat berbentuk logam putih, dapat ditempa dan liat dapat dipergunakan
sebagai salah satu bahan pembuat obat maag (Vogel, 1985). Hal ini didasarkan pada sifat senyawa
hidroksida dari magnesium yang dapat menetralkan asam lambung, sehingga melindungi selaput lendir
lambung dari kerusakan, menon-aktifkan pepsin, sehingga rasa nyeri ulu hati akibat iritasi oleh asam
lambung dan pepsin berkurang.
Pada obat-obat maag yang dijual dipasaran, komposisi magnesium pada antasida adalah sebagai berikut:
a. Kompisisi Promag
Tiap tablet mengandung :
Hidrotalsit ………….…… 200 mg
Magesium hidroksida ….… 150 mg
Simetikon ………………… 50 mg (Ahlinya lambung, 2008).
b. Komposisi Obat Indo Obat Maag
Tiap tablet mengandung :
Magnesium hidroksida …… 200 mg
Aluminium hidroksida …… 200 mg
Simetikon ………………… 20 mg (Indofarma, 2008).
c. Komposisi Mylanta Sirup
Tiap 5 ml sirup mengandung:
Aluminium hidroksida ……. 200 mg
Magnesium hidroksida ……. 200 mg
Simetikon …………… ..…… 20 mg (Dechacare, 2008).
d. Komposisi Obat Maag dengan Aksi Ganda
Tiap tablet mengandung :
Kalsium karbonat …………………….…. 800 mg
Magnesium hidroksida sebagai Antacid …. 165 mg
Famotidine sebagai Acid Blocker ………… 10 mg (Ahlinya lambung, 2008).
* Penghambat asam. Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit tersebut, dokter
kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk
mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi.
Komposisi
Tiap tablet mengandung simetidin 200 mg.
Cara Kerja
cimetidin adalah antihistamin penghambat reseptor H2 secara selektif dan reversibel. Penghambatan
reseptor H2 akan menghambat sekresi asam lambung, baik pada keadaan istirahat maupun setelah
perangsangan oleh makanan, histamin, pentagastrin, insulin dan kafein.
Pada pemberian oral simetidin diabsorbsi dengan baik dan cepat, tetapi sedikit berkurang bila ada makanan
atau antasida.
Kadar puncak dalam plasma dicapai dalam 1 – 2 jam setelah pemberian, dengan waktu paruh 2 – 3 jam.
Simetidin diekskresikan sebagian besar bersama urin dan sebagian kecil bersama feses.
Indikasi
cimetidin digunakan untuk penderita tukak lambung dan duodenum, refluks esopagitis dan keadaan
hipersekresi patologis, seperti sindroma Zollinger-Ellison.
Dosis
Dewasa : sehari 3 kali 1 tablet pada waktu makan dan 2 tabl et pada waktu akan tidur malam, lama
pengobatan minimal 4 minggu.
Dosis pemeliharaan 2 tablet pada waktu malam atau pagi 1 tablet dan malam 1 tablet.
Anak-anak : sehari 20 – 40 mg/kg berat badan dalam dosis terbagi.
Pengalaman klinis simetidin pada anak-anak masih terbatas, karena itu, pengobatan dengan simetidin tidak
dianjurkan untuk anak-anak, kecuali dokter menganggap manfaatnya lebih besar dari pada resikonya.
Efek Samping
Kadang-kadang terjadi nyeri kepala, malaise, mialgia, mual, diare, pruritus, libido menurun, impoten,
gynecomastia.
Kontraindikasi
Penderita yang hipersensitif.
Interaksi Obat
Antasida dan Metoklopramid akan mengurangi ketersediaan hayati simetidin sekitar 25%, karena itu
sebaiknya diberikan jarak waktu pemberian sekurang-kurangnya 1 jam.
Cara Penyimpanan
Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya.
Perhatian
Pemberian harus berhati-hati pada wanita hamil dan menyusui, sebaiknya tidak diberikan pada anak di
bawah usia 16 tahun.
Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal (creatinine clearence <30 ml/menit), dosis sebaiknya
dikurangi.
Pada penderita anephric (penderita dengan creatinine clearence <15 ml/menit), dosis 400 mg/hari dalam 2
kali pemberian.
Kadar simetidin dalam sirkulasi darah dapat dikurangi oleh hemodialisa pengobatan sebaiknya diberikan
pada akhir dialisis.
Hati-hati pemakaian pada orang tua.
Kemungkinan adanya keganasan lambung hendaknya diperhitungkan terlebih dahulu, karena gejala-
gejalanya dapat tertutupi oleh pengobatan dengan simetidin.
*Penghambat pompa proton. Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam lambung adalah dengan
cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel lambung penghasil asam. Penghambat pompa proton
mengurangi asam dengan cara menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat golongan ini
adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga menghambat
kerja H. pylori.
Nama generik : Omeprazol
Nama dagang : Protop®, Pumpitor®, Norsec®, Lambuzole®, Loklor®, Losec®, OMZ®, Prilos®,
Socid®, Contral®, Dudencer®, Opm®, Onic®, Promezol®, Stomacer®, Prohibit®, Ulzol®, Zollocid®,
Zepral®, Lokev®, Meisec®, Omevell®, Ozid®
Indikasi : Tukak lambung, tukak duodenum, tukak esofagus, refluk esofagus, sindrom Zollinger-Ellison,
tukak yang resisten, pembasmian HP saat dikombinasi dengan antibiotik, pendarahan gastrointestinal
bagian atas, tukak karena NSAIDs. Omeprazol digunakan untuk terapi jangka pendek dan jangka panjang.
Kontraindikasi : Pasien yang hipersensitif terhadap omeprasol, atau obat turunan benzimidazol seperti
lansoprazol, pantoprazol, esomeprazol, dan rabeprazol.
Dosis dan aturan pakai : 20-40 mg sekali sehari selama 4-8 minggu. Omeprazol diminum 15-30 menit
sebelum makan pagi. Tablet atau kapsul omeprazol diminum dengan cara langsung ditelan menggunakan
air. Jangan menguyah atau menghancurkan tablet omeprazol dan jangan membuka kapsul omeprazol
karena obat ini didesain untuk lepas lambat.
Efek samping : Diare, sakit kepala, konstipasi, mual, muntah, nyeri perut, batuk, rasa letih, nyeri
punggung, gejala flu, ruam kulit.
Resiko khusus :
· Anak usia < 18 th : nyeri kepala
· Wanita hamil : terdapat laporan omeprazol menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkan
oleh wanita yang mengkonsumsi omeprazol selama hamil. Omeprazol diberikan pada wanita hamil apabila
manfaat lebih besar daripada resiko pada janin.
· Wanita menyusui : omeprazol didistribusikan ke air susu maka sebaiknya omeprazol tidak digunakan
pada wanita menyusui, penggunaan omeprazol pada wanita menyusui dapat diganti dengan obat golongan
antasida.
· Pasien cirrhosis à : jumlah obat di dalam tubuh akan meningkat jika dibandingkan dengan pasien tanpa
penyakit tambahan.
*Cytoprotective agents. Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi jaringan-jaringan yang
melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika
meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk
meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang
juga menghambat aktivitas H. pylori.
Terapi terhadap infeksi H. pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk membunuh H. pylori sangat
beragam, bergantung pada regimen yang digunakan. Akan tetapi kombinasi dari tiga obat tampaknya lebih
efektif daripada kombinasi dua obat. Terapi dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu
dibandingkan dengan 10 hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas.
Untuk memastikan H. pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah terapi
dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan feces adalah dua jenis pemeriksaan yang sering
dipakai untuk memastikan sudah tidak adanya H. pylori. Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang
positif selama beberapa bulan atau bahkan lebih walaupun pada kenyataanya bakteri tersebut sudah hilang.
Jika penyebabnya adalah infeksi oleh Helicobacter pylori, maka diberikan bismuth, antibiotik (misalnya
xamoxicillin dan claritromycindan obat anti-tukak (omeprazole).
Penderita gastritis karena stres akut banyak yang mengalami penyembuhan setelah penyebabnya (penyakit
berat, cedera atau perdarahan) berhasil diatasi.
Tetapi sekitar 2% penderita gastritis karena stres akut mengalami perdarahan yang sering berakibat fatal.
Karena itu dilakukan pencegahan dengan memberikan antasid (untuk menetralkan asam lambung) dan obat
anti-ulkus yang kuat (untuk mengurangi atau menghentikan pembentukan asam lambung).
Perdarahan hebat karena gastritis akibat stres akut bisa diatasi dengan menutup sumber perdarahan pada
tindakan endoskopi.
Jika perdarahan berlanjut, mungkin seluruh lambung harus diangkat.
Untuk meringankan penyumbatan di saluran keluar lambung pada gastritis eosinofilik, bisa diberikan
kortikosteroid atau dilakukan pembedahan.
Penyakit Miniere bisa disembuhkan dengan mengangkat sebagian atau seluruh lambung.
Gastritis sel plasma bisa diobati dengan obat anti ulkus yang menghalangi pelepasan asam lambung.
8. Dampak penggunaan aspirin
a. Pengertian Aspirin
Aspirin atau asam asetil salisilat adalah obat golongan NSAID. Obat ini biasa digunakan untuk
mengurangi rasa nyeri karena memiliki efek sebagai antiinflamasi dan analgetik.
Perlu diperhatikan bahwa aspirin merupakan obat yang bekerja dengan menghambat kerja
enzim siklooksigenase secara tidak selektif, sehingga selain menghambat pembekuan darah,
aspirin juga menghambat kerja prostaglandin sebagai salah satu faktor pelindung dinding saluran
cerna.
b. Dampak penggunaan aspirin
1. Erosi mukosa lambung
2. Mengurangi mucus
3. Sekresi HCO3
4. Mengurangi perbaikan dan replica sel
9. Komplikasi
Komplikasi pada Gastritis Akut, komplikasinya adalah perdarahan saluran cerna bagian atas,
Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsivitamin.
Pada Gastritis Kronis, komplikasinya adalah bias menyebabkan kanker
lambung(adenocarcinomas).
Aspirin Stress
Memiliki
asam kerosif Menghambat Sekresi hormon
prostaglandin kortisol
Mukosa iritasi
Merangsang Sekresi HCl ↑
pengeluaran sitokinin
↑ kecepatan sekresi serta mediator kimia lain Lambung
+ ↑ pergerakan
bersifat asam
dinding usus
Berikatan dengan
nosiseptor Mengiritasi mukosa
Banyak cairan untuk
membersihkan agen + duodenum, distensi
lafeksi ke anus Serabut yang berlebihan
saraf perifer
Mentransmisikan impuls saraf
diare
Impuls saraf oleh saraf aferen vagal ke
pusat muntah bilateral di
Intake cairan medula
kurang Kornu dorsalis
Reaksi motorik
secara otomatis
Medula spinalis
Perasaan muntah
Nyeri ditransmisikan melalui saraf
dipersepsikan di kranial V,VII,IX,X,XII
korteks serebri
Nyeri
Gerakan antiperistaltik
sampai sejauh illeum di GI Relaksasi
Kurang SEB
pengetahuan
Gelombang bergerak Makanan mulai
tentang penyakit
naik di usus besar naik ke esofagus
Penggunaan
aspirin Mendorong isi usus Muntahan
kembali ke duodenum keluar
dan lambung
Kurang
pengetahuan muntah
terhadap efek obat Duodenum
meregang Ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit
Kontraksi intrinsik
kuat di duodenum
lambung
12. Rencana Keperawatan
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Biodata
1) Nama : Nn. Alice
2) Usia : 27 tahun
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Pekerjaan : Quality Control (QC)
5) Pendidikan :
6) Alamat :
7) Agama :
8) Suku Bangsa :
9) Tanggal masuk dirawat :
b. Keluhan Utama : Nyeri seperti terbakar pada area epigastrium
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
P : klien mengeluh nyeri seperti terbakar dan mual
Q:-
R : daerah epigastrium
S:-
T:-
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengalami pingsan dan ia sering menggunakan aspirin saat tidak enak badan
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
2. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
1) Kesadaran :
2) Orientasi :
B. Pengelompokan Data
a. Data Subjektif
1. Klien mengeluh nyeri seperti terbakar pada area epigastrium yang dirasakan lebih nyeri
setelah makan
2. Perasaan mual dan kadang-kadang muntah
3. Klien mengeluh perutnya kembung dan disertai diare
4. Klien menggunakan aspirin saat ia merasa tidak enak badan
b. Data Objektif
1. Hasil pengkajian
2. Hasil pemeriksaan endoskopi
C. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS : Faktor pencetus aspirin menghambat Gangguan rasa
Klien mengeluh nyeri prostaglandin merangsang pengeluaran nyaman : nyeri
seperti terbakar pada sitokinin serta mediator kimia lain berikatan
area epigastrium yang dengan nosiseptor serabut saraf perifer
dirasakan lebih nyeri impuls saraf kornu dorsalis medula
setelah makan spinalis nyeri dipersepsikan di korteks
DO : - serebri nyeri
2. DS : Faktor pencetus aspirin memiliki asam Ketidakseimbangan
Perasaan mual dan kerosif mukosa iritasi naiknya kecepatan cairan dan elektrolit
kadang-kadang muntah sekresi + naiknya pergerakan dinding usus
Klien mengeluh diare intake cairan kurang
perutnya kembung dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
disertai diare
DO : - Faktor pencetus stres sekresi hormon
kortisol naiknya sekresi HCl reaksi
motorik secara otomatis Perasaan muntah
ditransmisikan melalui saraf kranial
V,VII,IX,X,XII Gerakan antiperistaltik
sampai sejauh illeum di GI Gelombang
bergerak naik di usus besar Mendorong isi
usus kembali ke duodenum dan lambung
duodenum meregang Kontraksi intrinsik
kuat di duodenum lambung relaksasi
makanan mulai naik ke esofagus muntahan
keluar muntah ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit
3. DS : Faktor pencetus aspirin menghambat Kurang pengetahuan
Klien menggunakan prostaglandin merangsang pengeluaran terhadap efek obat
aspirin saat ia merasa sitokinin serta mediator kimia lain berikatan
tidak enak badan dengan nosiseptor serabut saraf perifer
DO : - impuls saraf kornu dorsalis medula
spinalis nyeri dipersepsikan di korteks
serebri nyeri kurangnya pengetahuan
terhadap penyakit penggunaan aspirin
kurang pengetahuan terhadap efek obat
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri yang berhubungan dengan iritasi pada mukosa gaster yang ditandai
dengan klien mengeluh nyeri seperti terbakar pada area epigastrium dan nyeri dirasakan bertambah
setelah makan
2. Gangguan keseimbangan cairan yang berhubungan dengan output cairan yang tinggi yang ditandai
dengan klien mengeluh diare dan kadang – kadang muntah
3. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan penggunaan aspirin yang ditandai dengan klien
menggunakan aspirin saat ia merasa tidak enak badan
Rencana Keperawatan
Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan
Intervensi Rasional
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri Tujuan jangka panjang : klien Mandiri :
yang berhubungan dengan iritasi tidak mengeluh nyeri Kaji karakteristik nyeri dan Memberikan dasar untuk mengkaji
pada mukosa gaster yang ditandai ketidaknyamanan ; lokasi, kualitas, perubahan pada tingkat nyeri dan
dengan : Tujuan jangka pendek : frekuensi, durasi mengealuasi intervensi
DS : klien mengeluh nyeri seperti Nyeri klien berkurang setelah
terbakar pada area epigastrium perawatan 1x24 jam dengan Kaji respon perilaku pasien terhadap nyeri Memberikan informasi tambahan tentang
dan nyeri dirasakan bertambah kriteria hasil : dan pengalaman nyeri. nyeri pasien
setelah makan - Tanda-tanda vital kembali
DO : - normal (HR, RR, T, dan TD) Pantau tanda – tanda vital pasien Sebagai informasi dasar untuk penentuan
- Klien mengatakan nyeri intervensi yang tepat
berkurang
- Klien menunjukkan rasa Ajarkan pasien stageri untuk mengatasi Meningkatkan jumlah pilihan dan strategi
nyaman nyeri dan ketidaknyaman yang tersedia bagi pasien.
Ajarkan kepada klien bahwa kopi, teh, Makanan atau minuman yang
alkohol dapat menyebabkan diuresis dan mengandung kafein dan alkohol dapat
dapat menambah kehilangan cairan meningkatkan asam lambung dan
memperburuk diare
Berikan klien makanan tinggi lemak dan Makanan yang mengandung protein yang
hindari makanan yang tinggi protein tinggi dapat mempercepat pengeluaran
asam lambung sedangkan lemak dapat
mengurangi pengeluaran asam lambung
Kolaborasi :
Kolaborasikan pemberian antibiotik yang Gastritis dapat disebabkan oleh infeksi
disertai H2bloker bakteri. Pemberian antibiotik dapat
merusak mukosa lambung, pemberian H2
bloker dapat melindungi mukosa lambung
2. Gangguan keseimbangan cairan Tujuan jangka panjang : Mandiri :
yang berhubungan dengan output Kebutuhan cairan terpenuhi Observasi kulit kering berlebihan dan Menunjukkan kehilangan cairan
cairan yang tinggi yang ditandai membran mukosa, penurunan turgor kulit, berlebihan/dehidrasi.
dengan : Tujuan jangka pendek : pengisian kapiler lambat.
DS : klien mengeluh diare dan Kebutuhan cairan terpenuhi
kadang – kadang muntah sebanyak 1750 ml dan tanda – Pantau tanda dan gejala dini defisit Penurunan volume yang bersikulasi
DO : - tanda dehidrasi berkurang volume cairan : menyebabkan kekeringan jaringan dan
- membrane mukosa kering pemekatan urine. Deteksi dini
- Urine kuning kecoklatan memungkinkan terapi penggantian cairan
segera untuk memperbaiki defisit
Timbang berat badan klien tiap hari Penimbangan berat badan yang tepat dapat
mendeteksi kehilangan cairan
Anjurkan klien untuk minum 1500 ml – Pemberian cairan yang adekuat dapat
2500 ml setiap hari mengurangi klien dari dehidrasi
Kolaborasi :
Berikan cairan (dextrose 5%,RL) sesuai Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti
dengan program rehidrasi cairan yang keluar bersama feses
3. Kurangnya pengetahuan yang Tujuan Jangka Panjang : Klien Kaji tentang penyakit yang diderita klien. Sebagai tahap awal dalam menentukan
berhubungan dengan penggunaan sudah mengetahui semua hal terapi selanjutnya
aspirin yang ditandai dengan : tentang penggunaan aspirin. Instruksikan klien tentang cara-cara Pengetahuan tentang penggunaan aspirin
DS : Klien menggunakan aspirin penggunaan aspirin dapat membantu mencegah bertambah
saat ia merasa tidak enak badan Tujuan Jangka Pendek : Klien parahnya penyakit
DO : - sudah mengetahui semua hal Beri penkes/pengetahuan tentang penyakit Memberikan pengetahuan tentang
tentang efek samping aspirin. kepada klien penyakit klien sehingga bias mengurangi
bertambah parahnya penyakit klien