You are on page 1of 14

AKHLAK

 
            Akhlak berasal dari kata “akhlaq” yang merupakan jama’ dari “khulqu” dari bahasa
Arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab. Akhlak itu terbagi dua yaitu Akhlak yang
Mulia atau Akhlak yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan Akhlak yang Buruk atau
Akhlak yang Tercela (Al-Ahklakul Mazmumah).

Akhlak yang mulia, menurut Imam Ghazali ada 4 perkara; yaitu bijaksana,
memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan kekuatan hawa
nafsu) dan bersifat adil. Jelasnya, ia merangkumi sifat-sifat seperti berbakti pada keluarga dan
negara, hidup bermasyarakat dan bersilaturahim, berani mempertahankan agama, senantiasa
bersyukur dan berterima kasih, sabar dan rida dengan kesengsaraan, berbicara benar dan
sebagainya. Masyarakat dan bangsa yang memiliki akhlak mulia adalah penggerak ke arah
pembinaan tamadun dan kejayaan yang diridai oleh Allah Subhanahu Wataala. Seperti kata
pepatah seorang penyair Mesir, Syauqi Bei: "Hanya saja bangsa itu kekal selama berakhlak.
Bila akhlaknya telah lenyap, maka lenyap pulalah bangsa itu".  

Akhlak yang mulia yaitu akhlak yang diridai oleh Allah SWT , akhlak yang baik itu
dapat diwujudkan dengan mendekatkan diri kita kepada Allah yaitu dengan mematuhi segala
perintahnya dan meninggalkan semua larangannya, mengikuti ajaran-ajaran dari sunnah
Rasulullah, mencegah diri kita untuk mendekati yang ma’ruf dan menjauhi yang munkar,
seperti firman Allah dalam surat Al-Imran 110 yang artinya “Kamu adalah umat yang
terbaik untuk manusia, menuju kepada yang makruf dan mencegah yang mungkar dan
beriman kepada Allah”

Akhlak yang buruk itu berasal dari penyakit hati yang keji seperti iri hati, ujub,
dengki, sombong, nifaq (munafik), hasud, suudzaan (berprasangka buruk), dan penyakit-
penyakit hati yang lainnya, akhlak yang buruk dapat mengakibatkan berbagai macam
kerusakan baik bagi orang itu sendiri, orang lain yang di sekitarnya maupun kerusakan
lingkungan sekitarnya sebagai contohnya yakni kegagalan dalam membentuk masyarakat
yang berakhlak mulia samalah seperti mengakibatkan kehancuran pada bumi ini, sebagai
mana firman Allah Subhanahu Wataala dalam Surat Ar-Ruum ayat 41 yang berarti: "Telah
timbul pelbagai kerusakan dan bencana alam di darat dan di laut dengan sebab apa yang
telah  dilakukan oleb tangan manusia. (Timbulnya yang demikian) karena Allah hendak
merusakan mereka sebagai dari balasan perbuatan-perbuatan buruk yang mereka lakukan,
supaya mereka kembali (insaf dan bertaubat)".

ISLAM MENGUTAMAKAN AKHLAK


            Mungkin banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah akhlak. Di satu sisi
kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok/inti agama ini, berupaya
menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain dalam masalah akhlak kurang diperhatikan.
Sehingga tidak dapat disalahkan bila ada keluhan-keluhan yang terlontar dari kalangan awam,
seperti ucapan : “Wah udah ngerti agama kok kurang ajar sama orang tua.” Atau ucapan :
“Dia sih agamanya bagus tapi sama tetangga tidak pedulian…”, dan lain-lain.
            Seharusnya ucapan-ucapan seperti ini ataupun yang semisal dengan ini menjadi
cambuk bagi kita untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak. Islam bukanlah agama yang
mengabaikan akhlak, bahkan islam mementingkan akhlak. Yang perlu diingat bahwa tauhid
sebagai sisi pokok/inti islam yang memang seharusnya kita utamakan, namun tidak berarti
mengabaikan perkara penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang erat.
Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah dan ini merupakan pokok
inti akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah
sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhid seseorang maka semakin baik akhlaknya, dan
sebaliknya bila seorang muwahhid memiliki akhlak yang buruk berarti lemah tauhidnya.

RASUL DIUTUS UNTUK MENYEMPURNAKAN


AKHLAK                                                       Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam, rasul
kita yang mulia mendapat pujian Allah. Karena ketinggian akhlak beliau sebagaimana
firmanNya dalam surat Al Qalam ayat 4. bahkan beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam sendiri
menegaskan bahwa kedatangannya adalah untuk menyempurnakan akhlak yang ada pada diri
manusia, “Hanyalah aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak.” (HR.Ahmad,
lihat Ash Shahihah oleh Asy Syaikh al Bani no.45 dan beliau menshahihkannya). 
            Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia
menyatakan: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik
budi pekertinya.” (HR.Bukhari dan Muslim).
             Dalam hadits lain Anas memuji beliau shalallahu ‘alahi wasallam : “Belum pernah
saya menyentuh sutra yang tebal atau tipis lebih halus dari tangan Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam. Saya juga belum pernah mencium bau yang lebih wangi dari bau
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Selama sepuluh tahun saya melayani Rasulullah
shalallahu ‘alahi wa sallam, belum pernah saya dibentak atau ditegur perbuatan saya :
mengapa engkau berbuat ini ? atau mengapa engkau tidak mengerjakan itu ?” (HR. Bukhari
dan Muslim).
            Akhlak merupakan tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba sebagaimana telah
disabdakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam : “Orang mukmin yang paling
sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya.” (HR Tirmidzi, dari abu Hurairah
radhiallahu ‘anhu, diriwayatkan juga oleh Ahmad. Disahihkan Al Bani dalam Ash Shahihah
No.284 dan 751). Dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdillah bin amr bin Al ‘Ash
radhiallahu ‘anhuma disebutkan : “Sesungguhnya sebaik-baik kalian ialah yang terbaik
akhlaknya.”

KEUTAMAAN AKHLAK
            Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengabarkan bahwa suatu saat Rasulullah pernah
ditanya tentang kriteria orang yang paling banyak masuk syurga. Beliau shalallahu ‘alaihi
wasallam menjawab : “Taqwa kepada Allah dan Akhlak yang Baik.” (Hadits Shahih Riwayat
Tirmidzi, juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Lihat Riyadus Sholihin no.627, tahqiq
Rabbah dan Daqqaq).
             Tatkala Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menasehati sahabatnya, beliau
shalallahu ‘alahi wasallam menggandengkan antara nasehat untuk bertaqwa dengan nasehat
untuk bergaul/berakhlak yang baik kepada manusia sebagaimana hadits dari abi dzar, ia
berkata bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Bertaqwalah kepada Allah
dimanapun engkau berada dan balaslah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya
kebaikan itu akan menutupi kejelekan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang
baik.” (HR Tirmidzi, ia berkata: hadits hasan, dan dishahihkan oleh syaikh Al Salim Al
Hilali).
             Dalam timbangan (mizan) amal pada hari kiamat tidak ada yang lebih berat dari pada
akhlak yang baik, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam :            “
Sesuatu yang paling berat dalam mizan (timbangan seorang hamba) adalah akhlak yang
baik.” (HR. Abu Daud dan Ahmad, dishahihkan Al Bani. Lihat ash Shahihah Juz 2 hal
535).                                                                                                                                               
Dari Jabir radhiallahu ‘anhu berkata : Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling saya kasihi dan yang paling dekat padaku
majelisnya di hari kiamat ialah yang terbaik budi pekertinya.” (HR. Tirmidzi dengan sanad
hasan. Diriwayatkan juga oleh Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban. Lihat Ash
shahihah Juz 2 hal 418-419).
             Dari hadits-hadits di atas dapat dipahami bahwa akhlak yang paling baik memiliki
keutamaan yang tinggi. Karena itu sudah sepantasnya setiap muslimah mengambil akhlak
yang baik sebagai perhiasannya. Yang perlu diingat bahwa ukuran baik atau buruk suatu
akhlak bukan ditimbang menurut selera individu, bukan pula hitam putih akhlak itu menurut
ukuran adat yang dibuat manusia. Karena boleh jadi, yang dianggap baik oleh adat bernilai
jelek menurut timbangan syari’at atau sebaliknya.
Jelas bagi kita bahwa semuanya berpatokan pada syari’at, dalam semua masalah termasuk
akhlak. Allah sebagai Pembuat syari’at ini, Maha Tahu dengan keluasan ilmu-Nya apa yang
mendatangkan kemashlahatan/kebaikan bagi hamba-hamba-Nya. Wallahu Ta’ala a’lam.

 mediasauna.multiply.com/journal/item/8

audaraku sesama muslim.


Alhamdulillah, jumpa lagi kita kali ini dakwah saya (lewat tulisan) seperti judul tersebut diatas semoga dapat
menjadi penawar yang menyejukkan dan menjadi sebagai tambahan ilmu bagi sidang pembaca. Dengan
demikian nilai-nilai Islam menjadi dapat tersebar luaskan. Insya Allah!

Saudaraku, sebagaimana kita ketahui bahwa Allah SWT mengutus para Rasul antara lain untuk menjadi suri
teladan yang baik (uswatun hasanah), yaitu untuk mengajarkan budi pekerti (akhlak) yang luhur. Rasulullah SAW
pernah bersabda : “Aku diutus semata-mata untuk menyempurnakan budi pekerti yang luhur.” (HR. Ahmad).
Akhlak yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW ini disebut akhlak mahmudah (akhlak yang terpuji) yang
tentu saja harus kita teladani, kita harus memiliki akhlak yang mahmudah ini dan menjadikannya sebagai
penghias hidup kita.

Saudaraku, sidang pembaca yang budiman, sengaja saya tidak akan membahas secara khusus setentang
akhlak mahmudah, tetapi yang akan kita bersama pelajari ini adalah justru lawan dari akhlak mahmudah itu,
yakni yang disebut akhlak madzmumah. Tahukah antum (pembaca) apa itu akhlak madzmumah? Akhlak
madzmumah adalah akhlak yang dikendalikan oleh Syetan dan kita sama sekali tidak boleh memiliki akhlak yang
demikian, karena akhlak madzmumah adalah akhlak yang tercela dan sangat-sangat harus kita jauhi. 

Kenapa? Karena ia bisa membuat hati kita membusuk dan sulit disembuhkan. Tubuh kita mungkin saja akan
tetap terlihat sehat ketika kita berakhlak madzmumah ini, tetapi hati dan jiwa kita menderita dan tersiksa. Sebab
ia bukanlah penyakit fhisik, melainkan penyakit hati! Lalu, seperti apa sih penyakit hati itu ? Seberapa besar
bahaya yang dibawanya? Dan bagaimana cara menanggulanginya? Wabah penyakit hati lebih berbahaya dari
penyakit apapun.

Saudaraku (sidang pembaca), jangan sampai terjangkit oleh wabah penyakit hati yang sangat ganas ini,
Na’udzubillah. Summa na’udzubillah! Untuk itu mari sedikit kita simak apa yang menjadi materi kita ini.

• Bersabda Rasulullah SAW :


“Ketahuilah, didalam tubuh manusia ada segumpal daging. Apabila segumpal daging itu baik, seluruhnya baik
dan apabila daging itu buruk, buruklah seluruhnya Ketahuilah olehmu bahwa segumpal daging itu adalah kalbu
(hati).” (HR. Bukhari)

Pernah dengar kisah putra Nabi Adam as yang bernama Qabil dan Habil ? Qabil adalah sosok manusia pertama
didunia yang terkena penyakit hati (madzmumah). Ketika ia hendak dikawinkan dengan saudara kembar Habil
yang tidak cantik, sementara saudara kembarnya sendiri (Qabil) yang cantik yang bernama Iqlima akan
dikawinkan dengan Habil, ia merasa iri. 

Kemudian Qabil protes kepada ayahnya sehingga akhirnya Nabi Adam as menyuruh kedua anaknya itu untuk
berkurban dengan catatan siapa yang kurbannya diterima oleh Allah SWT maka dialah yang berhak mengawini
Iqlima. Kemudian ketika ternyata kurban Habil yang diterima, Qabil merasa dengki sehingga ia membunuh
adiknya sendiri. Penyakit hati yang diderita oleh Qabil telah menobatkan dirinya menjadi manusia pertama
didunia yang melakukan kejahatan yaitu membunuh. Kita tentu tidak ingin menjadi pengikut Qabil bukan? Untuk
itu mari kita mulai mempersiapkan diri menghadapi penyakit hati, wabil khusus didalam kita yang saat ini sedang
menjalankan ibadah puasa dibulan suci Ramadhan 1427 H ini :
• Penyakit hati antara lain disebabkan karena ada perasaan iri :

1. Pengertian Iri :
Iri adalah sikap kurang senang melihat orang lain mendapat kebaikan atau keberuntungan. Sikap ini kemudian
menimbulkan prilaku yang tidak baik terhadap orang lain, misalnya sikap tidak senang, sikap tidak ramah
terhadap orang yang kepadanya kita iri atau menyebarkan isu-isu yang tidak baik. Jika perasaan ini dibiarkan
tumbuh didalam hati, maka akan muncul perselisihan, permusuhan, pertengkaran, bahkan sampai pembunuhan,
seperti yang terjadi pada kisah Qobil dan Habil.

2. Sebab-sebab Timbulnya sifat Iri :


Kalau kita cermati dari kisah Qabil dan Habil, kita dapat melihat bahwa sifat iri ini muncul karena :
a. Adanya rasa sombong didalam diri seseorang
b. Kurang percaya diri
c. Kurang mensyukurui nikmat Allah
d. Tidak merasa cukup terhadap sesuatu yang telah dimilikinya.
e. Tidak percaya kepada qadha dan qadar.

3. Akibat (berbahayanya) sifat Iri :


Sifat iri tidak pernah membawa kepada kebaikan, bahkan pasti membawa akibat buruk. Akibat dari sifat iri
tersebut antara lain :
a. Merasa kesal dan sedih tanpa ada manfaatnya bahkan bisa dibarengi dosa.
b. Merusak pahala ibadah
c. Membawa pada perbuatan maksiat, sebab orang yang iri tidak bisa lepas dari perbuatan menyinggung,
berdusta, memaki, dan mengumpat.
d. Masuk Neraka
e. Mencelakakan orang lain
f. Menyebabkan buta hati
g. Mengikuti ajakan syetan
h. Meresahkan orang lain
i. Menimbulkan perselisihan dan perpecahan
j. Meruntuhkan sendi-sendi persatuan masyarakat
k. Menimbulkan ketidaktentraman dalam diri, keluarga, masyarakat, atau orang lain.

4. Cara menghindari sifat Iri :


Diantara cara-cara menghindari sifat iri sebagai berikut :
a. Menumbuhkan kesadaran didalam diri bahwa kenikmatan itu pemberian Allah SWT, sehingga wajar apabila
suatu saat Allah memberi nikmat kepada seseorang dan tidak memberikannya kepada orang lain.
b. Membiasakan diri bersyukur kepada Allah SWT dan merasa cukup terhadap segala sesuatu yang telah
diterimanya.
c. Menjalin persaudaraan dengan orang lain, sehingga terhindar dari perasaan benci dan tidak senang apabila
orang lain mendapatkan keberuntungan (kesenangan).
d. Membiasakan diri ikut merasa senang apabila orang lain mendapat keuntungan (kesenangan).

• Penyakit hati disebabkan karena perasaan dengki.


1. Definisi Dengki.
Dengki artinya merasa tidak senang jika orang lain mendapatkan kenikmatan dan berusaha agar kenikmatan
tersebut cepat berakhir dan berpindah kepada dirinya, serta merasa senang kalau orang lain mendapat musibah.
Sifat dengki ini berkaitan dengan sifat iri. Hanya saja sifat dengki sudah dalam bentuk perbuatan yang berupa
kemarahan, permusuhan, menjelek-jelekkan, menjatuhkan nama baik orang lain. Orang yang terkena sifat ini
bersikap serakah, rakus, dan zalim. ia akan menghalalkan segala cara untuk mencapai keinginannya, bahkan
tidak segan-segan berbuat aniaya (zalim) terhadap sesamanya yang mendapatkan kenikmatan agar cepat
kenikmatan itu berpindah kepada dirinya. Setentang sikap buruk yang namanya dengki ini, simak Hadist tersebut
ini :

• Bersabda Nabi SAW :


“Dengki itu memakan kebaikan, sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR. Abu Daud)

• Dan Nabi SAW juga bersabda :


“Menimpa kepadamu suatu penyakit umat-umat sebelum kamu, yaitu benci-membenci dan dengki. Dialah
pencukur agama, bukan sekedar pencukur rambut.” (HR. Turmudzi)

Saudaraku, Hadist yang pertama menjelaskan bahwa dengki itu memakan kebaikan seperti api yang memakan
kayu bakar. Disini jelas bahwa dengki itu suatu hal yang berlawanan dengan kebaikan, bahkan menjadi
musuhnya. Sedangkan Hadist yang kedua menjelaskan bahwa jika suatu masyarakat telah terjangkiti penyakit
dengki, maka agama akan hancur, tatanan dan hukum yang ada tidak akan berguna. Oleh karena itu, jika sifat
ini tidak dihindari, tatanan kehidupan bermasyarakat akan kacau dan rusak, bahkan agama tidak lagi dijadikan
pedoman hidup.

2. Penyakit Dengki
Diatas sudah dijelaskan bahwa penyakit dengki berpangkal dari iri dan marah, sehingga penyebab dari iri juga
merupakan penyebab dari penyakit iri, ditambah hal-hal sebagai berikut :
a. Kalah bersaing dalam merebut simpati orang atau dalam usaha.
b. Sifat kikir yang berlebihan
c. Cinta dunia dan sejenisnya.
d. Merasa sakit jika orang lain memiliki kelebihan
e. Tidak beriman kepada qadha dan qadar.

3. Bahaya Penyakit Dengki


Semua penyakit, apapun namanya, pasti mendatangkan bahaya bagi orang yang dihinggapinya. Demikian juga
penyakit hati yang dibawa oleh penyakit dengki ini antara lain sebagai berikut :
a. Mendorong untuk berbuat maksiat seperti menggunjing, berbohong, marah, senang jika orang lain mendapat
musibah.

• Rasulullah SAW bersabda :


“Manusia akan senantiasa mampu berbuat kebajikan selama tidak saling hasud satu sama lain.” (HR. Thabrani)

b. Mencelakakan orang lain


c. Merugikan diri sendiri dan orang lain
d. Kebutaan hati dalam menerima kebenaran, karena sibuk memikirkan bagaimana cara mencelakakan orang
lain.
e. Tidak akan diakui sebagai umat Rasulullah SAW dan tidak akan mendapat syafaatnya pada hari Kiamat nanti.

• Bersabda Rasulullah SAW


“Bukanlah dari golonganku orang yang memiliki kedengkian.” (HR. Thabrani).

f. Masuk Neraka tanpa dihisab terlebih dahulu.

• Nabi SAW Bersabda :


“Ada 6 (enam) kelompok orang yang akan masuk Neraka sebelum dihisab amalnya, disebabkan oleh enam
perkara. Yaitu : 
1. Penguasa karena ke zalimannya 
2. Orang Arab (atau ras lainnya) yang fanatik dengan kesukuannya
3. Para tokoh, karena kesombongannya 
4. Para pedagang karena kecurangannya
5. Orang-orang awam karena kebodohannya 
6. Para ulama karena hasudnya.” (HR. Dailami)

4. Bagaimana Cara Menghindari Penyakit Dengki ?


Adapun cara yang bisa ditempuh untuk menghindari penyakit dengki, antara lain :
a. Menjauhi semua penyebabnya.
b. Mewaspadai bahayanya.
c. Membiasakan diri untuk memberikan dukungan positif terhadap apa yang dialami saudara kita.
d. Mempererat tali persaudaraan sehingga terjalin kerukunan dan persaudaraan.
e. Selalu berdzikir, sehingga hati merasa dekat dengan Allah SWT.
f. Ilmu dan amal.

• Hasud.
1. Pengertian Hasud
Hasud adalah sikap suka menghasud dan mengadu domba terhadap sesama. Menghasud adalah tindakan yang
jahat dan menyesatkan, karena mencemarkan nama baik dan merendahkan derajat seseorang dan juga karena
mempublikasikan hal-hal jelek yang sebenarnya harus ditutupi. Saudaraku (sidang pembaca) tahukah antum,
bahwa iri, dengki dan hasud itu adalah suatu penyakit. Pada mulanya iri yaitu perasaan tidak suka terhadap
kenikmatan yang dimiliki orang lain. Kemudian, jika dibiarkan tumbuh, iri hati akan berubah menjadi kedengkian.
Penyakit kedengkian jika dibiarkan terus akan berubah menjadi penyakit yang lebih buruk lagi, yaitu hasud.

2. Akibat Penyakit Hasud


Penyakit hasud adalah penyakit hati sama berbahanya dengan penyakit iri dan dendam. Sehingga dalam
bahasa Arab iri, dengki dan hasud mempunyai arti kata yang sama yaitu hasad. Perbuatan iri dapat
menghancurkan persatuan dan persaudaraan. Orang yang bertetangga dan bersaudara dapat bertengkar dan
berselisih bahkan sampai pecah, bila termakan hasutan. Sehingga putuslah persaudaraan mereka.

• Nabi SAW pernah bersabda :


“Jauhilah sifat hasad, karena sesungguhnya hasad itu dapat memakan (menghabiskan) kebaikan sebagaimana
api memakan kayu bakar.” (HR. Abu Daud)

• Dan Bersabda Rasulullah SAW :


“Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : “Tahukah kalian orang yang muflis
(pailit/bangkrut) itu? Para Sahabat menjawab :”Orang yang tidak mempunyai harta sama sekali.” Lalu Rasulullah
SAW bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling pailit dari umatku ialah orang yang datang pada hari Kiamat
kelak dengan membawa shalat, puasa dan zakat, tetapi ia telah mencaci maki orang lain, menuduh orang ini,
memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang ini, dan memukul orang ini. Maka orang-orang yang telah
dianiaya ini diberi kebaikannya. Apabila amal kebaikannya habis sebelum dilunasi semua dosa-dosanya, maka
diambillah kesalahan-kesalahan orang-orang (yang pernah dianiaya) dan ditumpahkan semuanya kepada dia,
kemudian dia dilempar kedalam Neraka.” (HR. Muslim)

Dengan demikian, kalau kita rinci akibat penyakit hasud ini kurang lebih sebagai berikut :
a. Merugikan diri sendiri dan orang lain.
b. Menimbulkan perpecahan dan perselisihan.
c. Meruntuhkan sendi-sendi persatuan dan kerukunan dalam masyarakat.
d. Mencelakakan orang lain.
e. Menghilangkan amal perbuatan baik.
f. Masuk Neraka

3. Penyebab Penyakit Hasud.


Penyebab penyakit hasud tidak jauh berbeda dengan penyakit iri dan dendam, ditambah hal-hal sebagai berikut :
a. Permusuhan dan Kemarahan.
b. Sikap tidak rela orang lain lebih baik darinya.
c. Sombong
d. Tamak dan rakus dunia.
e. Lemahnya iman.
f. Mudah diprovokasi orang lain.

4. Bagaimana Cara Menghilangkan Penyakit Hasud?


Untuk menghilangkan penyakit ini, cara yang bisa dilakukan antara lain sebagai berikut :
a. Menumbuhkan kesadaran bahwa permusuhan dan kemarahan akan membawa petaka dan kesengsaraan
baik lahir maupun bathin.
b. Saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran.
c. Jadilah orang yang mempunyai pendirian tidak mudah di provokasi.
d. Mengamalkan ajaran agama.

Saudaraku sesama muslim, saya sudahi dulu tulisan saya ini, sekali lagi saya berharap semoga dakwah (lewat
tulisan) ini dapat menjadi penawar yang menyejukkan dan menjadi sebagai tambahan ilmu bagi sidang
pembaca, tentu saja kesemuanya ini tidak terlepas dari sebuah keinginan yaitu nilai-nilai islam menjadi kian
dapat tersebar luaskan.
Terima kasih atas segala perhatian. Wabilahi taufik wal hidayah wassalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh.

***
(Bahan-bahan (materi) diambil dan dikutip dari buku “Islam Agamaku” Oleh : Tim Penyusun Fakultas Tarbiyah
IAIN Sunan Kalijaga Jogjakarta.) 

ADAB TERHADAP IBUBAPA


1. KONSEP KEIBUBAPAAN
a) Ibu bapa merupakan orang yang paling rapat dengan anak-anak.
b) Merekalah yang bertanggungjawab mencari nafkah dan mendidik anak-anak dari kecil
sehingga dewasa.

2. SEBAB-SEBAB WAJIB BERBAKTI KEPADA IBUBAPA


a) Ibu yang mengandungkan kita.
b) Ibubapa yang mengasuh dan mendidik.
c) Ibubapa menyediakan segala keperluan.
d) Ibubapa yang paling hampir dengan kita.
e) Ibubapa tempat rujukan dan tempat bergantung.

3.KEPENTINGAN BERADAB DENGAN IBUBAPA


a) Dapat melaksanakan suruhan Allah S.W.T.
b) Wujud hubungan dan pergaulan yang baik.
c) Supaya anak-anak menghormati ibubapa.
d) Mewujudkan keluarga bahagia dan harmoni.
e) Melaksanakan tanggungjawab anak-anak terhadap ibubapa.

4.TANGGUNGJAWAB ANAK TERHADAP IBUBAPA


a) Berdoa untuk kesejahteraan mereka.
b) Memohon keampunan untuk mereka.
c) Mentaati perintah mereka selagi tidak bercanggah dengan syarak.
d) Merendah diri dan menghormati mereka.
e) Berbuat baik kepada sahabat handai mereka.
5.CARA BERBAKTI KEPADA IBUBAPA SEMASA SETELAH MEREKA
MEREKA HIDUP MENINGGAL DUNIA
1. Menjaga dan memberi layanan baik . 1. Sentiasa memohon keampunan untuk
2. Merawat sebaik mungkin ketika mereka.
mereka sakit. 2. Melangsaikan segala hutang mereka.
3. Memberi bantuan kewangan yang 3. Menyempurnakan janji yang telah
mencukupi. dibuat oleh mereka.
4. Menjaga segala keperluan supaya mereka 4. Memuliakan dan berbuat baik dengan
rasa gembira dan bahagia. teman baik mereka.
5. Sentiasa mendoakan kesejahteraan mereka 5. Mengerjakan haji untuk ibubapa bagi
di dunia dan akhirat. yang belum menunaikan haji.

6. ADAB TERHADAP IBU BAPA BERCAKAP BERGAUL


1. Bercakap dengan sopan santun. 1. Berdiri untuk memberi hormat.
2. Merendahkan suara. 2. Mencium tangan mereka sebelum
3. Menumpukan perhatian ketika mereka meninggalkan mereka.
bercakap. 3. Jangan mendahului mereka ketika
4. Menunjukkan muka yang manis ketika makan.
berkomunikasi. 4. Jangan melunjur kaki ke arah mereka
5. Menggunakan bahasa yang baik.

AKHLAK KEPADA DIRI SENDIRI

1. Berakhlak terhadap jasmani.

i. menjaga kebersihan dirinya

Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Ia menekankan kebersihan secara


menyeluruh meliputi pakaian dan juga tubuh badan. Rasulullah memerintahkan sahabat-
sahabatnya supaya memakai pakaian yang bersih, baik dan rapi terutamanya pada hari Jum'at,
memakai wewangian dan selalu bersugi.

ii. Menjaga makan minumnya.


Bersederhanalah dalam makan minum, berlebihan atau melampau di tegah dalam Islam.
Sebaiknya sepertiga dari perut dikhaskan untuk makanan, satu pertiga untuk minuman, dan
satu pertiga untuk bernafas.

iii. tidak mengabaikan latihan jasmaninya

riyadhah atau latihan jasmani amat penting dalam penjagaan kesehatan, walau bagaimnapun
ia dilakukan menurut etika yang ditetapkan oleh Islam tanpa mengabaikan hak-hak Allah,
diri, keluarga, masyarakat dan sebagainya, dalam artikata ia tidak mengabaikan kewajiban
sembahyang, sesuai kemampuan diri, menjaga muruah, adat bermasyarakat dan
seumpamanya.

iv. Rupa diri.

Seorang muslim mestilah mempunyai rupa diri yang baik. Islam tidak pernah mengizinkan
budaya tidak senonoh, compang-camping, kusut, dan seumpamanya. Islam adalah agama
yang mempunyai rupa diri dan tidak mengharamkan yang baik.

Sesetengah orang yang menghiraukan rupa diri memberikan alasan tindakannya sebagai
zuhud dan tawadhuk. Ini tidak dapat diterima karena Rasulullah yang bersifat zuhud dan
tawadhuk tidak melakukan begitu. Islam tidak melarang umatnya menggunakan nikmat Allah
kepadanya asalkan tidak melampau dan takabbur.

2. berakhlak terhadap akalnya

i. memenuhi akalnya dengan ilmu

akhlak Muslim ialah menjaganya agar tidak rusak dengan mengambi sesuatu yang
memabukkan dan menghayalkan. Islam menyuruh supaya membangun potensi akal hingga
ke tahap maksimum, salah satu cara memanfaatkan akal ialah mengisinya dengan ilmu.

Ilmu fardh 'ain  yang menjadi asas bagi diri seseorang muslim hendaklah diutamakan karena
ilmu ini mampu dipelajari oleh siapa saja, asalkan dia berakal dan cukup umur. Pengabaian
ilmu ini seolah-olah tidak berakhlak terhadap akalnya.

ii. penguasaan ilmu

sepatutnya umat Islamlah yang selayaknya menjadi pemandu ilmu supaya manusia dapat
bertemu dengan kebenaran. Kekufuran (kufur akan nikmat) dan kealfaan ummat terhadap
pengabaian penguasaan ilmu ini.

Perkara utama yang patut diketahui ialah pengetahuan terhadap kitab Allah, bacaannya,
tajwidnya, dan tafsirnya. Kemudian hadits-hadits Rasul, sirah, sejarah sahabat, ulama, dan
juga sejarah Islam, hukum hakam ibadat serta muamalah.

Sementara itu umat islam hendaklah membuka tingkap pikirannya kepada segala bentuk
ilmu, termasuk juga bahasa asing supaya pemindahan ilmu berlaku dengan cepat. Rasulullah
pernah menyuruh Zaid bin Tsabit supaya belajar bahasa Yahudi dan Syiria. Abdullah bin
Zubair adalah antara sahabat yang memahami kepentingan menguasai bahasa asing, beliau
mempunyai seratus orang khadam yang masing-masing bertutur kata berlainan, dan apabila
berhubungan dengan mereka, dia menggunakan bahasa yang dituturkan oleh mereka.

3. Berakhlak terhadap jiwa

manusia pada umumnya tahu sadar bahwa jasad perlu disucikan selalu, begitu juga dengan
jiwa. Pembersihan jiwa beda dengan pembersihan jasad. Ada beberapa cara membersihkan
jiwa dari kotorannya, antaranya:

i. Bertaubat

ii. Bermuqarabah

iii. Bermuhasabah

iv. Bermujahadah

v. Memperbanyak ibadah

vi. Menghadiri majlis Iman

Untuk meningkatkan tahap kejiwaan kita tidak boleh keseorangan. Lantaran dari pada itu kita
perlu sahabat yang boleh memperingatkan diri kita. Disamping itu kita perlu berdoa kepada
Allah. 

Uwshikum wa iyyaya nafsi

Dikutip dari "Pedoman Ibadah Muslim" Pusat Islam Universiti Utara Malaysia.

Di dalam menjalinkan hubungan silatulrahim dan persahabatan, selain sifat harga menghargai,
kejujuran juga amat penting kerana sahabat yang paling menguntungkan adalah seorang sahabat
yang jujur, suka berterus terang dan tidak menyembunyikan sesuatu dari anda, apatah lagi perkara
itu boleh membawa keburukan kepada diri anda.

Dalam Islam memang dituntut setiap orang itu memuliakan saudaranya, lebih dari dirinya sendiri.
Begitu jugalah dengan kepentingan diri anda sendiri.

Anda harus mementingkan sahabat anda seperti anda lakukan terhadap diri anda juga. Sebagaimana
firman Allah SWT di dalam hadis Qudsi yang bermaksud :

“Sudah pastilah kecintaan-KU itu untuk orang-orang yang saling ziarah


menziarahi kerana AKU. Sudah pasti pula kecintaan-KU untuk orang yang saling
cinta menyintai kerana AKU, sudah pasti pula kecintaan-KU kepada orang-orang
yang saling bantu membantu kerana AKU. Juga sudah pastilah kecintaan-KU
untuk orang yang saling tolong menolong kerana AKU.” - Riwayat Ahmad dan
Hakim.

Manakala sifat ikhlas pula akan memberikan kesegaran kepada jiwa, ikhlas memberi dan menerima
dalam apa jua bentuk pertolongan atau pemberian dari setiap individu muslim itu.

Setiap muslim harus menyemaikan sifat ikhlas itu sejak kecil lagi, kerana keikhlasan itu membuat hati
kita gembira dan tenang dalam menghadapi sesuatu keadaan.

Tahukah anda, keran tidak ikhlas jiwa kita akan menjadi rosak dan berdendam, berdendam memang
dilarang dalam Islam. Keikhlasan bukan sahaja memberi kesegaran kepada jiwa, tetapi boleh
membuatkan anda bertambah taqwa kepada Allah SWT.

Oleh itu, kebersihan hati hanya boleh dicapai dengan iman dan taqwa kepada Allah SWT, dengan
secara langsung keikhlasan akan terpancar di jiwa kita. Lakukan sesuatu kepada seseorang dengan
ikhlas, berilah sesuatu kepada seseorang dengan ikhlas bukan dengan ada sebab lain.

Cuba anda renung dan berfikir sejenak, bertanya dengan diri anda…Adakah anda telah berlaku jujur
terhadap sahabat-sahabat anda ? Adakah anda sudah lakukan sepertimana yang dianjurkan oleh
syariat Islam ?

Sekiranya anda telah berlaku jujur terhadap sahabat dan rakan anda…Alhamdulillah…Tetapi ada juga
sesetengah manusia di dunia ini mereka menjalinkan hubungan silatulrahim dan persahabatan
adalah kerana inginkan kebendaan semata-mata. Dan ada juga yang suka memilih bulu dalam
persahabatan. Mereka memilih orang-orang tertentu untuk di jadi sahabat supaya mereka mendapat
manfaat daripada persahabatan itu, bukannya atas dasar keikhlasan dan kejujuran kerana Allah SWT
tetapi bak kata pepatah “ada udang disebalik batu”.

Artikel Islami
Majlis Ta'lim Wad Da'wah
 
Akhlak Seorang Muslim Terhadap Allah SWT 
Dikirim: [27/06/2009]
 
    Setiap muslim meyakini, bahwa Allah adalah
sumber segala sumber dalam kehidupannya. Allah adalah Pencipta dirinya,
pencipta jagad raya dengan segala isinya, Allah adalah pengatur alam semesta
yang demikian luasnya. Allah adalah pemberi hidayah dan pedoman hidup dalam
kehidupan manusia, dan lain sebagainya. Sehingga manakala hal seperti ini
mengakar dalam diri setiap muslim, maka akan terimplementasikan dalam realita
bahwa Allah lah yang pertama kali harus dijadikan prioritas dalam berakhlak.

    Jika kita perhatikan, akhlak terhadap Allah


ini merupakan pondasi atau dasar dalam berakhlak terhadap siapapun yang ada di
muka bumi ini. Jika seseorang tidak memiliki akhlak positif terhadap Allah,
maka ia tidak akan mungkin memiliki akhlak positif terhadap siapapun. Demikian
pula sebaliknya, jika ia memiliki akhlak yang karimah terhadap Allah, maka ini
merupakan pintu gerbang untuk menuju kesempurnaan akhlak terhadap orang lain.
Diantara akhlak terhadap Allah SWT adalah:
 

1.       
Taat terhadap perintah-perintah-Nya.

Hal
pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam beretika kepada Allah SWT,
adalah dengan mentaati segala perintah-perintah-Nya. Sebab bagaimana mungkin ia
tidak mentaati-Nya, padahal Allah lah yang telah memberikan segala-galanya pada
dirinya. Allah berfirman (QS. 4 : 65):

 “Maka demi Rab-mu, mereka pada hakekatnya


tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka
perselisihkan, kemdian mrekea tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap
ptutusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”

Karena
taat kepada Allah merupakan konsekwensi keimanan seoran muslim kepada Allah
SWT. Tanpa adanya ketaatan, maka ini merupakan salah satu indikasi tidak adanya
keimanan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW juga menguatkan makna ayat di
atas dengan bersabda:

 “Tidak beriman salah seorang diantara kalian,


hingga hawa nafsunya (keinginannya) mengikuti apa yang telah datang dariku
(Al-Qur’an dan sunnah)." (HR. Abi Ashim al-syaibani).

2.       
Memiliki rasa tanggung jawab atas amanah
yang diembankan padanya.

Etika
kedua yang harus dilakukan seorang muslim kepada Allah SWT, adalah memiliki
rasa tanggung jawab atas amanah yang diberikan padanya. Karena pada hakekatnya,
kehidupan inipun merupakan amanah dari Allah SWT. Oleh karenanya, seorang
mukmin senantiasa meyakini, apapun yang Allah berikan padanya, maka itu
merupakan amanah yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban dari Allah. Dalam
sebuah hadits, Rasulullah SAW pernah bersabda:

Dari
ibnu Umar ra, Rasulullah SAW bersabda,

"Setiap
kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab terhadap apa yang
dipimpinnya. Seorang amir (presiden/ imam/ ketua) atas manusia, merupakan
pemimpin, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang suami
merupakan pemimpin bagi keluarganya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang
dipimpinnya. Seorang wanita juga merupakan pemimpin atas rumah keluarganya dan
juga anak-anaknya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang
hamba adalah pemimpin atas harta tuannya, dan ia bertanggung jawab terhadap apa
yang dipimpinnya. Dan setiap kalian adalah pemimpin, dan bertanggung jawab atas
apa yang dipimpinnya." (HR. Muslim)

3.       
Ridha terhadap ketentuan Allah SWT.

Etika
berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT, adalah ridha
terhadap segala ketentuan yang telah Allah berikan pada dirinya. Seperti ketika
ia dilahirkan baik oleh keluarga yang berada maupun oleh keluarga yang tidak
mampu, bentuk fisik yang Allah berikan padanya, atau hal-hal lainnya. Karena
pada hakekatnya, sikap seorang muslim senantiasa yakin (baca; tsiqah) terhadap
apapun yang Allah berikan pada dirinya. Baik yang berupa kebaikan, atau berupa
keburukan. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:

" sungguh mempesona perkara orang beriman. Karena segala


urusannya adalah dipandang baik bagi dirinya. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia
bersyukur, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi
dirinya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena ia tahu bahwa hal
tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya."  (HR. Bukhari)

Apalagi
terkadang sebagai seorang manusia, pengetahuan atau pandangan kita terhadap
sesuatu sangat terbatas. Sehingga bisa jadi, sesuatu yang kita anggap baik
justru buruk, sementara sesuatu yang dipandang buruk ternyata malah memiliki
kebaikan bagi diri kita.

4.       
Senantiasa bertaubat kepada-Nya.

Sebagai
seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat lalai dan
lupa. Karena hal ini memang merupakan tabiat manusia. Oleh karena itulah, etika
kita kepada Allah, manakala sedang terjerumus dalam ‘kelupaan’ sehingga berbuat
kemaksiatan kepada-Nya adalah dengan segera bertaubat kepada Allah SWT. Dalam
Al-Qur’an Allah berfirman (QS. 3 : 135) :

"Dan juga
orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya  diri mereka sendiri, mereka
ingat akan Allah,
lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapakah yang dapat
mengampuni dosa selain Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu
sedang mereka mengetahui."

5.       
Obsesinya adalah keridhaan ilahi.

Seseorang
yang benar-benar beriman kepada Allah SWT, akan memiliki obsesi dan orientasi
dalam segala aktivitasnya, hanya kepada Allah SWT. Dia tidak beramal dan
beraktivitas untuk mencari keridhaan atau pujian atau apapun dari manusia.
Bahkan terkadang, untuk mencapai keridhaan Allah tersebut, ‘terpakasa’ harus
mendapatkan ‘ketidaksukaan’ dari para manusia lainnya. Dalam sebuah hadits
Rasulullah SAW pernah menggambarkan kepada kita:

"Barang
siapa yang mencari keridhaan Allah dengan ‘adanya’ kemurkaan manusia, maka
Allah akan memberikan keridhaan manusia juga. Dan barang siapa yang mencari
keridhaan manusia dengan cara kemurkaan Allah, maka Allah akan mewakilkan
kebencian-Nya pada manusia." (HR. Tirmidzi, Al-Qadha’I dan ibnu Asakir).
 

Dan hal
seperti ini sekaligus merupakan bukti keimanan yang terdapat dalam dirinya.
Karena orang yang tidak memiliki kesungguhan iman, otientasi yang dicarinya
tentulah hanya keridhaan manusia. Ia tidak akan perduli, apakah Allah menyukai
tindakannya atau tidak. Yang penting ia dipuji oleh oran lain.

6.       
Merealisasikan ibadah kepada-Nya.

Etika
atau akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT
adalah merealisasikan segala ibadah kepada Allah SWT. Baik ibadah yang bersifat
mahdhah, ataupun ibadah yang ghairu mahdhah. Karena pada
hakekatnya, seluruh aktiivitas sehari-hari adalah ibadah kepada Allah SWT.
Dalam Al-Qur’an Allah berberfirman (QS. 51 : 56):

 “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia,


melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”

Oleh
karenanya, segala aktivitas, ge

Rujukan

www.madinatulilmi.com/index.php?prm...kat..

www.scribd.com › Presentations › School Work 

azemmutawakkil.multiply.com/journal/item/6

You might also like