You are on page 1of 2

Adat Perkawinan Sunda

Latar Belakang
Budaya Sunda dikenal dengan budaya yang sangat menjujung tinggi sopan santun. Pada umumnya
karakter masyarakat sunda, ramah tamah (someah), murah senyum lemah lembut dan sangat
menghormati orang tua. Itulah cermin budaya dan kultur masyarakat sunda. Di dalam bahasa Sunda
diajarkan bagaimana menggunakan bahasa halus untuk orang tua.

Pernikahan adat Sunda saat ini lebih disederhanakan, sebagai akibat percampuran dengan ketentuan
syariat Islam dan nilai-nilai "keparaktisan" dimana "sang penganten" ingin lebih sederhana dan tidak
bertele-tele.

Adat yang biasanya dilakukan meliputi : acara pengajian, siraman (sehari sebelumnya, acara "seren
sumeren" calon pengantin. Kemudian acara sungkeman, "nincak endog (nginjak telor), "meuleum
harupat"( membakar lidi tujuh buah), "meupeuskeun kendi" (memecahkan kendi, sawer dan
"ngaleupaskeun "kanjut kunang (melepaskan pundi-pundi yang berisi uang logam).

Acara "pengajian" yang dikaitkan dan menjelang pernikahan tidak dicontohkan oleh Nabi Saw. namun
ada beberapa kalangan yang menyatakan bahwa hal itu suatu kebaikan dengan tujuan mendapatkan
keberkahan dan ridho Allah Swt yaitu melalui penyampaian "do'a".

Siraman, merupakan simbol kesangan orang tua terhadap anaknya sebagaimana dulu "anaknya ketika
kecil" dimandikan kedua orang tuanya. Pada siraman itu, kedua orang tua menyiramkan air "berbau
tujuh macam kembang" kepada tubuh anaknya. Konon acara siraman itu dilakukan pula terhadap calon
penganten lelaki di rumahnya masing-masing. Syaerat islam tidak mengajarkan seperti itu tapi juga tidak
ada larangannya. Asalkan pada acara siraman itu, si calong penganten perempuan tidak menampakan
aurat (sesuai ketentuan agama Islam).

Untuk acara sungkeman yang dilakukan setelah "acara akad nikah" dilakukan oleh kedua mempelai
kepada kedua orang tuanya masing-masing dengan tujuan mohon do'a restu atas akan memulainya
kehidupan "bahtera rumah tangga". Sungkeman juga dilakukan kepada nenek dan kake atau saudaranya
masing-masing.

Acara adat saweran yaitu, dua penganten diberi lantunan wejangan yang isinya menyangkut bagaimana
hidup yang baik dan kewajiban masing-masing dalam rumah tangga. Setelah diberi lantunan wejangan,
kemudian di "sawer" dengan uang logam, beras kuning, oleh kedua orang tuanya.

Nincak endog yaitu memecahkan telor oleh kaki pengantin priya dengan maksud, bahwa "pada malam"
pertamanya itu, ia bersama isterinya akan "memecahkan" yang pertama kali dalam hubungan suami
isteri. Kemudian acara lainnya yaitu membakar tujung batang lidi (masing-masing panjangnnya 20 cm)
dan setelah dibakar, dimasukan ke air yang terdapat dalam sebuah kendi. Setelah padam kemudian di
potong bagi dua dan lalu dibuang jauh-jauh. Sedangkan kendinya dipecahkan oleh kedua mempelai
secara bersama-sama.

Acara terakhir adat Sunda , yaitu, "Huap Lingklung dan huap deudeuh ("kasih sayang). Artinya, kedua
pengantin disuapi oleh kedua orang tuanya smasing-masing sebagai tanda kasih sayang orang tua yang
terakhir kali. Kemudian masing-masing mempelai saling "menyuapi" sebagai tanda kasih sayang. Acara
haup lingkun diakhir dengan saling menarik "bakakak" (ayam seutuhnya yang telah dibakar. yang
mendapatkamn bagian terbanyak "konon akan" mendapatkan rezeki banyak.

Setelah acara adat berakhir maka kedua mempelai beserta keluarganya beristirahat untuk menanti
acara resepsi atau walimahan.
Pertanyaan & Jawaban
1. Apakah Mba sudah menikah?
 Sudah
2. Dengan adat apa Mba menikah?
 Adat Sunda
3. Di mana dilaksanakannya?
 Bandung
4. Apakah adat suami mba sama? Jika berbeda, adat mana yang digunakan?
 Sama
5. Apa yang biasanya dihidangkan dalam acara tersebut?
 Nasi Tumpeng, Jajanan pasar, Pisang Raja, Ayam, dan lain-lain.
6. Apa pakaian yang digunakan? Pakaian formal atau daerah?
 Pakaian daerah
7. Apa yang dilakukan mempelai pria dan wanita sebelum menikah?
 Neundeun Omong, Narosan, Nyandakeun, Ngecangkeun Aisan, Ngaras, Siraman,
Ngerik,
8. Apa saja susunan acara tersebut?
 Pra-pernikahan dengan susunan seperti tadi, Upacara akad nikah, dan Upacara setelah
akad nikah.
9. Apa tujuan acara tersebut dilakukan?
 Memeriahkan acara perkawinan
10. Apabila acara tersebut tidak dilakukan apa akibatnya?
 Dianggap hal tabu
11. Nilai-nilai apa saja yang terkandung di dalamnya?
 Adat istiadat yang telah diwariskan turun temurun
12. Apakah ada aturan-aturan khusus?
 Tidak
13. Apakah ada iringan-iringan musik?
 Ada, musik-musik daerah

Kesimpulan
Sikap kita adalah berusaha melestarikan adat tersebut agar dapat menunjukan keanekaragaman
adat Indonesia.

Created by : Clement

Halim

Raymond Titus

Ricky

You might also like