Professional Documents
Culture Documents
ACARA VII
URIN KUALITATIF
Disusun Oleh :
Kelompok IX
Harwanto : PT/ 05474
Ikhsan Tri Wahyudi : PT/ 05477
Rosallina Vivi : PT/ 05498
Usnida Mubarokhah : PT/ 05507
Sofia Nanti W : PT/ 05543
Asisten : Dilla Mareistia Fassah
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui adanya zat-zat yang
terkandung di dalam urine yaitu senyawa organik dan anorganik serta keadaan
abnormalitas urine.
Tinjauan Pustaka
Urin adalah suatu cairan esensial dari hasil metabolisme nitrogen dan
sulfur,garam-garam anorganik dan pigmen-pigmen. Biasanya berwarna
kekuning-kuningan, meskipun secara normal banyak variasinya. Mempunyai bau
yang khas untuk speciesyang berbeda. Jumlah urin yang diekskresikan tiap
harinya bervariasi, tergantung pada pakan, konsumsi air, temperatur lingkungan,
musim dan faktor-faktor lainnya (Ganong, 2003).
Urine merupakan keluaran akhir yang dihasilkan ginjal sebagai akibat
kelebihan urine dari penyaringan unsur-unsur plasma. Ginjal merupakan bagian
organ dalam tubuh yang terletak pada bagian dorsal dari rongga abdominal
(Frandson, 1992). Ginjal manusia merupakan tipe metanephros, berwarna merah
gelap, berbentuk seperti biji kacang sekitar 4 inchi terletak di bagian belakang
rongga tubuh sedikit ke bawah lambung pada garis media dorsalis (Girinda,
1989).
Proses pembentukan urine dalam ginjal meliputi proses penyaringan
(filtrasi), penyerapan kembali (reabsorbsi), dan penambahan zat – zat
(augmentasi). Proses filtrasi terjadi di glomerulus dan kapsula bowman. Proses
reabsorbsi terjadi di tubulus proksimal, dan augmentasi terjadi di tubulus distal.
Ginjal kira-kira mengandung 1,3 x 106 nefron yang beroprasi secara paralel. Tiap
nefron terdiri dari suatu glomerulus yang dibekali dengan darah dalam sistem
kapiler arteri sedemikian sehingga terjadi tekanan filtrasi yang memadai untuk
mempengaruhi ultrafiltrasi material berberat molekul rendah dalam plasma.
(Roberts, 1993).
Sistem urinary bertanggung jawab untuk berlangsungnya ekskresi
bermacam-macam produk buangan dari dalam tubuh. Sistem ini juga penting
sebagai faktor untuk mempertahankan homeokinesis (homeositasis), yaitu suatu
keadaan relatif konstan dari lingkungan internal di dalam tubuh. Hal tersebut
mencakup faktor-faktor yang beragam seperti keseimbangan air, pH, tekanan
osmotik, tingkat elektrolit, dan konsentrasi banyak zat di dalam
plasma.pengendalian itu dilaksanakan dengan penyaringan sejumlah besar
plasma dan molekul-molekul kecil melalui glomerolus (Frandson, 1992).
Hasil-hasil pemecahan metabolisme, paling banyak dikelurkan dari tubuh
lewat ginjal bersama urine, terutama berlaku untuk akhir metabolisme protein
yang mengandung nitrogen. Pada keadaan sakit metabolisme terganggu, ginjal
mengeluarkan hasil-hasil pemecahan metabolisme yang terganggu tersebut
asalkan fungsi ginjal cukup baik, juga banyak racun-racun dan obat-obat yang
dikeluarkan oleh urine baik dalam keadaan tidak diubah maupun dalam hasil-
hasil pemecahanya. Zat warna urin barasal dari metabolisme endogen yang
dijabarkan dari zat warna empedu. Urin segar yang normal mempunyai warna
sitrum sampai kuning batu ambar (Dawiesah, 1989).
Senyawa-senyawa yang terdapat dalam urine yaitu senyawa organik,
senyawa anorganik, dan zat-zat lain. Urea adalah hasil akhir utama dari
metabolisme protein. Ekskresi berhubungan langsung dengan intake protein.
Biasanya urea merupakan 80-90% dari nitrogen urine total. Ekskresi urea
meningkat ketika katabolisme protein meningkat, seperti pada diabetes dan
aktivitas korteks jaringan yang berlebihan. Asam urat adalah hasil akhir
terpenting dari oksidasi purin dalam tubuh. Asam urat berasal tidak hanya dari
nukleoprotein makanan, melainkan juga dari pemecahan nukleoprotein sel dalam
tubuh. Asam urat sangat sukar larut dalam air, tetapi membantuk garam-
garamyang larut dalam urine bila asam dibiarkan). Asam urat ditemukan dalam
urine normal sekitar 0,5-1,0 gram perhari, tetapi jumlah ini dapat bervariasi yang
besar
Kreatinin adalah anhidrid dari kreatin (methyl guanidino acatic acid) dan
benda yang konstan dari urine. Kreatinin dapat diukur dengan memberi alakali
pikrat pada urine, dengan adanya kreatin campuran memberi warna ambar.
Warnanya dicocokkan dengan standar yang juga telah diberi larutan alkalikiprat.
Kreatin ditemukan peningkatan jumlahnya pada malnutrisi dan disintegrasi
jaringan otot. Kreatin juga ditemukan dalam keadaan patologis seperti kelaparan,
gangguan metabolisme karbohidrat, hipertiroidi, dan miopatia tertentu dan
infeksi-infeksi. Terdapatnya kreatin dalam urine disebut kreatinuria
Variasi khlorida menentukan bagian dari bahan padat dalam urine.
Ekskresi Cl tergantung pada partikel, diet alami, tetapi rata-ratanya sekitar 10-15
gram sehari. Khlorida diekskresikan sebagai natrium khlorida adalah yang utama
karena sebagian khlorida adalah yang utama.
Fosfat dalam urine merupakan gabungan dari natrium dan kalium fosfat
(alakali fosfat) serat kalsium dan magnesium fosfat (fosfat tanah). Ekskresi fosfat
pada urine dapat bervariasi secara ekstrim, tetapi rata-rata dalam sehari adalah
1,1 g. Ion fosfat dalam urine dapat berwujud dua bentuk, yaitu asam fosfat
nonbasic dan asam fosfat dibasic. Rasio keduanya mempengaruhi pH dan
buffer urine
Sulfur urine terutama berasal dari protein karena terdapatnya asam-asam
amino yang mengandung sulfur, metionin, dan sistin dalam molekul protein.
Sulfur urine total biasanya memiliki tiga bentuk, yaitu sulfat anorganik, sulfat
terkonjugasi, dan sulfat netral. Pada kondisi normal, sekitar satu gram sulfat
dieliminasi setiap hari, sekitar 75-85 % tetap dalam sulfat. Sekitar 90% dari
ekskresi sulfat adalah dalam bentuk anorganiksulfat dan 10 % dalam bentuk
sulfat konjugasi dan sulfat netral Proteinuria adalah senyawa albumin dan
globulin dalam urine pada konsentrasi yang abnormal. Pada keadaan normal
tidak lebih dari 30-200 mg protein diekskresikan setiap hari melalui urine.
Albumin dapat ditemukan dengan pemanasan urine, kemudian ditambah sedikit
asam asetat encer. Terdapat endapan putih yang menetap setelah penambahan
asam menunjukkan bahwa terdapat protein dalam urine
Selain terdapat pada nefritia, darah juga terdapat dalam urine (hematuria)
yang dapat disebabkan karena kerusakan pada ginjal atau saluran urine.
Hemaglobin bebas (hemaglobinuria) terdapat dalam urine setelah hemolisis
yang cepat misalnya pada kompilasi dari malaria atau setelah kebakaran yang
hebat
Urine yang mengandung pigmen empedu akan berwarna kunig kehijauan
samapi coklat. Pigmen empedu dalam urine jumlahnya sanagat kecil. Daxar
untuk uji pigmenempedu adalah oksidasi reagen dengan berbagai bentu seri
tingkatan warna. Dengan uji gmelin yang positif, akan menghasilkan bermacam-
macam warna mulai dari warna hijau, biru merah, dan kuning kemerah-merahan.
Didapatnya indoxyl sulfuric acud (indikan) dalam urine menunjukkan
derajat katabolisme jaringan dan material protein adalah tidak benar, tetapi
merupakan bagian besar dari organisme putrefektif usus dlama triptofan.
Pengeluaran indikan dapat diambil sebagai petunjuk dini proses putrefektif dalam
usus dan secara klinis hal yang penting dari asam sulfat terkonjugasi. Dalam
kondisi normal, 10-20 gram indikan diekskresikan setiap harinya
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat-alat yang digunakan pada praktikum urine kualitatif ini adalah
tabung reaksi, api spirtus, penjepit, penangas air, pipet tetes, kaca, cawan
porselin, kertas saring, mangkuk, dan gelas ukur.
Bahan. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum urine kualitatif ini
adalah sampel urine sapi Peranakan Ongole (PO), sampel urine PO abnormal,
ureum padat, air suling, larutan NaOH encer, larutan Na2CO3 2 %, Na2CO3 padat,
asam asetat, tepung kedelai, CuSO4, fenol merah, pereaksi Benedict, Na2SO3 20
%, HNO3 pekat, asam urat padat, amoniak, larutan AgNO 3, NaOH 10 %, asam
pikrat, fenolftalein, HCl encer, BaCl2, kalium okasalat, amonium molibdat,
Benzidin, larutan H2O2, HNO3 pekat, serbuk belerang, pereaksi obermeyer, dan
khloroform.
Metode
Senyawa Organik Dalam Urine
Uji Biuret Terhadap Ureum. Sebanyak 1 sendok kecil ureum padat
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dipanaskan dengan api kecil sampai
menjadi cair. Kemudian ditambah 1 ml larutan NaOH encer dan 1 ml CuSO4.
Setelah itu, warna yang terjadi dicatat.
Uji Enzimatik Terhadap Ureum. Sebanyak 2 tabung disiapkan, pada
tabung 1 dimasukkan 2 ml urin dan pada tabung 2 dimasukkan 2 ml air. Pada
kedua tabung, masing-masing tabung ditambahkan beberapa tetes fenol merah,
1 ml larutan Na2CO3 2 %, dan 1 ml asam asetat. Kemudian dipanaskan pada
penangas air dengan suhu 60ºC selama 10 menit. Setelah itu, ditambahkan
tepung kedelai dan digojog. Perbedaan warna yang terjadi antara kedua tabung
diamati.
Uji Benedict Terhadap Garam Urat. Sebanyak 2 ml urine ditambahkan 2
ml larutan Benedict dan sedikit Na2CO3 padat. Kemudian dipanaskan dengan api
spirtus selama 5 menit. Setelah itu, warna yang timbul dicatat.
Uji Murexida. Ke dalam cawan porselin dimasukkan 3 tetes HNO3 pekat
dan 1 sendok asam urat padat. Kemudian dipanaskan pada penangas air
sampai menjadi kering. Setelah itu, ditambahkan amoniak. Warna yang terjadi
dicatat.
Uji Daya Mereduksi Asam Urat. Asam urat dilarutkan dalam 1 ml larutan
Na2CO3. Kemudian larutan diteteskan ke atas kertas saring yang telah dibasahi
dengan larutan AgNO3. setelah itu, warna yang terjadi dicatat.
Uji Pikrat. Sebanyak 1 ml asam pikrat jenuh ditambahkan 0,5 ml larutan
NaOH 10 %. Larutan dibagi ke dalam 2 tabung. Pada tabung 1, ditambahkan 3
ml air, sedangkan pada tabung 2 ditambahkan 3 ml urine. Kemudian
perbandingan warnanya diamati dan dicatat.
Uji Terhadap Garam Amonium. Sebanyak 2 ml urine ditambahkan
indikator fenolptalin dan sedikit larutan Na2CO3 2 % sampai warna merah, lalu
dipanaskan dengan menggunakan api spirtus sampai timbul uap. Kemudian uap
tersebut ditampung dengan kaca yang telah dibasahi dengan fenolftalin. Warna
yang terdapat pada kaca diamati dan dicatat.
Zat-Zat Anorganik Dalam Urine
Uji Khlorida. Sebanyak 1 ml urine ditambahkan beberapa tetes HNO3 dan
1 ml AgNO3, lalu warnanya dicatat. Kemudian larutan tersebut ditambahkan
amoniak berlebihan dan perubahan yang terjadi dicatat.
Uji Fosfat dan Kalsium. Sebanyak 10 ml urine ditambahkan 3 ml
amoniak dan dididihkan dengan menggunakan water bath pada suhu 100ºC
selama 10 menit, lalu disaring. Endapan yang didapat dicuci dengan air dan
ditambah 5 ml asam asetat 2 %, lalu dipanaskan dengan menggunakan api
spirtus sampai endapannya menjadi banyak. Kemudian larutan dibagi ke dalam
2 tabung. Pada tabung 1, larutan ditambahkan 1 tetes HNO3 pekat dan 3 tetes
amonium molibdat, lalu dipanaskan. Pada tabung 2, larutan ditambahkan 3 tetes
kalium oksalat dan diamati.
Uji Sulfat. Sebanyak 1 ml urine ditambahkan beberapa tetes HCl encer
dan 1 ml BaCl2. kemudian dicatat apa yang terjadi.
Keabnormalan Urine
Uji Benedict Terhadap Urine Abnormal. Sebanyak 0,5 ml urine
abnormal ditambahkan 3 ml larutan Benedict. Kemudian dididihkan
menggunakan api spirtus, lalu didinginkan. Haisl peercobaan diamati dan dicatat.
Uji Heller. Sebanyak 1 ml HNO3 pekat ditambahkan urine yang dialirkan
melalui dinding tabung. Lapisan yang terbentuk diamati dan dicatat apa yang
terjadi.
Uji Benzidin Terhadap Pigmen Darah. Sebanyak 1 ml Benzidin
ditambahkan 1 ml H2O2. Kemudian larutan dibagi dua. Pada tabung 1, larutan
ditambahkan 1 ml urine normal, sedangkan pada tabung 2, ditambahkan 1 ml
urine abnormal. Warna yang terjadi dibandingkan antara keduanya.
Uji Gmelin Terhadap Pigmen Empedu. Sebanyak 1 ml HNO3
ditambahkan 1 ml urine abnormal. Hasil percobaan diamati.
Uji Hay Untuk Garam Kholat. Sebanyak 2 tabung disiapkan, pada
tabung 1 dimasukkan 1 ml urine abnormal, sedangkan pada tabung 2
dimasukkan 1 ml air. Kemudian ditambahkan serbuk belerang ke dalam masing-
masing tabung. Warna yang terjadi dan serbuk belerangnya diamati.
Uji Obermeyer Terhadap Indikan. Sebanyak 4 ml urine abnormal
ditambahkan 5 ml pereaksi Obermeyer dan 2 ml khloroform, lalu digojog dan
dibiarkan. Warna yang timbul diamati dan dicatat.
Hasil dan Pembahasan
Blakely, J and David Bade. 1985. Ilmu Peternakan Edisi 4. Gadjah Mada
University Press. Yogyakart
Dawiesah I, S. 1989. Penentuan Nutrien Dalam Jaringan Dan Plasma Tubuh.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Evelyn, C.P. 1993. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT Gramedia,
Jakarta.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak edisi keempat. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Ganong. 2003. fisiologi Kedokteran. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Girinda, A. 1988. Biokimia Dasar-dasar Patologi Hewan. LSI IPB. Bogor.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta.
Roberts, M. 1993. Biology Princeple and Processes, 1 sted. Thomas Nelson and
Sons Ltd. London
.