You are on page 1of 1

Home / Wirausaha / Tips

Haruskah Memberi Pesangon untuk Karyawan


Bermasalah?
Jumat, 27/8/2010 | 07:29 WIB

KOMPAS.com - Anda mungkin pernah mengalami masalah di


kantor, yang membuat Anda sudah tidak betah lagi bekerja.
Entah karena politik kantor yang memaksa Anda ingin
mengundurkan diri, atau karena kondisi perusahaan yang
memang sudah tidak sehat. Namun, bila Anda mengundurkan
diri, tentu Anda tidak akan mendapatkan pesangon. Jadi, Anda
tetap bertahan, dengan harapan perusahaan memecat Anda
sehingga Anda menerima pesangon.

Bagaimana bila situasinya dibalik? Anda yang menjadi pemilik


perusahaan, dan memiliki seorang karyawan yang bermasalah.
SHUTTERSTOCK
Untuk kasus karyawan yang memang bermasalah,apaka ia Karyawan ini ngotot untuk bekerja di tempat Anda, berharap
tetasp berhak mendapat pesangon Anda memecatnya dan memberinya pesangon. Dalam kasus
karyawan yang tidak menunjukkan kinerja yang baik, bisakah
GramediaShop : Dua Cinta kita memecatnya tanpa harus memberi pesangon?
GramediaShop : Metropop
Mengenai alasan pemutusan hubungan kerja, Anda bisa
merujuk pada UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 161, 162, dan 163 UU No. 13/2003, yang antara lain
berbunyi:

1. Dalam hal pekerja atau buruh melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama, pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja setelah kepada
pekerja atau buruk yang bersangkutan diberikan surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut.

Surat peringatan sebagaimana dimaksud masing-masing berlaku untuk paling lama 6 (enam) bulan, kecuali ditetapkan lain
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.

Pekerja atau buruh yang mengalami pemutusan hubungan kerja dengan alasan sebagaimana dimaksud memperoleh uang
pesangon sebesar 1 (satu) kali, uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali, dan uang penggantian hak.

2. Pekerja atau buruh yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri memperoleh uang penggantian hak. Bagi pekerja
atau buruh yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri, yang tugas dan fungsinya tidak mewakili kepentingan
pengusaha secara langsung, selain menerima uang penggantian hak, diberikan uang pisah yang besar dan
pelaksanaannya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama (kalau ada).

Pekerja atau buruh yang mangkir selama 5 (lima) hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa keterangan secara tertulis yang
dilengkapi bukti sah dan telah dipanggil pengusaha 2 (dua) kali secara patut dan tertulis dapat diputus hubungan kerjanya
karena dikualifikasikan mengundurkan diri. Keterangan tertulis dengan bukti yang sah harus diserahkan paling lambat
pada hari pertama pekerja atau buruh masuk bekerja.

Pekerja atau buruh yang bersangkutan berhak menerima uang penggantian hak dan diberikan uang pisah yang besar dan
pelaksanaannya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. Mengenai
perhitungan uang pesangon, sudah diatur di UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 156. Namun,
penjabarannya tidak bisa ditampilkan di sini karena terlalu panjang.

Sebelum melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja atau buruh, Anda perlu melihat apakah pekerja tersebut
melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama yang Anda sepakati dengan pekerja atau buruh. Bila ditemukan adanya pelanggaran tersebut, Anda dapat
melakukan pemutusan hubungan kerja. Tentu sebelumnya sudah terlebih dulu diberikan surat peringantan pertama,
kedua, dan ketiga secara berturut-turut.

Pekerja atau buruh yang mengalami pemutusan hubungan kerja dengan alasan sebagaimana dimaksud memperoleh uang
pesangon sebesar 1 (satu) kali, uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali, dan uang penggantian hak. Jadi tidak
perlu menunggu surat pengunduran diri dari pekerja tersebut. Anda dapat melakukan PHK dengan mengajukan gugatan
ke Pengadilan Hubungan Industrial setempat. Akan tetapi, ada baiknya Anda melakukan musyawarah terhadap pekerja
Anda tersebut dengan mengadakan perundingan mengenai uang pesangon, penghargaan masa kerja, dan uang
penggantian hak.

Narasumber: Martinus F. Hemo, SH dan Marthin Elia, SH, Fidelity Lawyers

Editor: Dini

You might also like