Professional Documents
Culture Documents
Perut terasa mual, keringat dingin membasahi seluruh badan atau lidah terasa kelu, mungkin pernah kita
rasakan. Yang sering terjadi adalah kita tidak sadar bahwa itu merupakan sebagian tanda-tanda
keracunan.
Berbagai kasus keracunan makanan, sudah sering kita dengar dari media massa. Mungkin, kita sendiri
pun pernah mengalaminya. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan seseorang keracunan
makanan. Di antaranya karena sifat bahan makanan itu sendiri, cara pengolahan atau penyimpanannya,
dan bisa pula karena pengaruh dari luar.
Selama ini, kasus keracunan yang sering terjadi adalah akibat seseorang menelan makanan yang telah
dicemari racun yang dikeluarkan oleh bakteri staphylococcus. Sebenarnya bakteri ini jika tertelan tidak
akan menimbulkan sesuatu yang buruk, akan tetapi ia dapat menghasilkan racun enterotoxin yang akan
menyebabkan keluarnya cairan berlebihan dari usus halus.
Bakteri lain yang dapat mengeluarkan racun dalam makanan adalah Clostridium perfringens, Vibrio
parahaemolyticus (biasanya berasal dari pencemaran air laut), dan Bacilus cereus.
Pencemaran bahan makanan oleh bakteri, biasanya berawal dari pengolah atau pemasak makanan yang
menderita infeksi kulit karena bakteri staphylococcus. Bisa pula terjadi karena makanan dibiarkan terlalu
lama berada pada suhu kamar setelah dimasak, sehingga spora bakteri bisa tumbuh. Bila sudah
tercemar, racun dalam makanan tidak akan hilang meski sudah dipanaskan lagi. Beberapa makanan
yang mudah menimbulkan keracunan antara lain sosis, daging, lidah sapi, ikan, susu dan hasil
olahannya, dan telur.
Muntah-muntah dan diare adalah gejala utama keracunan akibat bakteri. Selain itu ada pula gejala yang
sering timbul mendadak, misalnya mual, otot perut kejang, diare yang disertai sakit kepala, badan lemah
dan demam. Gejala-gejala ini muncul satu sampai 22 jam setelah makanan yang tercemar tertelan dan
tergantung pada bakteri yang mencemarinya, kemudian menghebat dalam waktu 12-24 jam, dan
akhirnya mereda. Adakalanya terjadi kejang perut yang menghebat, hingga penderita jatuh pingsan. Jika
hal ini sampai terjadi, maka penderita harus segera dibawa ke dokter.
Untuk mencegah agar bahan makanan tidak tercemari bakteri, maka simpanlah bahan makanan yang
mengandung daging, ikan, telur unggas, maupun susu serta olahannya dalam lemari pendingin, jika tidak
segera dimakan setelah dimasak. Ikan laut yang baru dikeluarkan dari penyimpanan jangan langsung
dimakan. Cuci dan masak dulu sampai benar-benar matang. Satu lagi, jangan memegang, memasak
atau mengolah makanan ketika sedang sakit, khususnya infeksi kulit dan mata.
KERACUNAN MAKANAN KALENG
Saat ini, berbagai jenis bahan makanan kaleng semakin banyak kita jumpai. Baik sayuran, daging,
sarden dan sebagainya. Proses pengalengan yang kurang sempurna dapat merangsang timbulnya
bakteri Clostridium botulinum. Bakteri ini senang tumbuh di tempat tanpa udara, dan akan mengeluarkan
racun yang bisa merusak saraf juka sampai tertelan. Gejala keracunan bakteri ini disebut botulisme.
Gejala botulisme biasanya akan timbul mendadak, 16-18 jam sesudah menelan makanan yang
mengandung racun tersebut. Gejala biasanya diawali dengan kelelahan dan tubuh terasa lemah.
Kemudian diikuti adanya gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan ini bisa berupa penglihatan
ganda (diplopia), Penglihatan kabur, kelumpuhan otot-otot dan kelopak mata, kehilangan daya
akomodasi lensa mata, dan refleks pupil mata terhadap cahaya berkurang atau hilang sama sekali.
Gejala berikutnya bisa berupa kesulitan bicara, sulit menelan dan muntah yang keluar melalui hidung.
Kesulitan menelan ini bisa menyebabkan makanan masuk ke dalam saluran pernapasan yang dapat
mengakibatkan radang paru (pneumonia). Gejala juga disertai melemahnya otot-otot tubuh, tangan dan
kaki. Suhu tubuh tetap, tetapi kadang bisa meninggi.
Penderita keracunan botulisme harus dirawat di rumah sakit. Umumnya, proses penyembuhan berjalan
lambat. Sisa kelemahan otot-otot mata bisa berlangsung beberapa bulan.
Agar tidak keracunan makanan kaleng, kita sebagai konsumen harus teliti dalam memilih makanan
kaleng. Sebaiknya pilihlah makanan yang sudah mendapat registrasi dari Departemen Kesehatan RI.
Juga, masak atau panasi dahulu makanan dalam kaleng sebelum dikonsumsi. Jangan dimakan bila
terdapat bahan makanan yang rusak atau membusuk.
Sayuran dan buah-buahan biasanya telah dicemari oleh zat kimia, baik sebagai pengawet maupun racun
pembasmi hama (yang sering digunakan petani sebelum dipanen. Zat-zat kimia ini bisa berupa arsen,
timah hitam, atau zat-zat yang bisa menyebabkan keracunan. Selain itu, makanan seperti acar, jus buah,
atau asinan yang disimpan di dalam tempat yang dilapisi timah (bahan pecah belah yang diglasir),
cadmium, tembaga, seng atau antimon (panci yang dilapisi email) juga dapat menimbulkan keracunan
dengan berbagai gejala, tergantung pada logam-logam yang meracuninya. Keracunan akibat kelebihan
bahan pengawet juga bisa terjadi, misalnya sodium nitrit.
Cadmium yang digunakan untuk melapisi barang-barang dari logam dapat larut dalam makanan yang
bersifat asam, sehingga jika ikut termakan dalam jumlah banyak makanan tersebut bisa menimbulkan
keracunan. Gejalanya antara lain mual, muntah, diare, sakit kepala, otot-otot nyeri, ludah berlebihan,
nyeri perut, bahkan dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal.
Nitrit sering digunakan sebagai bahan pengawet untuk menjaga atau mempertahankan warna daging.
Jika dikonsumsi berlebihan, makanan yang mengandung zat kimia ini mengakibatkan keracunan dengan
gejala pusing, sakit kepala, kulit memerah, muntah, pingsan, tekanan darah menurun dengan hebat,
kejang, koma dan sulit bernapas.
Upaya pencegahan yang bisa dilakukan agar tidak teracuni zat kimia, yaitu dengan mancuci bersih buah-
buahan, sayuran dan daging sebelum diolah. Selain itu, jangan manyimpan bahan makanan yang bersifat
asam (sari buah, acar, asinan) di dalam panci yang terbuat dari logam.
Ada beberapa jenis bahan makanan, baik dari hewan maupun tumbuhan sudah mengandung zat
beracun secara alamiah. Salah satu tumbuhan yang sering menyebabkan keracunan adalah jamur. Ada
dua macam jamur dari jenis amanita yang sering menyebabkan keracunan. Jamur Amanita muscaria
mengandung racun muscarine yang jika termakan akan menimbulkan gejala-gejala tertentu dua jam
setelah tertelan, yaitu keluar air mata dan ludah secara berlebihan, berkeringat, pupil mata menyempit,
muntah, kejang perut, diare, rasa bingung, dan kejang-kejang yang bisa menyebabkan kematian. Jamur
Amanita phalloides mengandung racun phalloidine yang akan menimbulkan gejala keracunan 6-24 jam
setelah tertelan, dengan gejala mirip keracunan muscarine. Selain itu penderita tidak bisa kencing dan
akan mengalami kerusakan hati.
Dari jenis hewan, beberapa ikan laut juga dapat menyebabkan keracunan. Beberapa jenis ikan laut di
daerah tropis akan beracun pada waktu-waktu tertentu dalam satu tahun. Sedangkan jenis lainnya akan
beracun sepanjang tahun. Beberapa contoh ikan beracun antara lain ikan gelembung, ikan balon, belut
laut, ikan landak, ikan betet, mackerel, dan lain-lain. Gejala keracunan ikan dapat dirasakan setengah
sampai empat jam sesudah dimakan, yaitu gatal di sekitar mulut, kesemutan pada kaki dan lengan, mual,
muntah, diare, nyeri perut, nyeri persendian, demam, menggigil, sakit pada saat kencing, dan otot tubuh
terasa lemah.
Untuk mencegah keracunan ikan, sebaiknya jangan mengonsumsi jenis ikan yang beracun. Selain itu,
bekukanlah ikan laut (simpan dalam lemari pendingin) segera setelah ditangkap.
Produk laut lain yang sering menimbulkan keracunan adalah jenis kerang-kerangan. Remis, kerang,
tiram, dan jenis kerang-kerangan lain yang hidup di daerah laut tertentu sering mengandung racun,
terutama pada musim panas. Gejala keracunan timbul lima sampai 30 menit setelah makanan tertelan,
berupa rasa kebal di sekitar mulut, mual, muntah, kejang perut yang diikuti kelemahan otot dan
kelumpuhan saraf tepi. Kegagalan pernapasan juga bisa terjadi hingga berujung pada kematian. Agar
tidak keracunan kerang, tahanlah untuk memakannya pada musim panas.
Menurut beberapa buruh yang tengah dirawat di RS Qadr, mereka mulai merasakan mual-
mual pada Rabu sore. Rasa mual berlanjut dengan muntah-muntah dan buang air besar.
Keracunan itu diduga berasal dari makanan yang mereka makan di kantin pabrik, pada
Rabu siang.
Buruh yang menderita keracunan segera dilarikan ke tiga rumah sakit terdekat. Di RS Qadr
sebanyak 90 orang dirawat, sedangkan di RS Siloam Gleneagles sebanyak 15 orang, dan di
RS As Sobhirin 10 orang.
Sebagian dari buruh yang keracunan adalah mereka yang juga mengalami penderitaan
yang sama pada bulan lalu. Pada awalnya buruh merasakan mual-mual beberapa jam
setelah makan siang.
Rasa mual di perut itu dirasakan sebagian buruh ketika masih bekerja di pabrik. "Saya
mulai merasa mual ketika masih bekerja di pabrik. Saat keracunan pada bulan lalu, rasa
mual baru terasa ketika sudah pulang ke rumah kontrakan," ujar seorang buruh
perempuan.
Sampai dengan Kamis siang, sejumlah buruh masih dirawat di tiga RS itu. Beberapa buruh
menyusul masuk ke rumah sakit pada Kamis pagi.
Keracunan yang dialami buruh PT LG merupakan peristiwa kedua dalam satu bulan ini. Pada
bulan lalu, sebanyak 139 buruh PT LG juga dilanda keracunan. Ketika itu penyebab
keracunan diduga pula berasal dari makanan di kantin pabrik. (MUL)
Sumber:
Kompas, Jumat, 12 April 2002
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0204/12/METRO/buru17.htm
Mengatasi Keracunan Makanan
Keracunan makanan merupakan penyakit yang diakibatkan pengkonsumsian makan atau
minuman yang memiliki kandungna bakteri, dan/atau toksinnya, parasit, virus atau bahan-bahan
kimia yang dapat menyebabkan gangguan di dalam fungsi normal tubuh.
Beberapa gejala yang timbul akibat keracunan biasanya ringan tetapi dapat hingga berat dan
memerlukan perawatan di rumah sakit, beberapa keracunan juga dapat menyebabkan kematian.
Gejala-gejala yang dimaksud adalah nyeri perut, muntah, diare, sakit kepala, dan beberapa gejala
yang mengancam nyawa meliputi gaangguan pada fungsi neurologis, hati dan ginjal.
Menurut Center of Disease Control (CDC), sebagian besar keracunan makan akibat kesalahan
dalam mengolah makanan, seperti
• Membiarkan makanan yang telah siap saji pada suhu yang baik bagi bakteri untuk
tumbuh.
• Kesalahan memasak atau menghangatkan kembali makanan.
• Kontaminasi silang
• Kontaminasi oleh tangan pengolah makanan (koki)
Beberapa hal yang perlu dilakukan jika menemui kasus keracunan khususnya pada keracunan
yang memiliki gejala diare:
○ Rehidrasi dan suplementasi elektrolit yang tepat. Sehingga tidak terdapat syok
karena kurang cairan
○ Penyerap cairan untuk mengurangi kehilangan cairan seperti kaopektat,
aluminium hidroksida.
○ Jika gejala tetap persisten lebih dari 3 hari, maka hal yang paling tepat dilakukan
adalah membawa korban ke RS untuk menerima perawatan lebih intesnsif, sebab
pengobatan simptomatik saja tidak cukup, korban harus menerima cairan lebih
intensif melalui infus. Dan pada rumah sakit dapat dilakukan pemeriksaan
diagnosti lebih baik.
Untuk mencegah terjadinya keracunan makanan, kita sebaiknya melakukan
Pengelolaan sistem hiegen yang baik
Pengolahan makanan yang baik
Hindari terjadi kontaminasi dari mana pun
Simpan makanan dalam suhu yang tepat (< 5oC untuk makanan yang
disimpan dalam kulkas dan > 60oC untuk makanan yang panas).
Hindari makan makanan yang asam yang dikemas dalam kemasan yang
terbuat dari logam.
Hindari makan jamur yang liar.
Hindari mengkonsumsi makanan setengah matang.
Apakah Keracunan Makanan?
���� Keadaan di mana seseorang itu mengalami
� Loya dan muntah
� Memulas dan sakit perut
� Cirit-birit
� Kadangkala demam dan kesejukan
Gejala yang dialami berbeza dari seseorang ke seorang yang lain bergantung kepada
� Ketahanan seseorang
� Jenis racun
� Jumlah racun yang termakan
� Umur seseorang
� Mendapatkan sokongan dan kerjasama kawan dan saudara mara supaya menjauhi dari
membeli makanan dari gerai yang kotor
1. Basuh tangan selepas ke tandas dan sebelum mengendali, menyedia dan menyentuh
makanan � Jangan ambil makanan dengan tangan. Gunakanlah penceduk, garpu, sudu
atau penyepit yang bersih
2. Gunakanlah alat-alat yang bersih untuk menyediakan makanan. Jangan gunakan alat-alat
yang sama bagi makanan mentah dan yang dimasak
3. Simpan atau tudung makanan supaya terlindung dari lalat, serangga dan habuk
4. Simpan semua bahan makanan yang mudah rosak seperti daging, ikan, ayam, sayur dan
susu di dalam peti sejuk sehingga diperlukan. Jika tidak mempunyai peti sejuk, sebaik-
baiknya beli bahan makanan untuk keperluan hari itu sahaja.
JIKA TERJADI KERACUNAN MAKANAN KEPADA ANDA ATAU KELUARGA
ANDA
� Simpan makanan yang disyaki menyebabkan keracunan, supaya pihak kakitangan kesihatan
dapat membuat kajian selanjutnya.
� Laporkan semua kejadian keracunan di Pejabat Kesihatan atau Pusat Kesihatan yang
berhampiran dengan segera.
Persepsi Masyarakat Terhadap Dokter Spesialis
Beberapa anggapan media massa dan masyarakat terhadap kasus almarhum Munir di pesawat
terbang sewaktu mengalami ajalnya agak mengherankan. Dokter Tarmizi Hakim yang saya kenal
sebagai superspesialis operasi jantung diberitakan sebagai dokter yang kompeten di pesawat
sehingga crew mempercayakan Munir kepadanya. Dengan segala hormat terhadap Tarmizi
tentang keahlian spesifiknya, saya yakin bahwa beliau tidak mengerti apa yang diderita Munir
dalam rintihannya yang seolah seperti muntah-berak biasa. Ini pun dikomentari sendiri oleh
Tarmizi, dan hal itu mungkin dapat ditanggapi oleh crew untuk mendarat ke kota terdekat jika
disadarinya.
Masyarakat telah terbiasa berkonsultasi kepada dokter yang spesialis dalam bidang organ
tersebut untuk segala yang dirasakan di tubuhnya. Jadi kalau pasien mengeluh atau menunjukkan
gejala perut, ya pergi ke dokter perut, dan dianggap bahwa dokter jantung kan juga telah dididik
menjadi dokter umum dahulu, baru kemudian berspesialisasi. Jadi dokter spesialis organ tertentu
(spesialisasi dokter sekarang terkotak-kotak) maka sakit flu pun ditangani olehnya. Padahal
dokter spesialis sering tidak tahu obat flu itu seperti apa sebaiknya yang dipilih. Ya, memang
mudah saja pikirnya, lihat dalam buku MIMS (buku yang dikeluarkan industri tentang obat-obat
spesialis) yang juga sudah menggolongkan obat ke dalam bermaca-macam golongan.
Penggolongan obat dalam kotak-kotak penyakit organ tertentu memang memudahkan dokter
memilih. Misalnya, mengambil salah satu obat yang digolongkan (obat bikin pintar, misalnya)
dan mengharapkan pasti pasiennya akan menjadi lebih pintar.
Dengan demikian, secara terselubung dokter spesialis menjadi dokter yang dipercayai
masyarakat untuk segala keluhannya. Apakah fenomena ini tidak memberi legitimasi terlalu
besar kepada seluruh profesi kedokteran?
Apakah dokter spesialis dibenarkan secara etis- walaupun ia dibenarkan menurut peraturan di
Indonesia-untuk mengobati bidang yang tidak dikuasainya? Apakah bisa dokter umum
mengobati semua penyakit? Apakah tidak waktunya untuk suatu pengakuan dan mendidik dokter
sebagai dokter ahli penyakit umum, yang memang lazim di negara lain? Apakah perlu mendidik
dalam spesialisasi langka? Semua pertanyaan ini menggelitik Departemen Kesehatan untuk
dibenahi.
Keahlian bidang keracunan memang langka di negeri ini. Semua kasus keracunan pun dianggap
bisa dimengerti dan diatasi dengan membaca buku atau di internet. One does not become an
expert by just reading. Karena informasi dianggap penting, POM pun menarik (secara politis)
bidang keracunan ke dalam kefarmasian. Legitimasi apa yang ada pada para farmasis untuk
mengambil alih bidang ini dengan menguasai suatu Pusat Informasi Keracunan ke dalam
domainnya?
Memang sebagian dari tugas laboratorium terletak dalam keahlian laboratorium yang bisa
dilakukan oleh farmasis, tapi apakah mengetahui dan melakukan pemeriksaan laboratorium
melegitimasi orang menjadi Clinical Toxicologist dan menilai kasus keracunan?
Toksikologi klinik lazimnya di seluruh dunia terletak dalam domain rumah sakit umum
(university hospital). Toksikologi juga bidangnya macam-macam, bisa experimental toxicologist
(bekerja di laboratorium dengan metode in vitro dan hewan percobaan), bisa sebagai patolog
(melihat sediaan irisan bawah mikroskop), bisa clinical toxicologist (mengenal gejala klinis dan
mengobati keracunan), dan sebagainya.
Misalnya, masalah Buyat saja sebenarnya begitu sederhana. Ketika saya membaca gejala-gejala
yang dilaporkan di koran dan bertanya apakah ada kejang atau/dan kelumpuhan dijawab dengan
tegas 'tidak ada'', tapi yang diributkan koran ialah 'kelainan kulit'. Kalau begitu bukan keracunan
merkuri (methyl Hg) saya katakan. Orang bingung dan mengatakan saya terlalu cepat
berkonklusi. Rasanya tidak, karena tanda khas keracunan Minamata ialah gejala-gejala otak
tersebut dan tidak ada keracunan merkuri bila tidak ada kejang dan paralisa. Bisa saja ada gejala
lain, namun sebagai gejala khas merupakan tanda-tanda pasti, dan bukan marker biasa. Ada
alasan ilmiahnya mengapa otak merupakan pusat gejala primer dan bukan ginjal misalnya.
Contoh lain lebih membingungkan.
Beberapa tahun lalu, pasien saya dirawat di rumah sakit spesialis jantung, seorang ibu tua yang
menderita gangguan ritme jantung. Ia juga penderita asma kronis dan kambuh hebat waktu itu.
Saya ditelepon keluarga pasien karena ibu tersebut keracunan obat asma karena dosisnya terlalu
tinggi, yang oleh dokternya (spesialis jantung) didiamkan saja. Atas pertanyaan mengapa dokter
tidak bertindak, dijawab 'tunggu doker paru'. Lalu, kapan dokter paru datang? Dijawabnya,
dokter paru datang dua kali seminggu. Selebihnya Anda bisa menerka apa yang akan terjadi.
Karena bidang toksikologi tidak menghasilkan uang, maka tidak seorang pun di negara ini
menjadi ahli benar. Hal ini menjadi masalah umum negara Indonesia karena gaji tidak
mencukupi. Di negara lain spesialisasi ditentukan oleh kesenangan ilmu karena mereka
menerima gaji sama seperti ahli ilmu klinik. Sedihnya, profesi tidak ditentukan oleh kebutuhan,
kesenangan, dan pilihan bebas manusia, tapi oleh uang.
Institut Toksikologi pun tidak ada karena biayanya sangat besar. Sewaktu saya kembali dari
belajar toksikologi di Inggris tahun 1973, saya mengajukan proposal kepada pemerintah untuk
mendirikan unit seperti ini, karena saya telah mengantisipasi akan terjadi banyak masalah
keracunan di negara yang sedang membangun.
Namun, dijawab saja tidak (oleh Departemen Kesehatan), yang berarti pemimpin tidak mengerti
dan uang lebih baik diinvestasikan ke proyek instan yang menghasilkan uang. Kalau ada kasus
Munir semua ribut dan mau ikut bicara (tanpa mengerti apa itu arsenik). Khas tindakan reaktif
dan tidak proaktif, dan biasanya akan menghilang setelah kasusnya mengendap. Sudah waktunya
pemerintah sekarang mulai berpikir panjang dan tidak dalam kurun waktu pemerintahan seorang
presiden saja, yaitu 5 tahun, dan bersikap après moi le déluge.
Toksikologi
Adalah ilmu ttg efek buruk zat kimia thd manusia, yang berasal dari lingkungannya.
Mencakup: 1) pengujian hewani utk peroleh informasi ttg risiko bila zat kimia
dipaparkan pada manusia dan lingkungan; 2) mekanisme terjadinya efek buruk,
agar kejadiannya dpt dicegah atau diobati; 3) pengendalian peredaran, agar
diperoleh manfaat yg optimal dgn risiko minimal; 4) pengenalan kasus kematian
melalui analisis kimiawi dan pengkajian hubungan kausal kematian; 5) deteksi klinis
kasus keracunan melalui pengembangan tehnik pemeriksaan dan pengobatan yg
cepat dan akurat.
Toksikologi Deskriptif
Tiap zat kimia aktif perlihatkan graded dose-response relationship pd individu dan
quantal dose-response pd populasi.
Kajian quantal dose-response relationship berguna utk tentukan median lethal dose
(LD50).
Analisis probit dari quantal dose-response relationship bertujuan utk tentukan
potensi mortalitas suatu zat di populasi.
Penilaian risiko suatu zat baru mencakup pula risiko karsinogenik.
Keracunan akut bercirikan dosis tinggi dalam waktu yg singkat, sedangkan
keracunan kronik bercirikan dosis kecil dgn waktu papar yg panjang.
Efek toksik dapat ditimbulkan oleh senyawaan asal atau metabolit. Penting utk
ketahui metabolisme, aktifasi, atau dekomposisi zat toksik.
Metabolit toksik umumnya terjadi melalui biotransfomasi di hepar, ttp terjadi pula di
kulit oleh sinar UV atau radiasi (tetrasiklin, sulfa, chlorpromazine, dan nalidixic acid.
Spektrum efek toksik: pharmacological (depresi SSP), pathological ( ikterus),
genotoxic (neoplasma). Karsinogen adalah genotoxic atau promoter. Ames test dgn
S. typhimurium bertujuan utk kenali zat mutagenik / genotoxic, bukan promoter;
tambahkan endoplasmic reticulum utk tes metabolit. Tes hewan tentukan
genotoksik dan promoter sekaligus.
Tes toksikologi obat mencakup toksisitas akut, subakut, dan kronik,
Efek toksik obat mencakup pula reaksi alergik, idiosinkratik dan interaksi.
Prinsip Pencegahan dan Pengobatan Keracunan Akut
Ikuti petunjuk penyimpanan dan penggunaan, dan pengobatan keracunan
Pengobatan segera, spesifik dgn antidot utk atasi efek toksik, nonspesifik utk
pertahankan fungsi organ vital (pernafasan, sirkulasi, jantung, ginjal, SSP, motorik),
dan cegah penyerapan lanjut atau percepat eliminasi.
Rawat utk pantau perjalanan penyakit dan kesudahan pengobatan.
Klasifikasi keparahan gejala SSP. Gunakan GCS untuk penurunan kesadaran.
Tatalaksana Saluran Nafas Keracunan Akut
Periksa refleks buka mulut, keluarkan gigi palsu.
Bersihkan orofaring.
Tidur miring, rendahkan kepala.
Tak ada refleks batuk, pasang pipa endotrakea.
Beri oksigen bila hipoksia.
Alat bantu pernafasan bila perlu.
Tatalaksana Fungsi Kardiovaskuler dan Ginjal
Periksa TD dan nadi.
Bila TD sistolik<80 (dewasa muda) atau <90 (orang tua), tinggikan kaki. Bila tak
efektif berikan cairan koloid.
Monitor produksi urin. Bila ada overload dan oliquria, berikan dopamine dosis
rendah (5μg/kg/menit).
Koreksi sebab aritmia.
Adsorpsi kimiawi: Activated charcoal (arang aktif) tarik dan ikat obat yg belum
diserap di saluran cerna. Yang tak dapat ditarik dan diikat oleh arang aktif adalah
alkohol, hidrocarbon, metal, dan zat korosif. Manfaat makin besar bila makin dekat
dengan saat keracunan oral. Arang aktif juga ikat obat yg alami siklus enterohepatik
(TCA, gluthetimide). Lebih disukai dari emesis dan bilasan lambung, karena lebih
aman dan efektif. Digunakan pd keracunan fenobarbital, theophyllin,
carbamazepine, dapsone, quinine. Kontraindikasi: saluran nafas yg belum bebas,
obstruksi GI, paralisis GI. Berikan 50 gr (10 sendok meja) dalam segelas air,
peroral/pipa orogastrik
Inaktifasi kimiawi: Antidot ikat zat racun hingga tak aktif atau tak diserab. Amonia
ikat formaldehide bentuk hexamethylenetetramine yg tak aktif. Jarang digunakan
krn pengikatan kurang cepat. Dahulu zat asam dinetralisir dgn zat basa, dan
sebaliknya; sekarang keracunan dgn zat asam/basa diobati dengan cara
pengenceran.
Purgasi: dgn katartik osmotik utk kurangi penyerapan melalui peningkatan
rangsangan peristaltik saluran cerna. Diindikasikan pd keracunan enteric-coated
tablet yg kejadiannya lewat 1 jam. Yang digunakan: sorbitol, natrium sulfat atau
magnesium sulfat.
Whole-bowel irrigation: timbulkan defekasi dan pengeluaran seluruh isi saluran
cerna, dengan elektrolit isosmolar/polyethylene bermolekul tinggi; telah digunakan
pd keracunan enteric-coated atau sustained-released tablet.
Irigasi mata: pd keracunan gas, mata dibilas dengan air
Percepatan Eliminasi Zat Racun
Biotransformasi: ethanol hambat biotransformasi methanol jadi asam formiat yg
toksik; gluthation/N-acetylcysteine ikat metabolit parasetamol yg elektrofilik;
thiosulfate percepat konversi sianida (-CN) menjadi thiocyanate, misalnya pd
keracunan singkong.
Keracunan akut: tak berasa, mirip gula; mulut terbakar, konstriksi tenggorokan,
sukar menelan, nyeri hebat lambung, muntah projektil, dirrhea berat, oliquria,
proteinuria, hematuria, kaku otot, dan sangat haus. Kematian didahului konvulsi
dan koma. Pengobatan: dimercaprol 3-4 mg/kg im tiap 4-12 jam sampai gejala
abdominal hilang. Lanjutkan dgn penicillamine oral 2 g/hari dalam dosis terbagi.
Berikan lagi penicillamine bila gejala kembali.
Keracunan kronis: lemah otot, sakit kepala, hiperpigmentasi kulit (leher, kelopak
mata, putting susu, dan ketiak), hiperkeratosis, edema. Diagnosis: kadar
urin>50μg/24 jam.
Terapi Kelasi dgn Antagonis Logam Berat
CaNa2EDTA: ekskresi◊Ikat Pb dan gantikan Ca di tulang, mobilisasi PB ke sirkulasi di
ginjal; diikuti oleh redistribusi Pb dari jaringan lunak ke tulang.Walau Hg dapat
diikat, CaNa2EDTA tak efektif obati keracunan Hg krn terikat erat dgn –SH.
Dimercaprol: antidot gas vesicant As (lewisite). Membawa dua –SH utk ikat logam
berat (Hg, Au, As). Sediaan minyak, im, Cmax 30-60 menit, t1/2 4 jam.. ES:
hipertensi, takikardia, nausea, muntah, sakit kepala, dll. KI: defisiensi G6PD,
insufisiensi hati. Alkalinisasi urin utk lindungi ginjal.
Succimer: mirip dimercaprol, peroral, ikat Pb, As, Hg, Cd. Indikasi: keracuan anak
dgn Pb darah>45μg/dl.
Racun
Maraknya kasus keracunan makanan akhir-akhir ini menuntut kita untuk lebih waspada dalam
memilih makanan. Kita perlu tahu bahwa segala macam bahan makanan pada umumnya
merupakan media yang sesuai untuk perkembangbiakan mikroorganisme. Akibat ulah
mikroorganisme, bahan makanan membusuk dan mengalami kerusakan sehingga mempengaruhi
kandungan nutrisi makanan tersebut.
Keracunan karena mikroorganisme dapat berupa keracunan makanan (food intoxication) dan
infeksi (food infection) karena makanan yang terkontaminasi oleh parasit atau bakteri patogen.
Keracunan makanan (food intoxication) dapat terjadi karena makanan tercemar toksin. Toksin
bisa berupa eksotoksin yaitu toksin yang dikeluarkan oleh mikroorganisme yang masih hidup;
enterotoksin yaitu toksin yang spesifik bagi lapisan lendir usus seperti tahan terhadap enzim
tripsin dan stabil terhadap panas; aflatoksin/toksoflavin seperti pada kasus keracunan tempe
bongkrek.
Keracunan makanan oleh eksotoksin dapat terjadi karena makanan nonasam dalam kaleng
(sayuran, buah-buahan, daging) yang diproses kurang sempurna sehingga bakteri Clostridium
botulinum atau sporanya masih dapat tumbuh. Gejala klinis keracunan makanan oleh eksotoksin
antara lain muntah, penglihatan ganda, kelumpuhan otot, terkadang diare, sakit perut, nyeri otot,
pupil membesar, sukar menelan, dan lemah. Gejala ini timbul dalam waktu 8 jam sampai 8 hari.
Berikut langkah yang dapat dilakukan untuk menanganinya:
• Usahakan muntah dengan diberi karbon aktif atau natrium bikarbonat. Jika
tidak terjadi diare, lakukan pengurasan lambung dengan memberikan air
hangat 1-2 L atau larutan garam 5-10 ml/kg BB untuk anak-anak lalu
dilanjutkan dengan pemberian karbon aktif. Kemudian lakukan pembersihan
usus dengan obat laksan senyawa garam seperti Mg-sulfat atau Na-sulfat.
• Lakukan pemeriksaan darah untuk menentukan jenis toksin.
• Jika terjadi depresi pernapasan, berikan pernapasan buatan.
Untuk mencegahnya, rebus makanan kaleng selama 15 menit dalam air sebelum dimakan.
Keracunan makanan yang sering terjadi secara massal dapat disebabkan oleh enterotoksin dalam
makanan yang dihasilkan oleh bakteri Staphylococcus, Clostridium perfringens, Bacillus cereus,
dan Vibrio parahemoliticus. Waktu inkubasi antara 1-96 jam dan gejala timbul antara 1-7 hari.
Pencemaran terjadi karena makanan dibiarkan terbuka atau spora yang masih ada tumbuh
kembali. Makanan yang biasa tercemar enterotoksin misalnya daging, susu dan produk susu,
produk ikan, telur, sosis. Masuknya enterotoksin dalam tubuh dapat dilihat dari gejala klinis yang
muncul seperti mual, muntah, diare, sakit dan kejang perut, demam, dehidrasi, syok. Tindakan
penanggulangan dapat berupa pemberian klorpromazin 25-100 mg atau obat antimuntah lain
untuk mengatasi muntah. Bila keracunan ringan, biarkan penderita istirahat di tempat tidur tanpa
diberi apa-apa melalui mulut selama 4 jam sampai muntahnya berhenti. Sebagai tindakan
pencegahan, untuk makanan seperti daging, susu dan produk susu, ikan, dan telur, jika tidak
segera dimakan sebaiknya disimpan di dalam almari es. Apabila anda sedang menderita infeksi
mata dan kulit, sebaiknya tidak mengolah dan memegang makanan.
Keracunan tempe bongkrek disebabkan oleh toksoflavin/aflatoksin dan asam bongkrek yang
dihasilkan oleh Pseudomonas cocovenans yang dikenal sebagai bakteri asam bongkrek. Toksin
ini dihasilkan dalam media yang mengandung ampas kelapa. Keracunan tempe bongkrek dengan
gejala klinis seperti mual, muntah, diare, pingsan, dan meninggal, biasa terjadi di Banyumas di
mana di daerah itu tempe bongkrek banyak diproduksi. Satu-satunya cara untuk mencegah
keracunan ini adalah dengan tidak mengkonsumsi tempe bongkrek. Jika terlanjur memakannya
dan terjadi keracunan, usahakan untuk muntah,lakukan pengurasan lambung, dan berikan
pernapasan buatan jika perlu.(it@)
Posted in Anda Perlu Tahu, Buletin 2007, September 2007 - Keracunan.
By PIOGAMA
9 February2009
Untag-Net Di tahun 2004 saja telah terjadi lebih dari 50 kali kejadian keracunan
makanan massal (yang korbannya lebih dari 10 orang) di Indonesia, 15 orang
korbannya dinyatakan meninggal dunia ! WHO menyebutkan sekitar 81 juta orang
di muka bumi tiap tahun menderita sakit akibat keracunan makanan, 9.000 di
antaranya menimbulkan kematian.
PENYEBAB
(virus Hepatitis A dan jenis virus lainnya serta bakteri dan logam berat).
4. Buah dan sayuran (virus Hepatitis A dan parasit, kadang pestisida !).
CARA MENGHINDARI
1. Jangan membeli makanan yang segel pengamannya tidak utuh lagi atau
makanan kaleng yang kemasannya sudah penyok atau menggelembung.
2. Pulang belanja, bahan makanan yang mudah rusak (ikan, daging, sayur, buah)
segera simpan di kulkas. Jaga agar kulkas anda tetap pada suhu < 8oC dan suhu
freezer < 0oC.
4. Saat memotong makanan gunakan papan iris/talenan plastik karena bakteri bisa
terperangkap di dasar talenan yang terbuat dari kayu.
5. Cuci tangan minimal selama 20 detik dengan sabun dan air hangat sebelum
memasak dan menghidangkan makanan.
8. Masak makanan untuk membunuh bakteri. Daging merah dimasak hingga suhu
180oC atau bila bagian dalamnya telah berwarna coklat (telah matang benar).
10. Hindari makan telur mentah dan jangan minum susu yang tidak dipasteurisasi.
11. Jangan mengkonsumsi makanan/minuman yang rasa, bau atau warnanya sudah
berubah.
12. Jika tidak yakin apakah suatu makanan masih baik atau tidak, jangan ambil
risiko, buang saja makanan tersebut.
Seminggu yang lalu teman blogger saya menceritakan pengalamannya ketika keracunan
makanan di blognya. Saya sendiri sudah berkali-kali mengalami keracunan makanan. Saya kira
kejadian tersebut bukan suatu kejadian luar biasa dan bisa saja terjadi pada semua orang. Apalagi
pengawasan mutu makanan dan kesadaran masyarakat untuk menyajikan makanan yang baik dan
sehat di negeri ini masih sangat kurang.
Berbagai makanan yang sudah kedaluwarsa masih saja dijual bebas di toko-toko dan swalayan,
belum lagi makanan-makanan yang dicampur dengan berbagai zat kimia yang berbahaya.
Terkadang saya tak habis pikir ketika suatu kali saya disajikan jus mangga yang rasanya begitu
aneh, setelah saya lihat langsung ke dapur warung barulah saya tahu mangganya sudah busuk.
Tanpa rasa bersalah mereka menyajikan makanan yang tidak sehat untuk pelanggannya. Masih
ingat dengan tayangan investigasi pembuatan saos dari cabe busuk tempo hari di televisi?
Sebenarnya hal yang lebih penting untuk menghindari makanan yang tidak sehat juga berasal
dari diri kita sendiri. Saya pribadi terkadang menyepelekan masalah ini dengan memakan
makanan sembarangan tanpa memperhatikan tanggal kedaluwarsa ataupun kondisi makanan.
Pengalaman keracunan pertama yaitu ketika makan mie instan beberapa tahun yang lalu di
asrama Muntilan. Begitu laparnya saya sehingga tidak memperhatikan kemasan mie instan
tersebut telah rusak. Sesaat setelah makan, badan terasa dingin, perut mulai mual dan kepala
pusing-pusing. Pada waktu itu saya belum sadar kalau saya sedang mengalami gejala keracunan.
Untunglah seorang teman saya membuatkan segelas susu dan menyuruh saya meminumnya
sampai habis. Entah bagaimana tiba-tiba terjadi reaksi di perut saya sehingga saya muntah-
muntah dan beberapa jam kemudian kondisi badan saya sudah membaik.
Beberapa catatan saya tentang pertolongan pertama pada keracunan makanan ringan
berdasarkan pengalaman tempo hari :
1. Kenali gejala-gejala keracunan seperti kepala pusing, perut mual, badan menjadi dingin dan
lemas. Biasanya gejala ini muncul beberapa saat setelah kita makan atau minum sesuatu.
2. Segera minum susu kental atau minum air putih sebanyak-banyaknya. Air kelapa muda telah
terbukti memiliki khasiat sebagai penawar dan pengurai zat racun.
3. Jika ingin muntah segera muntahkan keluar, namun jika tidak beristirahatlah saja sampai
kondisi membaik.
4. Jika ternyata kondisi masih tidak berubah dalam beberapa jam dan menunjukkan gejala-gejala
yang lebih parah semisal kejang-kejang, sebaiknya segera ditangani oleh ahli medis. Jangan lupa
membawa serta contoh makanan beracun ataupun mengingat makanan yang telah dimakan untuk
mempermudah diagnosa dokter.
Tak jauh berbeda namun lebih lengkap Budi Sutomo S.Pd dalam tulisan blognya yang berjudul
AWAS, BAHAYA RACUN DALAM BAHAN PANGAN memberikan saran berikut ini :
Pertolongan Pertama Pada Keracunan Makanan
§ Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-banyaknya atau diberi susu
yang telah dicampur dengan telur mentah.
§ Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet selama 3 kali berturut-
turut dalam setiap jamnya.
§ Air santan kental dan air kelapa hijau yang di campur 1 sendok makan garam dapat menjadi
alternatif jika norit tidak tersedia.
§ Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan dengan cara memasukan
jari pada kerongkongan leher dan posisi badan lebih tinggi dari kepala untuk memudahkan
kontraksi.
§ Apabila penderita dalam keadaan pingsan, bawa segera ke rumah sakit atau dokter terdekat
untuk mendapatkan perawatan intensif.
Berikut ini langkah-langkah yang harus dilakukan yang tertulis dalam First Aid Family
Emergency Handbook :
For swallowed household chemical or poisons:
* If the persons is conscious, ask questions to find out what type of poison was swallowed.
* Give milk or water. For an adult, give one to two cups; for a child give one-half to one cup.
* Induce vomiting only when advised by the Poison Control Centre or doctor. Follow
instructions of the Poison Control Center of doctor.
* To avoid inhaling of vomit, place victim their side.
* If the poison is a hydrocarbon or corrosive, do not induce vomiting, but give milk or water.
Sejak pengalaman pertama saya selalu menggunakan susu untuk pertolongan pertama ketika
saya keracunan makanan. Berkali-kali saya terbebas dari gejala keracunan berkat susu. Beberapa
waktu yang lalu ibu saya juga merasakan manfaat susu ketika beliau keracunan nutrisari.
Beberapa saran di atas juga mencantumkan susu sebagai pertolongan pertama pada keracunan
makanan. Namun demikian di situs LSM Kharisma dalam artikelnya yang berjudul Tindakan
Pertama saat Keracunan malah melarang menggunakan susu.
Jangan berikan susu !! Karena banyak racun yang mudah larut dalam susu sehingga racun akan
bertambah larut dalam tubuh.
Alasan saya menggunakan susu selain belajar dari pengalaman yang lalu, juga karena susu lebih
mudah segera didapatkan daripada air kelapa muda. Saya juga tidak suka minum banyak air
ketika keracunan karena hanya membuat perut menjadi kembung saja dan berasa tak enak.
Melalui tulisan ini sebenarnya saya ingin berdiskusi tentang susu sebagai pertolongan pertama
pada keracunan makanan. Mungkin ada pembaca yang lebih tahu secara teori ilmiahnya?
Apakah susu justru berbahaya jika diberikan pada penderita keracunan seperti yang
dituliskan di situs LSM Kharisma ataukah sebaliknya seperti pengalaman yang pernah
saya alami tempo hari?
Tags: keracunan, kesehatan, p3k
Mood :
Blog adalah suatu representasi dari individu penulisnya, baik pikiran, pengalaman, perasaan dan sebagainya
(Manungkarjono, 2007). Blog juga merupakan suatu hasil karya cipta yang dilindungi UU 19 tahun 2002 tentang
Hak Cipta.
Anda tidak perlu mengcopy-paste keseluruhan artikel ini dan meletakkan di blog Anda, gunakanlah cara yang lebih
elegan yaitu dengan pengutipan yang dilengkapi sumber informasi ataupun menggunakan alat kliping online
seperti :
Anda juga tidak perlu memindahkan tulisan blog Anda di komentar blog ini, gunakanlah alamat trackback ini untuk
menghubungkannya.
Terima kasih, semoga membawa manfaat.
23 Responses :
12. January 9th, 2008 at 10:46 | Reply | kodent PMI Kota bandung Says:
Saya setuju dengan pendapat dari P’Budi Sutomo bahwa susu dapat menetralisir racun tertentu,
sebagai pengalaman yang saya lakukan kpd penderita keracunan, namun demikian keracunan
juga bila tidak ditangani lebih lanjut akan berakibat fatal bahkan kematian, Hal yang perlu
diperhatikan ketika terkena keracunan "Secepat mungkin di MUNTAHKAN untuk membuang
racun". dan periksakan ke klinik terdekat, untukmengetahui bahwa penderita sudah terbebas dari
keracunan.
16. October 25th, 2008 at 10:09 | Reply | Tentang Keracunan Makanan | samsulhadi dot com Says:
[...] barusan ngecek google ada posting yang dulu saya baca juga di sini. addthis_url = ‘http%3A
%2F%2Fsamsulhadi.com%2F2008%2F10%2F25%2Ftentang-keracunan-makanan%2F’; [...]
Bikin sehat bila higienis dan mencukupi kebutuhan gizi. Bikin susah kalau ditebengi
"penumpang gelap" berupa racun atau kuman.
Masih ingat kasus keracunan makanan yang menimpa sejumlah demonstran penentang
pemilihan Sutiyoso sebagai Gubernur DKI Jakarta September 2002? Korban terkapar
kesakitan usai mengonsumsi makanan kecil sampai harus ditandu ke rumah sakit. Usut
punya usut, makanan kecil yang mereka santap ternyata dibubuhi racun sianida. Diduga,
sengaja dilakukan oleh "dermawan siluman".
Kasus keracunan makanan macam itu boleh dibilang bentuk "kecelakaan" yang sering
terjadi. Pesta pernikahan, ulang tahun, penyediaan makanan bagi karyawan suatu
perusahaan, dsb. adalah beberapa contoh lain kegiatan melibatkan makanan yang
ditengarai rawan keracunan. Dengan kata lain, kegiatan penyediaan makanan dalam
jumlah besar seperti dilakukan perusahaan katering, rumah makan, dan industri
makanan, berpeluang memunculkan masalah keracunan.
Kalau kasus keracunan, kerugian akan menimpa banyak pihak. Konsumen mendapat
rasa sakit. Bahkan pada ke-lompok berisiko tinggi seperti balita, lansia, atau orang sa-kit
bisa berisiko kematian. Sementara produsen atau pe-nyedia makanan akan menderita
penurunan, atau kehilangan, kepercayaan konsumen.
Makanan yang dari sononya sudah menyimpan racun juga bisa menimbulkan keracunan.
Biasanya akibat pengolahan atau pemasakannya kurang sempurna atau dikonsumsi
mentah-mentah.
Juga Pseudomonas cocovenans yang menghasilkan racun pada tempe bongkrek, dan
Staphylococcus aureus yang mengeluarkan toksin pada makanan berprotein tinggi
(daging, telur, susu, ikan) dan makanan yang disiapkan dalam jumlah besar.
Langkah itu dimulai dari pemilihan bahan makanan, penyimpanan makanan mentah,
pengolahan bahan makanan, penyimpanan makanan jadi, pengangkutan, dan penyajian.
Semua itu bertujuan menyediakan makanan sehat dan aman dikonsumsi, dengan
menekankan pentingnya aspek higiene dan sanitasi.
Biasanya, bahan makanan dibagi menjadi dua jenis: yang tidak mudah rusak dan tahan
lama, serta yang mudah rusak. Yang tahan lama biasanya dibeli dalam jumlah besar dan
disimpan sebagai persediaan. Sedangkan yang mudah rusak lebih sering dibeli dadakan.
Saat belanja inilah tahap pemilihan bahan makanan mulai dilakukan.
Pemilihan bahan akan lebih efektif bila dibeli dalam jumlah terbatas. Khusus untuk
makanan mudah rusak, proses seleksi lebih baik dilakukan saat pengolahan. Lalu seleksi
makanan yang tidak mudah rusak dilakukan saat penyimpanan. Yang berkondisi tidak
baik disingkirkan agar tidak mencemari bahan makanan lain yang berkondisi baik.
Menyimpan bahan makanan yang tidak mudah rusak dan yang mudah rusak juga perlu
dibedakan. Yang gampang rusak disimpan di lemari es atau gudang berpendingin. Yang
awet cukup ditaruh di gudang biasa atau lemari bahan makanan. Yang penting,
tempatnya bebas tikus, menerapkan prinsip FIFO (first in first out), mudah dibersihkan,
dan penempatan-nya dipisahkan dari bahan kimia.
Langkah ketiga, pengolahan bahan makanan menjadi makanan siap santap, yang
merupakan salah satu titik rawan terjadinya keracunan. Banyak kasus keracunan terjadi
karena tenaga pengolahnya tidak memperhatikan aspek higiene dan sanitasi.
Soal sepele seperti kebersihan kuku, pakaian kerja, dan rambut sering diabaikan,
padahal bisa berakibat fatal. Perilaku kurang baik, macam merokok saat mengolah
makanan, tidak mencuci tangan setelah dari kamar kecil, dan tetap mengolah makanan
meskipun dalam keadaan sakit memperbesar risiko terjadinya keracunan.
Sesudah diolah, makanan umumnya disimpan lebih dulu, lalu diangkut untuk disajikan.
Terjadinya kontaminasi pada tiga tahap terakhir bisa sangat berbahaya, karena
makanan sudah dalam keadaan matang atau siap santap.
Khusus untuk di rumah, hati-hati dengan makanan setengah matang. Jangan pernah
menyimpannya secara sembarangan hanya karena berpikiran akan dimasak lagi. Bisa
jadi suhu untuk memanaskan makanan menjadi setengah matang tidak cukup untuk
membunuh kuman. Jadi, lebih baik simpan makan-an setengah matang dalam wadah
tertutup untuk meng-hindari kontaminasi. Lalu, panaskan sampai sempurna ketika
hendak disajikan. Sebagian besar bakteri akan tewas oleh panas.
Sumber:
http://www.kompas.co.id
Tentang Keracunan Makanan
By Samsul Hadi ⋅ October 25, 2008 ⋅ Post a comment
Filed Under Catatan Ringan, kesehatan
Iseng-iseng saya membuka-buka tabloid Mom & Kiddie ibunya Afina hari ini, mumpung pas
libur dan rumah sudah beres semua. Sebenarnya sudah cukup lama istri saya berlangganan
tabloid ini, seingat saya sejak usia 2-3 bulan mengandung Afina. Namun belum pernah saya
membacanya. Paling banter cuma melihat headline dan judul artikel yang ada di sampul depan.
Lah wong tabloid untuk ibu-ibu :-) Sedangkan saya sendiri lebih suka membaca majalah PC
Media.
Ketertarikan saya membaca tabloid itu ketika tadi melihat sekilas ada tulisan berjudul
Keracunan Makanan: Gejala & Pertolongan Pertama. Ini mengingatkan saya beberapa bulan
yang lalu ketika keracunan, entah makanan apa yang menyebabkannya karena penghuni rumah
yang terkena cuma saya. Kepala saya terasa pusing malam itu, sekeliling saya serasa berputar-
putar dan badan berkeringat dingin. Saya coba berbaring tambah lebih parah lagi rasanya, karena
bukan benda di sekeliling yang berputar tetapi justru badan saya.
Merasa panik, saya paksakan menyalakan komputer dan googling mencari tindakan pertama.
Maklum, belum pernah mengalami sebelumnya dan istri saya sudah saya pesan untuk
menomorsatukan Afina. Saya harus berputar-putar dahulu sebelum menemukan halaman yang
tepat.
Entah kenapa, tidak ada yang mengoptimasi halaman semacam ini dengan SEO. Padahal sangat
berguna di waktu yang mendesak, apalagi seperti saya waktu itu yang belum mengetahui kemana
harus mencari halaman yang berkenaan dengan keracunan makanan dan dalam kondisi yang bisa
dikatakan mendesak.
Akhirnya saya menemukan sebuah artikel, saya lupa URL-nya dan tidak kepikiran untuk mem-
bookmark, mengatakan tentang cara yang harus ditempuh: yaitu berusaha memuntahkan isi
lambung dan meminum susu atau air kelapa muda (degan, khususnya warna ijo) sebanyak-
banyaknya. Sesederhana itu, tapi keadaan pusing oleh reaksi racun dan juga panik membuat
semua menjadi rumit. Apalagi waktu itu sudah malam hampir jam 9, kondisi kota pensiunan di
jam-jam segitu sudah sepi. Kemana harus mencari kelapa muda, pikir saya.
Setelah berhasil mengeluarkan isi lambung sebanyak yang saya bisa, baru kemudian terpikirkan
untuk menelepon sahabat saya — Danny Ableh — yang kemudian mencarikan kelapa muda
yang akhirnya bisa diperoleh di alun-alun Ngawi. Akhirnya, dengan telah kosongnya perut saya
dan reaksi penetralan oleh air kelapa, tubuh saya terasa lebih segar. Thanks atas bantuannya,
buddy.
Nah, untuk yang belum membaca Mom & Kiddie tentang Keracunan Makanan di atas, berikut
ini poin yang saya highlight:
1.
1. Penyebab keracunan makanan: bahan beracun dan infeksi.
2. Gejala umum keracunan makanan:
Mual dan mulas, sakit pada ulu hati
Muntah dan BAB berkepanjangan
Mata berkunang-kunang
Keluar keringat dingin
Sakit kepala
Kehilangan kesadaran
3. Pertolongan pertama:
Usahakan muntah bila penderita masih sadar, namun jangan dilakukan bila
keracunan disebabkan oleh makanan yang mengandung asam atau basa
keras karena bisa merusak lambung.
Beri obat penawar racun (norit), atau air santan kental dan air kelapa hijau
yang dicampur garam sebagai alternatifnya.
Usahakan muntah kembali setelah 3 menit.
Bawa ke dokter (pertolongan terakhir).
Update: barusan ngecek google ada posting yang dulu saya baca juga tentang keracunan
makanan di sini.
1. BOTULISMUS
Kompetensi : 3B
Laporan Penyakit : 1903 ICD X : T.61-T.62
Definisi
Botulismus merupakan keracunan akibat makanan (tidak selalu makanan kaleng)
yang tercemar toksin yang dihasilkan oleh C.botulinum. Keracunan ini
ditandai oleh kelainan neuromuskuler, jarang terjadi diare. Kematian sekitar
65%.
Penyebab
Makanan yang tercemar toksin yang dihasilkan oleh C.botulinum.
Gambaran klinik
- Inkubasi penyakit ini kira-kira 18 – 36 jam, namun dapat beragam dari
beberapa jam sampai 3 hari.
- Tanda awal adalah rasa lelah dan lemas, serta gangguan penglihatan.
- Diare lebih sering tidak ada.
- Gejala neurologi seperti disartria dan disfagia dapat menimbulkan
pneumonia aspirasi.
- Otot-otot tungkai, lengan dan badan lemah.
- Sementara itu daya rasa (sensoris) tetap baik, dan suhu tidak meningkat.
- Diagnosis banding yang perlu dipikirkan adalah poliomielitis, miastemia
gravis, dan ensefalitis virus.
Diagnosis
Riwayat konsumsi makanan tertentu.
Penatalaksanaan
- Tindakan penanggulangan:
1. Bila perlu, berikan pernapasan buatan.
2. Jika tidak muntah, usahakan untuk muntah.
Jika perlu, lakukan bilas lambung.
- Bila terdapat tanda-tanda syok pasang infus glukosa 5% dan kalau perlu
lakukan pernafasan buatan.
- Pengobatan spesifik, terutama bila timbul gejala dengan antitoksin.
- Penderita harus segera dirujuk ke rumah sakit
2. KERACUNAN BONGKREK
Kompetensi : 3B
Laporan Penyakit : 1903 ICD X : T.61-.T62
Definisi
Racun bongkrek dihasilkan oleh Bacillus cocovenevans, yaitu kuman yang tumbuh
dari bongkrek yang diproses kurang baik. Pertumbuhan kuman ini dapat dihambat
oleh suasana asam (diolah dengan daun calincing).
Penyebab
Keracunan tempe bongkrek disebabkan oleh toksoflavin dan asam bongkrek yang
dihasilkan oleh Pseudomonas cocovenans yang dikenal juga sebagai bakteri asam
bongkrek. Toksin tersebut dihasilkan dalam media yang mengandung ampas
kelapa.
Gambaran Klinis
- Gejala timbul 4 – 6 jam setelah makan tempe bongkrek yaitu berupa mual dan
muntah.
- Penderita mengeluh sakit perut, sakit kepala dan melihat ganda (diplopia).
- Penderita lemah, gelisah dan berkeringat dingin kadang disertai gejala syok.
- Pada hari ke-3 sklera menguning, pembesaran hati dan urin keruh dengan
protein (+).
Diagnosis
Riwayat konsumsi tempe bongkrek.
Penatalaksanaan
- Penderita harus dirujuk ke rumah sakit, sementara itu bila penderita masih
sadar usahakan mengeluarkan sisa makanan.
- Berikan norit 20 tablet (digerus dan diaduk dengan air dalam gelas) sekaligus,
dan ulangi 1 jam kemudian.
- Kalau perlu atasi syok dengan infuse glukosa 5 % dan pernapasan buatan.
- Tidak ada antidotum spesifik.
- Penderita dirangsang secara mekanis agar muntah. Bila tidak berhasil
lakukan bilas lambung di rumah sakit.
3. KERACUNAN INSEKTISIDA
Semua insektisida bentuk cair dapat diserap melalui kulit dan usus dengan
sempurna. Jenis yang paling sering menimbulkan keracunan di Indonesia
adalah golongan organofosfat dan organoklorin. Golongan karbamat efeknya
mirip efek organofosfat, tetapi jarang menimbulkan kasus keracunan.
Masih terdapat jenis pestisida lain seperti racun tikus (antikoagulan dan seng
fosfit) dan herbisida (parakuat) yang juga sangat toksik. Kasus keracunan
golongan ini jarang terjadi. Penatalaksanaannya dapat dilihat dalam “ Pedoman
Pengobatan Keracunan Pestisida” yang diterbitkan oleh Bagian Farmakologi
FKUI.
a. KERACUNAN GOLONGAN ORGANOFOSFAT
Kompetensi : 3B
Laporan Penyakit : 1902 ICD X : T.50.-T.51
Definisi
Golongan organofosfat bekerja selektif, tidak persisten dalam tanah, dan tidak
menyebabkan resistensi pada serangga. Golongan organofosfat bekerja dengan
cara menghambat aktivitas enzim kolinesterase, sehingga asetilkolin tidak
terhidrolisa.
Penyebab
Keracunan pestisida golongan organofosfat disebabkan oleh asetilkolin yang
berlebihan, mengakibatkan perangsangan terus menerus saraf muskarinik dan
nikotinik.
Gambaran klinik
Gejala klinis keracunan pestisida golongan organofosfat pada:
1. Mata; pupil mengecil dan penglihatan kabur
2. Pengeluaran cairan tubuh; pengeluaran keringat meningkat, lakrimasi, salviasi
dan juga sekresi bronchial.
3. Saluran cerna; mual, muntah, diare dan sakit perut.
4. Saluran napas; batuk, bersin, dispnea dan dada sesak.
5. Kardiovaskular; bradikardia dan hipotensi.
6. Sistem saraf pusat; sakit kepala, bingung, berbicara tidak jelas, ataksia, demam,
konvulsi dan koma.
7. Otot-otot; lemah, fascikulasi dan kram.
8. Komplikasi yang dapat terjadi, antara lain edema paru, pernapasan berhenti,
blockade atrioventrikuler dan konvulsi.
Diagnosis
Riwayat kontak dengan insektisida golongan organofosfat
Penatalaksanaan
Keracunan akut :
Tindakan gawat darurat:
1. Buat saluran udara.
2. Pantau tanda-tanda vital.
3. Berikan pernapasan buatan dengan alat dan beri oksigen.
4. Berikan atropin sulfat 2 mg secara i.m, ulangi setiap 3 – 8 menit sampai gejala
keracunan parasimpatik terkendali.
5. Berikan larutan 1g pralidoksim dalam air secara i.v, perlahan-lahan, ulangi
setelah 30 menit jika pernapasan belum normal. Dalam 24 jam dapat diulangi
2 kali. Selain pralidoksim, dapat digunakan obidoksim (toksogonin).
6. Sebelum gejala timbul atau setelah diberi atropine sulfat, kulit dan selaput
lendir yang terkontaminasi harus dibersihkan dengan air dan sabun.
7. Jika tersedia Naso Gastric Tube, lakukan bilas lambung dengan air dan berikan
sirup ipeca supaya muntah.
Tindakan umum:
1. Sekresi paru disedot dengan kateter.
2. Hindari penggunaan obat morfin, aminofilin, golongan barbital, golongan
fenotiazin dan obat-obat yang menekan pernapasan.
Keracunan kronik:
Jika keracunan melalui mulut dan kadar enzim kolinesterase menurun, maka
perlu dihindari kontak lebih lanjut sampai kadar kolinesterase kembali normal.
b. KERACUNAN ORGANOKLORIN
Kompetensi : 3B
Laporan Penyakit : 1302 ICD X : T.50.-T.51
Definisi
Pestisida golongan organoklorin pada umumnya merupakan racun perut dan racun
kontak yang efektif terhadap larva, serangga dewasa dan kadang-kadang juga
terhadap kepompong dan telurnya. Penggunaan pestisida golongan organoklorin
makin berkurang karena pada penggunaan dalam waktu lama residunya persisten
dalam tanah, tubuh hewan dan jaringan tanaman.
Penyebab
Pestisida golongan organoklorin
Gambaran klinis
- Gejala keracunan turunan halobenzen dan analog, terutama muntah, tremor
dan konvulsi.
- Pada keracunan akut melalui mulut disebabkan oleh 5 g DDT akan menyebabkan
muntah-muntah berat setelah 0,5 – 1 jam, selain kelemahan dan mati rasa pada
anggota badan yang terjadi secara bertahap, rasa takut, tegang dan diare juga
dapat terjadi.
- Dengan 20 g DDT dalam waktu 8 – 12 jam kelopak mata akan bergerak-gerak
disetai tremor otot mulai dari kepal dan leher, selanjutnya konvulsi klonik kaki
dan tangan seperti gejala keracunan pada strichnin. Nadi normal, pernapasan
mula-mula cepat kemudian perlahan.
Diagnosis
Riwayat kontak dengan insektisida golongan organoklorin
Penatalaksanaan
Tindakan pencegahan :
1. Pestisida sebaiknya disimpan dalam tempat aslinya dengan etiket yang jelas
dan disimpan di tempat yang tidak terjangkau oleh anak-anak, serta jauh dari
makanan dan minuman.
2. Pada waktu menggunakan pestisida, perlu diikuti dengan cermat dan tepat,
sesuai prosedur dan petunjuk lain yang telah ditentukan.
3. Hindari kontak atau menghisap pestisida.
4. Pada waktu bekerja dengan pestisida, sebaiknya tidak sambil makan, minum
atau merokok.
5. Tempat atau wadah pestisida yang telah kosong, sebaiknya dibuang atau
dimusnahkan, demikian juga pestisida yang tidak berlabel atau etiketnya sudah
rusak, sehingga tidak dapat diketahui dengan pasti.
6. Tergantung pada tingkat toksisitasnya, jika bekerja yang berhubungan dengan
pestisida, sebaiknya tidak lebih dari 4 – 5 jam.
Tindakan penanggulangan :
Penanggulangan keracunan pestisida golongan keracunan organoklorin pada
umumnya:
Tindakan gawat darurat:
a. Jika keracunan melalui mulut, usahakan untuk muntah
b. Pantau tanda-tanda vital.
c. Berikan karbon aktif, diikuti bilas lambung dengan air 2 – 4 liter. Kemudian
berikan obat pencuci perut. Pembersihan usus, juga dapat dilakukan dengan
200 mL larutan manitol 20 % dengan melalui pipa.
d. Jangan diberi lemak atau minyak.
e. Jika kulit juga terkena, bersihkan dengan air dan sabun.
Tindakan umum:
1. Untuk mengatasi konvulsi, berikan diazepam 10 mg secara i.v perlahan-lahan.
Jika belum menunjukkan hasil berikan obat yang memblokade neuromuscular.
2. Atasi hiperaktivitas dan tremor, berikan natrium fenobarbital 100 mg secara
s.c setiap jam sampai mencapai jumlah 0,5 g atau sampai konvulsi terkendali.
3. Jangan diberi obat stimulan terutama epinefrin, karena dapat menimbulkan
fibrilasi ventrikuler.
4. KERACUNAN JENGKOL
Kompetensi : 3B
Laporan Penyakit : 1903 ICD X : T.61.-T.62
Definisi
Keracunan akibat terjadinya pengendapan kristal asam jengkol di saluran
kemih. Ciri orang yang rentan pengendapan kristal asam jengkol ini belum
dapat ditentukan.
Penyebab
Asam Jengkolat
Gambaran Klinis
- Bau khas jengkol tercium dari mulut dan urin penderita.
- Timbul kolik ginjal seperti pada batu ginjal.
- Penderita mengeluh nyeri sewaktu buang air kecil.
- Urin penderita merah karena darah (hematuria). Secara mikroskopis, selain
eritrosit tampak kristal asam jengkol seperti jarum.
- Dalam keadaan berat terdapat anuria dan mungkin penderita pingsan karena
menahan sakit.
Diagnosis
Hematuria, nyeri pada saat buang air kecil.
Penatalaksanaan
- Keracunan ringan dapat diobati dengan minum banyak dan pemberian Na.
bikarbonat 2 g 4 x sehari peroral sampai gejala hilang.
- Pada keracunan berat dengan anuria penderita perlu dirujuk.
5. KERACUNAN SINGKONG
Kompetensi : 3B
Laporan Penyakit : 1903 ICD X : T.61.-T.62
Definisi
Beberapa jenis singkong mengandung cukup banyak sianida yang mungkin
menimbulkan keracunan. Tanpa analisa kandungan sianida tidak dapat dipastikan
singkong mana yang berbahaya bila dimakan kecuali dari rasanya.
Penyebab
Sianida ( HCN )
Gambaran Klinis
- Tanda keracunan timbul akut kira-kira setengah jam setelah makan singkong
beracun.
- Gejala berawal dengan pusing dan muntah.
- Dalam keadaan yang berat penderita sesak napas dan pingsan.
- Bibir, kuku, kemudian muka dan kulit berwarna kebiruan (sianosis). Sianosis
perlu dibedakan dengan methaemoglobinemia yang timbul karena
keracunan sulfa, DDS, nitrat atau nitrit, yang memerlukan pengobatan lain
(metilen-biru).
Diagnosis
Riwayat makan singkong disertai dengan gejala klinis.
Penatalaksanaan
- Larutan Na-tiosulfat 25% disuntikan i.v. perlahan sebanyak 20 ml dan diulangi
setiap 7-10 menit sampai gejala teratasi. Dosis total diberikan sampai penderita
bangun, jumlahnya bergantung pada beratnya gejala.
- Berikan oksigen dan pernapasan buatan bila terdapat depresi napas.
- Penderita perlu dioservasi 24 jam dan dikirim ke rumah sakit bila keracunannya
berat.
Definisi
Keratitis (Ulkus Kornea) adalah suatu keadaan infeksi pada kornea yang dapat
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, virus dan faktor imunologis. Pada umumnya
didahului oleh keadaan trauma pada kornea, penggunaan lensa kontak, pemakaian
kortikosteroid topikal yang tidak terkontrol dan pemakaian obat tetes mata
tradisional.
Penyebab
- Infeksi
- Non Infeksi
Gejala dan tanda klinis
- Pasien datang dengan keluhan penurunan tajam penglihatan dan mata merah
- Rasa nyeri dan mengganjal pada mata
- Didapatkan lesi putih di kornea
Diagnosis
Penurunan visus dan lesi pada kornea.
Penatalaksanaan
- Berikan tetes mata kloramfenikol (0,5 – 1 %) enam kali sehari, sekurangkurangnya
selama 3 hari
- Jangan diberikan antibiotika atau obat-obatan lainnya yang mengandung
kortikosteroid.
- Segera rujuk ke spesialis mata apabila :
§ Rasa nyeri dan mata merah menetap setelah 3 hari pengobatan
§ Tampak lesi putih di kornea
- Tetap berikan kloramfenikol tetes mata tanpa dilakukan pemasangan
verban saat merujuk ke dokter spesialis mata
Mungkin kita sering mendengar berita di Koran, majalah, atau televisi bahwa
sekelompok pekerja di pabrik tiba-tiba muntah dan pusing setelah melahap jatah makan
siang yang disediakan oleh catering. Atau tamu undangan yang tiba-tiba mencret
setelah menyantap hidangan dalam acara pesta pernikahan. Kira-kira apa yang ada di
pikiran kita? Keracunan kah?
Ya betul kita bisa mencurigai seseorang dicurigai menderita keracunan bila :
1. Seorang yang sehat mendadak sakit.
2. Gejalanya tak sesuai dengan suatu kadaan patologik tertentu.
3. Gejalanya menjadi cepat karena dosis yang besar.
4. Keracunan kronik diduga bila penggunaan obat dalam waktu yang lama atau lingkungan
pekerjaan yang berhubungan dengan zat-zat kimia.
Keracunan adalah masuknya suatu zat kedalam tubuh kita yang dapat mengganggu kesehatan
bahkan dapat mengakibatkan kematian.
1.Keracunan Alkohol
Gejala keracunan alkohol :
1. Kekacauan mental
2. Pupil mata dilatasi (melebar)
3. Sering muntah-muntah
4. Bau alkohol
Apa yang dapat dilakukan sebagai pertolongan awal :
1. Upayakan muntah bila pasien sadar
2. Pertahankan agar pernapasan baik
3. Bila sadar, beri minum kopi hitam
4. Bawa ke sarana kesehatan
2. Keracunan asetosal/aspirin/naspro
Gejala keracunanasetosal/aspirin/naspro :
1. Nafas dan nadi cepat
2. Gelisah
3. Nyeri perut
4. Muntah (sering bercampur darah)
5. Sakit kepala
Apa yang dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama :
1. Upayakan pertolongan dengan membuat nyaman pasien
2. Bila sadar beri minum air atau susu
3. Bawa ke sarana kesehatan
3. Keracunan luminal dan obat tidur sejenisnya
Gejala keracunan luminal dan obat tidur sejenisnya :
1. Refleks berkurang
2. Depresi pernapasan
3. Pupil kecil akhirnya dilatasi (melebar)
4. Shock bisa koma
Apa yang dapat dilakukan sebagai pertolongan Pertama :
1. Bila penderita sadar, berikan minum hangat serta upayakan agar penderita muntah
2. Bila penderita tidak sadar, bersihkan saluran pernapasan
3. Penderita dibawa ke sarana kesehatan terdekat
4.Keracunan arsen/racun tikus :
Gejala keracunan arsen/racun tikus :
1. Perut dan tenggorokan terasa terbakar
2. Muntah, mulut kering
3. Buang air besar seperti air cucian beras.
4. Nafas dan kotoran berbau bawang
5. Kejang syok
Apa yang dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama :
1. Usahakan agar dimuntahkan
2. Beri minum hangat /susu atau larutan norit
3. Segera kirim ke puskesmas/rumah sakit
5.Keracunan bensin/minyak tanah
Gejala keracunan bensin/minyak tanah :
1. Inhalasi : nyeri kepala, mual,lemah, sesak nafas
2. Ditelan : Muntah,diare, sangat berbahaya jika terjadi aspirasi (terhisap saluran
pernafasan)
Apa yang dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama :
1. Jangan lakukan muntah buatan
2. Beri minum air hangat
3. Segera kirim kepuskesmas/rumah sakit
6.Keracunan makanan laut
Beberapa jenis makanan laut seperti kepiting, rajungan dan ikan lautnya dapat menyebabkan
keracunan ;
Gejala :
1. Masa laten 1/3 – 4 jam
2. Rasa panas disekitar mulut
3. Rasa baal pada ekstremitas
4. Lemah
5. Mual, muntah
6. Nyeri perut dan diare
Apa yang dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama:
1. Netralisir dengan cairan
2. Upayakan muntah
7.Keracunan jengkol
Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol dalam saluran kencing.Ada
beberapa hal yang diduga mempengaruhi timbulnya keracunan yaitu jumlah yang dimakan,
cara penghidangan dan makanan penyerta lainnya.
Gejala :
1. Nafas, mulut dan air kemih penderita berbau jengkol
2. Sakit pinggang yang diserta sakit perut
3. Nyeri waktu buang air kecil
4. Buang air kecil disertai darah.
Apa yang dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama:
1. minum air putih yang banyak
2. Obat penghilang rasa sakit dapat diberikan untuk menghilangkan rasa sakitnya.
3. Segera kirim ke puskesmas / rumah sakit
8.Keracunan jamur
Gejala alam yang muncul dalam jarakbeberapa menit sampai 2 jam.
Gejala :
1. Sakit perut
2. Muntah
3. Diare
4. Berkeringat banyak
Apa yang dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama:
1. Netralisasi dengan cairan
2. Upayakan pasien muntah
3. Segera kirim ke puskesmas/rumah sakit
9.Keracunan Makanan
Penyebab adalah staphylococcus. Seringkali menyebabkan keracunan dengan masa laten 2-8
jam.
Gejala :
1. Mual, muntah
2. Diare
3. Nyeri perut
4. Nyeri kepala, demam
5. Dehidrasi
6. Dapat menyerupai disentri
Tindakan di atas tidak boleh dilakukan pada pasien yang tidak sadar. Segera bawa ke
Rumah Sakit.
PENATALAKSANAAN KERACUNAN
Diposting oleh Admin Jumat, 18 Juli 2008
Keracunan dalah masuknya zat yang berlaku sebagai racun, yang memberikan gejala sesuai
dengan macam, dosis dan cara pemberiannya.
Seseorang dicurigai menderita keracunan, bila :
1. Sakit mendadak.
2. Gejala tak sesuai dengan keadaan patologik tertentu.
3. Gejala berkembang dengan cepat karena dosis besar.
4. Anamnese menunjukkan kearah keracunan, terutama kasus percobaan bunuh diri,
pembunuhan atau kecelakaan.
5. Keracunan kronis dicurigai bila digunakannya obat dalam waktu lama atau lingkungan
pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia.
PENATALAKSANAAN
- Dimuntahkan :
Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di tenggorokan), atau
pemberian air garam atau sirup ipekak.
Kontraindikasi : cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif
(asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang.
- Bilas lambung :
• Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
• Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat 5 %, atau
asam asetat 5 %.
• Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang.
- Bilas Usus Besar : bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau gliserin).
a. Keracunan Asam / Basa Kuat (Asam Klorida, Asam Sulfat, Asam Cuka Pekat,
Natrium Hidroksida, Kalium Hidroksida).
c. Keracunan Arsenikum
- Gejala : mulut kering, kulit merah, rasa tercekik, sakit menelan, kolik usus,
muntah, diare, perdarahan, oliguri, syok.
- Tindakan :
• Bilas lambung dengan Natrium karbonat/sorbitol
• Atasi syok dan gangguan elektrolit
• Beri BAL (4-5 Kg/BB) setiap 4 jam selama 24 jam pertama. Hari kedua sampai
ketiga setiap 6 jam (dosis sama). Hari keempat s/d ke sepuluh dosis diturunkan.
- Gejala : gangguan penglihatan, reflek pupil (-), disartri, disfagi, kelemahan otot
lurik, tidak ada gangguan pencernaan dan kesadaran.
- Tindakan :
• Bilas lambung dengan norit
• Beri ATS 10.000 unit.
• Ber Fenobarbital 3 x 30-60 mg / oral.
f. Keracunan Ikan
- Gejala : panas sekitar mulut, rasa tebal pada anggota badan, mual, muntah, diare,
nyeri perut, nyeri sendi, pruritus, demam, paralisa otot pernafasan.
- Tindakan : Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.
g. Keracunan Jamur
- Gejala : air mata, ludah dan keringat berlebihan, mata miosis, muntah, diare, nyeri
perut, kejang, dehidrasi, syok sampai koma.
- Tindakan :
• Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.
• Injeksi Sulfas Atropin 1 mg / 1-2 jam
• Infus Glukosa.
h. Keracunan Jengkol
i. Keracunan Singkong
k. Keracunan Formalin
- Gejala :
• Inhalasi : iritasi mata, hidung dan saluran nafas, spasme laring, gejala bronchitis
dan pneumonia.
• Kulit : iritasi, nekrosis, dermatitis.
• Ditelan/tertelan : nyeri perut, mual, muntah, hematemesis, hematuria, syok,
koma, gagal nafas.
- Tindakan : bilas lambung dengan larutan amonia 0,2 %, kemudian diberi minum
norit / air susu
l. Keracunan Barbiturat
m. Keracunan Amfetamin
- Gejala : mulut kering, hiperaktif, anoreksia, takikardi, aritmia, psikosis, kegagalan
pernafasan dan sirkulasi.
- Tindakan :
• Bilas lambung
• Klorpromazin 0,5-1 mg/kg BB, dapat diulang tiap 30 menit
• Kurangi rangsangan luar (sinar, bunyi)
n. Keracunan Aminopirin (Antalgin)
- Gejala : mual, muntah, nyeri perut, hipersalivasi, nyeri kepala, mata miosis,
kekacauan mental, bronchokonstriksi, hipotensi, depresi pernafasan dan kejang.
- Tindakan :
• Atropin 2 mg tiap 15 menit sampai pupil melebar
• Jangan diberi morfin dan aminophilin.
- Gejala : muntah, parestesi, tremor, kejang, edem paru, vebrilasi s/d kegagalan
ventrikel, koma
- Tindakan :
• Jangan gunakan epinefrin
• Bilas lambung hati-hati
• Beri pencahar
• Beri Kalsium glukonat 10 % 10 cc iv pelan-pelan.
- Gejala :
• Inhalasi : nyeri kepala, mual, lemah, dispneu, depresi pernafasan
• Ditelan/tertelan : muntah, diare, sangat berbahaya bila terjadi aspirasi (masuk
paru)
- Tindakan :
• Jangan lakukan emesis
• Bilas lambung hati-hati
• Beri pencahar
• Depresi pernafasan : Kafein 200-500 mg im
• Pengawasan : kemungkinan edem paru.
- Gejala : kulit dan mukosa tampak merah terang, nyeri dan pusing kepala, dispneu,
pupil midriasis, kejang, depresi pernafasan sampai koma.
- Tindakan :
• Pasang O2 bertekanan
• Jangan gunakan stimulan
• Pengawasan : kemungkinan edem otak
- Gejala : mual, muntah, pusing, klulit dingin, pupil miosis, pernafasan dangkal
sampai koma.
- Tindakan :
• Jangan lakukan emesis
• Beri Nalokson 0,4 mg iv tiap 5 menit (atau Nalorpin 0,1 mg/Kg BB.
Obat terpilih Nalokson (dosis maximal 10 mg), karena tidak mendepresi pernafasan,
memperbaiki kesadaran, hanya punya efek samping emetik.
Karenanya pada penderita koma tindakan preventif untuk aspirasi harus disiapkan.
KEPUSTAKAAN
1. Halim Mubin A. : Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam : Diagnosa dabn Terapi,
EGC, Jakarta 2001 : 98-115.
2. Panitia Pelantikan Dokter FK-UGM : Penatalaksanaan Medik, Senat Mahasiswa
Fak.Kedokteran UGM, Yogyakarta 1987 : 18-22.
3. Purnawan J., Atiek S.S., Husna A. : Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius,
Jakarta 1982: 185-198.
Pendahuluan
Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran
pencernaan, saluran nafas, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan
gejala klinis. Angka yang pasti dari kejadian keracunan di Indonesia belum
diketahui, meskipun banyak dilaporkan kejadian-kejadian keracunan di
beberapa rumah sakit tetapi angka ini tidak menggambarkan kejadian yang
sebenarnya didalam masyarakat.
Di Amerika Serikat kecelakaan dan keracunan merupakan penyebab utama
kematian anak-anak. Lebih kurang 60% dari paparan keracunan yang
dilaporkan
terjadi pada anak berumur < 6 tahun, dengan kematian < 4%.
Di RSCM/FK UI Jakarta dilaporkan 45 penderita anak yang mengalami
keracunan
setiap tahunnya, sedang di RS dr. Soetomo Surabaya 15 - 30 penderita anak
yang datang untuk mendapatkan pengobatan karena keracunan setiap
tahun,yang
sebagian besar karena keracunan hidrokarbon ( 45 - 60%), keracunan
makanan,
keracunan obat-obatan, detergen dan bahan-bahan rumah tangga yang lain.
Meskipun keracunan dapat terjadi melalui saluran cerna, saluran nafas,
kulit
dan mukosa atau parenteral tetapi yang terbanyak racun masuk melalui
saluran
cerna ( 75 % ) dan inhalasi ( 14% ).Keracunan merupakan suatu keadaan
gawat
darurat medis yang membutuhkan tindakan segera, keterlambatan dalam
memberikan pertolongan dapat membawa akibat yang fatal.
Pada dasarnya keracunan pada anak tidaklah berbeda dengan pada dewasa,
tapi
oleh karena secara alamiah terdapat perbedaan akibat dari tingkat
perkembangan fisik yang masih sedang tumbuh, kepribadian dan emosi yang
sedang berkembang, sehingga terdapat beberapa perbedaan dalam kejadian,
jenis, lokasi serta motif dari keracunan.
Mengingat resiko keracunan yang sangat berbahaya dan bahkan dapat
menyebabkan kematian dan mengingat bahwa keracunan pada anak sebagian
besar
adalah karena kecelakaan dan dapat dicegah, maka usaha-usaha pencegahan
hendaknya mendapat perhatian dan prioritas utama dalam penanggulangan
keracunan pada anak.
Oleh karena sifat-sifat tersebut maka keracunan pada anak lebih sering
karena kecelakaan (accidental poisoning ),sedang pada dewasa keracunan
lebih
sering karena pekerjaannya (occupational poisoning) dan pembunuhan atau
usaha bunuh diri.
Pada anak kecil jarang terjadi keracunan karena usaha bunuh diri atau
pembunuhan, walaupun pernah dilaporkan melalui media massa adanya
pembunuhan
anak dengan jalan memberi racun oleh ibu yang putus asa sebelum kemudian
dia
bunuh diri.
Penyebab keracunan
Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung seberapa
banyak bahan tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang dapat
menyebabkan keracunaan adalah :
· Makanan
· Bahan-bahan kimia
· Obat-obatan
Oleh karena anak kecil lebih sering berada dirumah maka keracunan yang
terjadi pada anak biasanya disebabkan oleh bahan-bahan yang ada dirumah
atau
sekitar rumah.
Di RSUD dr. Soetomo keracunan yang paling sering terjadi adalah keracunan
minyak tanah ( > 45% ) sama seperti laporan dari center-center lain.
Penatalaksanaan keracunan
I. Tindakan emergensi :
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi.
Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas
spontan
atau pernapasan tidak adekuat.
Circulation: Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki
perfusi
jaringan.
1. Rangsang muntah
Akan sangat bermanfaat bila dilakukan dalam 1 jam pertama sesudah menelan
bahan beracun, bila sudah lebih dari 1 jam tidak perlu dilakukan rangsang
muntah kecuali bila bahan beracun tersebut mempunyai efek yang menghambat
motilitas ( memperpanjang pengosongan ) lambung.
Rangsang muntah dapat dilakukan secara mekanis dengan merangsang palatum
mole atau dinding belakang faring,atau dapat dilakukan dengan pemberian
obat- obatan :
1. Sirup Ipecac
Dapat diberikan pada anak diatas 6 bulan.
Pada anak usia 6 - 12 bulan 10 ml
1- 12 tahun 15 ml
> 12 tahun 30 ml
Pemberian sirup ipecac diikuti dengan pemberian 200 ml air putih. Bila
sesudah 20 menit tidak terjadi muntah pada anak diatas 1 tahun pemberian
ipecac dapat diulangi.
2. Apomorphine
Sangat efektif dengan tingkat keberhasilan hampir 100%,dapat menyebabkan
muntah dalam 2 - 5 menit. Dapat diberikan dengan dosis 0,07 mg/kg BB
secara
subkutan.
Kontraindikasi rangsang muntah :
4. Penderita kejang
1. Kumbah lambung
Kumbah lambung akan berguna bila dilakukan dalam 1-2 jam sesudah menelan
bahan beracun, kecuali bila menelan bahan yang dapat menghambat
pengosongan
lambung.
Kumbah lambung seperti pada rangsang muntah tidak boleh dilakukan pada :
· Keracunan hidrokarbon
· Kejang
4. Catharsis
Efektivitasnya masih dipertanyakan.
Jangan diberikan bila ada gagal ginjal,diare yang berat ( severe diarrhea
),
ileus paralitik atau trauma abdomen.
6. Dialysis
Hanya dilakukan bila usaha-usaha lain sudah tidak membawa hasil.
Bermanfaat hanya pada bahan beracun yang bisa melewati filter dialisis (
dialysa ble toxin ) seperti phenobarbital, salisilat, theophylline,
methanol, ethylene glycol dan lithium.
Dialysis dilakukan bila :
· Asidosis berat
· Gagal ginjal
· Immobilisasi
V. Pengobatan Supportif
Diagnosa
Penegakan diagnosa dari keracunan seringkali dengan mudah dapat ditegakkan
karena keluarga atau pengantar penderita sudah mengatakan penyebab
keracunan
atau membawa tempat bahan beracun kepada dokter.Tapi kadang-kadang kita
menemui kesulitan dalam menentukan penyebab keracunan terutama bila
penderita tidak sadar dan tidak ada saksi yang mengetahui kejadiannya.
Diagnosa dari keracunan terutama didasarkan pada anamnesa yang diambil
dari
orang tua, keluarga,pengasuh atau orang lain yang mengetahui kejadiannya.
Pada anamnesa ditanyakan kapan dan bagaimana terjadinya, tempat kejadian
dan
kalau mungkin mencari penyebab keracunan.
Ditanya pula kemungkinan penggunaan obat-obatan tertentu atau resep yang
mungkin baru didapat dari dokter. Diusahakan sedapat mungkin agar tempat
bekas bahan beracun diminta untuk melihat isi bahan beracun dan kemudian
diselidiki lebih lanjut.
Pemeriksaan fisik sangat penting terutama pada penderita-penderita yang
belum jelas penyebabnya.
Selain pemeriksaan fisik rutin dicari pula tanda-tanda khusus pada
keracunan-keracunan tertentu seperti :
· B A U :
· K U L I T :
· Kering : Anticholinergik
· SUHU TUBUH :
Hipothermia : Sedatif hipnotik, ethanol, carbonmonoksida,clonidin,
fenothiazin
Hiperthermia : Anticholinergik, salisilat, amfetamin, cocain,
fenothiazin,theofilin
TEKANAN DARAH :
Hipertensi : Simpatomimetik, organofosfat, amfetamin
Hipotensi : Sedatif hipnotik, narkotika, fenothiazin, clonidin, beta-
blocker
SELAPUT LENDIR :
Kering : Anticholinergik
Salivasi : Organofosfat, carbamat
Lesi mulut : Bahan korosif, paraquat
Lakrimasi : Kaustik, organofosfat, gas irritan
RESPIRASI :
Depressi : Alkohol, narkotika, barbiturat, sedatif hipnotik
Tachipnea : Salisilat, amfetamin, carbonmonoksida
Kussmaull : Methanol, ethyliene glycol, salisilat
SAL.PENCERNAAN :
Muntah,diare, : Besi,fosfat,logam berat,
jamur,lithium,flourida,organofosfat
nyeri perut
Berikut akan kami bahas beberapa keracunan khusus yang sering dijumpai :
KERACUNAN HIDROKARBON
Kelompok hidrokarbon yang sering menyebabkan keracunan adalah minyak
tanah,bensin, minyak cat ( tinner ) dan minyak untuk korek api.
Gejala klinik : terutama terjadi sebagai akibat dari irritasi pulmonal dan
depressi susunan saraf pusat.
1. Irritasi pulmonal :
batuk,sesak,retraksi,tachipneu,cyanosis,batuk darah dan udema paru.
Pada pemeriksaan foto thorak bisa didapatkan adanya infiltrat di kedua
lapangan paru, effusi pleura atau udema paru.
Penatalaksanaan :
1. Rangsangan muntah pada keracunan hidrokarbon masih merupakan
kontroversi karena bahaya terjadinya aspirasi pneumonia, karena itu
rangsang
muntah tidak dianjurkan pada keracunan hidrokarbon,kecuali bila yang
ditelan
cukup banyak > 1 ml/kg BB atau bila hidrokarbon yang ditelan tercampur
atau
merupakan bahan pelarut dari bahan beracun yang berbahaya seperti pada
pestisida maka rangsangan muntah atau kumbah lambung harus segera
dilakukan
dengan perlindungan jalan nafas.
4. Antibiotika
Pemberian antibiotika masih merupakan kontroversi pada keracunan
hidrokarbon. Antibiotika hanya diberikan bila keadaan penderita memang
sangat berat, membutuh kan bantuan pernafasan dengan alat atau anak-anak
dengan immunocompromized.
5. Kortikosteroid
Pemberian kortikosteroid juga masih merupakan kontroversi, hanya diberikan
pada keadaan-keadaan yang sangat berat,sangat sesak atau udema paru.
KERACUNAN INSEKTISIDA
Seiring dengan semakin meningkatnya penggunaan insektisida dalam usaha
intensifikasi pertanian maka kejadian keracunan insektisida juga semakin
banyak dijumpai.
Pembahasan disini akan dibatasi lebih banyak pada keracunan organofosfat
yang lebih banyak dipakai dan dijumpai.Racun serangga organofosfat sering
dicampur dengan bahan pelarut minyak tanah sehingga pada keracunan
organofosfat harus pula diperhatikan tanda-tanda dan penatalaksanaan
keracunan minyak tanah selain organofosfatnya sendiri.
ORGANOFOSFAT
Organofosfat menyenabkan fosforilasi dari ester acetylcholine esterase (
sebagai choline esterase inhibitor ) yang bersifat irreversibel sehingga
enzim ini menjadi inaktif dengan akibat terjadi penumpukan acetylcholine.
Efek klinik yang terjadi adalah terjadi stimulasi yang berlebihan oleh
acetylcholine.
Gejala klinis :
2. Miosis
Penatalaksanaan :
1. Lepaskan baju dan apa saja yang dipakai, dicuci dengan sabun dan
siram dengan air yang mengalir bahkan meskipun keracunan sudah terjadi
sampai 6 jam.
3. Atropinisasi
Atropin berfungsi untuk menghentikan efek acetylcholine pada reseptor
muscarinik, tapi tidak bisa menghentikan efek nikotinik.
Pada usia < 12 th pemberian atropin diberikan dengan dosis 0,05 mg/kg BB
IV
pelan-2 dilanjutkan dengan 0,02 -0,05mg/kg BB setiap 5 - 20 menit sampai
atropinisasi sudah adekwat atau dihentikan bila :
· Pupil dilatasi
4. Pralidoxim
Bekerja sebagai reaktivator dari cholin esterase pada neuromuscular
junction
dan tidak mempengaruhi fungsi CNS karena tidak dapat melewati blood brain
barrier.
Diberikan sesudah atropinisasi dan harus dalam < 36 jam paparan.
Dosis pada anak < 12 tahun 25 - 50 mg/kgBB IV,diulangi sesudah 1 - 2
jam,kemudian diberikan setiap 6 - 12 jam bila gejala masih ada.
7. Pengobatan supportif :
· Hipoglikemia : glukosa 0,5 - 1g /kg BB IV.
KERACUNAN MAKANAN
Keracunan makanan dapat terjadi karena :
Gejala klinis :
· Warna kulit merah bata ( pada orang kulit putih ) dan sianosis
Penatalaksanaan :
Gejala klinik :
Penatalaksanaan :
· Rangsang muntah
· Kumbah lambung
· Beri norit
· Pemberian cairan
BOTULISME
Disebabkan oleh kuman Clostridium botulinum yang sering terdapat dalam
makanan kaleng yang rusak atau tercemar kuman tersebut.
Gejala klinik :
· Dysphagia, dysarthria
Penatalaksanaan :
· Eliminasi racun
SALISILAT
Merupakan keracunan obat-obatan yang paling sering dijumpai pada anak.
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya keracunan salisilat adalah :
· Irritasi G I Tract
· Stimulasi CNS
· Udema paru
· Hiperthertmia
Gejala klinik :
Pemeriksaan laboratorium :
Penatalaksanaan :
n Terapi supportif :
UPAYA-UPAYA PENCEGAHAN
Karena anak-anak lebih sering berada dirumah maka keracunan pada anak
lebih
sering terjadi dirumah atau lingkungan sekitar rumah dan disebabkan oleh
bahan-bahan yang banyak didapat dirumah.
Menurut tempat terjadinya maka keracunan pada anak lebih sering terjadi di
:
· Dapur ( 40% )
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada keracunan pada anak dalam upaya
pencegahan keracunan adalah :
Dari hal-hal tersebut diatas maka keracunan pada anak bisa dikatakan
terutama terjadi akibat kelalaian orang tua atau pengasuh anak. Oleh
karena
itu peran orang tua atau pengasuh anak dalam usahapencegahan keracunan
sangat penting.
Best Regards,
Evi Eryani
Tax Planning & Control
Keracunan
Pengertian:
Racun adalah suatu zat yang bila masuk dalam tubuh dalam jumlah tertentu dapat menyebabkan
reaksi tubuh yang tidak diinginkan bahkan dapat menimbulkan kematian.
Dalam keadaan sehari-hari ada beberapa zat yang sering digolongkan sebagai racun namun
sebenarnya bahan ini adalah korosif, yaitu dapat menyebabkan luka bakar pada bagian tubuh
dalam bila masuk ke dalam tubuh. Penatalaksanaan penderita pada kasus ini biasanya disamakan
dengan keracunan.
Cara terjadinya Keracunan pada manusia:
A. Sengaja bunuh diri
Dengan minum obat-obatan/cairan kimia dalam jumlah yang berlebihan misalnya minum racun
serangga, obat tidur berlebihan. Sering berakhir dengan kematian, kecuali penemuan kasus
keracunan tersebut cepat dan langsung mendapat pertolongan.
B. Keracunan tidak disengaja
Misalnya:
a. Makan makanan/minuman yang telah tercemar oleh kuman/ zat kimia tertentu.
b. Salah minum yang biasanya terjadi pada anak-anak/orang tua yang sudah pikun misalnya obat
kutu anjing disangka susu dan sebagainya.
c. Makan singkong yang mengandung kadar sianida tinggi.
d. Udara yang tercemar gas beracun.
Jalur masuknya racun dalam tubuh manusia
1. Melalui mulut/alat pencernaan.
a. Obat-obatan terutama obat tidur/penenang, biasanya dalam jumlah besar atau diminum dengan
bahan lain sehingga terjadi reaksi keracunan
b. Makanan yang mengandung racun misalnya: singkong, jengkol, tempe bongkrek, oncom,
makanan kaleng yang kadaluarsa.
c. Baygon, minyak tanah, zat pembunuh serangga lainnya.
d. Makanan atau minuman yang mengandung alkohol (bir, minuman keras)
a. Perhatikan sekitar penderita mungkin ditemukan petunjuk mengenai sebab keracunannya,
misalnya botol obat, pembungkus, sisa makanan, sisa muntahan.
2. Melalui pernapasan.
a. Menghirup gas beracun/udara beracun (mis. gas mobil dalam kendaraan yang tertutup).
b. Kebocoran gas industri.
3. Melalui kulit atau absorbsi (kontak)
Zat kimia/tanaman beracun yang terpapar melalui permukaan kulit dan dapat meresap ke dalam
kulit tersebut.
Keracunan ini dapat juga terjadi akibat tersentuh binatang yang memiliki racun pada kulit atau
bagian tubuh lainnya.
4. Melalui suntikan atau gigitan
a. Gigitan / sengatan binatang berbisa (ular, kalajengking, dll.).
b. Gigitan binatang laut (ubur-abur, anemon, ketimun laut, gurita, tiram dll).
c. Obat suntik
Gejala dan tanda keracunan secara umum
Gejala dan tanda keracunan yang khas biasanya sesuai dengan jalur masuk racun ke dalam
tubuh. Bila masuk melalui saluran pencernaan, maka gangguan utama akan terjadi pada saluran
pencernaan. Bila masuk melalui jalan napas maka yang terganggu adalah pernapasannya dan bila
melalui kulit akan terjadi reaksi setempat lebih dahulu. Gejala lanjutan yang terjadi biasanya
sesuai dengan sifat zat racun tersebut terhadap tubuh.
Gejala dan tanda keracunan umum :
a. Riwayat yang berhubungan dengan proses keracunan
b. Penurunan respon
c. Gangguan pernapasan
d. Nyeri kepala, pusing, gangguan penglihatan
e. Mual, muntah, diare
f. Lemas, lumpuh, kesemutan
g. Pucat atau sianosis
h. Kejang-kejang
i. Gangguan pada kulit
j. Bekas suntikan, gigitan, tusukan
k. Syok
l. Gangguan irama jantung dan peredaran darah pada zat tertentu.
Penatalaksanaan keracunan secara umum :
1. Pengamanan sekitar, terutama bila berhubungan dengan gigitan binatang.
2. Pengamanan penderita dan penolong terutama bila berada di daerah dengan gas beracun.
3. Keluarkan penderita dari daerah berbahaya bila memungkinkan.
4. Penilaian dini, bila perlu lakukan RJP.
5. Bila racun masuk melalui jalur kontak, maka buka baju penderita dan bersihkan sisa bahan
beracun bila ada
6. Bila racun masuk melalui saluran cerna, uapayakan mengencerkan racun .
7. Awasi jalan napas, terutama bila respon menurun atau penderita muntah.
8. Bila keracunan terjadi secara kontak maka bilaslah daerah yang terkena dengan air.
9. Bila ada petunjuk seperti pembungkus, sisa muntahan dan sebagainya sebaiknya diamankan
untuk identifikasi.
10. Penatalaksanaan syok bila terjadi
11. Pantaulah tanda vital secara berkala.
12. Bawa ke fasilitas kesehatan
22
Penatalaksanaan Keracunan
Keracunan dalah masuknya zat yang berlaku sebagai racun, yang memberikan gejala sesuai
dengan macam, dosis dan cara pemberiannya.
PENATALAKSANAAN
- Dimuntahkan :
Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di tenggorokan), atau pemberian
air garam atau sirup ipekak.
Kontraindikasi : cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa kuat,
minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang.
- Bilas lambung :
• Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
• Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5
%.
• Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang.
- Bilas Usus Besar : bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau gliserin).
a. Keracunan Asam / Basa Kuat (Asam Klorida, Asam Sulfat, Asam Cuka Pekat, Natrium
Hidroksida, Kalium Hidroksida).
c. Keracunan Arsenikum
- Gejala : mulut kering, kulit merah, rasa tercekik, sakit menelan, kolik usus, muntah, diare,
perdarahan, oliguri, syok.
- Tindakan :
• Bilas lambung dengan Natrium karbonat/sorbitol
• Atasi syok dan gangguan elektrolit
• Beri BAL (4-5 Kg/BB) setiap 4 jam selama 24 jam pertama. Hari kedua sampai ketiga setiap 6
jam (dosis sama). Hari keempat s/d ke sepuluh dosis diturunkan.
- Gejala : mengantuk, nyeri perut, berkeringat, dyspneu, spasme otot, vertigo sampai koma.
- Tindakan : terapi simptomatik.
- Gejala : gangguan penglihatan, reflek pupil (-), disartri, disfagi, kelemahan otot lurik, tidak ada
gangguan pencernaan dan kesadaran.
- Tindakan :
• Bilas lambung dengan norit
• Beri ATS 10.000 unit.
• Ber Fenobarbital 3 x 30-60 mg / oral.
f. Keracunan Ikan
- Gejala : panas sekitar mulut, rasa tebal pada anggota badan, mual, muntah, diare, nyeri perut,
nyeri sendi, pruritus, demam, paralisa otot pernafasan.
- Tindakan : Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.
g. Keracunan Jamur
- Gejala : air mata, ludah dan keringat berlebihan, mata miosis, muntah, diare, nyeri perut,
kejang, dehidrasi, syok sampai koma.
- Tindakan :
• Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.
• Injeksi Sulfas Atropin 1 mg / 1-2 jam
• Infus Glukosa.
h. Keracunan Jengkol
i. Keracunan Singkong
- Gejala : Mual, nyeri kepala, mengantuk, hipotensi, takikardi, dispneu, kejang, koma (cepat
meninggal dalam waktu 1-15 menit).
- Tindakan :
• Beri 10 cc Na Nitrit 5 % iv dalam 3 menit
• Beri 50 cc Na Thiosulfat 25 % iv dalam 10 menit.
k. Keracunan Formalin
- Gejala :
• Inhalasi : iritasi mata, hidung dan saluran nafas, spasme laring, gejala bronchitis dan
pneumonia.
• Kulit : iritasi, nekrosis, dermatitis.
• Ditelan/tertelan : nyeri perut, mual, muntah, hematemesis, hematuria, syok, koma, gagal nafas.
- Tindakan : bilas lambung dengan larutan amonia 0,2 %, kemudian diberi minum norit / air susu
l. Keracunan Barbiturat
- Gejala : mengantuk, hiporefleksi, bula, hipotensi, delirium, depresi pernafasan, syok sampai
koma.
- Tindakan :
• Jangan lakukan emesis atau bilas lambung
• Bila sadar beri kopi pahit secukupnya
• Bila depresi pernafasan, beri amphetamin 4-10 mg intra muskular.
m. Keracunan Amfetamin
- Gejala : mulut kering, hiperaktif, anoreksia, takikardi, aritmia, psikosis, kegagalan pernafasan
dan sirkulasi.
- Tindakan :
• Bilas lambung
• Klorpromazin 0,5-1 mg/kg BB, dapat diulang tiap 30 menit
• Kurangi rangsangan luar (sinar, bunyi)
n. Keracunan Aminopirin (Antalgin)
- Gejala : mual, muntah, nyeri perut, hipersalivasi, nyeri kepala, mata miosis, kekacauan mental,
bronchokonstriksi, hipotensi, depresi pernafasan dan kejang.
- Tindakan :
• Atropin 2 mg tiap 15 menit sampai pupil melebar
• Jangan diberi morfin dan aminophilin.
- Gejala : muntah, parestesi, tremor, kejang, edem paru, vebrilasi s/d kegagalan ventrikel, koma
- Tindakan :
• Jangan gunakan epinefrin
• Bilas lambung hati-hati
• Beri pencahar
• Beri Kalsium glukonat 10 % 10 cc iv pelan-pelan.
- Gejala :
• Inhalasi : nyeri kepala, mual, lemah, dispneu, depresi pernafasan
• Ditelan/tertelan : muntah, diare, sangat berbahaya bila terjadi aspirasi (masuk paru)
- Tindakan :
• Jangan lakukan emesis
• Bilas lambung hati-hati
• Beri pencahar
• Depresi pernafasan : Kafein 200-500 mg im
• Pengawasan : kemungkinan edem paru.
- Gejala : kulit dan mukosa tampak merah terang, nyeri dan pusing kepala, dispneu, pupil
midriasis, kejang, depresi pernafasan sampai koma.
- Tindakan :
• Pasang O2 bertekanan
• Jangan gunakan stimulan
• Pengawasan : kemungkinan edem otak
KEPUSTAKAAN
1. Halim Mubin A. : Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam : Diagnosa dabn Terapi, EGC,
Jakarta 2001 : 98-115.
2. Panitia Pelantikan Dokter FK-UGM : Penatalaksanaan Medik, Senat Mahasiswa
Fak.Kedokteran UGM, Yogyakarta 1987 : 18-22.
3. Purnawan J., Atiek S.S., Husna A. : Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Jakarta
1982: 185-198.
1. BOTULISMUS
Kompetensi : 3B
Laporan Penyakit : 1903 ICD X : T.61-T.62
Definisi
Botulismus merupakan keracunan akibat makanan (tidak selalu makanan kaleng)
yang tercemar toksin yang dihasilkan oleh C.botulinum. Keracunan ini
ditandai oleh kelainan neuromuskuler, jarang terjadi diare. Kematian sekitar
65%.
Penyebab
Makanan yang tercemar toksin yang dihasilkan oleh C.botulinum.
Gambaran klinik
- Inkubasi penyakit ini kira-kira 18 – 36 jam, namun dapat beragam dari
beberapa jam sampai 3 hari.
- Tanda awal adalah rasa lelah dan lemas, serta gangguan penglihatan.
- Diare lebih sering tidak ada.
- Gejala neurologi seperti disartria dan disfagia dapat menimbulkan
pneumonia aspirasi.
- Otot-otot tungkai, lengan dan badan lemah.
- Sementara itu daya rasa (sensoris) tetap baik, dan suhu tidak meningkat.
- Diagnosis banding yang perlu dipikirkan adalah poliomielitis, miastemia
gravis, dan ensefalitis virus.
Diagnosis
Riwayat konsumsi makanan tertentu.
Penatalaksanaan
- Tindakan penanggulangan:
1. Bila perlu, berikan pernapasan buatan.
2. Jika tidak muntah, usahakan untuk muntah.
Jika perlu, lakukan bilas lambung.
- Bila terdapat tanda-tanda syok pasang infus glukosa 5% dan kalau perlu
lakukan pernafasan buatan.
- Pengobatan spesifik, terutama bila timbul gejala dengan antitoksin.
- Penderita harus segera dirujuk ke rumah sakit
2. KERACUNAN BONGKREK
Kompetensi : 3B
Laporan Penyakit : 1903 ICD X : T.61-.T62
Definisi
Racun bongkrek dihasilkan oleh Bacillus cocovenevans, yaitu kuman yang tumbuh
dari bongkrek yang diproses kurang baik. Pertumbuhan kuman ini dapat dihambat
oleh suasana asam (diolah dengan daun calincing).
Penyebab
Keracunan tempe bongkrek disebabkan oleh toksoflavin dan asam bongkrek yang
dihasilkan oleh Pseudomonas cocovenans yang dikenal juga sebagai bakteri asam
bongkrek. Toksin tersebut dihasilkan dalam media yang mengandung ampas
kelapa.
Gambaran Klinis
- Gejala timbul 4 – 6 jam setelah makan tempe bongkrek yaitu berupa mual dan
muntah.
- Penderita mengeluh sakit perut, sakit kepala dan melihat ganda (diplopia).
- Penderita lemah, gelisah dan berkeringat dingin kadang disertai gejala syok.
- Pada hari ke-3 sklera menguning, pembesaran hati dan urin keruh dengan
protein (+).
Diagnosis
Riwayat konsumsi tempe bongkrek.
Penatalaksanaan
- Penderita harus dirujuk ke rumah sakit, sementara itu bila penderita masih
sadar usahakan mengeluarkan sisa makanan.
- Berikan norit 20 tablet (digerus dan diaduk dengan air dalam gelas) sekaligus,
dan ulangi 1 jam kemudian.
- Kalau perlu atasi syok dengan infuse glukosa 5 % dan pernapasan buatan.
- Tidak ada antidotum spesifik.
- Penderita dirangsang secara mekanis agar muntah. Bila tidak berhasil
lakukan bilas lambung di rumah sakit.
3. KERACUNAN INSEKTISIDA
Semua insektisida bentuk cair dapat diserap melalui kulit dan usus dengan
sempurna. Jenis yang paling sering menimbulkan keracunan di Indonesia
adalah golongan organofosfat dan organoklorin. Golongan karbamat efeknya
mirip efek organofosfat, tetapi jarang menimbulkan kasus keracunan.
Masih terdapat jenis pestisida lain seperti racun tikus (antikoagulan dan seng
fosfit) dan herbisida (parakuat) yang juga sangat toksik. Kasus keracunan
golongan ini jarang terjadi. Penatalaksanaannya dapat dilihat dalam “ Pedoman
Pengobatan Keracunan Pestisida” yang diterbitkan oleh Bagian Farmakologi
FKUI.
a. KERACUNAN GOLONGAN ORGANOFOSFAT
Kompetensi : 3B
Laporan Penyakit : 1902 ICD X : T.50.-T.51
Definisi
Golongan organofosfat bekerja selektif, tidak persisten dalam tanah, dan tidak
menyebabkan resistensi pada serangga. Golongan organofosfat bekerja dengan
cara menghambat aktivitas enzim kolinesterase, sehingga asetilkolin tidak
terhidrolisa.
Penyebab
Keracunan pestisida golongan organofosfat disebabkan oleh asetilkolin yang
berlebihan, mengakibatkan perangsangan terus menerus saraf muskarinik dan
nikotinik.
Gambaran klinik
Gejala klinis keracunan pestisida golongan organofosfat pada:
1. Mata; pupil mengecil dan penglihatan kabur
2. Pengeluaran cairan tubuh; pengeluaran keringat meningkat, lakrimasi, salviasi
dan juga sekresi bronchial.
3. Saluran cerna; mual, muntah, diare dan sakit perut.
4. Saluran napas; batuk, bersin, dispnea dan dada sesak.
5. Kardiovaskular; bradikardia dan hipotensi.
6. Sistem saraf pusat; sakit kepala, bingung, berbicara tidak jelas, ataksia, demam,
konvulsi dan koma.
7. Otot-otot; lemah, fascikulasi dan kram.
8. Komplikasi yang dapat terjadi, antara lain edema paru, pernapasan berhenti,
blockade atrioventrikuler dan konvulsi.
Diagnosis
Riwayat kontak dengan insektisida golongan organofosfat
Penatalaksanaan
Keracunan akut :
Tindakan gawat darurat:
1. Buat saluran udara.
2. Pantau tanda-tanda vital.
3. Berikan pernapasan buatan dengan alat dan beri oksigen.
4. Berikan atropin sulfat 2 mg secara i.m, ulangi setiap 3 – 8 menit sampai gejala
keracunan parasimpatik terkendali.
5. Berikan larutan 1g pralidoksim dalam air secara i.v, perlahan-lahan, ulangi
setelah 30 menit jika pernapasan belum normal. Dalam 24 jam dapat diulangi
2 kali. Selain pralidoksim, dapat digunakan obidoksim (toksogonin).
6. Sebelum gejala timbul atau setelah diberi atropine sulfat, kulit dan selaput
lendir yang terkontaminasi harus dibersihkan dengan air dan sabun.
7. Jika tersedia Naso Gastric Tube, lakukan bilas lambung dengan air dan berikan
sirup ipeca supaya muntah.
Tindakan umum:
1. Sekresi paru disedot dengan kateter.
2. Hindari penggunaan obat morfin, aminofilin, golongan barbital, golongan
fenotiazin dan obat-obat yang menekan pernapasan.
Keracunan kronik:
Jika keracunan melalui mulut dan kadar enzim kolinesterase menurun, maka
perlu dihindari kontak lebih lanjut sampai kadar kolinesterase kembali normal.
b. KERACUNAN ORGANOKLORIN
Kompetensi : 3B
Laporan Penyakit : 1302 ICD X : T.50.-T.51
Definisi
Pestisida golongan organoklorin pada umumnya merupakan racun perut dan racun
kontak yang efektif terhadap larva, serangga dewasa dan kadang-kadang juga
terhadap kepompong dan telurnya. Penggunaan pestisida golongan organoklorin
makin berkurang karena pada penggunaan dalam waktu lama residunya persisten
dalam tanah, tubuh hewan dan jaringan tanaman.
Penyebab
Pestisida golongan organoklorin
Gambaran klinis
- Gejala keracunan turunan halobenzen dan analog, terutama muntah, tremor
dan konvulsi.
- Pada keracunan akut melalui mulut disebabkan oleh 5 g DDT akan menyebabkan
muntah-muntah berat setelah 0,5 – 1 jam, selain kelemahan dan mati rasa pada
anggota badan yang terjadi secara bertahap, rasa takut, tegang dan diare juga
dapat terjadi.
- Dengan 20 g DDT dalam waktu 8 – 12 jam kelopak mata akan bergerak-gerak
disetai tremor otot mulai dari kepal dan leher, selanjutnya konvulsi klonik kaki
dan tangan seperti gejala keracunan pada strichnin. Nadi normal, pernapasan
mula-mula cepat kemudian perlahan.
Diagnosis
Riwayat kontak dengan insektisida golongan organoklorin
Penatalaksanaan
Tindakan pencegahan :
1. Pestisida sebaiknya disimpan dalam tempat aslinya dengan etiket yang jelas
dan disimpan di tempat yang tidak terjangkau oleh anak-anak, serta jauh dari
makanan dan minuman.
2. Pada waktu menggunakan pestisida, perlu diikuti dengan cermat dan tepat,
sesuai prosedur dan petunjuk lain yang telah ditentukan.
3. Hindari kontak atau menghisap pestisida.
4. Pada waktu bekerja dengan pestisida, sebaiknya tidak sambil makan, minum
atau merokok.
5. Tempat atau wadah pestisida yang telah kosong, sebaiknya dibuang atau
dimusnahkan, demikian juga pestisida yang tidak berlabel atau etiketnya sudah
rusak, sehingga tidak dapat diketahui dengan pasti.
6. Tergantung pada tingkat toksisitasnya, jika bekerja yang berhubungan dengan
pestisida, sebaiknya tidak lebih dari 4 – 5 jam.
Tindakan penanggulangan :
Penanggulangan keracunan pestisida golongan keracunan organoklorin pada
umumnya:
Tindakan gawat darurat:
a. Jika keracunan melalui mulut, usahakan untuk muntah
b. Pantau tanda-tanda vital.
c. Berikan karbon aktif, diikuti bilas lambung dengan air 2 – 4 liter. Kemudian
berikan obat pencuci perut. Pembersihan usus, juga dapat dilakukan dengan
200 mL larutan manitol 20 % dengan melalui pipa.
d. Jangan diberi lemak atau minyak.
e. Jika kulit juga terkena, bersihkan dengan air dan sabun.
Tindakan umum:
1. Untuk mengatasi konvulsi, berikan diazepam 10 mg secara i.v perlahan-lahan.
Jika belum menunjukkan hasil berikan obat yang memblokade neuromuscular.
2. Atasi hiperaktivitas dan tremor, berikan natrium fenobarbital 100 mg secara
s.c setiap jam sampai mencapai jumlah 0,5 g atau sampai konvulsi terkendali.
3. Jangan diberi obat stimulan terutama epinefrin, karena dapat menimbulkan
fibrilasi ventrikuler.
4. KERACUNAN JENGKOL
Kompetensi : 3B
Laporan Penyakit : 1903 ICD X : T.61.-T.62
Definisi
Keracunan akibat terjadinya pengendapan kristal asam jengkol di saluran
kemih. Ciri orang yang rentan pengendapan kristal asam jengkol ini belum
dapat ditentukan.
Penyebab
Asam Jengkolat
Gambaran Klinis
- Bau khas jengkol tercium dari mulut dan urin penderita.
- Timbul kolik ginjal seperti pada batu ginjal.
- Penderita mengeluh nyeri sewaktu buang air kecil.
- Urin penderita merah karena darah (hematuria). Secara mikroskopis, selain
eritrosit tampak kristal asam jengkol seperti jarum.
- Dalam keadaan berat terdapat anuria dan mungkin penderita pingsan karena
menahan sakit.
Diagnosis
Hematuria, nyeri pada saat buang air kecil.
Penatalaksanaan
- Keracunan ringan dapat diobati dengan minum banyak dan pemberian Na.
bikarbonat 2 g 4 x sehari peroral sampai gejala hilang.
- Pada keracunan berat dengan anuria penderita perlu dirujuk.
5. KERACUNAN SINGKONG
Kompetensi : 3B
Laporan Penyakit : 1903 ICD X : T.61.-T.62
Definisi
Beberapa jenis singkong mengandung cukup banyak sianida yang mungkin
menimbulkan keracunan. Tanpa analisa kandungan sianida tidak dapat dipastikan
singkong mana yang berbahaya bila dimakan kecuali dari rasanya.
Penyebab
Sianida ( HCN )
Gambaran Klinis
- Tanda keracunan timbul akut kira-kira setengah jam setelah makan singkong
beracun.
- Gejala berawal dengan pusing dan muntah.
- Dalam keadaan yang berat penderita sesak napas dan pingsan.
- Bibir, kuku, kemudian muka dan kulit berwarna kebiruan (sianosis). Sianosis
perlu dibedakan dengan methaemoglobinemia yang timbul karena
keracunan sulfa, DDS, nitrat atau nitrit, yang memerlukan pengobatan lain
(metilen-biru).
Diagnosis
Riwayat makan singkong disertai dengan gejala klinis.
Penatalaksanaan
- Larutan Na-tiosulfat 25% disuntikan i.v. perlahan sebanyak 20 ml dan diulangi
setiap 7-10 menit sampai gejala teratasi. Dosis total diberikan sampai penderita
bangun, jumlahnya bergantung pada beratnya gejala.
- Berikan oksigen dan pernapasan buatan bila terdapat depresi napas.
- Penderita perlu dioservasi 24 jam dan dikirim ke rumah sakit bila keracunannya
berat.
Tips Cara Mengatasi Keracunan dan Alergi. Saat anak keracunan makanan kadang membuat
kita panic, walaupun panic malah bisa memperburuk keadaan. Kita harus tenang dan lihat
kondisi dari si anak. Apakah dia keracunan atau hanya alergi. Lalu kita bisa mengambil cara
yang terbaik dan tercepat mengatasi hal tersebut.
Kenali dulu apa saja gejalanya, mungkin :
- Kram perut
- Demam
- Muntah-muntah
- Sering BAB yang bercampur darah, nanah atau lendir
- Merasa lemas dan menggigil
- Kehilangan nafsu makan, dll
Catatan :
Muntah-muntah dan buang air besar bisa jadi masalah serius pada bayi atau balita, karena bisa
menyebabkan dehidrasi.
Berapa lama gejala yang dialami
Gejala keracunan makanan dapat terlihat sekitar 4-24 jam setelah si kecil terkontaminasi
makanan yang beracun. Gejala ini bisa berlangsung sekitar 3-4 hari. Tapi bisa jadi lebih lama
lagi, jika anak yang keracunan tak sengaja masih mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.
Catatan :
Gejala akan lebih cepat terlihat pada anak kecil, karena tubuhnya lebih rentan. Misalnya, hanya 2
jam setelah ia mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.
Tindakan pertama yang harus dilakukan
Jika dia muntah-muntah dan sering BAB, perika suhu tubuhnya. Siapa tahu juga dia demam,
periksa juga tinjanya. Apakah ada lendir atau darah ? Baringkan si kecil dan jangan beri
makanan yang harus dikunyah dulu. Sebagai gantinya, berikan oralit sedikit demi sedikit. Jika
anda tidak punya oralit, beri saja air yang dicampur dengan garam dan gula. Coba telusuri lagi
apa yang menyebabkan anak keracunan.
Kapan waktunya ke Dokter
- Jika dia muntah dan diare terus sementara asupan cairan tidak bisa maksimal,
- Jika dia masih bisa dan mau minum, tapi kondisinya tidak membaik dalam jangka waktu 12
jam
- Dia masih saja diare dan demam
Catatan :
Jika dokter anda tidak bisa segera menanganinya, cepat bawa si kecil ke UGD rumah sakit
terdekat. Bisa jadi, ia perlu diinfus.
Mencegah Keracunan
- Biasakan anak memperhatikan kebersihan tangannya, harus selalu mencuci bersih tangannya
sehabis BAB.
- Jika anda yang mengurus kotoran si kecil, anda juga harus selalu mencuci tangan sampai bersih
sehabis membersihkan tinjanya atau mengganti popoknya.
- Simpan makanan matang di kulkas. Kalaupun mau dihangatkan, pastikan panasnya merata.
Karena, salmonella (yang jadi biang keladi keracunan makanan) biasanya senang dan tumbuh
subur di makanan yang hangat. Tapi, bakteri ini akan mati pada temperature tinggi.
- Masaklah makanan sampai benar-benar matang. Artinya, matangnya harus merata ke dalam
bahan makanan
Kiat Seputar Memilih Makanan
- Ketika membeli makanan dalam kemasan
* perhatikan kaleng dan tutupnya
* Apakah masih mulus ataukah sudah terbuka
* Apakah kalengnya agak menggelembung atau tidak
* Jangan sekali-kali memilih makanan yang kemasannya cacat atau kalengnya menggelembung.
Bisa jadi, makanan tersebut sudah terkontaminasi bakteri.
- Belilah daging dan makanan hasil laut di tempat yang dapat dipertanggungjawabkan
kebersihannya.
- Jangan berikan madu pada bayi di bawah usia 1 tahun. Dikhawatirkan madu mengandung
bakteri Clostridium botullinum yang dapat menyebabkan si kecil keracunan
Menyiasati Alergi Si Kecil
Daya tahan tubuh si kecil yang masih lemah membuatnya mudah alergi. Kenali gejalanya,
sehingga anda pun tepat mengatasinya. Alergi adalah reaksi hipersensitivitas dari tubuh terhadap
lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing atau berbahaya.
Beberapa jenis alergi si kecil bisa saja cukup mudah dikenali gejalanya, tapi ada pula jenis alergi
yang tersembunyi gejalanya atau mirip gejala penyakit tertentu.
Agar tidak salah bertindak , kenali dulu gejalanya.
- Timbul bentol-bentol pada kulit atau kulit terasa gatal
- Mata merah dan berair
- Diare
- Si kecil sering menggaruk, mengusap atau memegang hidung.
- Bersin-bersin disertai rasa gatal pada hidung
- Berkali-kali menghembuskan udara dari hidung seolah-olah berusaha mengeluarkan sesuatu.
- Pilek yang kambuh berulang kali dan biasanya berlangsung antara 1-2 minggu
- Pilek kambuh secara teratur pada bulan-bulan tertentu setiap tahunnya.
- Seringkali disertai hidung berair dan bersin-bersin.
- Tenggorokan dan mulut terasa gatal seperti ada kotoran yang menempel didalamnya. Gatal ini
kerap disertai pilek, padahal si kecil tidak flu.
- Sesak napas.
Berikut beberapa jenis alergi plus trik mengatasinya :
- Alergi pada saluran pernapasan
Reaksinya berupa asma dan pilek
* Bersihkan rumah secara teratur agar debu tidak menumpuk , serta upayakan agar lingkungan
rumah bebas dari kutu debu, tungau dan bulu binatang
* Hindarkan si kecil berkontak dengan tanaman berbunga, karena serbuk sari seringkali memicu
timbulnya reaksi alergi pada saluran pernapasan
* Jangan pelihara bianatang di dalam rumah
- Alergi berupa diare
Umumnya dialami oleh si kecil yang menderita celiac disease, yakni system pencernaannya
hipersensitif terhadap gluten (jenis protein yang terkandung di dalam biji-bijian)
* Jangan beri si kecil makanan yang mengandung biji-bijian
* Hindari memberi makanan yang mengandung zat-zat yang dapat merangsang kerja organ
percernaan. Misalnya cabai, merica, cuka, udang atau makanan laut lainnya
* Alergi berupa mata merah . Reaksi ini timbul akibat adanya benda asing yang masuk ke dalam
mata balita
* Tanamkan kebiasaan pada si kecil untuk tidak memegang-megang mata dengan tangan
* Bila mata balita gatal, jangan biarkan ia mengucek-nguceknya tapi berikan obat mata atau
segera pergi ke dokter
- Alergi berupa kulit merah
Terjadi karena alergi terhadap makanan, obat-obatan atau gigitan serangga.
* Periksalah apakah si kecil sebelumnya makan sesuatu yang mengandung alergen ( pemicu
alergi) seperto antibiotic, udang atau digigit serangga
* Bila kulitnya yang memerah terasa gatal, segera beri obat, lotion kalamin, bedak, minyak
tawon, kayu putih, atau lainnya. Dengan begitu, gatal bisa berkurang
* Jika rasa gatal tidak juga mereda atau hilang, cepat bawa si kecil ke dokter
Apabila ada anak atau seseorang yang keracunan kenali dulu tanda dan gejalanya, selanjutnya
ikuti tips cara mengatasi keracunan dan alergi diatas. Semoga bisa menghindarkan kita dari
bahaya keracunan dan alergi.
Sumber terkait : http://www.klipingku.com/2010/03/cara-tepat-mengatasi-keracunan/
Tags : Cara Mengatasi Alergi, Cara Mengatasi Keracunan, Tips Kesehatan Tubuh, Tips
Menghindari Alergi,
*Name
Website
Add your
Comment 252
Bottom of Form