You are on page 1of 3

Ekumenisme

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kata "ekumenisme" (kadang-kadang dieja oikoumenisme, oikumenisme) berasal dari


bahasa Yunani oikos (=rumah) dan menein (=tinggal), sehingga oikoumene berarti
"dunia yang ditinggali" atau "didiami". Dalam pengertiannya yang paling luas
ekumenisme berarti inisiatif keagamaan menuju keesaan di seluruh dunia. Tujuan
yang lebih terbatas dari ekumenisme adalah peningkatan kerja sama dan saling
pemahaman yang lebih baik antara kelompok-kelompok agama atau denominasi di
dalam agama yang sama.

Kata ini digunakan terutama sekali dalam kaitan dengan (dan oleh) agama Kristen
untuk merujuk pada gerakan menuju persatuan atau kesatuan denominasi Kristen
yang terpecah-pecah karena doktrin, sejarah dan praktik.

Keesaan Gereja
Pada awal abad ke-20 sejumlah pemimpin Gereja Kristen mulai menyadari bahwa
perpecahan yang terjadi di dalam Gereja adalah sebuah masalah yang sangat besar.
Sebelum meninggalkan murid-muridnya, Yesus sendiri pernah memperingatkan akan
kemungkinan ini melalui doanya dalam Yohanes 17:20-21:

"Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang,
yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua
menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam
Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa
Engkaulah yang telah mengutus Aku."

Karena itulah muncul gerakan ekumenis yang tujuannya adalah menciptakan keesaan
Gereja. Gerakan ini resminya dimulai oleh sekelompok pemimpin Gereja-gereja
Protestan, khususnya di dunia Barat, yang kemudian terwujud dalam bentuk Dewan
Gereja-gereja se-Dunia.

Dengan gerakan ini diharapkan bahwa seluruh umat Kristen di dunia dapat bekerja
sama dan saling mendukung.

Tiga pendekatan
Ekumenisme Kristen dapat digambarkan dalam tiga kelompok Gereja terbesar, yaitu
Katolik Roma, Ortodoks Timur, dan Protestan. Gambaran ini memang merupakan
simplifikasi dari kenyataan yang jauh lebih kompleks, namun setidak-tidaknya dapat
membantu menjelaskan permasalahan yang dihadapi oleh gerakan ini.

Beberapa Gereja Protestan di benua Amerika menggunakan bendera ini sebagai


lambang keesaan Kristen.

Gerakan ekumenis kontemporer untuk Protestan dimulai pada tahun 1910, dengan
dibukanya Konferensi Misionaris Edinburgh pada 1910. Konferensi ini dipimpin oleh
tokoh awam Methodis, John R. Mott, dan menandai perhimpunan Protestan terbesar
hingga saat itu. Tujuan konferensi ini dijelaskan sebagai upaya mengembangkan kerja
sama lintas denominasi untuk mengadakan misi sedunia. Akhirnya, terbentuklah
organisasi-organisasi formal, termasuk Dewan Gereja-gereja se-Dunia, Dewan
Gereja-gereja Nasional, dan Gereja-gereja Menyatu di dalam Kristus. Kaum Protestan
telah sering menjadi pemimpin dalam kelompok-kelompok ini dan yang sejenisnya.

Sejak saat itu, kaum Protestan telah terlibat dalam berbagai kelompok ekumenis, dan
dalam kasus-kasus tertentu mengusahakan keesaan denominasional yang organis, dan
dalam kasus-kasus lain hanya untuk pengembangan kerja sama saja. Karena luasnya
spektrum denominasi dan perspektif Protestan, kadang-kadang kerja sama sulit
tercapai.

Gereja-gereja bersatu dan menyatu

Karena dipengaruhi oleh gerakan ekumenis, "skandal perpecahan" dan


perkembangan-perkembangan setempat, terbentuklah sejumlah gereja bersatu dan
menyatu. Gereja-gereja yang menyatu menamai dirinya demikian, karena mereka
merasa bahwa mereka masih berada dalam perjalanan menuju kesatuan. Misalnya,
Uniting Church of Australia.

Apabila kesatuan formal belum dimungkinkan, gereja-gereja yang mempunyai visi


kesatuan ini dapat pula menempuh strategi saling mengakui dalam rentangan yang
berbeda-beda. Di kalangan Dewan Gereja-gereja se-Dunia, misalnya dikenal
dokumen Baptisan, Ekaristi dan Pelayanan (Baptism, Eucharist, and Ministry), yang
berisi dokumen tentang saling pengakuan di antara gereja-gereja anggotanya. Di
kalangan anggota-anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dikenal
dokumen Piagam Saling Menerima dan Saling Mengakui (PSMSM) yang merupakan
bagian dari Lima Dokumen Keesaan Gereja.

Kerja sama yang makin meningkat juga tampak di kalangan sejumlah denominasi
yang bersama-sama menggunakan satu gedung gereja dalam kebaktian atau ibadah
yang terpisah atau menyelenggarakan satu kebaktian dengan unsur-unsur dari
berbagai tradisi.

Ekumenisme dan pluralisme antar-iman


Karena agama Kristen itu terdiri dari bermacam-macam aliran, maka kita menemukan
pemahaman yang juga berbeda-beda tentang ekumenisme Kristen.

Gerakan antar-iman berusaha untuk menciptakan saling menghormati, toleransi, dan


kerja sama di antara agama-agama besar di dunia. Dalam pengertian ini, ekumenisme
dapat disebut sebagai pluralisme agama-agama, yang berbeda dengan ekumenisme di
dalam satu agama itu sendiri.

Ekumenisme sebagai dialog antar-iman antara wakil-wakil berbagai agama, tidak


dimaksudkan untuk mempersatukan para penganutnya ke dalam suatu kesatuan
organis yang penuh satu sama lainnya, melainkan sekadar untuk meningkatkan
hubungan yang lebih baik. Gerakan ini mempromosikan toleransi, saling menghargai
dan kerja sama, baik di antara denominasi-denomiasi Kristen, atau antara agama
Kristen dengan agama-agama lainnya.

Alternatifnya, ekumenisme dapat bertujuan untuk mempertemukan semua orang yang


mengaku beriman Kristen ke dalam suatu organisasi yang kelihatan, misalnya,
melalui kesatuan dengan Gereja Katolik Roma, atau Gereja Ortodoks. Ekumenisme
dalam pengertian ini memusatkan perhatian pada masalah khusus yaitu hubungan
antara denominasi-denominasi Kristen, di mana Kekristenan secara dogmatis
didefinisikan. Dewan Gereja-gereja se-Dunia m

You might also like