You are on page 1of 7

LAMBANG UNSUR

Kita sudah mengenal nama-nama unsur, tentunya cukup sulit jika kita menggunakan nama unsur
dalam mempelajari ilmu kimia, tentunya kita perlu melakukan penyederhanaan agar lebih mudah
diingat.

Pencetus ide lambang unsur adalah Jons Jacob Berzelius pada tahun 1813. Dia mengusulkan
pemberian lambang kepada setiap unsur dengan huruf. Pemilihan lambang unsur diambil dari
huruf pertama (huruf besar atau kapital) dari unsur tersebut. Perhatikan nama unsur berikut,
oksigen dilambangkan dengan huruf O (kapital), carbon dengan C (kapital) dan nitrogen yang
diberi lambang dengan huruf N (kapital), Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Penamaan lambang unsur dengan menggunakan huruf kapital dari nama unsurnya

Banyak nama unsur yang daiawali dengan huruf yang sama misalnya hudrogen dengan
hidrargirum, tidak mungkin menggunakan satu huruf awal dari kedua unsur tersebut. Sehingga
penamaan unsur dapat dilambangkan dengan menggunakan lebih dari satu huruf.

Penulisan dapat dilakukan dengan menggunakan huruf kapital dari nama unsur sebagai huruf
pertamanya, dilanjutkan dengan menuliskan huruf kecil dari salah satu huruf yang ada pada
unsur tersebut. Untuk lebih mudahnya kita ambil contoh di bawah ini unsur Zinc dilambangkan
dengan Zn dan cuprum dengan huruf Cu.

Beberapa kasus menarik terjadi, misalnya untuk unsur argon dan argentums, kedua unsur ini
memiliki huruf pertama yang sama, dalam penamaannya huruf keduanya menjadi pembeda.
Untuk argon dilambangkan dengan Ar, sedangkan argentum dilambangkan dengan Ag,
perhatikan Gambar 2.4. Kasus lainnya adalah unsur cobalt, dilambangkan dengan huruf Co, jika
kita tidak hati-hati dalam penulisannya dan ditulis dengan CO yang berarti gas carbon
monoksida.
Lambang unsur abad pertengahan

Lambang Unsur Dalton

Lambang Unsur Modern

Minggu, 09 Mei 2010


ILMU KIMIA DALAM AL-QURAN
Afzalur Rahman,2007. Ensiklopediana Ilmu Dalam Al-Qur’an: Rujukan Terlengkap
Isyarat-Isyarat Ilmiah Dalam Al-Qur’an. Cetakan II (Penerbit Mizania PT Mizan
Pustaka: Bandung) Bab 26 hal. 356-361

Ilmu Kimia juga mendapatkan perhatian dan dorongan dari Al-Qur’an untuk
dikembangkan. Manusia dan seluruh lingkungan hidupnya terbentuk dari elemen-elemen dan
subtansi-subtansi yang tergabung menjadi sebuah ikatan kimia menurut hukum Allah. Manusia

sendiri tercipta dari tanah liat kemungkinan melalui sebuah proses


kimia interaktif antara berbagai unsur dalam tanah yang bekerja menurut hukum-hukum Allah
melalui proses perubahan dan kombinsi tertentu. Penciptaan langit dan bumi dalam enam
“periode” dan penciptaan alam semesta dari air juga terjadi menurut hukum kombinasi dan
perubahan yang diciptakan Allah Swt. Ayat-ayat Al-Qur’an yang menuturkan bagaimana Tuhan
menciptakan langit, bumi, manusia, dan sebagainya, memberikan petunjuk yang kuat kepada
para ilmuwan tentang membuat subtansi baru dengan menggabungkan berbagai unsur dan
tentang kemungkinan mempelajari rekasi kimia dari penggabungan unsure-unsur itu dengan
berbagai proporsinya. Ayat berikut mengemukakan kekuatan “pewarnaan” yang dilakukan
Tuhan dan memberikan inspirasi kepada para ilmuwan untuk melakukan proses kimiawi dengan
mencampurkan berbagai unsur kimia dengan proporsi tertentu untuk membuat hal yang mirip
dengan itu.

Sibghah Allah dan siapakah yang lebih baik sibghah-Nya daripada Allah? Dan hanya
kepada-Nyalah kami menyembah (Q.S Al-Baqarah[2]:138)

Kemudian, perhatikan pula bagaimana proses penciptaan manusia yang menjadi titik
sentral studi para teolog, filsuf, dan ilmuwan berabad-abad lamanya:

Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukan ajal (kematianmu),
dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang Dia
sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu). (Q.S Al-
An’am [6]: 2)

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering
(yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk (Q.S Al-Hijr [15]: 26)
Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia
menjdaikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan. Dan tidak ada seorang perempuan
pun mengandung dan tidak (pula) melahirkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak
dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikuarangi umurnya,
melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesunggguhnya yang demikian itu
bagi Allah adalah mudah (Q.S Al-Fathir [35]:11)

Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah,
kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembangbiak (Q.S Al-Rum [30]:20)

Ayat-ayat tersebut mengundang perhatian kea rah proses penciptaan manusia terutama
berhubungan dengan telaah tentang terjadinya reaksi kimiawi dari subtansi-subtansi yang
menjadi bahan baku penciptaannya dan pengaruhnya terhadap perilakunya sebagai makhluk
hidup.

Penciptaan alam semesta dan semua benda yang ada di dalamnya diuraikan dalam ayat
berikut:

Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata
kepadanya dan kepada bumi:”Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka
hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab:”Kami datang dengan suka hati.” Maka Dia
menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusan-
Nya. Dan kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami
menjadikannya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha
Penyayang (Q.S Fushshilat [41]: 11-12)

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari
air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tiada juga beriman ?(Q.S
Al-Anbiya’ [21]: 30)

Dan dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah ‘arasy-
Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika
kamu berkata (kepada penduduk Makkah):”Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah
mati.” Niscaya orang-orang kafir itu akan berkata:’ini tidak lain adalah sihir yang nyata.’”(Q.S
Hud [11]: 7)

Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan
kebesaran Allah (Q.S Al-Dzariyat [51]: 49)
Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa
yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui
(Q.S Ya Sin [36]: 36)

Ayat-ayat diatas dan ayat-ayat lain yang serupa dalam Al-Qur’an mengajak manusia
memikirkan dan merenungkan proses penciptaan yang dilakukan Allah dengan berbagai
konteksnya dan mendorong manusia mengadakan eksperimen tentang interaksi antarberbagai
subtansi yang berbeda, serta mengadakan studi tentang perubahan-perubahan kimiawi yang
memunculkan subtansi baru dan seterusnya.

Bagaimana reaksi kimiawi benda-benda yang tidak bernyawa dapat menghasilkan


makhluk hidup yang bernama manusia? Komponen-komponen apa saja yang terdapat dalam
tanah menjadi bahan dasar penciptaan manusia? Dan, reaksi dari unsur-unsur apa saja yang
menghasilkan makhluk yang mulia itu? Pertanyaan-pertanyaan ini dan pertanyaan-pertanyaan
lainnya yang serupa dengan itu menggerakkan minat para ilmuwan berabad-abad lamanya untuk
mengadakan eksperimen-eksperimen yang mencoba mengungkap rahasia bagaimana makhluk
hidup terbentuk dari berbagai unsur. Ayat-ayat berikut memberikan inspirasi lebih jauh untuk
melakukan penelitian lebih lanjut:

Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan, Dia


mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang
memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling? (Q.S Al-
An’am [6]: 95)

Katakanlah:”Siapakah yang member rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau
siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan
siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab:”Allah.” Maka
katakanlah:”Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?”(Q.S yunus [10]: 31)

Ayat-ayat seperti itu tentu saja menunjuk pada kemungkinan ditemukannya subtansi yang
lebih unggul dan lebih bermanfaat lewat percampuran berbagai unsur, dan bahkan kemungkinan
menemukan sebuah bentuk kehidupan yang merupakan hasil interaksi kimiawi dari beberapa
komponen yang beranekaragam. Singkatnya, ayat-ayat tersebut jelas-jelas menggugah manusia
agar melakukan penelitian lebih jauh dan lebih mendalam mengenai persoalan ini.

Al-Qur’an merujuk fenomena-fenomena alamiah yang dapat dijumpai manusia dalam


kehidupan sehari-hari. Ayat-ayat ini boleh jadi telah menarik perhatian manusia untuk
mempelajari berbagai elemen dan reaksi kimiawi yang ada di dalamnya:
… padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai
daripadanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya
dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan
diantaranya ada yang meluncur jatuh, … (Q.S Al-Baqarah [2]: 74)

Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizing Allah; dan
tanah yang tidak subur, tanaman-tanamanya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami
mengulangi tanda-tanda kebesaran (kami) bagi orang-orang yang bersyukur (Q.S Al-A’raf [7]:
58)

Aspek kimia madu merupakan petunjuk abadi bagi para ilmuwan untuk mengungkap
keajaiban Tuhan yang mengubah struktur, sifat, dan kegunaan berbagai unsur kimiawi dalam
kombinasi yang berbeda-beda. Dalam hal ini, Allah berfirman:

Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah:”Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di


pohon-pohon kayu, dan di tempat yang dibuat manusia.” Kemudian makanlah dari tiap-tiap
(macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari
perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya
terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya yang pada demikian itu benar-
benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (Q.S Al-Nahl
[16]: 68-69)

Bagi ahli kimia, ini merupakan indikasi yang jelas bahwa campuran unsur-unsur tertentu
bisa menghasilkan unsur yang baru sama sekali tidak berhubungan dengan unsur-unsur asalnya
dalam hal sifat, zat, atau dampaknya.

Sebagaimana telah dikemukan pada urain sebelumnya, Al-Qur’an bukanlah kitab ilmu
pengetahuan atau kitab kimia dalam pengertian harfiahnya. Akan tetapi, Al-Qur’an adalah kitab
petunjuk bagi umat manusia. Dalam berbagai konteks, Al-Qur’an memberikan petunjuk
mengenai berbagai permasalahan yang dihadapi manusia dan sekaligus menjadi gudang ilmu
pengetahuan serta menjadi pintu pembuka untuk melakukan penelitian tentang berbagai aspek
kehidupan manusia. Dengan demikian, dalam Al-Qur’an di sana-sini kita temukan ayat-ayat
yang mendorong pembacanya untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam berbagai bidang
ilmu pengetahuan, termasuk ilmu kimia.

Untuk itu, tidak mengherankan jika para ilmuwan Muslim memperoleh inspirasi yang
amat besar dari Al-Qur’an untuk mengembangkan ilmu ini. Misalnya, dengan berbagai konteks
yang berbeda kita temukan dalam Al-Qur’an tentang emas dan perak sebagai logam mulia (Q.S
Ali ‘Imran [3]: 14 dan Al-Taubah [9]: 34), sebagai barang perhiasan yang mewah (Q.S Al-
Zukhruf [43]: 33-53), dan sebagai tanda karunia Allah yang akan diberikan kepada para
penghuni surga (Q.S Al-Hajj [22]: 23 dan Al-Kahfi [18]: 31).
Besi disebut-sebut sebagai logam yang mengandung banyak manfaat (Q.S Al-Hadid [57]:
25), sebagai contoh benda yang paling keras (Q.S Al-Isra’ [17]: 51), sebagai zat yang berwarna
merah jika dipanaskan sehingga dapat digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan (Q.S Al-
Kahfi [18]: 96), menjadi bahan pokok untuk membuat barang-barang lainnya seperti baju besi
(baju perang, Q.S Saba’ [34]: 10-11), dan menjadi alat penyiksaan di neraka (Q.S Al-Hajj [22]:
21).

Demikian pula dengan timah dan tembaga yang disebut Al-Qur’an sebagai bahan
pelengkap konstruksi sebuah bangunan (Q.S Al-Kahfi [18]: 96) serta ter yang dalam Surah
Ibrahim [14]: 50) disebutkan sebagai pakaian penghuni neraka.

Al-Qur’an juga menyebutkan adanya sebuah benda yang mungkin bisa disebut sebagai
“atom” dan benda lain yang lebih kecil dari atom (Q.S Al-Zalzalah [99]: 7-8) dalam kaitannya
dengan nilai perbuatan manusia. Tidak ada satupun yang tersembunyi dari Tuhan, apakah itu
lebih besar atau lebih kecil daripada atom (Q.S Saba’[34]:22). Dalam Al-Qur’an, ditemukan pula
keterangan tentang reaksi-reaksi exothermal dan endothermal dalam hubungannya dengan
pemanasan benda tertentu yang dikemukakan dalam konteks hukum neraka (Q.S Al-Kahfi [18]:
29; Al-Hajj [22]: 21 dan Ibrahim [14]: 50; dalam hubungannya dengan konstruksi bangunan (Q.S
Al-Kahfi [18]: 96; deskripsi hari kebangkitan (Q.S Al-Ma’arij [70]: 8-9); serta makanan
penghuni neraka (Q.S Al-Dukhan [44]: 45-46).

Ayat-ayat diatas dan ayat-ayat lain yang serupa dengan itu menjadi inspirasi besar bagi
para ilmuwan Muslim untuk mengembangkan ilmu kimia. Bahkan istilah “kimia” (alkimiya)
diberikan pertama kali oleh orang arab. Diantara nama-nama sarjana Muslim yang tercatat dalam
sejarah peradaban Islam sebagai ahli kimia antara lain: Jabir ibn Hayyan, Jabir Al-Jusi, Utarid
ibn Muhammad Al-hasib, ‘Utsman ibn Swayed,Dzu Al-Nun Al-Mishriy, Muhammad Ibn
Zakariyya Al-Razi, Al-Farabi, Ibn Sina, ‘Abd Al-Hakim Muhammad Al-Kathi, Abu Maslamah
Al-Majriti, ‘Abd Qasim Al-Qusyairy, ‘Abd Al-Hasan Al-Jayyani, Syams al-Din Al-Buni,
Muhammad ibn Al-Hajji Al-Tilmisani, ‘Abd Al-Qasim Al-Iraqi, Izz Al-Din Aidamur Al-Jildaki
dan ‘Ali Bek Al-Izniqi.

You might also like