Professional Documents
Culture Documents
Pengertian Kaligrafi
• Asal kata : “Kaligrafia/kaligraphos” dari bahasa Yunani
o Kallos : Indah
o Graphos: Tulisan
• Adalah satu-satunya seni Islam yang murni dihasilkan oleh orang Islam,
berbeda dengan seni Islam lainnya seperti seni lukis dan ragam hias yang terpengaruh
unsur non-Islam.
Pada tahun 633, sejumlah huffaz ini terbunuh dalam peperangan yang timbul
setelah wafatnya Nabi. Ini memberikan peringatan kepada kaum Muslimin, khususnya
Umar bin Khatab. Umar mendesak Khalifah pertama Abu Bakar supaya mengerjakan
penulisan al-Qur'an. Juru tulis Nabi, Zayd bin Thabit diperintahkan menyusun ian
mengumpulkan wahyu ke dalam sebuah kitab, yang kemudian ditetapkan oleh
Khalifah ketiga, Usman, pada tahun 651. Penyusunan yang disucikan ini kemudian
disalin ke dalam empat atau lima edisi yang serupa dan dikirim ke wilayah-wilayah
Islam yang penting untuk digunakan sebagai naskah kitab yang baku.
Abad ke-13, di mana bersama Yaqut, adalah abad kehancuran dan
pembangunan kembali di negeri Islam Timur. Penghancuran tu terjadi akibat serbuan
Jengis Khan (1155-1227) dan pasukan Mongolnya, dan memuncak dengan
ditaklukannya Bagdad oleh putranya Hulagu pada tahun 1258 dan kejatuhan terakhir
kekhalifahan Abbasiyyah. Pembangunan kembali hampir secara langsung oleh
pemantapan kekuasaan Mongol, dan putera Hulagu, Abaga (1265-82), adalah
penguasa pertama yang memberikan gelas Il- Khan (penguasa Suku) bagi dinasti baru
tersebut.
Pendekar kaligrafi yang lain pada masa awal dinasti Il-Khan, yang dibimbing
oleh Yaqut, adalah Ahmad al-Suhrawardi, yang meninggalkan untuk kita salinan al-
Qur'an dalam tulisan Muhaqqaq tahun 1304. Yaqut menarik perhatian sejumlah besar
muridnya, tidak hanya karena berusaha menyainginya namun juga bangga
mengatributkan karya mereka kepadanya; yang menolong mengabadikan
kemasyurannya.Uljaytu diikuti oleh putranya, Abu Sa'id (1316-34), yang ketika
memerintah, kemerosotan politik mulai berlangsung. Tetapi kehidupan budaya
memuncak, termasuk seni kaligrafi, walaupun tidak berlangsung lama. Kemajuan ini
khususnya karena sebagian besar murid Yaqut tumbuh pada masa ini. Di antara
mereka yang menjadi pendekar kaligrafi yang mandiri, melengkapi pendekar yang
baru kita sebut, adalah Mubarak Shah al-Qutb (w.1311), Sayyii Haydar (w. 1325),
Mubarak Shah al-Suyufi (w. 1334), Abd Allah al-Sayrafi (w. 1338) yang
meninggalkan untuk kita sebuah kaligrafi yang indah sekal ditandatangani dan
berangka tahun 1323, lalu Abd Allah Arghun (w. 1341) da. Yahya I-Jamali I-Sufi.
Untungnya al-Sufi meninggalkan kepada kita sebuah salinan aI-Quran yang indah
dalam tulisan emas Muhaqqaq dengan huruf hidup biru, berangka tahun 1345, sebagai
monumen bagi keahliannya di bidang seni kaligrafi.
Tokoh lain adalah Muhammad ibn Yusuf al-Abari, yang meninggalka untuk
kita salinan al-Qur'an dalam tulisan Thuluth yang mendekati tulisa Rayhani, yang
cukup menarik perhatian. Dinasti Il-Khanid bertahan sampai akhir abad ke-14,
kemudian digantika oleh dinasti Timurid, yang didirikan oleh Timur yang agung,
dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Tamerlane (w.1405). Meskipun dia dikenal
dunia karen kejahatannya sebagai pembinasa besar, tetapi dalam hidupnya di
kemudiari hari setelah memeluk Islam. Dia sering mengumpulkan para seniman
terbaik, kam terpelajar, pelukis dan para ahli kaligrafi di wilayah-wilayah yan
ditaklukkannya, dan membawa mereka ke ibukota, Samarkand. Timur Leng
memberikan perhatian istimewa terhadap senikaligrafi, da secara langsung
bertanggungjawab atas terciptanya gaya baru penulisan al Qur'an yang sesudah
wafatnya disebut menurut namanya, dan menggantika gaya dinasti Il-Kahanid Mongol
yang awal.Berbeda dengan gaya Il-Khanid, yg mencapai kemegahan dengan salinan
al-Quran besar dalam tulisan monumental yang berpola megah dan geometris, gaya
Timurid bertujuan menciptakan keseimbangan antara keindahan dan kemegahan
dengan memadukan penulisan huruf yang jelas dalam kitab al-Qur'an besar dengan
pola tumbuhan yang sungguh indah, mempesona, lembut pewarnaannya, terpadu
dengan tulisan ornamental Kufi Timur yang begitu indah sehingga hampir tak ketara.
Untuk pemakaian tulisan besar, tulisan Rayhanilah yang dipilih secara tetap,
dan keindahannya ditonjolkan dengan penulisan huruf hidupnya yang menggunakan
pena yang 1ebih bagus dari pena biasa. Tulisan naskhi dipakai untuk halaman yang
kurang lebar, namun memberikan kejelasan dan kemurnian garis yang lebih besar
yang kemudian mempengaruhi Ta-liq Persia dan Naskhi India. Walaupun praktek
pemakaian bermacam gaya dan ukuran tulisan yang berbeda pada halaman yang sama
mengulangi praktek yang berlaku di masa Ibn Muqlah, mungkin gaya Timuridlah yang
pertama kali memperluas pemakaiannya untuk penulisan al-Qur'an.
Sifat dan ciri tulisan masa Timurid khususnya tercermin sekali dalam kitab2
al-Qur'an besar, di antaranya adalah salinan paling besar yang pernah dihasillkan.
Sebuah anekdot menarik yang menceritakan kecintaan Timur Leng kpda al-Qur'an
besar adalah kisah 'Umar Aqta', orang yang diperintahkan Timur Leng menulis kitab
al-Qur'an. Umar akhirnya mempersembahkan salinan al-Qur'an kepada Timur Leng
dalam tulisan Ghubar, salinan itu sekecil cincin stempel. Timur Leng menerima
persembahan ini dengan sikap menghina oleh karena ukurannya yang kecil; sedang
Umar meminta kembali al-Qur'an kecil itu tanpa rasa takut dan menyalin al-Qur'an
lain dalam tulisan Tumar, tiap halaman hampir satu meter ukurannyaj dan oeh karena
itu dia mendapatkan hadiah besar.Tradisi kaligrafi murni ini dilanjutkan oleh
pengganti Timur Leng.
Pencinta buku lain adalah Sultan Husayn (w. 1506), yang dari istananya di
Herrat lahir salinan-salinan al-Qur'an dalam gaya Timurid yang sangat indah. Antara
para ahli kaligarafi hebat zaman Timurid yang paling berbakat, sebagai tambahan bagi
nama-nama yang dah disebutkan, adalah Abd Allah ibn Mir Ali, Ja'far al-Tabrizi,
Muhammad Mu'min ibn 'Abd Allah, Abd Allah al-Tabbakh & muridnya, Abd al-Haqq
al-Sabzawari. Kekhalifahan Mameluk, yang menegakkan dinastinya (1250-1517)
terutama di Mesir dan Siria, memerintah untuk menyelamatkan wilayah Dar aI-Islam
mereka dari kehancuranyang melanda provinsi-provinsi Timur, sehingga kelanjutan
kehidupan budaya terpelihara. Apresiasi mereka yang tinggi terhadap seni Islam secara
umum membuat mereka jadi pelindung seni kaligrafi hiasan al Quranan yang sangat
gairah, yang memuncak hingga mencapai tingkat yang paling tinggi, menyaingi
pencapaian dinasti Il-Khanid di Timur.
Penggunaan kaligrafi yang luas ini, yang menarik perhatian karena cakupan
dan bobotnya, membangkitkan lahirnya gaya Thuluth dan Naskhi khusus, yang selalu
dikaitkan dengan masa ini.
Tulisan Nasta'liq (tersusun dad nama Naskh dan Ta'liq) harus dipandang
sebagai suatu ragam gaya Ta'liq yang dikembangkan di akhir abad ke-15 oleh org
Persia, dan menjadi tulisan Nasional mereka. Semua sumber penting sepakat bahwa
ahli kaligrafi Persia Mir Ali Sultan al- Tabrizi (w. 1416) adalah pembangun tulisan ini
dan berjasa merancang aturan-aturannya yang kompleks.
Menurut legenda, Mir Ali, sebagai seorang Muslim yang taat, rajin
sembahyang seraya memohon diberi keahlian dalam menciptakan gaya kaligrafi baru
yang indah. Imam Ali, sepupu Nabi dan Khalifah keempat, kepada siapa semua ahli
kaligrafi Islam menghubungkan silsilahnya, muncul kepadanya dalam mimpi
menyarankan kepadanya agar mempelajari burung tertentu. Segera sesudah itu di
dalam mimpinya dia dikunjungi oleh burung meliwis yang terbang, dan bentuk sayap
burung itulah yang mengilhami model huruf-hurufnya. Legenda mengenai garis tebal
dan jelas tulisan Nasta'liq dan lengkungan bulatnya g sempurna diilhami oleh seekor
burung yang sedang terbang. Kejelasan kemurnian geometrisnya secara terpadu
memberikan kepada tulisan sra'liq keindahan yang tampak secara sepintas
bertentangan dengan aturannya yang sangat rumit dan ketat dalam penerapannya.Ada
ciri umum tertentu di dalam tulisan Ta'liq, Nasta'liq dan Riqa'. Di atrnya adalah
kenisbian tinggi ujungnya, Asnan (gigi), pada garis horisontal huruf tertentu seperti s
dan sh, yang kerap ,engisi pusat kelukan sebagian huruf, dan ujung dari sebagian besar
huruf yang tidak berhubungan sangat tipis dan garis-garisnya runcing. Ciri umum lain
adalah bahwa lengkungan ciptakan perbedaan yang menyolok dalam lebar garisnya,
yang berubah tiba-tiba dari garis sangat besar ke garis paling tipis yang digores dengan
pena yang sarna.
Kaligrafi khususnya dijunjung tinggi oleh kaiar Mongol, Babur (w. 1530),
Akbar (1556-1605) dan Jahangir (1605-28). Nama yang terakhir ini sangat mengagumi
dan memperhatikan karya kaligrafi Imad al-Din al-Husayni, sehingga dia akan
membayar tinggi kepada orang yang mempersembahkan contoh hasil tangan ahli
kaligrafi besar Persia ini. Dinasti Usmaniyyah, yang memperoleh nama dari
pendirinya, terhitung sejak abad ke-14 awal, namun kerajaannya tidak sepenuhnya
mapan sampai mereka menaklukkan dinasti Mameluk pada tahun 1517, dan mewarisi
wilayah mereka di Siria, Mesir dan Arabia. Segera setelah itu, mereka mampu
menyatukan seluruh dunia Arab ke dalam kerajaannya. lni mengakhiri lembaran
kejaiayaan kaligrafi Mameluk dan membuka sebuah kaligrafi baru dan mungkin yang
terakhir dalam sejarah kaligrafi Islam. 0leh karena itu dari masa ini sampai akhir,
sejarah seni Islam terkait dengan dinasti Usmaniyyah Turki. Ini juga berlaku pada seni
kaligrafi, yang oleh dinasti Usmaniyyah dipadukan dan digerakkan agar berkembang
dengan kegairahan dan imaginasi yang luas biasa. Mereka menjadi tersohor karena
kecintaannya terhadap kaligrafi, dan tanpa terpengaruh oleh pertikaian dengan musuh
bebuyutan mereka di Persia mereka tetap mengagumi tradisi kaligrafi Persia dan
memberlakukan tulisan Ta'liq ke dalam bahasa mereka. Hubungan yang rapat ini
meluas ke bidang seni kaligrafi, tulisan buku dan penjlidan sehingga dengan peristiwa
itu sangatlah sukar dikatakan dengan pasti apakah sebuah naskah dibuat di Persia atau
di Turki.
Perkembangan lebih lanjut ten tang kaligrafi di Turki dan temp at lain
terdorong terciptanya sejumlah tulisan turunan yang disesuaikan dengan keperluan,
dan juga melahirkan penemuan2 aligrafi yg luar biasa, yang secara keseluruhan
ornamental dan terutama dirancang agar menyenangkan atau memberi kesan
menarik.Yang paling penting di antara gaya-gaya turunan itu ialah Shikasteh,
Shikasteh-amiz, Divani dan Jali. Shikasteh (bentuk patah) dan tulisan ornamental
kelompok Shikasteh-amiz adalah perkembangan tulisan Persia yang bertalian langsung
dengan tulisan Ta'liq dan Nasta'liq. Tulisah Shikasteh dikatakan sebagai dptaan
sejumlah Shafi' dari herat. Walaupun demikian yang paling tersohor dari tulisan ini
adalah Darwish 'Abd al-Majid Taliqani. Sebagai tambahan untuk kerabat dekat tulisan
Ta'liq awal, Shikasteh ditandai oleh kepadatannya yang luar biasa, sebagai akibat
sambungan dan garis-garis vertikalnya yang sangat rendah dan miring, dan juga
karena kurangnya tanda huruf hidup. Tulisan itu kebanyakan dipakai untuk surat-
menyurat pribadi dan usaha, dan untuk tulisan tangan umum bagi bahasa Persia dan
Urdu. Shikasteh-amiz sering dipakai di dalam kekanseliran dan usaha-usaha resmi
serupa. Tulisan ini lebih besar dan kurang padu dibanding Shikasteh, dan biasanya
ditulis pada kertas terang atau berwarna. Tulisan Divani adalah perkembangan tulisan
Usmaniyyah yang sejajar dengan Shikasteh, dan khususnya dikembangkan akhir abad
ke-15 dari tulisan Ta'liq Turki oleh Ibrahim Munif. Kemudian ia disempurnakan oleh
Syaikh Hamdullah yang terkemuka, khususnya untuk dipakai di bidang kekanseliran.
Tulisan ini benar-benar kursif dan bersusun-susun, dengan huruf tanpa titik dan di luar
konvensi saling berpadu, dan juga tanpa tanda huruf hidup. Tulisan Divani juga
mengembangkan ragam ornamental yang disebut Divani Jali, juga dikenal sebagai
Humayuni(kerajaan).
Pada awal periode Islam, kaligrafi ditulis di perkamen atau papirus dari
Mesir.. Pengenalan kertas dari Cina pada pertengahan abad ke-9 sangat membantu seni
kaligrafi, kertas lebih murah, lebih berlimpah, lebih mudah untuk memotong, dan
mengambil warna lebih baik daripada bahan-bahan tulisan yang sebelumnya
digunakan. Alat-alat tulis Islam itu disebut Qalam, dan biasanya terbuat dari alang-
alang. Buluh yang terbaik berasal dari kawasan Teluk Persia, dan mereka objek yang
berharga perdagangan di seluruh dunia Islam.. Tugas awal dari kaligrafi, dan salah
satu yang tetap yang paling penting, adalah menyalin Alquran. Awal Alquran yang
sangat besar, kadang-kadang beberapa meter ketika dibuka, dan teliti rinci dalam
kesenian.. Dari sana, kaligrafi tumbuh menjadi salah satu seni Islam terbesar, seperti
yang digunakan untuk menghias hampir semua permukaan.. Arsitektur keagamaan
hampir selalu ditampilkan prasasti dalam bahasa Arab kaligrafi, biasanya ayat-ayat
dari Al Qur'an, di tempat ikonografi. Di Koin, kaligrafi gambar diganti penguasa di
awal periode Islam, sebagai nama penguasa menjadi lebih penting daripada wajahnya
di melambangkan negara. Kekaisaran Ottoman sebenarnya menciptakan sebuah
monogram resmi, disebut tughra, untuk setiap sultan.kaligrafi penulisan masing-
masing nama sultan, dan bahwa ayahnya, dengan judul Turki Khan dan kata-kata
"pernah menang," digunakan sebagai tanda sultan. Proliferasi ini menulis di atas
menunjukkan gambaran piktorial melek huruf yang relatif penduduk, karena gambar
telah sering digunakan sepanjang sejarah untuk kepentingan yang buta huruf..
Memang, penekanan pada belajar Islam dan pengetahuan, serta buku produktif
produksi, menyebabkan penduduk lebih melek huruf daripada di abad pertengahan
Eropa.. Tetapi bahkan di antara orang-orang yang tidak bisa membaca tulisan kaligrafi
di berbagai bahan, tulisan berfungsi sebagai jenis gambar, dan penduduk buta huruf
masih bisa menghargai keindahan artistik, tanpa mengetahui apa yang dikatakan.
Ibnu Muqla (886-940) adalah salah seorang ahli kaligrafi terbesar Islam. Dia
mengembangkan prinsip-prinsip geometris yang digunakan oleh ahli kaligrafi setelah
dia, untuk menyimpan surat-surat dalam proporsi, dan ia juga membantu
mengembangkan script kursif yang dikenal sebagai naskh. Ada banyak naskah yang
berbeda gaya, yang berbeda dalam berbagai berabad-abad dan di seluruh daerah luas
dunia Islam. Kufic ini sebagian besar digunakan untuk menulis Alquran, naskh adalah
naskah reguler berpendidikan Muslim, dan hias Thuluth adalah script untuk judul atau
ubin prasasti, di samping banyak variasi lainnya.
Ada sembilan gaya penulisan kaligrafi yang populer yang dikenal oleh para
pecinta seni kaligrafi.
Jenis Kaligrafi Kufi
1. Kufi
2. Tsuluts
3. Naskhi
4. Riq'ah
5. Ijazah (Raihani)
6. Diwani
7. Diwani Jali
8. Farisi
9. Moalla
Selain itu, di Indonesia, kaligrafi merupakan bentuk seni budaya Islam yang
pertama kali ditemukan, bahkan ia menandai masuknya Islam di Indonesia. Ungkapan
rasa ini bukan tanpa alasan karena berdasarkan hasil penelitian tentang data arkeologi
kaligrafi Islam yang dilakukan oleh Prof. Dr. Hasan Muarif Ambary, kaligrafi gaya
Kufi telah berkembang pada abad ke-11, datanya ditemukan pada batu nisan makam
Fatimah binti Maimun di Gresik (wafat 495 H/1082 M) dan beberapa makam lainnya
dari abad-abad ke-15. Bahkan diakui pula sejak kedatangannya ke Asia Tenggara dan
Nusantara, disamping dipakai untuk penulisan batu nisan pada makam-makam, huruf
Arab tersebut (baca: kaligrafi) memang juga banyak dipakai untuk tulisan-tulisan
materi pelajaran, catatan pribadi, undang-undang, naskah perjanjian resmi dalam
bahasa setempat, dalam mata uang logam, stempel, kepala surat, dan sebagainya.
Huruf Arab yang dipakai dalam bahasa setempat tersebut diistilahkan dengan huruf
Arab Melayu, Arab Jawa atau Arab Pegon.
Kehadiran kaligrafi yang bernuansa lukis mulai muncul pertama kali sekitar
tahun 1979 dalam ruang lingkup nasional pada pameran Lukisan Kaligrafi Nasional
pertama bersamaan dengan diselenggarakannya MTQ Nasional XI di Semarang,
menyusul pameran pada Muktamar pertama Media Massa Islam se-Dunia than 1980 di
Balai Sidang Jakarta dan Pameran pada MTQ Nasional XII di Banda Aceh tahun
1981, MTQ Nasional di Yogyakarta tahun 1991, Pameran Kaligrafi Islam di Balai
Budaya Jakarta dalam rangka menyambut Tahun Baru Hijriyah 1405 (1984) dan
pameran lainnya.
Para pelukis yang mempelpori kaligrafi lukis adalah Prof. Ahmad Sadali
(Bandung asal Garut), Prof. AD. Pirous (Bandung, asal Aceh), Drs. H. Amri Yahya
(Yogyakarta, asal Palembang), dan H. Amang Rahman (Surabaya), dilanjutkan oleh
angkatan muda seperti Saiful Adnan, Hatta Hambali, Hendra Buana dan lain-lain.
Mereka hadir dengan membawa pembaharuan bentuk-bentuk huruf dengan dasar-dasar
anatomi yang menjauhkannya dari kaedah-kaedah aslinya, atau menawarkan pola baru
dalam tata cara mendesain huruf-huruf yang berlainan dari pola yang telah dibakukan.
Kehadiran seni lukis kaligrafi tidak urung mendapat berbagai tanggapan dan reaksi,
bahkan reaksi itu seringkali keras dan menjurus pada pernyataan perang. Namun
apapun hasil dari reaksi tersebut, kehadiran seni lukis kaligrafi dianggap para khattat
sendiri membawa banyak hikmah, antara lain menimbulkan kesadaran akan kelemahan
para khattat selama ini, kurang wawasan teknik, kurang mengenal ragam-ragam media
dan terlalu lama terisolasi dari penampilan di muka khalayak. Kekurangan mencolok
para khattat, setelah melihat para pelukis mengolah karya mereka adalah kelemahan
tentang melihat bahasa rupa yang ternyata lebih atau hanya dimiliki para pelukis.
Syamsuri, 2006 “Pendidikan Agama Islam SMA Jilid 2”, penerbit Erlangga