You are on page 1of 55

STRUKTUR BAJA JEMBATAN 1

Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

VI. STRUKTUR JEMBATAN KOMPOSIT

4.1. Sistem struktur Komposit :


Penampang komposit terbentuk jika dua buah komponen bahan (Baja-
Beton) digabung menjadi satu kesatuan penampang dan terjadi intreaksi antara
komponen-komponen tersebut yang berupa Lantai beton dan Balok baja dalam
menahan beban kerja, masing-masing karakteristik dasar dan meterialnya dari
dua komponen tersebut dimanfaatkan secara optimal. Agar terbentuknya
interaksi yang baik antara dua komponen tersebut, gaya geser yang terjadi
antara lantai beton dan balok baja ditahan oleh Penghubung Geser (Shear
Connector).
Ada beberapa macam bentuk balok komposit yang sering digunakan sebagai
Gelagar jembatan adalah seperti pada gambar berikut :

Karakteristik penting yang dimilki oleh struktur baja adalah


 Kekuatan yang tinggi
 Modulus elastisitas yang tinggi
 Daktalitas yang tinggi
Karakteristik penting yang dimiliki oleh struktur beton aladah :
 Sifat ketahanan yang baik terhadap api
 Mudah dibentuk
 Relatif murah

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 2
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

4.2. Tipe Penampang Balok Komposit


Ada dua tipe balok komposit yaitu :
a. Balok komposit dengan penghubung geser
b. Balok baja yang diberi selubung beton

Balok komposit dengan penghubung geser Balok baja yang diberi selubung beton

Aksi komposit terbentuk dengan adanya transfer geser antara pelat beton dan
balok baja yang dapat terjadi melalui :
a. Mekanisme interlocking antara penghubung geser dan pelat beton
b. Mekanisme lekatan dan frksi sepanjang permukaan atas profil baja yang
terkekang di dalam beton dan mekanisme tahanan geser pada bidang antara
pelat beton dan selubung beton disekitar profil baja.

4.2.1. Analisa Penampang Komposit :


Penampang komposit yang terdiri dari pelat beton dan balok profil baja, dalam
menahan beban kerja diperhitungkan sebagai berikut :
a. Menentukan Lebar Efektif Pelat beton (b ef) :
Lebar efektif pelat beton ditentuakn dari harga terkecil dari nilai di bawah ini :
(bef) = ¼ Bentang balok (L)
(bef) = Selebar jarak antara balok profil baja (S) Untuk Balok tengah
 1 
(bef) =  . S  S t  Untuk Balok tepi
2 
(bef) = 12 x Tebal pelat lantai (d)
Bentang Balok (L)

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 3
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

b eff

St S ½ .S

b. Menentukan Luas Penampang Komposit


Dalam analisa distribusi tegangan elastis, diberlakukan transfer Area
Methode, yaitu menjadikan luas penampang beton menjadi penampang baja

Es
eqifalen dengan nilai pembagi (n = rasio elastisitas), n 
Ec
Ac
Didapat luas penampang baja eqifalen Aceq 
n
Dengan Ac = Tebal pelat lantai tertekan x Lebar efektif pelat lantai (d . b ef)
Ac
Luas Penampang Komposit Ak   As
n

4.2.2. Kekuatan Nominal Penampang Balok Komposit


Kekuatan Nominal Penampang Balok komposit terhadap beban kerja
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
A. Kekuatan Lentur Balok Komposit dengan Penghubung Geser (  .Mn) :
 Kekuatan lentur pada daerah Momen Positif :
h 1680 
 Untuk Penampang Profil berbadan Kompak :  t  

 w fy 

Besar Momen nominal penampang dapat dihitung dengan menggunakan


distribusi tegangan Plastis ( = 0,85)
1. Bila Garis netral penampang komposit ada di baja :
Nc .d
Ys’
Yt
Ns’ Ys
Politeknik Negeri Bandung Moeljono
Ns NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 4
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

  
Mn  Mp  As. f y  Ys  d   As '. 2. f y  Ys'  d  
Besar luas penampang bagian baja tertekan dihitung :
As . f y  Ac . 0,85 . f c
As ' 
2 fy.

2. Bila Garis netral komposit ada di beton :

d’ Nc .d’
d
=
h Ys

Ns


Mn  Mp  As. f y  Ys   d  
Pada kondisi Plastis, letak garis netral dihitung dari besarnya gaya dalam pada
diagram tegangan plastis dengan asumsi garis netral ada di beton sebagai
berikut :
Ns = Nc
As. fy = Ac . 0,85. fc = bef . h . 0,85. fc
As . f y
h  Bila h > d Garis netral ada di baja
bef . .0,85 . f c
Bila h < d Garis netral ada di beton

h 1680 
 Untuk Penampang Profil berbadan Tak Kompak :  t  
 w
 
fy 

Besar Momen nominal penampang hanya dapat dihitung dengan menggunakan


distribusi tegangan Elastis ( = 0,90).

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 5
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

Dalam analisa distribusi tegangan elastis, diberlakukan transfer Area Methode,


yaitu menjadikan luas penampang beton menjadi penampang baja eqifalen

Es
dengan nilai pembagi (n = rasio elastisitas), n 
Ec
Ac
Didapat luas penampang baja eqifalen Aceq 
n
Dengan Ac = Tebal pelat lantai tertekan x Lebar efektif pelat lantai (d . b ef)
Ac
Luas Penampang Komposit Ak   As
n
Menentukan Letak Garis netral Penampang komposit :
Aceq . 0,5.d  As . hs bef
h  dim ana Aceq  .d , As  Luas penampang profil
Aceq .  As n

1. Garis netral penampang ada di baja (Bila h > d)


Fc’
d
h Yc Fs’
Ys’

Ys

Fs
Besar tegangan pada tiap-tiap bahan dihitung dengan rumus :
Mu.. Yc
Pada Beton : Fc   fc
n . Ik

Mu.. Ys
Pada Baja : Fs   fy dan
Ik

Mu. . Ys'
Fs '   fy
Ik

2. Garis netral penampang ada di beton (Bila h < d) Fc

d h Yc
hs

Ys

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


Fy NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 6
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

Bila terjadi letak garis netral penampang komposit ada di beton, maka ada
sebagaian bagian beton yang tertarik, sehingga tebal pelat beton yang
diperhitungkan hanya setebal d’. Pada kondisi ini, letak garis netral (h) harus
dicari lagi (h = d’)
Besar tegangan pada tiap-tiap bahan dihitung dengan rumus :
Mu.. Yc
Pada Beton : Fc   fc
n . Ik

Mu.. Ys
Pada Baja : Fs   fy
Ik

Dimana :
1 bef
I k  Is  As . ( hs  h) 2  . .d 3
12 n

4.3. Penghubung Geser

4.4. Cara Pelaksanaan (Construction Methode)

Nc .d
Ys’
Yt
Ns’ Ys

Ns

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 7
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

BALOK KOMPOSIT BAJA-BETON


PEMAHAMAN & PERENCANAAN

2.1 Pendahuluan
2.1.1 Pembahasan Umum Struktur Komposit
Aksi komposit atau konstruksi komposit dalam struktur adalah interaksi dari
elemen struktur yang berbeda dan dapat terjadi dengan menggunakan material yang sama
atau berlainan. Termasuk dalam konstruksi komposit adalah balok baja-beton, kolom
baik terbungkus penuh atau sebagian, atau diikat dengan menggunakan ‘shear connector’
dan balok beton.

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 8
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

Konstruksi komposit yang paling umum dalam struktur jembatan adalah komposit
baja-beton dimana baja dan plat beton bertulang (cor ditempat atau prefab) dihubungkan
dengan shear connector sehingga bekerja sebagai satu kesatuan.
Balok baja dapat terbungkus penuh dalam beton, terbungkus sebagian, atau
ditempatkan dibawah plat. Jika selimut beton atau beton pembungkus monolit
mempunyai ketebalan minimum tertentu, ikatan dengan balok baja akan memberikan aksi
komposit dan akan didapat tambahan kekakuan. Untuk menjamin terjadi aksi komposit
maka harus disediakan shear connector berupa stud, tulangan baja, atau bentuk lain yang
dilas pada flens atas dari balok baja dan tertanam dalam plat beton.

2.1.2 Tipe Konstruksi Komposit


Beberapa sistem komposit dari material konstruksi yang sama dan berlainan akan
dibahas disini.
Sistem komposit dari material yang sama adalah:
1. Struktur monolit, misalnya elemen struktur beton cor ditempat (pondasi, kolom,
balok, portal, shear wall, pelat, panel).
2. Struktur komposit, yaitu antara elemen struktur prefab dengan elemen beton cor
ditempat. Contoh: balok beton cor ditempat dengan plat beton bertulang cor ditempat.
3. Struktur orthotropik, terjadi pada balok baja yang berinteraksi dengan plat baja.

2.1.3 Aksi Komposit Vs Non Komposit


Hasil penelitian menunjukan bahwa konstruksi komposit akan kompetitif
dibandingkan dengan struktur baja dan beton bertulang pada struktur dengan bentang
medium dan panjang. Kelebihan konstruksi komposit dengan non komposit bervariasi
tergantung jenis struktur, lokasi, harga material dan pekerja. Tabel 2.1 memperlihatkan
perbandingan tipe-tipe portal komposit yang didesain dengan peraturan Inggris.

Tabel 2.1Perbandingan Berat dan Tinggi dari Bangunan Tiga Bentang dan Enam Lantai
Tipe Portal Berat (%) Tinggi (%)
Elastis non-komposit 100 100
Plastis non-komposit 95 102

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 9
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

Elastis komposit 86 91
Plastis komposit 66 90
Sumber : Desain Struktur Komposit
Keuntungan struktur komposit terhadap komposit dapat diresumekan sebagai
berikut:
1. Tinggi balok baja dapat dikurangi.
2. Kapasitas dapat ditingkatkan.
3. Berkurangnya beban mati akan mengurangi tinggi bangunan keseluruhan, biaya
pondasi, ventilasi, AC, jadi juga akan mengurangi biaya gedung secara keseluruhan.

2.1.4. Peranan Penting dari Transfer Geser dalam Aksi Komposit (Shear
Connector)
Aksi komposit antara baja dan beton memperlihatkan adanya interaksi antara
keduanya dan transfer geser pada sambungan. Balok baja yang terbungkus seluruhnya
oleh beton terdapat luas transfer geser yang cukup besar. Pada balok baja yang
terbungkus beton, terdapat transfer geser yang lebih kecil akibatnya adanya ikatan dan
friksi pada pertemuan baja dan plat lantai. Hal ini tidak dapat diharapkan jika terjadi
beban yang dapat menghilangkan ikatan, misalnya beban siklis. Shear connector
diperlukan untuk memberikan aksi komposit dengan dua tujuan:
1. Mentransfer gaya geser antara baja dan beton, sehingga membatasi geseran pada
sambungan. Hal ini untuk menjamin balok-pelat bekerja sebagai satu kesatuan untuk
menahan lentur longitudinal dengan satu garis netral untuk penampang komposit.
2. Untuk mencegah lendutan keatas antara balok baja dengan pelat beton, yaitu untuk
menghindari terjadinya pemisahan baja dan beton pada arah tegak lurus permukaan
sambungan.

2.1.5 Dasar Perencanaan Elemen Struktur Komposit


Prilaku dan desain elemen struktur komposit untuk berbagai beban dan kondisi
lingkungan harus memperhatikan:
1. Kekuatan: lentur, aksial, vertikal, buckling geser dari flens.
2. Sifat layan: defleksi jangka pendek dan jangka panjang, kontrol retak, pergeseran
longitudal, vibrasi, dan pengaruh fisik.

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 10
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

3. Ragam keruntuhan dan daktilitas: batas keamanan pada kondisi batas yang berbeda.

2.2 Struktur Komposit Baja dan Beton


2.2.1 Material Komposit
Ciri struktur komposit berdasarkan pada sifat interaksi antara struktur elemen baja
dan beton yang dirancang untuk memanfaatkan kekuatan maksimum dari tiap material
dalam menahan beban. Elemen dan sistem komposit yang dihasilkan secara umum
menggambarkan tingkat efisiensi tinggi dalam menahan beban sehingga biaya menjadi
efektif lebih ringan.
Karakteristik terpenting dari struktur baja adalah kekuatan yang tinggi, modulus
elastisitas tinggi, dan daktilitas yang tinggi, yang menghasilkan dimensi elemen
berukuran kecil, bentang bersih yang panjang, dan sifat adaptif yang baik dalam
pembuatan dan penggunaannya. Kelebihan utama lainnya, berhubungan dengan
ringannya baja persatuan luas bangunan, stabilitas dimensional bangunan, kemudahan
untuk dimodifikasi, dan kecepatan pembangunan yang dihasilkan dari prepabrikasi
elemen dan sambungan. Oleh sebab itu fungsi dari struktur baja dalam struktur komposit
diorientasikan kedalam beberapa hal berikut :
- Pelat lantai (Floor framing) yang diperlukan untuk menahan bentang bersih antar
kolom yang panjang dan potensi untuk memodifikasi elemen struktur dikemudian
hari.
- Mengurangi luas penampang kolom yang diperlukan sehingga jumlah kolom lebih
sedikit serta pelaksanaan menjadi lebih cepat.
- Daerah dengan aktivitas gempa tinggi dimana daktilitas yang tinggi dan berat gedung
yang lebih ringan memberikan suatu keuntungan.

Konstruksi beton memiliki sifat tahan api yang baik, daya lekat massa yang tinggi
dan biaya material yang relatif rendah. Konstruksi Beton ini dapat diubah kedalam
bentuk apapun asal dapat menghasilkan konstruksi yang kompleks dan bentuk – bentuk
arsitektural, termasuk bentuk pracetak yang dibuat memiliki bentuk struktural yang
efisien. Penggunaan beton dalam konstruksi komposit menguntungkan pada aplikasi
berikut :

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 11
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

- Pelat lantai, yang mempunyai sifat isolasi pada beton. Pelat lantai beton membentuk
diapraghma horizontal yang kaku, memberikan stabilitas pada sistem bangunan ketika
mendistribusikan kekuatan gempa pada beban lateral yang menahan elemen.
- Kolom, yang mempunyai kuat tekan beton yang digunakan dengan sangat efektif dan
biaya materialnya dapat diperkecil.

2.2.2 Pembebanan Pada Struktur Komposit


Desain elemen struktur komposit harus memperhitungkan sambungan antara
material baja dan beton, yang ditandai dengan interaksinya bergantung waktu, termasuk
pengaruh daya tahan terhadap beban konstruksi sementara, pembagian beban, dan
kesesuaian deformasi. Perubahan selanjutnya dalam pembagian beban dikarenakan
adanya pemuaian dan penyusutan dari beton.
Beban mati (Dead load) meliputi berat sendiri dari semua elemen tetap meliputi
rangka baja, dinding dan kolom beton, selubung beton, plat lantai, lantai baja dan lain
sebagainya.
Beban hidup (Live load) meliputi semua beban yang disumsikan berubah setelah
digunakan pada struktur lengkap. Beban hidup meliputi beberapa lapisan arsitektural,
meubel, partisi, peralatan dan perlengkapan lainnya.
Ada atau tidak adanya penyokong pada saat pemasangan konstruksi
mengakibatkan adanya hubungan langsung antara beban mati dan beban hidup dalam
material komposit. Dulu sistem rangka lantai komposit sering didesain sebagai
sokongan untuk mencegah tegangan lentur berlebihan akibat beban mati pada elemen
konstruksi baja yang disebabkan oleh berat baja dan beton segar. Tetapi, Tegangan tinggi
seperti itu adalah kekhasan dari konstruksi tanpa sokongan ”unshored”. Percobaan pada
balok komposit menunjukkan bahwa redistribusi tegangan berlangsung dalam
penampang komposit ketika mendekati batas maksimum. Kekuatan maksimum
penampang komposit tidak tergantung pada ada atau tidaknya sokongan pada saat
konstruksi. Sebagai hasilnya, seluruh beban yang awalnya diasumsikan, dapat bertindak
berdasarkan penampang komposit keseluruhan, juga pada desain tegangan. Selain itu,
perkiraan defleksi akibat beban mati dari konstruksi harus berdasarkan pada kekakuan
penampang baja itu sendiri.

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 12
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

2.2.3 Sistem Struktur Komposit


Yang termasuk kedalam sistem lantai komposit adalah penyokong balok baja
struktural, balok melintang, gelagar, atau rangka yang dihubungkan oleh sambungan
geser (shear connector) dengan pelat lantai beton untuk membentuk sebuah balok T
efektif yang tahan terhadap beban terutama beban lentur akibat gravitasi. Kemampuan
dari sistem ini diakibatkan oleh sifat kuat dari komponen lantai beton itu, kemampuan
jarak bentang baja, dan kemampuan elemen baja. Keuntungan dari sistem lantai komposit
yaitu efisien dalam biaya material, tenaga kerja dan waktu pekerjaan.
2.2.3.1 Pelat Lantai
Pelat lantai komposit adalah sistem pelat lantai yang terdiri dari lembaran tipis
baja berprofil atau bergelombang yang dikombinasikan dengan campuran beton (Gambar
2.1). Lembaran baja tersebut berfungsi untuk bekisting tetap dan sebagai pengganti
tulangan tarik.
pelat beton
tulangan

penghubun
g geser

Lembaran
baja
Embossments
balok baja

Gambar 2.1 Pelat Komposit

Menurut SNI-LRFD 13.1, lebar effektif pelat lantai (bE) seperti pada Gambar 2.2
yang membentang pada masing-masing sisi dari sumbu balok adalah :
1
- bE ≤ 8 dari bentang balok jarak antara tumpuan ;
- bE ≤ ½ jarak bersih antara sumbu balok-balok
b
yanh bersebelahan;
- bE ≤ jarak ke tepi pelat. b/n
(b/n)eff

t=to

N.A.(full)
h
N.A.(Partial) d
Politeknik Negeri Bandung
Yb Moeljono
Yeff
As NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 13
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

Gambar 2.2 Pelat Komposit

Aksi komposit antara pelat lantai baja gelombang dengan pelat beton dapat
terbentuk melalui lekatan kimia dan friksi aktif antara kedua material, kekangan pasif,
profil dek dan adanya bentuk geometris yang khas pada lembaran bajaserta mampu pula
menahan gaya geser yang terjadi.

2.2.3.2 Lembaran Baja Bergelombang (Deck)


Untuk dek baja bergelombang yang menahan beban lentur, SNI 03-1729-2002
[2002:88] seperti yang terlihat pada Gambar 2.3 memberikan persyaratan sebagai
berikut :
1. Tinggi nominal gelombang hr ≤ 75 mm (3 in)
2. Lebar rata-rata gelombang wr ≥ 50 mm (2 in)
3. Pelat beton harus disatukan dengan balok baja melalui penghubung geser jenis paku
yang dilas, diameter penghubung geser ds ≤ 20 mm
4. Ketebalan pelat beton di atas dek baja ≥ 50 mm

Gambar 2.3 Persyaratan Untuk Dek Baja Bergelombang dan Penghubung Geser Jenis Paku

Umumnya pelat beton komposit bekerja sebagai pelat satu arah yang
membentang di antara balok-balok penyangga. Pelat dalam konstruksi komposit
tidak hanya sebagai pelat untuk menahan beban hidup melainkan juga sebagai

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 14
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

bagian dari balok. Dalam hal ini pelat bekerja sebagai pelat penutup untuk flens
atau balok baja yang akan menambah kekuatan balok.
Fungsi dari lembaran baja bergelombang (deck) adalah :
- Sebagai Platform kerja konstruksi
- Sebagai perancah untuk pelat beton.
- Sebagai perkuatan pada dasar pelat.
Ketebalan lembaran bervariasi dari 0,75 – 1,5 mm (0,0295-0,0591in) Ketinggian
deck bervariasi dari 38-80 mm (1,496-3,149 in).
 Pelat Lantai Komposit United Steel Deck (USD)
Perancangan pelat lantai menggunakan bantuan tabel perancangan pelat lantai
komposit produksi United Steel Deck (USD)dari PT. Gunung Garuda, tabel tersebut telah
memperhitungkan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Menggunakan atau tidak menggunakan sokongan sementara (temporary shores) pada
proses konstruksi.
2. Digunakan tulangan susut dan suhu wire mesh dengan rasio sebesar 0,00075 x luas
beton (0,00075 Ac) di atas dek baja, dipasang sejarak ¾ in hingga 1 in dari atas
permukaan beton.
3. Lendutan dan beban terfaktor yang diperhitungkan:
a. Pada saat proses konstruksi, lendutan diakibatkan oleh berat sendiri beton basah,
dek baja, dan beban konstruksi 20 psf yang telah dikalikan dengan faktor
pembebanan masing-masing sebesar 1,6; 1,2; dan 1,4. besarnya lendutan yang
diperhitungkan adalah L/180 atau ¾ in (yang lebih menentukan).
b. Setelah beton mengeras, aksi komposit terjadi, lendutan yang diperhitungkan
adalah sebesar L/360. beban terfaktor sebesar 1,2 untuk beban mati (dead load)
dan 1,6 untuk beban hidup (superimposed live load) telah diperhitungkan.
4. Pelat diperlakukan sebagai pelat satu arah dengan tumpuan sederhana, tidak terdapat
momen negatif pada tumpuannya, sehingga tidak diperlukan tulangan negatif.
 Prinsip Perencanaan
Ketika merencanakan pelat komposit, dua keadaan struktur harus diperiksa:
pertama, keadaan sementara saat pelaksanaan, ketika hanya lembaran yang menahan
beban yang bekerja; kedua, keadaan permanen, setelah beton yang terikat pada baja
memberikan aksi komposit.

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 15
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

Keadaan batas dan pembebanan yang relevan harus dipertimbangkan untuk kedua
kondisi perencanan tersebut.
a. Lembaran berprofil sebagai acuan
Diperlukan verifikasi pada keadaan batas (ultimate) dan keadaan beban layan dengan
memperhatikan keamanan dan sifat layan dari lembaran berprofil sebagai perancah
untuk beton basah. Efek dari semua sokongan pertama yang digunakan selama
pelaksanaan, harus disertakan dalam perhitungan pada kondisi perancangan ini.
b. Pelat Komposit
Diperlukan verifikasi pada keadaan batas dan keadaan beban layan dengan
memperhatikan keamanan dan sifat layan dari pelat beton setelah perilaku komposit
bekerja dan semua sokongan dilepaskan.

2.2.3.3 Sambungan Baja Beton


Ikatan antara pelat beton dan lembaran berprofil harus mampu menyebarkan geser
longitudinal pada permukaan baja dengan beton. Pada Gambar 2.4, sambungan ini bisa
dibuat dalam satu cara atau lebih seperti berikut :
 Dengan menyertakan bentuk rusuk yang menghasilkan ikatan melalui friksi (lihat
Gambar 2.4 (a,b)).
 Dengan takikan pada flens atau rusuk lembaran baja tersebut (Gambar 2.4 (c)).
 Dengan memberi angkur pada ujung pelat, yang terdiri dari sambungan stud yang
dilas sepanjang lembaran (Gambar 2.4 (d)), sambungan geser shot-fired (Gambar 2.4
(e)), atau oleh deformasi rusuk (Gambar 2.4 (f)).

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 16
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

(e) (f)

Gambar 2.4 Bentuk Umum Kuncian Pada Pelat Komposit


2.2.3.4 Pembebanan Pada Struktur Pelat Komposit
Beban dan gaya-gaya yang harus ditinjau untuk keadaan ultimate dan layan,
diberikan dalam SNI 03 – 1729 – 2002.
Untuk keadaan dimana lembaran berprofil sebagai perancah, beban-beban berikut
harus diperhitungkan dengan mempertimbangkan semua efek sokongan:
o Berat sendiri lembaran berprofil
o Berat beton basah
o Beban selama pelaksanaan
o Beban penyimpanan sementara
Beban pelaksanaan menunjukkan berat pekerja, semua beban yang terjadi pada
saat pengecoran beton, dan juga yang dimasukkan kedalam perhitungan adalah getaran
atau semua pengaruh yang terjadi selama pelaksanaan. menurut SNI 03 – 1729 – 2002,
nilai representatif dari beban pelaksanaan (termasuk semua beban kelebihan pada beton)
dapat diambil sebesar 1,5 kN/m2, tersebar dalam luasan 3 x 3 meter (atau bentang
lembaran, jika lebih kecil) dan 0,75 kN/m2 pada sisa permukaan perancah.
Untuk keadaan dimana baja dan beton beraksi komposit, beban yang beraksi pada
pelat harus mengikuti SNI 03 – 1729 – 2002.
- berat sendiri pelat (lembaran berprofil dan beton)
- berat finishing lantai
- beban hidup
Untuk keadaan beban layan, nilai beban dengan durasi yang panjang diperlukan
untuk perhitungan deformasi yang menyertakan perhitungan rangkak dan susut beton.

2.3 Balok Komposit


2.3.1 Sistem dan Komponen

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 17
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

Balok komposit telah lama dikenal sebagai elemen struktur yang paling ekonomis
untuk bangunan sistem lantai yang terbuat dari pelat beton dan profil baja pendukung.
Konstruksinya yang aman, kekuatannya yang luar biasa dan perbandingan kekakuan
dengan bebannya yang tidak ada duanya, serta karakteristik tahan terhadap api yang
menguntungkan membuat balok komposit menjadi komponen sistem yang istimewa
dalam penggunaannya
Tiga balok komposit yang tradisional telah dikembangkan selama bertahun-tahun
untuk menemukan batasan maksimum dan untuk memenuhi kompleksitas instalasi
mekanikal, elektrikal dan komunikasi seperti balok komposit dengan web terbuka,
komposit joists dan truss serta balok stub (Gambar 2.5). Sistem ini bertujuan untuk
mendapatkan perbandingan tinggi dan lebar penampang yang besar pada saat menahan
beban lentur yang diterima oleh struktur.
Ketiga komponen pada sistem lantai komposit terdiri dari balok, pelat dan
sambungan yang masing-masing mempunyai karakteristik material berbeda.

Balok komposit dengan web terbuka

Balok komposit joist dan truss

Balok komposit dengan stub girder system

Gambar 2.5 Balok Komposit

Beton yang digunakan untuk lantai sangat bervariasi dari beton ringan sampai
beton normal. Karakteristik dari struktur beton normal sudah banyak dikenal dan tidak

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 18
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

dibahas disini. Karena membutuhkan batasan berat sendiri, beton ringan memenuhi
spesifikasi untuk dapat digunakan pada lantai komposit. Beton ringan mempunyai batas
kekuatan yang sama yaitu 21-35 MPa (3-5 ksi) dan mempunyai karakteristik tegangan
tekan yang sama dengan beton normal. Meskipun beberapa beton ringan mempunyai
kapasitas tahanan geser yang lebih rendah, batas kapasitas lentur pada elemen ini
mempunyai kesamaan dengan kekuatan beton normal. Walaupun tulangan rapat dan pelat
tipis, pada pelat harus diperiksa gaya geser longitudinal, ketika retak terjadi sepanjang
tulangan atas.
Karakteristik daya layan pada beton ringan dan beton normal sangat dipengaruhi
oleh rangkak dan susut, perkembangan terakhir dibuat berpori, agregat kasar yang
mempunyai daya serap tinggi dan modulus elastisitas yang rendah, keduanya dapat
mempunyai pengaruh yang penting terhadap daya layan dalam jangka panjang.
Elemen baja dan pelat beton secara mekanis sering kali dihubungkan dengan
menggunakan stud baja yang di las pada bagian atas flens pada balok baja (Gambar 2.6)

Sambungan Stud

Sambungan Canal

Gambar 2.6 Tipe Sambungan Geser


Tipe lain dari sambungan geser antara lain baja kanal, tulangan yang dibengkokan
dan pelat yang dilas langsung pada bagian atas balok baja. Kebanyakan lantai komposit
dibuat dengan pelat beton yang di cor pada lembaran baja yang digunakan sebagai acuan
dan perancah.

2.3.2 Aksi Komposit


Pada balok komposit, penampang IWF dihubungkan dengan pelat beton. Pada
umumnya, diasumsikan bahwa balok komposit mendapatkan beban lentur dimana balok

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 19
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

baja menahan gaya tarik dan pelat beton menahan gaya tekan. Untuk menyalurkan geser
horizontal pada permukaan (interface) antara balok baja dan pelat beton dapat melalui
adhesi, gesekan dan tahanan. Kecuali untuk penampang baja yang diselimuti oleh beton,
adhesi dan gesekan pada umumnya diabaikan dikarenakan kurang tahan uji. Diasumsikan
bahwa untuk kebanyakan balok komposit, sambungan gesernya diperoleh dari elemen
baja yang dilas pada balok baja dan tertanam dalam beton Gambar 2.7. Elemen ini
mentransfer gaya antara balok baja dengan sambungan geser dan antara sambungan
tersebut dengan pelat beton melalui daya dukung.
Tulangan baja

Shear
connector

Balok
komposit

Gambar 2.7 Aksi Komposit


Tingkatan sambungan yang diberikan pada permukaan (interface) pelat beton
dengan balok baja menghasilkan serangkaian peningkatan perilaku.
1 Pada suatu kondisi ekstrim dapat diasumsikan bahwa tidak ada sambungan sama
sekali. Respon pelat beton dan balok baja terhadap pembebanan secara independen
dan kekuatan luar biasa yang dapat diandalkan diberikan oleh kapasitas plastis dari
balok itu sendiri (Gambar 2.8). Hal ini juga terjadi pada struktur baja yang tidak
mendapatkan sambungan mekanis antara balok dan pelatnya. Pada kenyataannya
kebanyakan struktur ini cenderung menerima beban sebagai komposit pada tingkat
layan karena gaya friksi dan adhesi. Tipe konstruksi ini jarang digunakan saat ini
karena biaya untuk pemasangan sambungan mekanis biasanya lebih rendah daripada
biaya pemasangan penampang balok baja yang lebih besar yang mampu menerima
berat sendiri.

Bebas bergerak
secara vertikal

Bebas untuk
bergeser

Bentuk deformasi Distribusi tegangan


Politeknik Negeri Bandung Moeljono
NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 20
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

Gambar 2.8 Balok Tanpa Aksi Komposit

2. Pada kondisi ekstrim yang lain kita dapat mengasumsikan terjadi aksi komposit
penuh (Gambar 2.9). Balok baja dan pelat beton merespon sebagai satu kesatuan
karena tidak adanya pemutusan tegangan pada permukaan (interface). Aksi komposit
penuh memerlukan sambungan yang mempunyai gaya geser, lentur dan kekakuan
axial yang tak terbatas. Karena tidak ada sambungan geser mekanis yang mampu
memberikan tingkat kekakuan sambungan sempurna ini menjadi tidak praktis. Tetapi,
sebagian kecil pergeseran (slip) pada permukaan (interface) dan pelat beton tidak
akan memberikan pengaruh yang berarti pada kapasitas penampang sehingga
sambungan dapat mentransfer geser maksimum yang diperlukan. Desain paling
ekonomis untuk sistem ini adalah satu-satunya yang mampu mentransfer sambungan
sebagai gaya geser yang lebih kecil daripada kapasitas tarik pada balok baja A sFy atau
kapasitas tekan pada beton 0,85 AcFc.
Tidak
bergeser

Bentuk deformasi Distribusi tegangan

Gambar 2.9 Balok Dengan Aksi Komposit Penuh

3. Pada Gambar 2.10, kondisi antara tanpa aksi komposit dengan aksi komposit
penuh terdapat kondisi aksi komposit parsial.

Bergeser
sebagian

Bentuk deformasi Distribusi


tegangan
Gambar 2.10 Balok Dengan Aksi Komposit Parsial

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 21
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

Pada kasus ini jumlah sambungan yang diberikan lebih kecil dari AsFy dan 0.85 AcFc.
Kekuatan yang diberikan oleh interaksi parsial dapat diambil sebagai interpolasi linear
antara tanpa aksi komposit dengan aksi komposit penuh.

Momen
Eksak

M komposit

M baja
Interpolasi
Minimum linier
Interaksi (25%)

Tingkatan Interaksi (%)

Gambar 2.11 Kapasitas vs Tingkatan Interaksi


Aksi komposit parsial banyak digunakan karena pada beberapa kasus penampang
balok baja lebih besar daripada batas minimum yang diperlukan untuk aksi komposit
penuh sedangkan untuk jumlah sambungan geser dapat disesuaikan dengan batas
keperluan minimum yang diperlukan. Karena tingkatan daktilitas diperlukan setelah
penampang mencapai kapasitas desainnya seperti pada Gambar 2.11, maka peraturan
membatasi jumlah minimum interaksi sampai dengan antara 25 - 50 % sebagai aksi
komposit penuh dan merupakan persentasi interaksi yang sangat rendah untuk bisa
menghasilkan kegagalan geser tiba-tiba pada sambungan.

2.3.3 Sambungan Geser (Shear Connection)


Sambungan geser pada permukaan baja-beton merupakan elemen yang sangat
penting untuk terjadinya aksi komposit pada struktur. Analisis yang akurat menjelaskan
bahwa kekuatan sambungan geser diperlukan untuk perhitungan kekuatan yang presisi
pada balok komposit. Berbagai macam sambungan geser telah banyak digunakan, tetapi

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 22
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

jenis sambungan dengan stud paling banyak digunakan pada dunia konstruksi saat ini.
Pada dasarnya semua sambungan geser dirancang untuk dapat menahan gaya geser
horizontal yang terjadi pada permukaan antara balok baja dengan plat beton.
Beberapa tipe shear connector telah digunakan untuk menahan gaya geser
longitudinal dan pergeseran vertikal, diantaranya adalah jenis penghubung geser yang
kaku, fleksibel, tipe pengikat, dan baut friksi kekuatan tinggi. Secara garis besar,
connector dapat dibagi dua yaitu: kaku dan fleksibel. Tipe penghubung kaku dan kanal
(Gambar 2.12 a,b) terbatas pada transfer geser satu arah, sedangkan connector jenis las
stud (Gambar 2.12 c) dapat menahan dan mentransfer gaya geser dalam kedua arah tegak
lurusnya.

a. penghubung geser kaku dengan tulangan baja b. penghubung geser flexibel dengan profil
Channel

c.. penghubung geser flexible dengan stud d. penghubung geser dengan baut friksi

Gambar 2.12 Tipe – tipe Penghubung Geser


Gaya geser horizontal yang terjadi diantara pelat beton dan balok baja selama
pembebanan harus ditahan sedemikian rupa sehingga gelincir dapat dikekang.
Penampang yang sepenuhnya komposit tidak akan mengalami gelincir pada permukaan
antara beton dan bajanya. Meskipun lekatan dapat terjadi antara baja dan betonnya,
namun tidak dapat diperkirakan dengan pasti kekuatan geser pada bidang pertemuan
tersebut. Demikian pula gesekan diantara pelat beton dan balok baja juga tidak
menghasilkan kekuatan yang sedemikian. (Salmon, Charles G.,1996:593).
Seluruh gaya geser horizontal pada bidang kontak antara balok baja dan pelat
beton harus disalurkan oleh penghubung-penghubung geser. Untuk aksi komposit dimana

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 23
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

beton mengalami gaya tekan akibat lentur, gaya geser horisontal total yang bekerja pada
daerah yang dibatasi oleh titik-titik momen positif maksimum dan momen nol yang
berdekatan harus diambil sebagai nilai terkecil dari: (SNI 03-1729-2002:91)
1. 0.85 f’c Ac
2. AsFy
3. ΣQn
Kekuatan nominal sambungan geser dengan stud (Gambar 2.12.c) yang ditanam di dalam
pelat beton masif adalah :
Qn = 0.5 Asc f 'c Ec ≤ Asc fusc (Pers 2.1)
Dengan:
Asc : Luas penampang sambungan geser jenis paku (mm2)
fusc : Tegangan putus penghubung geser jenis paku (Mpa)
Qn : Kekuatan nominal sambungan geser (N)
Untuk penghubung geser jenis paku yang ditanam didalam pelat beton yang
berada diatas dek baja bergelombang, nilai Qn = 0.5 Asc f 'c Ec harus dikalikan dengan
faktor reduksi Rs sebesar (SNI 03-1729-2002:92)
a. Gelombang dek yang arahnya tegak lurus terhadap balok baja penumpu

0.85  wr   H s  
Rs =      1.0  1.0 (Pers 2.2)
N r  hr   hr  
b. Gelombang dek yang arahnya sejajar terhadap balok baja penumpu

 wr   H s  
Rs = 0.6     1.0  1.0 (Pers 2.3)
 hr   hr  
Dengan:
Rs : Faktor reduksi
Nr : Jumlah sambungan geser pada setiap gelombang pelat berprofil di perpotongan
dengan balok
Hs : Tinggi sambungan geser ≤ (hr + 75 mm)
hr : Tinggi nominal gelombang pelat baja berprofil
wr : Lebar efektif gelombang pelat baja berprofil

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 24
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

Jumlah penghubung geser yang diperlukan pada daerah yang dibatasi oleh titik
momen lentur maksimum, positif atau negatif dan momen nol yang berdekatan adalah
sama dengan gaya geser horizontal total Vh yang bekerja dibagi dengan kuat nominal satu
sambungan geser Qn.
Vh
N (Pers 2.4)
Qn

2.3.4 Preliminary Design Balok


Perencanaan awal balok (preliminary design balok) dihitung dengan suatu ukuran
dan syarat sehingga didapatkan suatu dimensi awal sebagai acuan. Ukuran atau syarat
tersebut adalah :
1. Menghitung beban yang bekerja pada balok, wu
2. Menghitung momen yang terjadi pada balok akibat beban
1
Mu  wu .L2 (Pers 2.5)
8
3. Menghitung modulus plastis balok Zx ada
Mu
Zx ada  (Pers 2.6)
 u Fy

4. Dengan menggunakan grafik momen dan panjang bentang balok (Lb) pada SNI-
LRFD, maka akan didapat profil balok. Syarat yang harus ditentukan pada profil
tersebut adalah modulus plastis profil Zx lebih besar dari modulus plastis yang ada :

Zx > Zx ada (Pers 2.7 )

2.3.5 Perancangan Balok Komposit


Pada perancangan struktur balok komposit, terlebih dahulu mengetahui ketentuan
umum untuk perancangan balok komposit dan batang lentur, menentukan balok kompak
atau tidak kompak, momen nominal balok, kuat lentur balok, dan kuat geser balok.

2.3.6 Ketentuan Umum Balok Komposit


Ketentuan balok komposit adalah sebagai berikut :

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 25
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

1. Pada balok tanpa penyokong sementara, beban yang bekerja sebelum beton
mengeras hanya ditahan oleh balok baja saja sehingga baja harus memiliki kekuatan
yang cukup. Setelah beton mengeras, beban ditahan oleh penampang komposit. Beton
dianggap mampu menahan beban bila telah mengeras dan mencapai 75% dari kuat
tekannya (f’c).
2. Balok yang disokong selama proses konstruksi, beban yang bekerja ditahan oleh
penyokong, setelah penyokong dibongkar maka penampang bekerja secara komposit
dalam menahan beban.
3. Pada analisis plastis, semua beban yang bekerja ditahan oleh penampang
komposit, dimulai ketika kekuatan plastis tercapai sampai terjadi kelelehan pada
lokasi sendi plastis.
4. Balok komposit dengan shear connectors, analisis plastis dapat digunakan apabila
penampang baja pada daerah momen positif adalah kompak. Ketika penampang baja
pada lokasi momen negatif, beban ditahan oleh baja saja, kekuatan penampang
komposit tidak bekerja.
5. Untuk balok komposit penuh, jumlah penghubung geser (shear connector) harus
memadai agar balok mencapai kuat lentur maksimum.
6. Balok komposit parsial, kuat lentur yang ditahan oleh balok komposit tidak
mencapai kekuatan penuh sebab tergantung dari jumlah shear connector yang
terpasang.

2.3.7 Ketentuan Batang Lentur


Ketentuan batang lentur adalah sebagai berikut :
1. Lebar efektif pelat beton, lebar efektif yang membentang pada kedua sisi dari
sumbu balok tidak boleh lebih dari:
a. seperdelapan dari bentang balok (jarak antar tumpuan)
b. setengah jarak bersih antara sumbu balok yang bersebelahan
c. jarak ke tepi pelat
2. Kuat lentur positif rencana balok (bMn), ditentukan sebagai berikut:
Kuat lentur positif rencana Mn balok komposit dengan penghubung geser ditentukan
sebagai berikut Charles G. Salmon, John E. Johnson [1996, hal. 588]):

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 26
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

a. Untuk h/tw < (1680/ f yf )


(2.8)

Maka Mn berdasarkan distribusi tegangan plastis pada penampang komposit dan


b = 0,85

b. Untuk h/tw > (1680/ f yf ) (2.9)


Mn berdasarkan superposisi tegangan-tegangan elastis yang memperhitungkan
pengaruh tumpuan sementara (perancah) dan b = 0,90
dengan :

h = tinggi bersih badan profil baja (mm)


tw = tebal pelat badan profil baja (mm)
fyf = tegangan leleh bagian pelat sayap profil baja (MPa)
3. Kuat lentur negatif rencana balok (bMn), dihitung untuk penampang baja saja,
dengan ketentuan seperti dalam perencanaan balok baja secara plastis (LRFD).
4. Lendutan pada balok terjadi pada saat proses konstruksi dan setelah aksi komposit
terjadi beton mengeras.
a. Pada saat proses konstruksi, beton belum mengeras, beban-beban yang
diperhitungkan untuk menghitung lendutan pada balok adalah berat sendiri balok
baja, berat beton basah, dan beban hidup konstruksi.
b. Sedangkan pada saat setelah beton mengeras, beban-beban yang
diperhitungkan adalah beban mati (berat sendiri pelat, balok, dan beban
superimposed dead load seperti: partisi, utilitas, plafon, finishing lantai, dan
sebagainya) dan beban hidup (sesuai dengan fungsi bangunannya).

2.3.8 Menentukan Apakah Balok Kompak atau Tidak Kompak


Definisi balok kompak dan tidak kompak adalah:
1. Penampang kompak
Penampang kompak adalah penampang yang mampu mengembangkan
distribusi tegangan plastis secara penuh sebelum terjadi tekuk. Yang
dimaksud plastis disini adalah tegangan yang terjadi seluruhnya sebesar
tegangan leleh. Supaya batang tekan dapat dikelompokkan sebagai kompak
maka flens harus tersambung secara menerus pada salah satu atau kedua

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 27
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

b
webnya dan rasio lebar dan tebal dari elemen tekan tidak boleh lebih
t
besar dari nilai rasio batas  p (Tabel 2.2)

2. Penampang non kompak


Penampang non kompak adalah penampang yang dapat mencapai tegangan
leleh pada sebagian penampangnya tetapi tidak pada semua elemen
tekannya sebelum terjadi tekuk. Artinya, pada penampang non-kompak tidak
terjadi distribusi tegangan secara penuh. Penampang non kompak
mempunyai rasio lebar-tebal lebih besar dari  p tetapi lebih kecil dari  r
(Tabel 2.2)

Tabel 2.2 Rasio Penampang Batang Tekan pada Profil I

Uraian Rasio Batas rasio lebar terhadap ketebalan


() p (kompak) r (tidak kompak)
Pelat sayap profil I dan kanal bf 2t 65 Fy 141 Fy  10
f
dalam lentur
Pelat sayap profil I hybrid atau bf 2t 162
f
tersusun dengan las akibat lentur ( F yf  16 ,5 ) kc

Bagian pelat badan dalam h tw untuk Pu φb Py  0,125


kombinasi tekan dan lentur
640  2, 75 Pu 
1  
Fy  b Py 
untuk Pu φb Py  0,125 970  Pu 
1  0 , 74 
Fy  b Py 
191  P  253
 2,33  u  
Fy  b Py  Fy

Sumber AISC - LRFD


ketjerangan:
bf = lebar flens
Fy = kuat leleh profil
Fyf = kuat leleh pelat sayap
h = tinggi web
4
kc = , tetapi 0,35  k c  0,763
h tw

Pu = gaya aksial yang bekerja


tf = tebal flens
tw = tebal web
bPy = gaya aksial desain

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 28
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

2.3.9 Kekuatan Lentur Positif


Kuat lentur positif berdasarkan distribusi tegangan plastis dapat dibagi menjadi
dua kategori umum, yaitu :
1. Sumbu netral plastis (PNA) terjadi pada beton (slab)
dengan asumsi nilai a<ts.
2. Sumbu netral plastis terletak pada penampang baja.
Bila PNA terletak pada penampang baja, perhitungan kuat lentur positif Mn akan
berbeda tergantung pada apakah PNA itu terdapat pada pelat sayap atau pada pelat
badan. dengan asumsi nilai a>ts.
1. Sumbu Netral Plastis (PNA) di Daerah Beton
Sumbu netral plastis terletak di daerah beton ditunjukkan pada Gambar 2.13
sebagai berikut:

bE
0,85 fc

C
a
c
tc
PNA
d1

d/2
T
d

d/2

Fy

Gambar 2.13 Garis Netral Plastis di Daerah Beton

Untuk kuat lentur positif dihitung berdasarkan distribusi tegangan plastis, gaya
tekan beton C dihitung berdasarkan nilai terkecil dari (SNI-LRFD)
C = A s fy (Pers 2.10)
C = 0,85f’cAc (Pers 2.11)
C = Q n (Pers 2.12)
dengan :
As = luas penampang profil baja
fy = tegangan leleh profil baja
f’c = kuat tekan karakteristik beton
Ac = luas penampang beton
Qn = jumlah kekuatan penghubung-penghubung geser yang dibatasi oleh momen

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 29
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

maksimum dan momen nol

Pada balok komposit penuh, besarnya gaya tekan beton C ditentukan oleh nilai
terkecil dari Asfy dan 0,85f’cAc. [Charles G salmon (hal.589 )] Hal ini menyatakan bahwa
nilai C seringkali dibatasi oleh kekuatan dari balok bajanya sendiri. Karena itu, nilai C
hanya ditentukan oleh besarnya Asfy. Sehingga nilai gaya tekan beton dapat dirumuskan
sebagai berikut :

C = Asfy = 0,85f’cbE a (Pers 2.13)

Dari rumus kuat lentur tersebut dapat ditentukan nilai a, dengan rumus sebagai berikut:

As f y
a (Pers 2.14)
0,85 f ' c bE

Pada balok komposit parsial, nilai Qn membatasi besarnya gaya tekan beton C. Sehingga
nilai gaya tekan beton dapat dirumuskan sebagai berikut:
C = Qn = 0,85f’cbEa (Pers 2.15)
Q n
a (Pers 2.16)
0,85 f ' c bE

Sehingga, perhitungan kuat lentur nominalnya yaitu :


d a
Mn = Mp = C d1 = T d 1= As fy   tc   (Pers 2.17)
2 2

Kuat lentur (positif) rencana : Øb Mn (Pers 2.18)

2. Sumbu Netral Plastis Terletak di Bagian Sayap Atas Profil Baja


Sumbu netral plastis terletak di bagian sayap atas profil baja ditunjukkan pada
Gambar 2.14 sebagai berikut:

bE 0,85 fc

Cc
Cc
a
tc
PNA Cs
Cs
d2'
d2''
y ' T
d
y

fy fy
bf

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 30
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

Gambar 2.14 Garis Netral Plastis Terletak Dibagian Sayap Atas Profil
Kasus ini terjadi bila : Co > T o
dengan:
Co = 0,85 f’c. bE .a + Af .fy (Pers 2.19)
To = fy ( As – Af ) (Pers 2.20)
Af = luas pelat sayap atas
Jarak dari garis netral plastis ke serat atas pelat sayap atas baja, y, dapat dihitung melalui
persamaan keseimbangan gaya C dan T :
C = T = Cc + Cs (Pers 2.21)
= 0,85 f’c. bE. a + bf. .y’. fy
As fy  (0,85 f ' c.bE .a)
Maka, y’ = (Pers 2.22)
bf . fy

Kuat lentur nominal dihitung sebagai momen lentur yang dihitung terhadap garis netral
plastis :
Mn = Mp =Cc.d2’+Cs.d2”
dengan:
d 2'  d  y  y ' / 2 (Pers 2.23)
d 2"  d  y  t c  a / 2

(Pers 2.24)
As d / 2  b f y ' ( d  y ' / 2)
y (Pers 2.25)
As  b f y '

Kuat lentur (positif) rencana : Øb Mn (Pers 2.26)

3. Garis Netral Plastis Terletak di Bagian Badan Profil Baja


Sumbu netral plastis terletak di bagian badan profil baja ditunjukkan pada
Gambar 2.15 sebagai berikut:

bE 0,85 fc

Cc

tc
Cs y ' PNA
d2'

d2"
d
T
y

fy fy

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 31
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

Gambar 2.15 Garis Netral Plastis Terletak Di Bagian Badan Profil Baja
Pada gambar bekerja gaya tekan Cc (pada slab beton) dan Cs (pada profil baja), dengan
rumus sebagai berikut :
Cc = 0,85 f’c beff a (Pers 2.27)
Cs = Asc fy = ( As – Ast ) fy (Pers 2.28)
dengan :
Asc = luas profil baja yang tertekan
Ast = luas profil baja yang tertarik.
Dengan prinsip keseimbangan, diperoleh rumus:
T’ = T – Cs = As fy – Asc fy (Pers 2.29)
atau
T’ = Cc + Cs (Pers 2.30)
Maka gaya tekan pada baja Cs dirumuskan sebagai berikut :
Cs = As fy – T’ = As fy – Cc – Cs (Pers 2.31)
As f y  C c As f y  0,85 f ' c bE t
Cs = = (Pers 2.32)
2 2
Kuat tarik nominal dapat dihitung sebagai momen terhadap garis kerja gaya tarik, T :
Mn = Mp= Cc d2’ + Cs d2” (Pers 2.33)
dengan :
d 2'  d  y  y1 (Pers 2.34)
d 2"  d  y  t s  a / 2

(Pers 2.35)
As d / 2  [ A f (d  t f / 2)  y ' t w (d  t f  y ' / 2)]
y (Pers 2.36)
As  ( A f  Y ' t w )

A f (t f / 2)  t f  y ' t w (t f  Y ' / 2)
y1  (Pers 2.37)
A f  y' t w

Af  b f t f (Pers 2.38)
Kuat lentur (positif) rencana : Øb Mn (Pers 2.39)

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 32
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

2.3.10 Kekuatan Lentur Negatif


Pada balok komposit tumpuan sederhana, nilai titik momen nol terletak pada
tumpuannya. Sedangkan pada daerah tumpuan interior balok komposit menerus terjadi
momen negatif yang mengakibatkan pelat beton dalam kondisi tarik. Dengan asumsi
pelat beton tidak dapat menahan tarik, maka pada daerah momen negatif ditahan oleh
balok baja dan tulangan longitudinal yang dipasang di sepanjang daerah lebar efektif
pelat beton bE.

Kuat lentur negatif dapat dihitung dengan dua cara sebagai berikut :

1. Kuat lentur sepenuhnya disumbangkan dari kuat lentur penampang baja saja dengan
mengabaikan aksi komposit (beton tidak diperhitungkan). Cara ini adalah konservatif.
Kuat lentur ditentukan dengan prosedur perhitungan kuat lentur balok baja, dengan
nilai  b = 0,90.
2. Kuat lentur negatif rencana b M n dapat dihitung dengan mengambil  b = 0,85 dan
Mn yang besarnya ditentukan berdasarkan distribusi tegangan plastis pada penampang
komposit, (Gambar 2.16) selama hal-hal berikut dipenuhi (LRFD-SNI) :
a. Balok baja mempunyai penampang kompak dan
diberi pengaku yang memadai
b. Pelat beton dan balok baja di daerah momen
negatif harus disatukan dengan shear connector (penghubung geser).
c. Tulangan pelat yang sejajar dengan balok baja
di sepanjang daerah lebar efektif pelat beton harus diangkur dengan baik.

bE
fyr

tc/2 Tsr
tc
Ts PNA

y3 d3"
d3'
Cs
d

Politeknik Negeri Bandung fy fy Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 33
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

Gambar 2.16 Penampang Yang Mengalami Kuat Lentur (Momen) Negatif


Dengan menggunakan prinsip kesetimbangan :
Tsr (tarik-tulangan) + Ts (tarik-profil baja) = Cs (tekan-profil baja)
Nilai Tsr diambil sebagai nilai yang terkecil diantara :
 Ar fyr, dan (Pers 2.40)
 ∑ Qn (Pers 2.41)

Gaya tekan nominal maksimum dalam penampang balok baja


Cmax  As f y (Pers 2.42)
Dari persamaan kesetimbangan:
C s  Tsr  Ts , dan (Pers 2.43)
C s  C max  Ts (Pers 2.44)

Maka diperoleh:
Cmax  Tsr
Ts  (Pers 2.45)
2
dimana Tsr  Asr f yr (Pers 2.46)
Letak garis netral penampang (PNA) ditentukan dengan asumsi bila nilai Cmax lebih besar
dari Tsr, maka PNA terletak di dalam baja.
Diasumsikan PNA berada di flens atas penampang baja, maka dapat ditentukan :

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 34
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

Ts
Jarak serat atas pelat sayap ke PNA = Y3 = b f (Pers 2.47)
f y

As ( d / 2)  b f Y3 (d  y 3 / 2)
y (Pers 2.48)
As  b f y 3

Kuat lentur nominal negatif ditentukan dengan rumus sebagai berikut :


b Mn = Mn1 + Mn2 (Pers 2.49)
dimana:
Mn1 = Tsr.d3’ = Asr f yr (d  y  ts  ts / 2) (Pers 2.50)
As f y  Asr f yr
Mn2 = Ts.d3” = ( d  y  Y3 / 2) (Pers 2.51)
2

2.3.11 Balok Komposit Tanpa Sokongan Sementara


Balok komposit tanpa sokongan sementara terlihat pada Gambar 2.17 berikut ini :

Gambar 2.17 Balok Komposit Tanpa Sokongan Sementara

Pada Gambar 2.17 dapat dijelaskan bahwa selama pekerjaan berlangsung


penampang baja dibebani oleh berat sendiri beton, sehingga penampang baja tertekan dan
berdeformasi. Sebagian dari tekanan berkurang dan ditahan bersama setelah beton
mengeras. Permukaan atas dan bawah beton berdeformasi membentuk defleksi pada

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 35
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

penampang baja. Beban mati karena berat beton basah merupakan proporsi terbesar dari
beban total, dan tekanan yang terjadi pada penampang seringkali besar.
Beban hidup tambahan ditahan oleh penampang komposit yang memiliki
kekakuan hampir sama seperti pada balok dengan sokongan. Tekanan yang diberikan
pada penampang tanpa sokongan dapat dijumlahkan pada tekanan beton dan tekanan
komposit. Perhitungan ini mengakibatkan perbedaan penyebaran tekanan jika
dibandingkan dengan penampang balok komposit dengan sokongan. Bagimanapun juga
tekanan leleh yang terjadi pada baja dan beton pada kedua kasus tersebut sama, dan balok
komposit dengan atau tanpa sokongan menahan beban ultimite yang sama.
Penampang baja pada balok komposit tanpa sokongan harus kokoh, sehingga
berat beton dapat ditahan. Penampang ini pada kenyataannya seringkali lebih kokoh dari
yang diperlukan jika balok telah disokong terlebih dahulu.

2. Desain sambungan
Pertimbangan desain untuk sambungan pada rangka komposit penahan momen
khusus sangat mirip dengan rangka penahan momen biasa. Pada Rangka Penahan Momen
Khusus, kapasitas sambungan harus selalu di desain agar cukup kuat untuk menghasilkan
kekuatan sambungan yang kuat.
Pada Sistem Rangka penahan Momen Biasa, prosedur yang biasa dipakai adalah
mendesain sambungan sehingga lebih kuat. Pada desain gempa, secara umum aksi tak
elastis pada rangka sambungan lebih baik untuk dihindari kecuali sambungan ini yang
menghasilkan daktilitas yang cukup.

2.5 Sambungan
2.5.1 Perancangan Sambungan
Sambungan terdiri dari komponen sambungan (pelat pengisi, pelat buhul, pelat
pendukung, dan pelat penyambung) dan alat pengencang (baut dan las).
Sambungan tipe tumpu adalah sambungan yang dibuat dengan menggunakan baut
yang dikencangkan dengan tangan, atau baut mutu tinggi yang dikencangkan untuk
menimbulkan gaya tarik minimum yang disyaratkan, yang kuat rencananya disalurkan
oleh gaya geser pada baut dan tumpuan pada bagian-bagian yang disambungkan.

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 36
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

Sambungan tipe friksi adalah sambungan yang dibuat dengan menggunakan baut
mutu tinggi yang dikencangkan untuk menimbulkan tarikan baut minimum yang
disyaratkan sedemikian rupa sehingga gaya-gaya geser rencana disalurkan melalui jepitan
yang bekerja dalam bidang kontak dan gesekan yang ditimbulkan antara bidang-bidang
kontak.
Pada konstruksi baja, sambungan merupakan bagian yang sangat penting, sebab
sambungan berfungsi merangkaikan komponen-komponen batang menjadi sebuah
struktur yang kaku dan kuat. Sambungan juga berfungsi mentransfer gaya yang bekerja
pada satu elemen ke elemen yang lain.

2.5.2 Pemilihan Tipe Sambungan


Pemilihan sambungan tergantung pada banyak faktor antara lain peraturan yang
berlaku, relatif ekonomis, selera perencana, ketersediaan teknisi las atau teknisi rivet
(paku keling), kondisi pembebanan (beban statik atau fatik), selera kontraktor, dan
ketersediaan peralatan. Tidak mungkin dibuat suatu aturan yang pasti dapat menentukan
jenis sambungan untuk suatu struktur, yang dapat dibuat hanyalah beberapa pernyataan
umum untuk membantu menentukan jenis sambungan. Beberapa hal yang dapat
membantu untuk menentukan jenis sambungan adalah:
1. Baut biasa seringkali ekonomis
digunakan pada struktur ringan yang menerima beban statis dan untuk elemen
sekunder sepeerti gording, batang pengaku, dan lain-lain.
2. Pemasangan baut di lapangan sangat
cepat dan tidak menuntut kemampuan pekerjaan yang terlampau tinggi dibandingkan
dengan sambungan las. Tetapi, harga baut mutu tinggi lebih mahal.
3. Jika kemudian hari struktur
dibingkar, sambungan las akan lebih sulit dibandingkan dengan sambungan baut.
4. Untuk beban fatik, baut mutu tinggi
dengan perancangan penuh dan las sangat baik.
5. Las memerlukan jumlah baja yang
lebih sedikit dan memberikan penampilan sambungan yang menarik, dan juga
memberikan variasi jenis sambungan yang lebih beragam. Jika diperlukan sambungan
menerus dan sambungan penahan momen kaku sempurna, dipilihlah las.

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 37
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

6. Secara universal, las lebih


memuaskan untuk dikerjakan di bengkel. Meskipun pengerjaan di lapangan lebih
populer, tetapi kesulitan untuk inspeksi pekerjaan lebih sulit dibandingkan di bengkel.
7. Untuk pengelasan elemen yang tebal
diperlukan perhatian khusus dan sebaiknya digunakan baut. Alasan lain adalah
sambungan baut tidak terlalu rentan terhadap keruntuhan getas.

2.5.3 Jenis Sambungan


Semua sambungan mempunyai derajat kekangan, yaitu suatu resistan untuk
berubah dari sudut awal antara beberapa elemen yang saling berpotongan jika diberikan
beban. Tergantung pada besar kekangan, spesifikasi LRFD (A2.2) menggolongkan
sambungan menjadi kekangan penuh (Fully Restraint = FR) dan kekangan parsial
(Partially Restrained = PR). Perbedaan kedua jenis sambungan ini adalah sebagai berikut
:
1. Sambungan jenis FR adalah jenis sambungan kaku atau menerus.
Diasumsikan bahwa sambungan jenis ini cukup kaku untuk menahan sudut antara
elemennya untuk tidak berubah akibat beban. Sambungan ini tidak mengijinkan
adanya rotasi pada ujung balok sehingga terdapat transfer momen 100% pada ujung
jepit.
2. Sambungan jenis PR dianggap tidak cukup kaku untuk mempertahankan sudut
semula antara elemennya akibat beban. Ada dua jenis sambungan yang termasuk jenis
PR, yaitu sambungan sederhana dan semi kaku.
Sambungan sederhana adalah sambungan PR dengan kekangan yang diabaikan.
Diasumsikan bahwa sambungan ini sangat fleksibeldan bebas berotasi, sehingga tidak
mempunyai tahanan terhadap momen. Sambungan semi kaku adalah jenis sambungan PR
dengan tahanan terhadap perubahan sudut berada diantara sambungan sederhana dan
sambungan kaku sempurna.
Dikarenakan pada kenyataan tidak ada sambungan kaku sempurna atau fleksibel,
semua sambungan adalah kekangan parsial atau PR. Sebagai pendekatan kasar,
sambungan sederhana mempunyai kekakuan 0-20%, semi kaku 20-90%, dan kaku
sempurna 90-100%.
Pada kenyataannya, perencana mengasumsikan bahwa semua sambungan
sederhana atau kaku, tanpa meninjau bahwa ada kemungkinan diantaranya sehingga

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 38
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

analisa lebih sederhana. Jika perencana mengasumsikan sambungan semi kaku, maka
perencana akan kehilangan kesempatan untuk mereduksi momen.

2.5.4 Sambungan Jenis Pelat Tunggal atau Shear Tab


Sambungan yang dibahas disini adalah sambungan jenis pelat tunggal atau tab
geser. Sambungan ini sering digunakan karena merupakan jenis sambungan fleksibel
yang ekonomis untuk beban ringan. Lubang baut dilubangi dahulu pada pelat dan web
dari balok. Kemudian pelat dilas di bengkel pada balok pemikul atau kolom, selanjutnya
balok dibaut di lapangan. Pelaksana lebih menyukai jenis sambungan ini karena
sederhana.
Dengan sambungan pelat tunggal, reaksi atau beban geser diasumsikan
terdistribusi merata ke seluruh baut melalui web balok. Juga diasumsikan terjadi rotasi
yang relatif besar antara ujung elemen dengan balok atau kolom. Oleh karena asumsi
tersebut, sambungan ini dinamakan sambungan geser tab. Beberapa penelitian dan uji
menunjukkan bahwa sambungan jenis ini dapat memikul momen ujung yang besarnya
tergantung pada jumlah dan ukuran baut serta susunannya, tebal pelat dan web balok,
rasio bentang-tinggi balok, dan jenis beban, serta fleksibilitas elemen penopangnya.

2.5.5 Sambungan Berdasarkan SNI 03-1729-2002


2.7.5.1 Klasifikasi sambungan
a. Sambungan kaku
Sambungan harus memiliki kekakuan yang cukup untuk mempertahankan sudut-
sudut di antara komponen-komponen struktur yang disambung. Deformasi titik
kumpul harus sedemikian rupa sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap distribusi
gaya maupun terhadap deformasi keseluruhan struktur.
b. Sambungan semi kaku
Pada struktur semi kaku, sambungan tidak memiliki kekakuan yang cukup untuk
mempertahankan sudut-sudut di antara komponen - komponen struktur yang
disambung, namun harus dianggap memiliki kapsitas yang cukup untuk memberikan
kekangan yang dapat diukur terhadap perubahan-perubahan sudut-sudut tersebut.
Pada sambungan semi kaku, perhitungan kekakuan, penyebaran gaya, dan

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 39
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

deformasinya harus menggunakan analisis mekanika yang hasilnya didukung oleh


percobaan eksperimental.
c. Sambungan sendi
Sambungan sendi pada kedua ujung komponen struktur dianggap bebas momen.
Sambungan sendi harus dapat berubah bentuk agar memberikan rotasi yang
diperlukan pada sambungan. Sambungan tidak boleh mengakibatkan momen lentur
terhadap komponen struktur yang disambung. Detail sambungan harus mempunyai
kemampuan rotasi yang cukup. Sambungan harus dapat memikul gaya reaksi yang
bekerja pada eksentrisitas yang sesuai dengan detail sambungannya.

2.7.5.2 Perencanaan Sambungan


Kuat rencana setiap komponen sambungan tidak boleh kurang dari beban
terfaktor yang dihitung. Perencanaan sambungan harus memenuhi persyaratan berikut:
a. Gaya-gaya dalam yang disalurkan berada dalam keseimbangan dengan gaya-gaya
yang bekerja pada sambungan ;
b. Deformasi pada sambungan masih berada dalam batas kemampuan deformasi
sambungan ;
c. Sambungan dan komponen yang berdekatan harus mampu memikul gaya-gaya yang
bekerja padanya.

2.7.5.3 Kuat Rencana Minimum Sambungan


Sambungan struktural (tidak termasuk di dalamnya sambungan tralis dan wartel
mur, gording, dan spalk) harus direncanakan agar sedikitnya dapat menerima gaya
sebesar :
a. Gaya-gaya yang berasal dari komponen struktur, dan
b. Gaya minimum yang dinyatakan dalam nilai atau fraksi kuat rencana komponen
struktur dengan nilai minimum yang diuraikan di bawah ini:
1. Sambungan kaku : momen lentur sebesar 0,5 kali momen lentur rencana
komponen struktur.
2. Sambungan sendi pada balok sederhana: gaya geser sebesar 40 kN;

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 40
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

3. Sambungan pada ujung komponen struktur tarik atau tekan, suatu gaya sebesar
0,3 kali kuat rencana komponen struktur, kecuali pada batang berulir dengan
wartel mur yang bekerja sebagai batang pengikat, gaya tarik minimum harus sama
dengan kuat rencana batang.
4. Sambungan lewatan komponen struktur tarik : suatu gaya sebesar 0,3 kali kuat
rencana komponen struktur tarik.
5. Sambungan lewatan komponen struktur tekan : jika ujungnya dirancang untuk
kontak penuh. Bila ujung-ujung dari dua komponen struktur yang bertemu, atau
ujung dari suatu komponen struktur dengan bidang kontak dari suatu pelat
tertutup atau pelat landas yang mempel, disyaratkan untuk bersentuhan secara
sempurna maka persyaratan tersebut harus dianggap dipenuhi bila permukaan
tumpu dipersiapkan sedemikia rupa sehingga apabila alinyemen sepanjang
komponen struktur yang bertemu tersebut memenuhi toleransi yang telah
disyaratkan yaitu :
Penyetelan dan pengelasan batang tekan harus mengikuti dua ketentuan berikut
ini :
 Penyimpangan terhadap posisi yang sebenarnya dari setiap titik di atas
perletakan komponen struktur tekan tidak boleh lebih dari 1/500 x tinggi, atau
yang terkecil dari :
a. Untuk suatu titik sampai dengan ketinggian 60 m dari perletakan
komponen, 25 mm.
b. Untuk suatu titik lebih dari 60 m dari perletakan komponen, 25 mm
ditambah 1 mm untuk setiap kenaikan 3 m, sampai maksimum 50 mm.
 Penyimpangan ujung atas komponen struktur tekan dari posisi sebenarnya
relatif terhadap dasar pada suatu tingkat tidak boleh lebih dari 1/500 tinggi
tingkat
Kelonggaran maksimum dari permukaan-permukaan yang bertemu tidak
melebihi 1mm dan tidak melebihi 0,5 mm paling sedikit 67% dari bidang
kontak. Maka gaya tekan boleh dipikul melalui tumpuan pada bidang kontak
dan jumlah alat pengencang harus cukup untuk memikul semua bagian di
tempatnya dan harus cukup untuk menyalurkan gaya sebesar 0,15 kali kuat

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 41
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

rencana komponen struktur tekan. Selain itu, sambungan yang berada di


antara pengekang lateral harus direncanakan untuk memikul gaya aksial
terfaktor, Nu, ditambah momen lentur terfaktor, Mu, yang tidak kurang dari:
 .N u Ls
Mu  (Pers 2.70)
1000
Keterangan :
δ adalah faktor amplifikasi δb atau δs untuk komponen struktur tak-
bergoyang dan dihitung dengan
Cm
b  1
 Nu  (Pers 2.71)
1   
N
 crb 
Ls adalah jarak antara titik pengekang lateral efektif
6. Sambungan lewatan balok : suatu momen lentur sebesar 0,3 kali kuat lentur
rencana balok, kecuali pada sambungan yang direncanakan untuk menyalurkan
gaya geser saja. Sambungan yang memikul gaya geser saja harus direncanakan
untuk menyalurkan gaya geser dan momen lentur yang ditimbulkan oleh
eksentrisitas gaya terhadap titik berat kelompok alat pengencang.
7. Sambungan lewatan komponen struktur yang memikul gaya kombinasi:
sambungan komponen struktur yang memikul kombinasi antara gaya tarik atau
tekan aksial dan momen lentur harus memenuhi butir diatas.

2.7.5.4 Sambungan Kombinasi


Bila digunakan pengencang tanpa slip (baut mutu tinggi dalam sambungan tipe
friksi atau las) bersama dengan pengencang jenis slip (seperti baut kencang tangan, atau
baut mutu tinggi dalam sambungan tipe tumpu) dalam suatu sambungan, semua beban
terfaktor harus dianggap dipikul oleh pengencang tanpa slip. Bila digunakan kombinasi
pengencang tanpa slip, beban terfaktor dapat dianggap dipikul bersama. Akan tetapi
apabila digunakan pengelasan dalam sambungan bersama-sama dengan pengencang
tanpa slip lainnya maka :
 Setiap gaya yang mula-mula bekerja langsung pada las tidak boleh dianggap turut
dipikul oleh pengencang yang ditambahkan setelah bekerjanya gaya tersebut dan

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 42
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

 Setiap gaya yang bekerja setelah pengelasan harus dianggap dipikul oleh las.

2.7.5.5 Gaya Ungkit


Baut yang direncanakan untuk memikul gaya tarik terfaktor harus dapat memikul
setiap gaya tarik tambahan akibat gaya ungkit yang terjadi akibat komponen yang
melenting.

2.7.5.6 Komponen Sambungan


Komponen sambungan (antara lain pelat pengisi, pelat buhul, pelat pendukung),
kecuali alat pengencang, kekuatannya harus diperhitungkan sesuai dengan persyaratan
pada komponen struktur lentur, struktur tekan, struktur tekan, struktur yang mengalami
gaya tarik aksial, struktur yang mengalami gaya kombinasi.

2.7.5.7 Pengurangan luas akibat baut


 Luas lubang
Luas lubang yang digunakan adalah luas penuh
 Lubang tidak selang-seling
Pada lubang yang tidak diselang-seling, luas pengurangnya adalah jumlah maksimum
luas lubang dalam irisan penampang tegak lurus terhadap arah gaya yang bekerja
pada unsur struktur.
 Lubang selang-seling
Bila lubang dibuat selang-seling, luas yang dikurangkan setidaknya harus sama
2
dengan jumlah luas lubang dalam irisan zig-zag yang dibuat dikurangi s pt / 4.s g
untuk setiap spasi antara dua lubang yang terpotong irisan tersebut, dengan t adalah
tebal pelat yang dilubangi serta sp dan sg dapat dilihat pada Gambar 2.17. Jika
didapatkan beberapa kemungkinan irisan penampang (termasuk irisan lubang tidak
selang-seling) maka harus dipilih irisan penampang yang menghasilkan pengurangan
luas yang maksimum.

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 43
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

Gambar 2.22 Pengurangan Luas akibat baut


Sumber : SNI 03-1729-2002. p. 98

Untuk penampang seperti siku dengan lubang dalam kedua kaki, sg diambil
sebagai jumlah jarak tepi ke tiap lubang, dikurangi tebal kaki lihat Gambar 2.18 dibawah
ini :

Gambar 2.23 Pengurangan Luas Akibat Baut pada Penampang Siku


Sumber : SNI 03-1729-2002. p. 99

2.7.6 Alat Sambung


Ada beberapa alat sambung yang biasa digunakan dalam konstruksi baja adalah:
menggunakan baut dan las.

2.7.6.1 Baut
Baut merupakan alat sambung yang saat ini banyak digunakan, ada bermacam-
macam jenis serta ukuran baut. Ada dua jenis baut, yaitu baut hitam dan baut mutu tinggi.
Baut mutu tinggi umum digunakan untuk konstruksi baja, terdiri dari dua jenis, A-325
dan A-490. Jenis dan ukuran ini berpengaruh terhadap kekuatannya (LRFD-tabel J3.1
dan J3.2).
Dalam manual LRFD digunakan bebrapa singkatan untuk kondisi baut yang
berlainan, yaitu :
1. A325-SC dan A490-SC
(sambungan slip-critical)
2. A325-N dan A490-N
(sambungan jenis tumpu dan ulir didalam bidang geser)
3. A325-X dan A490-X(sambungan
jenis tumpu dan ulir di luar bidang geser)

2.7.6.2 Las

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 44
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

Las merupakan cara penyambungan yang umum digunakan untuk menyambung


komponen struktur dalam konstruksi baja. Ada beberapa tipe sambungan las antara lain:
las groove, fillet, slot dan plug. Namun yang akan dibahas lebih lanjut hanya las fillet
sebab kedua las tersebut sangat lazim digunakan.

2.7.6.3 Las Fillet


Las ini paling banyak digunakan karena hemat, mudah difabrikasi dan
adaptibilitasnya baik. Dalam pengerjaan sambungan ini tidak terlalu dituntut kepresisian
sebab pemasangannya cukup ditumpangtindihkan saja.

2.8 Perhitungan Sambungan


Perhitungan sambungan yang akan dihitung adalah sambungan dari balok ke
kolom, kolom ke kolom, dan dari balok ke balok.

2.8.1 Sambungan Balok dengan Kolom


Langkah perhitungan sambungan balok dengan kolom yang direncanakan
menggunakan jenis sambungan shear plate adalah sebagai berikut :
1. Asumsi perencanaan baut dengan data sebagai berikut :
 Jenis baut, misalanya baut A-325 (baut mutu tinggi)
 Diameter baut, db
 Gaya pratarik (proofload), Tm (Tabel 2.3)
 Jumlah baut, Nb
 Jumlah bidang geser, Ns
 Koefisien gesek permukaan, 
2. Cek kekuatan baut akibat geser
Kuat geser pada baut mutu tinggi adalah:
Pu  FV Ab .nb .G (Pers 2.72)
dengan:
Pu = gaya pikul baut akibat geser atau tarik
 = faktor reduksi kekuatan untuk fraktur
Fv = kuat geser nominal baja (Fv)

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 45
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

Ab = luas penampang baut pada daerah tak berulir


nb = jumlah baut
G = jumlah bidang geser
Kuat geser nominal baut yang mempunyai beberapa bidang geser dan sejumlah baut
harus dikalikan dengan jumlah bidang geser dan jumlah baut.

3. Cek kekuatan baut terhadap beban terfaktor akibat tarik ( proofload)


Pada baut mutu tinggi untuk memaksimalkan kerja baut perlu diberi proofload
(penarikan awal). Besarnya proofload yang diberikan tergantung dari mutu dan dimensi
baut.
Pada sambungan yang menggunakan baut mutu tinggi dengan slip terbatas dan
bekerja gaya geser baut, syarat kekuatan bautnya terhadap beban terfaktor pada penarikan
awal (Vproof) harus lebih besar atau sama dengan beban tarik yang bekerja (Tu).
V proof  Tu (Pers 2.73)
dimana :
V proof  1,13Tm nb G (Pers 2.74)
Mu
Tu  (Pers 2.75)
d tf

Jika Vproof  Tu berarti gaya geser yang bekerja akibat penarikan awal (proofload), Vproof
tidak melampaui beban terfaktor akibat gaya tarik yang bekerja, Tu
dengan:
nb = jumlah baut
G = jumlah bidang geser
Tm = gaya pra-tarik (proofload) pada baut mutu tinggi (tabel 2.2)
 = koefisien gesek permukaan bidang geser = 0,35 jika penghalusan
permukaan menggunakan mesin atau dari hasil pengujian.

Tabel 2.3 Gaya Pra-tarik Minimum Baut, Kips*

Ukuran baut Baut A325 Baut A490


½ 12 15
5
/8 19 24
¾ 28 35
7
/8 39 49

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 46
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

1 51 64
1 1/8 56 80
1¼ 71 102
1 3/8 85 121
1½ 103 148
*sama dengan 0,7 dari kuat tarik baut minimum,merupakan pembulatan terdekat terhadap kips
Sumber SNI 03-1729-2002

2. Cek kekuatan baut terhadap eksentrisitas


Perhitungan kekuatan baut terhadap eksentrisitas dihitung berdasarkan LRFD (Tabel
I-D hal 5-6 dan Tabel X hal 5-63), dengan rumusnya :
Pu  C.rv  Vu (Pers 2.76)
Langkah perhitungan :
 Tentukan rv dari Tabel I-D berdasarkan  baut dan jumlah bidang geser, G.
 Tentukan koefisien C, dari Tabel XI hal 5-66 berdasarkan jarak horizontal baut,
Xo ke gaya yang dipikul baut, b
dengan :
Pu = kekuatan baut
C = koefisien (Tabel X-LRFD) ditentukan berdasarkan jarak antar baut arah
vertikal (b) dan eksentrisitas (Xo).
rv = beban perancangan

3. Perhitungan pelat penyambung

a. menentukan lebar pelat sambung yang digunakan,


bp = d-2tf (Pers 2.77)

b. Maka tebal pelat sambung yang diperlukan:


Tu
tp = (Pers 2.78)
 . f y .b p

4. Cek kekuatan flens balok terhadap pelat penyambung dalam geser


Pengecekan kekuatan ini berdasarkan kekuatan flens dengan kekuatan balok 70 %
dengan rumus sebagai berikut :
 Kekuatan flens = bf. tf.( d- tf).Fy (Pers 2.79)

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 47
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

 Kekuatan balok 70 % = 0,7 Fy.Zx (Pers 2.80)


Jika kekuatan flens < kekuatan balok, maka pada shear tab (pelat penyambung geser)
perlu ditambah las.

5. Kekuatan baut terhadap pelat penyambung dalam geser


Gaya pikul baut terhadap pelat penyambung atau yang disambung adalah:
Pu   .2,4.d b .t p .Fu .nb (Pers 2.81)
dengan:
Pu = gaya pikul baut terhadap pelat penyambung atau yang disambung
 = faktor reduksi kekuatan untuk fraktur
Fu = tegangan baja ultimit
db = diameter baut
tp = tebal pelat terkecil antara penyambung dan yang disambung
nb = jumlah baut
Gaya pikul baut untuk sejumlah baut maka harus dikalikan dengan jumlah dari baut
yang terpasang.
Gaya pikul baut di atas berlaku untuk semua baut dengan persyaratan jarak lubang
tepi dengan sisi pelat dalam arah kerja gaya lebih besar daripada 1,5 diameter lubang
dan jarak antar lubang lebih besar daripada 3 diameter lubang.

6. Kekuatan baut terhadap gaya tarik yang bekerja pada pelat


Kekuatan baut akibat gaya yang bekerja pada pelat adalah :
Pu  Fy Ag . , dan (Pers 2.82)
Pu   tf Fn Ae (Pers 2.83)
dengan :
Pu = kekuatan bautQW
t = faktor reduksi gaya tarik
tf = faktor reduksi gaya tarik fraktur
Fy = kuat leleh baja
Ag = luas bruto pelat yang disambung
Ae = luas efektif pelat yang disambung

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 48
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

7. Perhitungan tebal efektif las


Tebal efektif las fillet (Gambar 2.24) yang dibuat dengan proses las busur terbenam
(Submerged Arc Welding) adalah:

te ab
a te = 0,707a t 
e
a a2  b2
a
te b
(a) (b)

Gambar 2.24 Dimensi Tebal Efektif Las Fillet

Tebal efektif las ditentukan berdasarkan tebal kaki las dan tebal material yang
akan di las (Tabel 2.3) berdasarkan Tabel J2.4 AISC-LRFD.
Tabel 2.4 Ukuran Minimal Las Fillet

Tebal material yang akan di las, in Tebal kaki las fillet minimal, in
¼ 1/8
¼ sampai ½ 3/16
½ sampai ¾ ¼
Lebih dari ¾ 5/16
Sumber (LRFD-tabel J2.4)

a. Tebal efektif las pada web


Vu
tebal efektif las, te =  tebal kaki las min (Pers 2.84)
2.L.Fv
b. Tebal efektif las pada flens
T
tebal efektif las, te = b .F  tebal kaki las min (Pers 2.85)
f v

M
dimana : T  0,95d (Pers 2.86)

dengan syarat sebagai berikut :


 Las fillet dengan ukuran kaki a lebih kecil atau sama dengan 9,5 mm (3/8 in), te
diambil sama dengan a.

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 49
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

 Las fillet dengan ukuran kaki a lebih besar daripada 9,5 mm (3/8 in), te diambil
sesuai dengan dimensi teoritik ditambah 0,11 in yakni 0,707 a  0,11 .

8. Perhitungan kekuatan las.


Untuk menghitung kekuatan las harus ditentukan terlebih dahulu jenis elektroda dan
tipe las yang digunakan (Tabel 4.5), misal menggunakan elektroda E70xx, tipe las
SAW (Submerged Arc Welding).
dimana :
E = jenis elektroda
70 = kuat tarik minimum, ksi
x = tebal bidang geser
x = panjang las
Kuat desain las fillet per satuan panjang didasarkan atas kemampuannya menahan
gaya geser, yaitu:
Rd  Fw t e (Pers 2.87)
dan Rd  FBM t (Pers 2.88)
dengan:
FBM = kuat geser nominal material dasar (tabel 2.4)
Fw = kuat geser nominal las = 0,60Fu (Pers 2.89)
Fu = kuat tarik minimum las
t = luas penampang yang material dasarnya tersambung
te = luas efektif las
 = faktor reduksi

Tabel 2.5 Kekuatan Desain Las


Material Faktor Kekuatan Tingkat Kekuatan
Tipe las dan tegangan [a]
Resistensi  Nominal FBM Las yang
atau Fw Disyaratkan [b],[c]
Las fillet
Tegangan pada luas Dasar 0,60 Fu Logam las dengan
efektif Elektroda las 0,75 0,60FEXX tingkat kekuatan

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 50
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

Tarik atau tekan sejajar Dasar 0,90 Fy yang sama atau


terhadap sumbu las [d]
[d] [d] [d] kurang dari logam
las pasangan nya
boleh digunakan
[a] Untuk definisi yang berhubungan dengan luas efektif (LRFD point J2)
[b] Untuk logam las pasangan (Tabel 4.1, AWS D1.1)
[c] Logam las dengan satu tingkat di atas tingkat kekuatan logam las pasangan nya boleh digunakan.
[d] Las fillet dan las groove penetrasi sebagian yang menggabungkan komponen-komponen built-up, seperti sambungan
flens ke badan, dapat didesain tanpa memperhatikan tegangan tarik atau tekan pada elemen-elemn yang sejajar dengan
sumbu las.
Sumber (LRFD-tabel J2.5)

Tabel 2.6Tipe-tipe Proses Pengelasan

Sumber (Struktur Baja Desain dan Prilaku; Charles G.Salmon, 249)

2.8.2 Sambungan Kolom dengan Kolom


Langkah perhitungan sambungan kolom dengan kolom yang direncanakan
menggunakan jenis sambungan pelat sambung (column splices) adalah sebagai berikut :
1. Asumsi perencanaan baut dan perhitungan baut seperti
pada sambungan balok dengan kolom.
2. Perhitungan gaya pada pelat sayap (flens)

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 51
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

a. Gaya pada pelat sayap berdasarkan kuat lentur perlu terhadap sumbu kuat

M ux
F fx  (Pers 2.90)
d

b. Gaya pada pelat sayap berdasarkan kuat lentur perlu terhadap sumbu lemah

M uy
Mf  (Pers 2.91)
2
untuk M f  3/8 M py , maka:

1  8 Mf 
  b f 1  1   , in (Pers 2.92)
4  3 M py 

T = 0,75 (1,8 fy) tf  (Pers 2.93)


Ffy = 2T (Pers 2.94)
c. Gaya total pada pelat sayap, Ff
Ff = Ffc + max {Ffx, Ffy} (Pers 2.95)
dengan :
Ffc = Vu = gaya pada pelat sayap berdasarkan kuat aksial tekan maximal {Ffx,
Ffy} = harga maksimal antara Ffx dan Ffy

3. Perhitungan pelat penyambung

a. menentukan lebar pelat sambung yang digunakan = d (Pers 2.96)

b. Maka tebal pelat sambung yang diperlukan:


Ff
tp = (Pers 2.97)
 . f y .b p

4. Perhitungan pengelasan
Langkah perhitungan pengelasan sama dengan perhitungan pada sambungan balok
dengan kolom.

2.8.3 Sambungan Balok Anak dengan Balok Induk


Langkah perhitungan sambungan balok anak dengan balok induk sama dengan
langkah perhitungan pada sambungan balok dengan kolom.

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 52
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

2.9 Perancangan Base Plate


Base plate atau pelat landasan (Gambar 2.20) merupakan pelat penyambung
untuk menghubungkan struktur atas dengan struktur bawah antara kolom dan pile cap.
Y

M
X
N y

M
x

Gambar 2.25 Potongan Tampak Atas Base Plate


1. Menghitung gaya tarik pada angkur
T
Gaya tarik pada angkur dihitung sebagai berikut :
 x  d
T  d    P e y   (Pers 2.98)
 2  2

Menentukan dimensi pelat


Dimensi pelat (panjang dan lebar) ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Ru
Luas pelat yang diperlukan adalah (A1) = (Pers 2.99)
F p 2

Panjang base plate (N) = A1    d (Pers 2.100)


  0,95.d  0,8b f (Pers 2.101)
Lebar base plate (B) = b f   (Pers 2.102)
dengan :
Ru = total gaya aksial pada base plate
f p   c .1,7. f ' c , tegangan ijin pedestal (Pers 2.103)
f’c = kuat tekan pile cap (pondasi)
b. Menentukan tegangan pada base plate
Tegangan pada base plate (Gambar 2.21) ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
P Mx My
f    (Pers 2.104)
B  N 1/ 6  B  N 1/ 6  B  N 2
2

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 53
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

n 0,95 d n

fmin
N-x

fmax

Gambar 2.26 Potongan Base Plate dan Ttegangan Pada Base Plate

c. Menentukan tebal base plate


tebal base plate dihitung dengan rumus:
6 Mu
t= bFy
(Pers 2.105)

d. Menentukan dimensi dan panjang angkur


 Menentukan dimensi angkur
T
Luas Angkur, A =  . 0,75 . Fu . (Pers 2.106)

dengan :
 d 2 
A = 
6  , maka diameter angkur dapat dihitung
 4 

 Menentukan panjang angkur, l


T
Dengan tegangan lekat beton fcl  , (Pers 2.107)
6 xdxl 

maka panjang angkur, l dapat dihitung.


e. Cek gaya geser terhadap kekuatan angkur
Cek gaya geser yang bekerja pada angkur, dihitung sebagai berikut
Dx
 0,6 Fy (Pers 2.108)
61 / 4d 2

Dy
 0,6 Fyi
61 / 4d 2

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 54
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

f. Menentukan dimensi las pada pertemuan kolom dengan base plate


Penentuan dimensi las yaitu dengnan menetukan tebal efektif las pada arah x dan y
(Gambar 2.22) dihitung dengan rumus sebagai berikut :
 Menentukan tebal efektif las
Y

My

d
My

Gambar 2.27 Sambungan Las Antara Kolom Dengan Base Plate


M x,y
T=C= (Pers 2.109)
panjanglas

T
Tebal efektif las (te) = kekua tan las per  1in x panjanglas (Pers 2.110)

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 55
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024

You might also like