You are on page 1of 3

PANCASILA DAN FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA

Tuesday, 02 June 2009 18:38

Oleh: H. Oong Komar

Siswa umumnya memiliki sikap belajar bila akan ulangan dan ujian. Keseharian waktu mereka
setelah sekolah, habis untuk keluyuran. Keluhan pun muncul dari kebanyakan orang tua
mengenai kurangnya motivasi belajar anaknya. Bahkan, terdapat orang tua yang "meminta"
tugas pekerjaan rumah kepada guru untuk mengekang keluyuran anaknya.

Kebiasaan belajar bila akan ulangan dan ujian, sebenarnya siswa itu butuh motivasi bentuk
proximity goals. Yaitu, tujuan yang konkret, jelas, terukur, aplikatif, dan berwujud. Anjuran
belajar saja sering diacuhkan siswa karena dianggap tujuan belajar itu tidak konkret (abstrak).
Sedangkan ulangan, ujian, dan tugas dipandang siswa merupakan tujuan yang konkret dan
berwujud.

Bagaimana mengonkretkan tujuan agar siswa termotivasi belajar? Jawabannya tidak


sesederhana pertanyaan, tetapi sangat dalam dan menyangkut inti persoalan pendidikan.
Butuh penjabaran pertanyaan yang lebih luas, yaitu bagaimana merumuskan tujuan sekolah
yang sekonkret mungkin? Bagaimanakah rumusan tujuan SD, SMP, dan SMA yang konkret?

Contoh, apakah tujuan SMP itu untuk memperoleh kelulusan mata pelajaran Ujian Nasional?
Apakah tujuan SMP untuk dapat melanjutkan ke SMA yang bermutu ataukah sekadar bebas
dari tuntutan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun?

Selain itu, mengonkretkan rumusan tujuan sekolah sangat bergantung pada filsafat yang dipilih
oleh bangsa sebagai acuan pendidikannya. Bila bangsa Indonesia memilih acuan Pancasila,
maka Pancasila harus dipandang juga sebagai filsafat pendidikan bangsanya. Bila kurikulum
yang berlaku memilih acuan pragmatisme, filsafat pragmatis itulah yang dielaborasi/dijabarkan
menjadi tujuan-tujuan sekolah.

Pancasila bagi bangsa Indonesia kiranya telah sepakat sebagai jati diri, kepribadian, falsafah
hidup, dan landasan hidup berbangsa dan bernegara. Pancasila selama ini terus menjadi
bahan ajar di setiap lembaga pendidikan. Dengan demikian, bahan ajar Pancasila diperoleh
warga negara dari SD sampai perguruan tinggi.

Seberapa jauh siswa memperoleh indikator konkret dari Pancasila? Paling tidak siswa
memahami kaitan bahan ajar di sekolah dengan Pancasila sebagai filsafat pendidikan bangsa
Indonesia. Yaitu bagaimana secara rasional bahwa mata pelajaran kewarga-negaraan,
pendidikan agama, IPA, IPS, kesenian, olah raga, muatan lokal, dan lain-lain, merupakan hasil
elaborasi dari pilihan acuan filsafat pendidikan Pancasila? Bahkan, bagaimana filsafat

1/3
PANCASILA DAN FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA
Tuesday, 02 June 2009 18:38

pendidikan Pancasila dielaborasi menjadi jalur, jenis, jenjang, dan satuan pendidikan.
Bagaimana filsafat pendidikan dielaborasikan ke dalam jenjang pendidikan dasar, menengah,
dan tinggi (SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi)?

Pancasila sebagai filsafat pendidikan bangsa harus menampakkan diri sebagai indikator
karakteristik mentalitas bangsa Indonesia. Rumusan mentalitas itu sebagai sosok acuan
bangsa, termasuk pendidikan sehingga dimensi karakteristik mentalitas itu menjadi tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan itulah yang dielaborasi menjadi tujuan institusional, tujuan
kurikuler, dan tujuan instruksional.

Bagaimanapun, untuk menetapkan arah pendidikan, tidak akan lepas dari persoalan tujuan
hidup dan maknanya bagi individu dan masyarakat. Oleh karena itu, tujuan hidup masyarakat
melekat pada nilai-nilai masyarakat dan perubahannya. Kekonkretan tujuan hidup tergambar
dengan menjawab pertanyaan, bagaimana seharusnya anggota masyarakat hidup dalam
masyarakatnya?

Apa karakteristik manusia yang dicita-citakan (manusia ideal) oleh masyarakat? Bagaimanakah
gambaran kehidupan yang sempurna, baik di dunia maupun di akhirat kelak? Jawabannya
merupakan sumber acuan untuk penetapan arah tujuan hidup masyarakat. Tugas para ahli
pendidikan nasional bertindak untuk menyerap pengkristalan nilai yang terdapat dalam
masyarakat dan perubahannya. Nilai itu kemudian ditetapkan sebagai tujuan hidup.

Bagaimana tujuan hidup harus dicapai anggota masyarakat dalam perjalanan hidupnya
merupakan tindakan para ahli pendidikan nasional berikutnya untuk dielaborasikan ke dalam
tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan instruksional.
Pengelaborasian tujuan hidup menjadi tujuan pendidikan diperlukan kemampuan deduktif
filosofis.

Dengan demikian, kedudukan filsafat dan filsafat pendidikan sangat berperan sentral, terutama
pada penentuan tujuan pendidikan. Yaitu bagaimana menjabarkan/mengelaborasikan filsafat
hidup atau tujuan hidup menjadi tujuan pendidikan. Kesesuaian antara filsafat hidup dan tujuan
pendidikan dapat menentukan hasil pendidikan yang akan dicapainya.

Jadi, Pancasila menjadi filsafat pendidikan Pancasila berkenaan dengan kepastian mekanisme
penyerapan kristalisasi nilai yang menjadi harapan masyarakat, kemudian dirumuskan menjadi
tujuan pendidikan sehingga arah dan landasan pendidikan nasional Indonesia yang bersifat
filosofis, yaitu filsafat pendidikan Pancasila. ***

Penulis: Dosen Pascasarjana UPI.

2/3
PANCASILA DAN FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA
Tuesday, 02 June 2009 18:38

Sumber: Harian Pikiran Rakyat, Selasa 2 Juni 2009

3/3

You might also like