You are on page 1of 5

PROGRAM-PROGRAM POLMAS 

POLRI
Pada hakekatnya konsepsi community policing secara tradisionil melembaga dalam
kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Kita mengembangkan sistem keamanan
lingkungan (Siskamling), bahkan lebih efektif dibandingkan dengan program yang
disebut neighborhood watch di negara-negara maju. Mekanisme penyelesaian
perkara secara non yustisiil melembaga dalam kehidupan terutama masyarakat rural.
Persoalannya kita mempraktekannya dengan cara yang tradisionil. Atas dasar itulah
kita tidak serta merta mengadopsi konsep community policing yang dikembangkan di
negara-negara maju, melainkan mengembangkan pranata yang telah kita miliki yang
disesuaikan dengan kebutuhan kekinian. Model community policing ala Indonesia
dimaksud kita sebut “Perpolisian Masyarakat” (Polmas) sebagaimana diatur dalam
Surat Keputusan Kapolri No.Pol.: Skep/737/X/2005 tanggal 13 Oktober 2005 tentang
Kebijakan dan Strategi Penerapan Model Perpolisian Masyarakat dalam
Penyelenggaraan Tugas Polri.

Tujuan dan Sasaran

Tujuan Penerapan Polmas adalah terwujudnya kerjasama polisi dan masyarakat


lokal (komunitas) untuk menanggulangi kejahatan dan ketidak-tertiban sosial dalam
rangka menciptakan ketrenteraman umum dalam kehidupan masyarakat setempat,
tidak hanya mencegah timbulnya tetapi juga mencari jalan keluar pemecahan
permasalahan yang dapat menimbulkan gangguan dan berimplikasi terhadap
keamanan dan ketertiban yang bersumber dari komunitas itu sendiri..

Sedangkan sasaran penerapan Polmas adalah untuk membangun Polri yang dapat
dipercaya oleh warga setempat dan membangun komunitas yang siap bekerjasama
dengan Polri dalam meniadakan gangguan terhadap keamanan dan ketertiban serta
menciptakan ketenteraman warga setempat. Komunitas yang siap bekerjasama yang
memahami dan menyadari bahwa kepentingan penciptaan situasi keamanan dan
ketertiban umum merupakan tanggungjawab bersama antar warga dan antara warga
dengan polisi.

Kebijakan dan Strategi

Pengembangan Polmas sebagai suatu filosofi termasuk kebijakan internal lainnya


dilakukan oleh masing-masing satuan fungsi operasional dan pembinaan yang
menekankan hubungan yang menjunjung nilai-nilai sosial kemanusiaan dan
menampilkan sikap santun dan saling menghargai antara polisi dan warga dalam
rangka menciptakan kondisi yang menunjang kelancaran penyelenggaraan fungsi
kepolisian dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Pengembangan Polmas sebagai suatu strategi/program harus dilakukan secara


bertahap dengan memprioritaskan perkembangan sumber daya manusia Polri dan
pembentukan Polmas berikut sarana/prasarana pada desa/kelurahan sesuai
kebutuhan operasional sehingga pada tahun 2010 kebutuhan penempatan petugas
Polmas secara menyeluruh mencakup seluruh desa/kelurahan di Indonesia
Strategi Pengembangan Polmas.

Untuk mencapai tujuan penerapan Polmas, maka strategi yang ditempuh adalah :

a. Mengadakan kerjasama dengan pemerintah daerah, DPRD dan instansi terkait


lainnya.

b. Membangun dan membina kemitraan dengan tokoh-tokoh sosial termasuk


pengusaha, media massa dan lembaga swadaya masyarakat dalam rangka
memberikan dukungan bagi kelancaran dan keberhasilan program-program
Polmas.

c. Membentuk Forum Kemitraan Polisi – Masyarakat (FKPM) sebagai wadah


kerjasama antara polisi dengan masyarakat yang meng-operasionalisasikan
Polmas dalam lingkungannya.

d. Membentuk Pusat Studi Polmas di lingkungan PTIK.

Program-program Pengembangan (Pentahapan).

a. Tahap Persiapan dan Sosialisasi (2006) :

1) Program penyusunan sistem dan metoda :

a) Pedoman Pembinaan Personel Pengemban Fungsi Polmas.

b) Panduan Pelaksanaan Fungsi Operasional dengan


Pendekatan Polmas.

c) Panduan Pembentukan dan Operasionalisasi Polmas.

2) Program pengembangan sumber daya manusia dengan prioritas


penyusunan bahan ajaran dan pelatihan bagi trainers dan
master trainers.

3) Program penyusunan pembangunan sarana/prasarana dan


reinventarisasi serta distribusi peralatan/perlengkapan.

4) Program operasionalisasi Polmas masih difokuskan pada


implementasi Polmas sebagai filosofi oleh satuan-satuan
fungsi operasional Polri.

b. Tahap Pengembangan dan Operasionalisasi (2007) :

1) Program pengembangan sumber daya manusia melalui penataran


petugas bagi 26.000 desa/kelurahan.
2) Program pelatihan petugas Polmas sekitar 15.000 orang sehingga
menjadi sekitar 41.000 petugas Polmas terlatih (sekitar 58,6
%) serta penyiapan pelaksanaan pelatihan lanjutan
pengemban fungsi Polmas sebanyak 2.600 orang penyelia.

c. Tahap Peningkatan dan Operasionalisasi (2008) :

1) Program pengembangan sumber daya manusia melalui


penuntasan pelatihan petugas Polmas sesuai target yaitu
sekitar 15.000 yang tersebar pada semua Polda sehingga
menjadi 56.000 petugas Polmas terlatih (sekitar 80 %).

2) Program operasional Polmas sebagai strategi/program secara


penuh mulai dilaksanakan secara bertahap.

d. Tahap Pemantapan dan Operasional (2009) :

1) Program pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan


petugas Polmas sesuai target sekitar 14.000 yang tersebar
pada semua Polda sehingga menjadi 70.000 petugas Polmas
terlatih (100 %) untuk setiap desa/kelurahan yang tersebar
diseluruh Indonesia.

2) Program operasional Polmas sebagai strategi/program secara


penuh mulai dilaksanakan secara bertahap sebagai kelanjutan
program sebelumnya.

e. Tahap Operasionalisasi Menyeluruh (2010) :

1) Program pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan


lanjutan petugas Polmas mencakup pelatihan 1.400 orang
penyelia.

2) Pada tahap ini seluruh desa/kelurahan termasuk kawasan-kawasan


penting telah mengoperasionalisasikan Polmas yang dalam
penerapannya dilakukan penyesuaian-penyesuaian sejalan
dengan hasil evaluasi penelitian dan pengembangan.

Prasyarat dan Indikator Keberhasilan.

a. Prasyarat Keberhasilan :

1) Terdistribusinya piranti lunak utama yang diikuti dengan sosialisasi.

2) Tersedianya TOT dan trainers serta terlatih-ulangnya Babin


Kamtibmas secara bertahap dan sesuai kebutuhan.
3) Tersebarnya peralatan/perlengkapan petugas Polmas secara
bertahap sesuai prioritas.

4) Berfungsinya petugas Polmas pada setiap desa/kelurahan yang


didukung perangkat FKPM.

b. Indikator Keberhasilan :

1) Intensitas kegiatan forum baik kegiatan pengurus maupun keikut-


sertaan warganya.

2) Kemampuan forum menemukan dan mengidentifikasikan akar


masalah.

3) Kemampuan petugas Polmas dalam penyelesaian masalah


termasuk konflik/pertikaian antar warga.

4) Kemampuan mengakomodir/menanggapi keluhan masyarakat.

5) Intensitas dan ekstensitas kunjungan warga oleh petugas Polmas.

Kerjasama Penerapan Polmas

Kerjasama kegiatan sosialisasi dan penerapan secara terbatas


program community policing sebelum terbitnya Surat Keputusan Kapolri
No.Pol.: Skep/737/X/2005 tanggal 13 Oktober 2005 tentang Kebijakan dan
Strategi Penerapan Model Perpolisian Masyarakat dalam Penyelenggaraan
Tugas Polri.

KERJASAMA BENTUK
NO
TEMPAT
.
INSTITUSI KEGIATAN
1 IOM - Lokarya dan Sosialisasi Jakarta
- Pembentukan FKPM Polda Metro Jaya, Jabar, Jatim, Kalbar,
Bali, Kepri dan NAD
- Pelatihan Instruktur Polda sebagai Pilot Project tsb diatas
- Pelatihan Gadik SPN Lemdiklat Polri
2 JICA - Pembentukan BKPM Polda Metro Jaya (Restro Bekasi) dan
Jatim
3 PARTNERSHIP Penelitian, Dialog Publik Polda NTT, NTB, Bali, Sulsel dan Kaltim
dan Loka Karya
4 ASIA Penelitian, Dialog Publik Polda DIY dan Jatim
FOUNDATION dan Loka Karya

Penutup.
Demikian konsep Perpolisian Masyarakat (Polmas) dan program-programnya tahun
2006 – 2010 ini disusun untuk dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan program
pengembangan Polmas.

You might also like