You are on page 1of 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIKUM METODE DAN TEKNIK ANALISIS LINGKUNGAN

TEKNIK SAMPLING PLANKTON

Dosen Pembimbing : Drs. Trisnadi Widyaleksono C.P., M.Si

Asisten Dosen : Vindya Ian Padmasari (080810211)

Oleh :

Kelompok III

Ati Maulin 080911001

Deky P. 080911006

Nur Aini I. H. 080911008

Ramzul M.A. 080911011

Desiana N.H. 080911041

Asdi F. M. 080911043

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS AIRLANGGA

2010

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan perairan tawar adalah lingkungan perairan yang terdapat di daratan.


Secara umum perairan darat dengan berbagai cara akan dipengaruhi oleh sifat daratan
yang ada di sekelilingnya sehingga pada perairan darat tertentu dapat memiliki ciri-ciri
khusus yang spesifik. Karena keberadaannya di daratan, lingkungan ini masih
terpengaruh oleh iklim daratan, seperti halnya musim hujan, kemarau, angin dan lain-lain.
Keadaan-keadaan inilah yang merupakan salah satu penyebab terjadinya perbedaan
kehidupan lingkungan perairan tawar (Hariyanto, 2008).

Perairan tawar ada dua macam yaitu perairan tenang (lentic) seperti danau, waduk,
dan kolam. Perairan mengalir (lotic) seperti sungai, selokan, dan parit. Pada habitat lotic
ada dua zona utama, yaitu zona air deras dan zona kedung atau zona tenang. Sedangkan
pada perairan tenang atau lentic pada umumnya terdapat tiga zona utama, yaitu : zona
litoral, zona limnetik dan zona profundal (Hariyanto, 2008).

Dalam praktikum ini, kami melakukan sampling di suatu perairan lotic mengenai
komponen biotik yang terdapat pada perairan tersebut, khususnya mengenai organisme
plankton. Sampling dilakukan pada titik sampling fokus, arah upstream (hulu), dan
downstream (hilir). Praktikum ini dilakukan pada minimal tiga guna mengetahui kualitas
perairan yang ada dan kemampuan perairan tersebut dalam purifikasi alamiah
(Widyoleksono,dkk., 2010).

1.2 Tujuan Penelitian

1. Melakukan sampling dan identifikasi plankton pada suatu perairan


2. Melakukan penganalisisan kemampuan suatu perairan dalam melakukan
purifikasi alamiah

2
1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara melakukan sampling dan identifikasi plankton pada perairan yang
sedang diamati?
2. Bagaimana kemampuan suatu perairan dalam melakukan purifikasi alamiah pada
perairan yang sedang diamati?

1.4 Hipotesis

Hipotesis kerja

Jika nilai indeks diversitas plankton pada titik sampling downstream lebih rendah
dari titik sampling fokus, maka kemampuan melakukan purifikasi ilmiah pada
perairan tersebut buruk.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Perairan mengalir (lotic) adalah suatu bentuk ekosistem perairan, dimana yang memegang
peranan penting dan menjadi ciri khasnya ialah adanya aliran air yang menuju ke satu jurusan
dan penambahan air baru dari satu jurusan yang lebih tinggi tempatnya. Di sini kecepatan
arus merupakan faktor yang penting sebagai faktor pengendali dan pembatas utama, karena
sangat mempengaruhi kehidupan organisme yang ada di dalamnya. Disamping itu perairan
mengalir bersifat relatif lebih intensif, sehingga ekosistem perairan mengalir bersifat lebih
terbuka dan kandungan oksigen terlarutnya relatif tinggi, karena luas permukaan yang
berhubungan dengan udara lebih luas dan pergerakan air terus menerus (Sinaga, 2004)

Perairan mengalir terbagi ke dalam tiga wilayah atas dasar keberadaan di atas permukaan
air laut, yaitu wilayah hulu, hilir, dan muara. Adapun klasifikasi perairan mengalir atas dasar
mintakatnya, yaitu mintakat lubuk dan mintakat riam (Sinaga, 2004). Organisme perairan,
khusunya air tawar berdasarkan kehidupan atau kebiasaan hidupnya diklasifikasikan menjadi
bentos, periphyton, plankton, dan nekton (Hariyanto,2008). Dalam bab ini, kami akan
menjelaskan secara khusus mengenai organisme plankton.

2.1 Tinjauan Umum mengenai Klasifikasi Plankton

Plankton merupakan organisme yang melayang-layang dalam air dan mudah terbawa
oleh arus air. Organisme ini penting dalam pola rantai makanan di perairan, khususnya
phytoplankton yang menjadi primer produser yang paling berperan di perairan (Sachlan,
1982). Berdasarkan ada tidaknya kloroplas plankton dibedakan menjadi:

1.) Phytoplankton

Phytoplankton diambil dari istilah Yunani, phyton yang berarti tanaman dan planktos
yang berarti pengembara atau penghanyut. Sebagian besar fitoplankton berukuran
terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Akan tetapi, ketika berada
dalam jumlah yang besar, mereka dapat tampak sebagai warna hijau di air karena
mereka mengandung klorofil dalam sel-selnya (Anonim, 2009).

4
2.) Zooplankton

Zooplankton adalah kategorisasi untuk organisme kecil yang termasuk protozoa kecil
dan metazoa besar, yang terjadi di air kolom baik laut dan air tawar ekosistem
(Anonim, 2010). Zooplankton merupakan kelompok yang beragam dan
diklasifikasikan berdasarkan ukuran dan fungsi, bukan pada kekerabatan taksonomi
mereka.

Sedangkan berdasarkan perkembangannya dibedakan menjadi holoplankton (selama


hidupnya sebagai plankton) dan meroplankton (hanya sebagian hidupnya sebagai
plankton). Selain itu, berdasarkan ukurannya juga dapat dibedakan menjadi netplankton
(dapat dijaring dengan jala plankton) dan nano plankton (tidak dapat dijaring dengan jala
plankton) (Hariyanto, 2008).

2.2 Tinjauan Umum mengenai Teknik Sampling dan Identifikasi Plankton

Pengambilan sampel plankton harus sesuai dengan pengambilan sampel air untuk
analisis faktor fisika dan kimia air dengan beberapa kali ulangan secara random (Fachrul,
2007 dalam Anonim, 2010). Banyak sampel air yang diperlukan untuk mengidentifikasi
plankton adalah tiga liter untuk perairan oligotropik (kurang subur) dan satu liter untuk
perairan eutrofik (subur) (Soegianto, 2004).

Untuk penyeragaman alat dan metode sampling, para peneliti umumnya


menggunakan jaring kitahara yang dimodifikasi, yaitu jaring berbentuk kerucut,
diameter mulut 0,3 m panjang 1 m dan lebar mata jaring 0,08 mm (Praseno, 1989).
Meskipun sebenarnya menurut Soegianto, 2004 bahwa ukuran mata jaring (mesh size)
plankton yang digunakan bermacam-macam/ disesuaikan dengan ukuran plankton yang
menjadi tujuan penelitian.

Pengambilan sampel plankton di perairan dapat dilakukan secara tegak (vertikal),


miring (obligue), mendatar (horizontal) (Fachrul, 2007 dalam Anonim, 2010). Metoda
pengambilan plankton secara horizontal ini dimaksudkan untuk mengetahui sebaran
plankton horizontal. Plankton net pada suatu titik di laut, ditarik kapal menuju ke titik
lain. Jumlah air tersaring diperoleh dari angka pada flowmeter atau dengan mengalikan
jarak diantara dua titik tersebut dengan diameter plankton net. Sedangkan sampling
secara vertikal dilakukan dengan cara meletakkan plankton net sampai ke dasar perairan,

5
kemudian menariknya keatas. Kedalaman perairan sama dengan panjang tali yang
terendam dalam air sebelum digunakan untuk menarik plankton net ke atas
(Widianingsih, 2007).

Volume air tersaring adalah kedalaman air dikalikan dengan diameter mulut plankton
net. Pengoperasian secara langsung ini sebaiknya dilengkapi dengan flowmeter di mulut
jaring, agar volume air yang tersaring dapat diketahui (Soegianto, 2004). Pengambilan
sampel di perairan dangkal (< 10 m) dilakukan secara mendatar dengan menarik jaring
selama 5 menit di bawah permukaan air. Di perairan laut yang relatif dalam (> 200 m),
pengambilan fitoplankton hanya dibatasi mulai dari kedalaman 150 m keatas sampai 0 m
(permukaan laut) (Praseno, 1989).

Identifikasi dan penghitungan jumlah (pencacahan) dapat dilakukan dengan metode


sub sampel dengan menggunakan Sedgwick Rafter cell. Sedgwick Rafter cell tersebut
diisi penuh dengan sampel dan ditutup cover. Selanjutnya diamati di bawah mikroskop
dengan perbesaran 40x atau 100x. Pencacahan dilakukan pada 5 lapang pandang secara
berurutan dan teratur dengan bantuan alat hitung (counter). Untuk proses identifikasi
dilakukan dengan mencocokkan plankter yang teramati dengan buku identifikasi
(Citrasari, N., 2010).

2.3 Tinjauan Umum mengenai Analisis Plankton

Dalam melakukan penganalisisan keadaan suatu perairan, diperlukan adanya


penentuan indeks diversitas plankton di perairan tersebut terlebih dahulu. Untuk
menentukan nilai tersebut, kita melakukan perhitungan nilai N yang dirumuskan sebagai
berikut: N = n x (Vr/Vo) x (1/Vs)

dimana :
N : Jumlah sel per liter
n : Jumlah sel yang diamati
Vr : Volume air yang tersaring (L)
Vs : Volume air yang disaring (L)
Vo : Volume air yang diamati (L)

6
Berdasarkan data jumlah sel per satuan volume, kemudian di lakukan analisis
kualitatif, meliputi indeks keanekaragaman (diversitas), dengan menggunakan formula
Shannon-Wiener berikut:
H’= -∑[(ni/N) x ln (ni/N)]
dimana :
H’: indeks diversitas Shannon-Wiener
ni : jumlah individu spesies 1
N : Jumlah total individu semua spesies

Data yang di peroleh akan dibandingkan dengan kriteria penilaian keanekaragaman


jenis ditinjau dari struktur komunitas. Untuk keperluan tersebut digunakan kriteria
penilaian pembobotan kualitas lingkungan seperti

Indeks keanekaragaman (H’) Struktur Komunitas


>2,41 Sangat stabil

1,81-2,4 Lebih stabil

1,21-1,8 Stabil

0,61-1,2 Cukup stabil

<0,6 Tidak stabil

Dari indeks keanekaragaman dapat diketahui kriteria kualitas air seperti pada tabel
berikut:

No. Indeks Kualitas Perairan Pustaka

>3,0 Air bersih

I 1,0 – 3,0 Setengah tercemar Wilha (1975)

1,0 Tercemar berat

3,0 – 4,0 Tercemar sangat ringan

II 2,0 – 3,0 Tercemar ringan Wilha (1975)

1,0 – 2,0 Setengah tercemar

III 2,0 Tidak tercemar Lee, dkk. (1975)

7
1,0 – 2,0 Tercemar ringan

1,0 – 1,5 Tercemar sedang

< 1,0 Tercemar berat

Untuk membuat agar konsentrasi formalin di dalam botol film menjadi 4% dapat
dilakukan dengan rumus:
N1 x V1 = N2 x V2
dimana:
N1 : Konsentrasi formalin
N2 : Konsentrasi formalin yang diinginkan dalam botol film
V1 : Volume larutan dalam botol film
V2 : Volume yang di cari

Lalu dominansi plankton dalam daerah perairan dapat diketahui dengan menggunakan
rumus :
D = ni²/N² x 100%
dimana :
D : Indeks dominansi
ni : Jumlah dndividu jenis ke-i (i = 1,2,3,...)
N : Jumlah total individu (Citrasari, 2010)

8
[ Halaman ini sengaja dikosongkan ]

9
Bab III

METODELOGI

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini kami laksanakan pada tanggal 30 November 2010 jam 14.30 di sungai
sekitar Universitas Hang Tuah Surabaya.

3.2 Alat

Alat yang kami gunakan pada saat sampling plankton adalah jaring plankton, ember
plastik, botol untuk koleksi sampel plankton, dan formalin 4%.

3.3 Cara Kerja

1. Sampling plankton

2. Identifikasi plankton
3. Analisis plankton

10
11
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Laporan Akhir Praktikum Ekologi Umum Plankton..Surabaya: tidak


diterbitkan.

Citrasari, N. 2010. Petunjuk Praktikum Ekologi Umum, Metode Analisis Lingkungan.


Surabaya: -.

Hariyanto, S., B. Irawan dan T. Soedarti. 2008. Teori dan Praktik Ekologi. Surabaya:
Airlangga University Press.

Praseno, Djoko P. 1989. Proyek Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Air
Tawar. Jakarta: LIPI Press.

Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Semarang : Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas


Diponegoro.

Soegianto, A. 2004. Metode Pendugaan Pencemaran Perairan dengan Indikator Biologis.


Surabaya: Airlangga University Press.

Sinaga, T, P., E. Widyastuti dan A. S. Siregar. 2004. Hidrobiologi. Jakarta : Universitas


terbuka.

Widyoleksono, T., dkk. 2010. Petunjuk Praktikum dan Teknik Analisis Lingkungan.
Surabaya: -.

Widianingsih, 2007. Metoda Pengambilan Sampling Plankton.


(http://kuliahplanktonologi.blogspot.com/2007/12/metoda-pengambilan-sampel-
plankton-dan.html). Diakses tanggal 24 September 2010 .

12

You might also like