Professional Documents
Culture Documents
DI SUSUN OLEH :
1. SYLVIA OCTAVIANTI K 3306011
2. MAR’ATTUS SOLIKHAH K 3307007
Salah satu cita-cita Nasional yang harus terus diperjuangkan oleh bangsa Indonesia
ialah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan Nasional. Masa depan
dan keunggulan bangsa kita ditentukan oleh keunggulan sumber daya manusia (SDM)
yang dimilikinya, disamping sumber daya alam dan modal. SDM yang berkualitas tinggi
diharapkan secara signifikan dapat menjadi subyek pembangunan untuk lebih berhasil
mengelola sumber daya (resources) bagi kepentingan kesejahteraan masyarakat.
Berita merebaknya temuan gizi buruk, sangat mengejutkan di negara tercinta yang
terkenal subur makmur ini. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya
kekurangan gizi menahun. Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait.
Secara garis besar penyebab anak kekurangan gizi disebabkan karena asupan makanan
yang kurang bergizi.
Gizi buruk dapat menyebabkan loss generation, keadaan dimana SDM yang ada jauh
dari kata berkualitas tinggi. Yang mana hal ini dapat menyebabkan terhambatnya
pembangunan Nasional. Oleh karena itu penulis mencoba mengemukak an alternatif bahan
pangan yang murah, mudah dalam me ndapatkan dan mengelolahnya dan mengandung
konsentrat protein yang tinggi.
Penulis berharap, dengan sedikit karya ini mudah -mudahan dapat menjadi masukan
bagi semua pihak yang merasa berkepentingan dengan masalah yang sedang dikaji.
Walaupun penulis menyadari masih kurang dan terbatasnya wawasan dan kemampuan
yang penulis miliki. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan
guna perbaikan karya di waktu yang akan datang.
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Purnomo, Eko Hari . 2000. Pembuatan Pati Termodifikasi Dan Berkonsentrat Protein
Secara Enzimatik. Jurnal penelitian : No. 916 / Th. 2000 : Abstrak
Margono, Tri dan Detty Suryati, Sri Hartinah. 1993. “Tepung Ganyong “ Buku Panduan
Teknologi Pangan : Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII -LIPI
bekerjasama dengan Swiss Develo pment Cooperation
Hasbullah. 2001. “Tepung Ubi Jalar” Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera
Barat : Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat
A. Penulis 1
1. Nama Lengkap : Sylvia Octavianti
2. NIM : K 3306011
3. Tempat, Tanggal Lahir : Muara Enim, 05 Oktober 1988
4. Asal Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret Surakarta
5. Riwayat Organisasi :
a. Staff Departemen Luar Negeri BEM FKIP UNS Tahun 2006 -2007
b. Kepala Divisi Informasi dan Pen erbitan BEM FKIP UNS Tahun 2007 -2008
c. Kepala Deputi Riset BEM UNS tahun 2008 -2009
6. Karya Tulis Yang Pernah di Buat :
a. Pembuatan Nata de Soya dari Limbah Tahu (di tulis tahun 2008).
b. Sistem Pendidikan Multi Dimensi Menuju Indonesia Yang Bermartabat,
Berilmu Dan Berahlak Mulia Dalam Rangka Mencerdaskan Kehidupan
Bangsa Untuk Mendukung Pembangunan Nasional (Ditulis tahun 2009).
c. Pembelajaran Problem Solving Dan Learning Cycle Sebagai Upaya
Meningkatkan Ketrampilan Metakognisi Siswa
7. Pengalaman Penelitian :
a. Ketua Pelaksanaan Penelitian yang diadakan oleh Riset BEM UNS tahun
2008 dengan judul : ” Relokasi PKL (Pedagang Kaki Lima) di Wilayah
Kampus UNS ”.
b. Penanggung Jawab Pelaksanaan penelitian yang diadakan oleh Riset BEM
UNS tahun 2009 dengan judul : ” Penelitian Pem ilu dan Caleg Terpuji
tahun 2009”.
B. Penulis 2
1. Nama Lengkap : Mar’attus Solikhah
2. NIM : K 3307007
3. Tempat, Tanggal Lahir : Cilacap, 26 Agustus 1989
4. Asal Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret Surakarta
5. Riwayat Organisasi :
a. Staff Departemen Luar Negeri BEM FKIP UNS Tahun 2007 -2008
b. Kordinator LSP BEM FKIP UNS Tahun 2008 -2009
6. Karya Tulis Yang Pernah di Buat :
a. Pemanfatan Biji Buah Trembesi Sebagai Bahan Alternatif Pembuatan Tempe di
Desa Eromoko Kabupaten Wonogiri (2009)
b. Pembuatan Nugget dari bahan ampas tahu
c. Pembelajaran Problem Solving Dan Learning Cycle Sebagai Upaya
Meningkatkan Ketrampilan Metakognisi Siswa
C. Pembimbing
1. Nama Lengkap dan Gelar Akademik : Sri Yamtinah, S.Pd., M.Pd
1. Tempat dan Tgl Lahir : Surakarta, 4 Desember 1969
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Fakultas/Jurusan/Program Studi : KIP/P.MIPA- Kimia
4. Pangkat/Golongan/NIP : Penata Muda / III-a / 132 308 871
5. Bidang keahlian : a. Pendidikan Kimia
b. Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
9. Pengalaman Riset:
Penerapan
2. Metode Cooperative Learning Model STAD disertai 2008
Collective Responsibility Untuk Meningkatkan Kualitas Proses
dan Hasil Belajar Siswa ( Ketua, PDM)
Kesiapan
3. guru-guru IPA SMP dan MTs Menghadapi Masuknya Mater i 2008
Kimia dalam Mata Pelajaran IPA di SMP dan MTs se -Kota
Surakarta dalam Penerapan Kurikulum Tingkat satuan
Pendidikan (anggota, PDM)
Studi
4. Pembuatan Minyak Kelapa secara Fermentasi Menggunakan 2007
Agar-agar sebagai Fase Amobil (penelitian Dosen Muda,
anggota peneliti)
Persepsi
5. Mahasiswa P.MIPA FKIP UNS terhadap Penilaian yang 2007
Diberikan oleh Dosen. (Penelitian kelompok didanai DIPA,
ketua peneliti)
Pandangan
6. dan Sikap Santriwati terhadap Belajar Sains (Studi Kasus di 2007
Pondok Pesantren Al Muayyad Surakarta) ( Studi Kajian
Wanita didanai DP3M Dirjen Dikti, ketua peneliti)
7. Pengembangan Model Pembelajaran Kontekstual Group 2005
Investigation Berbantuan Komputer untuk Meningkatkan
Pemahaman Materi Kimia Inti di SMA
( Penelitian Tindakan Kelas didanai oleh Ditjen Dikti, sebagai
Peneliti Mitra )
8. Inovasi Pembelajaran Kimia dengan Visualisasi Komputer
Berbasis Konstruktivisme untuk Meningkatkan Pemahaman 2003
Konsep – konsep Abstrak pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia di
SMU
( Penelitian Tindakan Kelas didanai oleh Di tjen Dikti, sebagai
Peneliti Mitra )
9. Evaluasi Program Pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU) 1999
di Pesantren Al Muayyad Surakarta ( Tesis S -2)
10.Pelatihan / Seminar:
A. LATAR BELAKANG
Pemenuhan Ketahanan Pangan Melalui Pengembangan Pati Termodifikasi Dan Berkonsentrat Protein
Secara Enzimatik Berbasis Umbi-Umbian Lokal
Halaman : 1
Dibandingkan dengan padi, membudidayakan umbi -umbian itu jauh lebih
mudah dan murah. Sebagai contoh, menanam umbi kayu secara intensif
membutuhkan biaya hanya sepertiga dari biaya budidaya padi. Di sisi lain,
kandungan karbohidrat umbi -umbian juga setara dengan beras.
B. KELUARAN
Pemenuhan Ketahanan Pangan Melalui Pengembangan Pati Termodifikasi Dan Berkonsentrat Protein
Secara Enzimatik Berbasis Umbi-Umbian Lokal
Halaman : 2
yang larut air dicuci sehingga konsentrasi protein dala m pati termodifikasi akan
meningkat.
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan ini adalah (a). untuk mengetahui alternatif bahan
pangan yang dapat di gunakan masyarakat secara murah dan berkonsentrat protein
(b). untuk mengetahui pentingnya kebermanfaatan u mbi-umbian lokal terhadap
pembuatan pati termodifikasi yang berkonsentrat protein secara enzimatis dan (c).
untuk mengkaji penerapan pati termodifikasi berkonsentrat protein secara
enzimatis berbasis umbi-umbian lokal sebagai upaya alternative bahan pangan.
Pemenuhan Ketahanan Pangan Melalui Pengembangan Pati Termodifikasi Dan Berkonsentrat Protein
Secara Enzimatik Berbasis Umbi-Umbian Lokal
Halaman : 3
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. KETAHANAN PANGAN
Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang ter diri dari subsistem
ketersediaan, distribusi, dan konsumsi. Subsistem ketersediaan pangan berfungsi
menjamin pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, baik
dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya. Subsistem distribusi
berfungsi mewujudkan sistem distribusi yang efektif dan efisien untuk menjamin
agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas
yang cukup sepanjang waktu dengan harga yang terjangkau. Sedangkan subsistem
konsumsi berfungsi mengarahka n agar pola pemanfaatan pangan secara nasional
memenuhi kaidah mutu, keragaman, kandungan gizi, kemananan dan
kehalalannya.
Situasi ketahanan pangan di negara kita masih lemah. Hal ini ditunjukkan
antara lain oleh: (a) jumlah penduduk rawan pangan (tingkat konsumsi < 90% dari
rekomendasi 2.000 kkal/kap/hari) dan sangat rawan pangan (tingkat konsumsi <70
% dari rekomendasi) masih cukup besar, yaitu masing -masing 36,85 juta dan
15,48 juta jiwa untuk tahun 2002; (b) anak -anak balita kurang gizi masih cukup
besar, yaitu 5,02 juta dan 5,12 juta jiwa untuk tahun 2002 dan 2003.
B. PATI TERMODIFIKASI
Pemenuhan Ketahanan Pangan Melalui Pengembangan Pati Termodifikasi Dan Berkonsentrat Protein
Secara Enzimatik Berbasis Umbi-Umbian Lokal
Halaman : 4
Fleche (1985) mendefinisikan pati termodifikasi adalah pati dimana gugus
hidroksilnya telah diubah lewat suatu reaksi kimia seperti esterifikasi, eterifikasi
atau oksidasi atau dengan mengganggu struktur awalnya. Glicksman (1969)
mengemukakan pati termodifikasi adalah pati yang diberi perlakuan tertentu
dengan tujuan untuk menghasilkan sifat yang lebih baik untuk memperbaiki sifat
sebelumnya atau merubah beberapa sifar l ainnya. Perlakuan ini dapat mencakup
penggunaan panas, asam, alkali, zat pengoksidasi atau bahan kimia lainnya yang
akan menghasilkan gugus kimia baru atau perubahan bentuk, ukuran serta struktur
molekul.
Berkonsentrat protein secara enzimatik
Modifikasi pati secara enzimatik merupakan salah satu teknik modifikasi
pati yang memberikan keuntungan diantaranya: kondisi prosesnya tidak ekstrim
(mild), ramah lingkungan, produk yang dihasilkan merupakan produk alami
(natural product), dan enzim dapat digunakan be rulang. Prinsip pembuatan pati
termodifikasi dan berkonsentrat protein secara enzimatik adalah pemecahan
sebagiaan pati oleh enzim menjadi komponen yang lebih sederhana (mono - dan
di- sakarida serta oligosakarida). Selanjutnya komponen sederhana yang larut air
dicuci sehingga konsentrasi protein dalam pati termodifikasi akan meningkat.
C. KIMPUL
Pemenuhan Ketahanan Pangan Melalui Pengembangan Pati Termodifikasi Dan Berkonsentrat Protein
Secara Enzimatik Berbasis Umbi-Umbian Lokal
Halaman : 5
ungu atau hijau pucat di bagian luar, krem didalam, ton gkol berwarna hijau-
kekuningan, bagian steril berwarna ungu -merah jambu menuju kelabu, bagian
jantan berwarna kuning pucat, berakhir pada ekor pendek menumpul. Buah dan
biji tidak diketahui.
Distribusi/Penyebaran : Asal dan persebaran Xanthosoma berawal d ari
Amerika tropis. Kultivar-kultivar dengan umbi akar atau daun dapat dimakan
telah ditanami di daerah yang sama sejak zaman lampau dan beberapa kultivar
kemudian tersebar di seluruh kawasan tropis. Pada masa perdagangan budak
Xanthosoma dibawa ke Afrika dan di abad 19 dan awal Abad 20 Xanthosoma
tersebar diseluruh Oceania dan ke Asia. Xanthosoma nigrum biasa ditanami di
daerah Amerika tropis dan di daerah tropis lainnya. Jenis ini lebih umum ditanam
di Asia Tenggara, dibanding Xanthosoma sagittifolium.
Habitat : Xanthosoma merupakan suatu tumbuhan daerah hutan -hujan
tropis, membutuhkan rata -rata temperatur harian di atas 21°C, lebih menyukai
suhu antara 25-29°C. Xanthosoma merupakan tanaman daerah dataran rendah
tetapi adakalanya tumbuh pada ketinggian 20 00 m, dengan hasil lebih rendah.
Rata-rata curah hujan tahunan sekitar 1400 mm, tetapi lebih disukai 2000 mm,
merata di sepanjang tahun, dan kelembaban tanah cukup. Tidak seperti pada
Colocasia, Xanthosoma tidak tahan terhadap kelebihan air. Di bawah naung an
penuh, tumbuhan ini sering hanya dengan umbi, yang akan mulai tumbuh hanya
ketika cahaya tersedia. Xanthosoma tumbuh dengan baik pada lahan yang subur
dengan drainasi baik, pada pH 5.5 -6.5. Tumbuhan ini tahan terhadap naungan dan
lahan yang bersifat garam.
Perbanyakan : Perbanyakan Xanthosoma secara vegetatif dengan ujung
umbi atau umbi utuh, potongan umbi, tunas atau dengan kultur jaringan.
Penanaman yang baik akan memberi hasil yang baik dan semakin besar umbi
semakin baik pertumbuhannya. Kultur jarin gan berpeluang untuk dilakukan guna
memperoleh benih/ bibit yang bebas virus. Persiapan lahan beragam dari
pembukaan hutan hingga bergeser penanaman dengan sistem pemanenan yang
permanen. Waktu penanaman terbaik adalah permulaan musim hujan. Jarak
penanaman bervariasi dari 0.6-1.8 m < x> 0.6-1.8 m, paling umum 0.9 m < x> 1.2
m. Kedalaman penanaman 5 -7 cm dan sering juga 2-3 propagules ditanam di
Pemenuhan Ketahanan Pangan Melalui Pengembangan Pati Termodifikasi Dan Berkonsentrat Protein
Secara Enzimatik Berbasis Umbi-Umbian Lokal
Halaman : 6
lubang yang sama. Xanthosoma sering ditanam sebagai tumpangsari dengan
tanaman perkebunan seperti cokelat, kopi, karet, kelapa, kelapa sawit atau pisang
karena tanaman ini memerlukan naungan sekitar 25 -50% . Kadang-Kadang
berfungsi sebagai tanaman peneduh untuk tananam cokelat atau kopi muda. Di
Asia Tenggara, Xanthosoma merupakan tanaman kebun yang ditanam di halama n
rumah; di Amerika tropik juga ditanam pada skala perkebunan.
Manfaat tumbuhan : Pada umumnya jenis Xanthosoma menghasilkan
umbi akar yang dapat dimakan dan juga daun mudanya. Jenis ini memiliki potensi
sebagai tanaman hias. Umbi yang dicuci kemudian dik upas sebelum diolah lebih
lanjut. beberapa umbi sangat keras sehingga perlu dimasak dahulu sebelum
dikupas. Setelah dikupas, umbi dapat diolah dengan berbagai cara, dapat direbus,
dibakar, dikukus, dibuat bubur atau digoreng dan digunakan dalam sup, sup
kental, direbus dan dibuat salad. Dapat juga dibuat tepung atau makanan untuk
kue kering atau dibuat puding. Di Indonesia, Xanthosoma nigrum tidak sepopuler
umbi Colocasia esculenta L. Schott; di Filipina, Xanthosoma nigrum lebih
disukai. Daun muda dari keba nyakan kultivar digunakan sebagai sayuran; daun -
daun dimasak setelah tulang daun terbesarnya dibuang. Di dalam pengobatan
tradisional di Malaysia, daun -daun yang besar dari Xanthosoma nigrum juga
digunakan sebagai selimut untuk pasien yang demam karena ras anya dingin dan
memberikan kenyamanan yang temporer. Pasien juga berendam dengan air
rebusan tanaman tersebut. Di Filipina (Palawan), getah dari perbungaan
digunakan untuk menyembuhkan luka dan sebagai penawar racun untuk gigitan
dan sengatan serangga.
Sumber Prosea : 9: Plants yielding non-seed carbohydrates p.159 -164
(author(s): Flach, M. & Rumawas, F.)
Kategori : Umbi-umbian
D. GARUT
Garut, irut, arus atau jelarut, besar kemungkinan berasal dari kata
arrowroot karena umbi atau rimpang tanaman ini sepert i anak panah, lancip,
adalah maranta arundinacea, merupakan tanaman perdu dengan tinggi antara 40 -
Pemenuhan Ketahanan Pangan Melalui Pengembangan Pati Termodifikasi Dan Berkonsentrat Protein
Secara Enzimatik Berbasis Umbi-Umbian Lokal
Halaman : 7
60 cm, tumbuh baik pada lahan dengan ketinggian mulai dari 0 sampai 900 meter
dpl serta yang paling baik pada ketinggian antara 60 -90 m, dengan keadaan tanah
lembab dan lingkungan terlindung di bawah pohon tinggi, misalnya kelapa,
sengon bahkan jengkol, dan petai.
Sejak lama masyarakat mengenal garut sebagai tanaman penghasil atau
rimpang yang dapat dijadikan panganan seperti halnya singkong, ubi jalar.
Kemudian ada yang dijadikan tepung untuk membuat bubur, kue -kue, bahkan
candil ataupun goyobod.
Bahkan, saat bedak tradisi yang terbuat dari ramuan beberapa umbi ataupun
rimpang, misalnya bedak Saripohaci yang sangat populer di kawasan Priangan
masih menjadi ”primadona” kosmetika tradisi, bahan baku tepungnya harus
terbuat dari tepung garut.
Di kawasan Amerika sendiri, asal tanaman garut, orang Indian selalu
menggunakan perasan akarnya sebagai obat luka, obat karena tusukan anak panah,
dan bahkan obat luka karena gigitan serangga dan ular. Sedangkan di Filipina dan
India, hancuran akar garut kemudian dijadikan bahan baku untuk pembuatan
minuman beralkohol, seperti layaknya tuah dan brem di Indonesia atau sake di
Jepang.
Di Indonesia sendiri khususnya di sepanjang k awasan Pulau Jawa, umbi
garut banyak digunakan untuk makanan nyamian bersama bajigur atau bandrek
(minuman tradisi masyarakat Sunda) atau dibuat keripik. Bahkan, sekarang
keripik asal umbi garut mulai menjadi komoditas andalam perajin makanan
ringan sekitar Garut, Tasik, dan Ciamis mulai dikembangkan.
Sampai saat ini, tanaman garut ditanamkan sebagai tanaman tumpangsari
(berada bersama dengan tanaman lain) atau sebagai tanaman semiliar di batas
tanah-tanah miring, sudut pekarangan rumah, dsb., tetapi belum menjadi tanaman
budi daya seperti layaknya singkong, ubi -jalar, talas, dsb.
Menurut Samsudin, petani tanaman garut di Malang yang juga Dirut PT
Uaurduri Mitrasarana yang sudah membudidayakan tanaman garut seluas 150 ha,
produksi per ha antara 12,5 -30 ton, atau rata-rata 20 ton. Sehingga, dari produksi
yang akan dicapai, diharapkan akan terkumpul sekira 3.000 ton umbi garut yang
Pemenuhan Ketahanan Pangan Melalui Pengembangan Pati Termodifikasi Dan Berkonsentrat Protein
Secara Enzimatik Berbasis Umbi-Umbian Lokal
Halaman : 8
cukup untuk menjadi bibit pada lahan budi daya seluas 2.000 ha, walau baru
memenuhi luas lahan 1/9-nya dari program pemerintah selu as 18.000 ha.
Dari hasil uji coba pembuatan tepung garut secara sederhana di beberapa
daerah sekitar Priangan Timur (Garut, Ciamis, dan Tasik), urutan pembuatan
tepung tersebut sesuai bagian terlampir ada (1) umbi hasil panen dipilih yang
sehat dan utuh kemudian dibersihkan, (2) umbi terpilih kemudian
dirajang/dikecilkan untuk mempermudah penggilingan, (3) Penggilingan dengan
menggunakan ”batu giling” seperti halnya untuk menggiling rendaman kedelai
bahan baku pembuatan tahu, (4) hasil penggilingan ditambah air hingga
membentuk ”bubur” umbi garut, kemudian diperas dan disaring hingga
menghasilkan larutan yang berisi ”tepung” dan ampas, (5) larutan hasil saringan
kemudian diendapkan, hasil endapan dikeringkan hingga akhirnya menghasilkan
tepung garut.
Dengan cara ini karena hasil tepungyang didapatkan antara 15 -22%,
sedangkan kalau melalui pemarutan antara 10 -15% saja. Ampas umbi garut
ternyata sangat baik sebagai campuran pembuatan pakan ternak, khususnya untuk
sapi, kambing ataupun sejenisnya. Tepung umbi garut akan menjadi pengganti
tepung terigu yang memiliki potensi tinggi, telah dibuktikan oleh perdagangan
tepung tersebut yang dihasilkan oleh Filipina. Yaitu seperti yang dilakukan oleh
para petani di Filipina, sebagai pemasok tepung umbi garut terbesar dunia maka
95% dari perdagangan tepung tersebut berasal dari negara ini dengan harga jual
rata-rata sekira 200 dolar AS/ton atau hampir sama dengan harga tepung terigu.
E. GANYONG
Ganyong adalah sejenis umbi -umbian yang dapat dimakan setelah direbus.
Apabila dijadikan tepung atau pati dapat dipakai sebagai campuran berbagai
makanan yang enak seperti kue. Yang dimaksud dengan tepung ganyong adalah
tepung yang dibuat langsung dari umbinya yang sudah tua dan baik (tidak ada
tanda-tanda kebusukan).
Tabel 1. 1 Komposisi Ganyong (per 100 gram bahan)
KOMPONEN KADAR (mg)
Pemenuhan Ketahanan Pangan Melalui Pengembangan Pati Termodifikasi Dan Berkonsentrat Protein
Secara Enzimatik Berbasis Umbi-Umbian Lokal
Halaman : 9
Kalori 95 kal
Protein 1.000
Karbohidrat 22.600
Lemak 100
Phosphor 70
Kalsium 21
Besi 20
Vitamin B1 0,10
Ganyong mempunyai ukuran granula pati lebih besar (22,5 dan 10 ?m).
Hasil rendemen menunjukkan bahwa ganyong sangat prospektif dikembangkan
untuk produk tepung pati. Sifat fisikokimia ganyong mempunyai amilosa rendah
(18,6% dan 19,2%) dan viskositas puncak tinggi (900 -1080 BU dan 780-700 BU).
F. UBI JALAR
Produktivitas umbi jalar cukup tinggi dibandingkan dengan padi. Umbi jalar
dengan masa panen 4 bulan dapat menghasilkan produk lebih dari 30 ton/Ha,
tergantung dari bibit, sifat tanah dan pemeliharaannya. Walaupun saat ini rata -rata
produktivitas umbi jalar nasional baru mencapai 12 ton/Ha, tetapi jumlah ini
masih lebih besar, jika kita bandingkan dengan produktivitas padi (+/ -4.5 ton/Ha).
Selain itu, masa tanam umbi jalar juga lebih singkat dibandingkan dengan padi.
Tepung umbi jalar merupakan hancuran umbi jalar yang dihilangkan
sebagian kadar airnya. Tepung umbi jalar tersebut dapat dibuat secara langsung
dari umbi jalar yang dihancurkan dan kemudian dikeringkan, tetapi dapat pula
dibuat dari gaplek umbi jalar yang dihaluskan (digiling) dengan tingkat kehalusan
± 80 mesh (Suprapti, 2003).
Tabel 1. 2 Komposisi Kimia Tepung Umbi jalar
Komponen dan Sifat Fisik Tepung Umbi jalar
Air (%) 7,00
Protein (%) 2,11
Lemak (%) 0,53
Pemenuhan Ketahanan Pangan Melalui Pengembangan Pati Termodifikasi Dan Berkonsentrat Protein
Secara Enzimatik Berbasis Umbi-Umbian Lokal
Halaman : 10
Karbohidrat (%) 84,74
Pemenuhan Ketahanan Pangan Melalui Pengembangan Pati Termodifikasi Dan Berkonsentrat Protein
Secara Enzimatik Berbasis Umbi-Umbian Lokal
Halaman : 11
BAB III.
METODE PENULISAN
A. Jenis Data
Jenis data, fakta atau informasi yang dikumpulkan terutama berupa data,
fakta atau informasi primer yang berasal dari jurnal ilmiah, komikasi pribadi dan
focus group discussion (FGD). Data sekunder yang berupa buku, majalah atau
lainnya digunakan apabila sumber primer tidak diperoleh. Beberapa artikel ilmiah
ditelusur dengan menggunakan jasa penelusuran, yaitu melal ui Google, sedangkan
sebagian besar artikel ilmiah diperoleh dari internet.
B. Rancangan Penulisan
Agar tulisan yang dibuat efisien dan efektif, disusunlah kerangka tulisan
berdasarkan topik tulisan yang diangkat. Berdasarkan kerangka tulisan itulah
kemudian data dikumpulkan, disarikan, disusun, diolah, dan ditafsirkan. Hasil
tafsiran kemudian dianalisis dan disintesis yang kemudian dihasilkan simpulan.
Hasil analisis dan síntesis ini berupa gagasan baru untuk memecahkan
permasalahan yang ditemukan dalam lit eratur.
Data dikumpulkan dari sumber -sumber bacaan berupa jurnal, majalah, buku,
artikel ilmiah di internet, komunikasi pribadi dan sumber -sumber lain yang
relevan dengan topik yang dibahas. Pada tahap ini data, fakta dan informa si dicari
dan diidentifikasi. Data diseleksi, yang sesuai dengan topik tulisan dipisahkan dari
yang tidak sesuai. Data yang sesuai dengan topik tulisan dipisahkan berdasarkan
kesesuaiannya dengan sub-sub judul dalam kerangka tulisan.
Pemenuhan Ketahanan Pangan Melalui Pengembangan Pati Termodifikasi Dan Berkonsentrat Protein
Secara Enzimatik Berbasis Umbi-Umbian Lokal
Halaman : 12
Data, fakta atau informasi yang diperoleh kemudian dianalisis dengan
analisis deskriptif dalam bentuk teks. Data yang telah diolah kemudian ditafsirkan
dengan menggunakan metode analisis isi.
Pemenuhan Ketahanan Pangan Melalui Pengembangan Pati Termodifikasi Dan Berkonsentrat Protein
Secara Enzimatik Berbasis Umbi-Umbian Lokal
Halaman : 13
BAB IV.
PEMBAHASAN
Pemenuhan Ketahanan Pangan Melalui Pengembangan Pati Termodifikasi Dan Berkonsentrat Protein
Secara Enzimatik Berbasis Umbi-Umbian Lokal
Halaman : 14
Pengolahan ganyong, garut, kimpul dan ubi jalar menjadi pati
termodifikasi berkonsentrat protein sangatlah mudah tidak seperti yang
dibayangkan kebanyakan masyarakat. Tahap -tahap pembuatannya yaitu :
1. Pemilihan jenis umbi yang merupakan jenis umbi unggulan.
2. Tahap berikutnya optimasi perlakuan pendahuluan terhadap kondisi
substrat agar substrat mencapai kondisi optimum bagi kerja enzim.
3. Tahap selanjutnya adalah optimasi parameter proses m odifikasi pati umbi
secara enzimatik yaitu: suhu, konsentrasi substrat dan konsentrasi enzim.
Optimasi proses diukur dengan parameter sifat fisik (viskositas, derajat
putih, sifat mikroskopik, densitas kamba,), derajat hidrolisis, dan analisis
proksimat.
4. Langkah terakhir adalah penambahan enzim (x-amilase) sebaiknya
dilakukan sebelum pati tepung umbi tergelatinisasi karena enzim yang
digunakan mempunyai ketahanan terhadap panas sampai suhu 105 °C.
Pati termodifikasi / tepung yang terbuat dari ganyong, garut, kimpul dan ubi
jalar memiliki kualitas rasa yang sama dengan tepung terigu dan dengan adanya
proses enzimatik pati termodifikasi / tepung yang terbuat dari ganyong, garut,
kimpul dan ubi jalar memiliki konsentrat protein yang lebih tinggi dan bisa di
pastikan harga nya lebih murah dari tepung terigu.
Pemenuhan Ketahanan Pangan Melalui Pengembangan Pati Termodifikasi Dan Berkonsentrat Protein
Secara Enzimatik Berbasis Umbi-Umbian Lokal
Halaman : 15
BAB V.
KESIMPULAN DAN SARAN
Pemenuhan Ketahanan Pangan Melalui Pengembangan Pati Termodifikasi Dan Berkonsentrat Protein
Secara Enzimatik Berbasis Umbi-Umbian Lokal
Halaman : 16
Jangka menengah, subtitusi tepung t erigu dengan tepung lokal. Penggunaan
tepung lokal untuk produk -produk yang berbahan baku tepung terigu, dengan
persentase penggunaan bertahap, dari mulai 5% sampai 25%, tergantung
karakteristik produk yang dibuat. Hal ini diharapkan dapat mengurangi impor
terigu.
Jangka panjang, penggunaan tepung lokal, pembatasan impor terigu.
Saatnya tepung lokal betul -betul menjadi pilihan, bukan subtitusi lagi. Produksi
tepung lokal sudah bisa memenuhi kebutuhan pasar, baik kuantitas maupun
kualitasnya. Diharapkan indu stri yang berbahan baku tepung terigu sudah beralih
ke tepung lokal, begitu juga dengan UMKM dan konsumen pengguna langsung.
Produk akhir yang dihasilkan dari tepung lokal sudah bisa diterima dengan baik
oleh konsumen. Jadi produksi, distribusi dan konsums i tepung lokal sudah
berjalan dengan baik.
Pemenuhan Ketahanan Pangan Melalui Pengembangan Pati Termodifikasi Dan Berkonsentrat Protein
Secara Enzimatik Berbasis Umbi-Umbian Lokal
Halaman : 17