You are on page 1of 16

POTENSI PERTAMBANGAN KAB.

MANOKWARI

Sektor pertambangan di Kabupaten Manokwari diharapkan mampu menggerakan


perekonomian di Kabupaten Manokwari selain sektor perkebunan. Potensinya yang
cukup besar merupakan peluang bagi investor untuk menanamkan modalnya di sektor
ini. Sebagaian besar potensi bahan galian ini belum dimanfaatkan secara optimal.
Adapun bahan galian yang cukup menonjol di Kabupaten Manokwari meliputi batu
bara, timah, minyak bumi dan gas alam, seng, tembaga, serta bahan galian golongan
C. Untuk lebih jelasnya, potensi bahan galian yang ada di Kabupaten Manokwari dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

No Potensi Lokasi Profil Investasi


1 Batubara Bintuni, Daerah - Industri Pembangkint Tenah Listrik
Tembuni,Horna - Industri Briket Batu Bara
- Komiditi Eksport
2 Minyak Bumi dan Gas Alam Teluk Bintuni - Industri Kilang Minyak untuk memperoleh
- Minyak Bumi : 12 TCF semua jenis BBM
- Gas Alam : 20 TCF
3 Emas Amberbaken - Industri Perhiasan
- Pertambangan Rakyat
4 Timah Amberbaken - Budidaya dan Eksport
5 Seng dan Tembaga Manokwari, Amban, Ransiki, - Budidaya dan Eksport
Warmare, Oransbari, - Industi Pengolahan Udang
Bintuni, Anggi, Merdey,
Wasior, dan Babo.
6 Granit - Ransiki 96,83 Milyar Ton - Industri bahan bangunan
- Kebar 136,35 Milyar Ton - Komoditas ekspor
- Amberbaken > 1 Milyar
Ton
7 Pasir Kuarsa Kebar 137,5 Juta Ton - Industri bahan bangunan
- Keramik
8 Diorit Warmare 26,95 Milyar Ton

9 Mika Wasior : - Industri Isolator


- Genis Mukovit 17,31 Jt - Komoditas ekspor
Metrik Ton
- Genis Kuarsa 61,21 Jt
Metrik

DAERAH HORNA
Sungai Tohu.
Tersingkap di sungai Tohu, sebagai batuan pengapitnya terdiri dari batulempung berwarna abu-abu
muda yang mengandung fragemen tumbuhan, kemiringan lapisan sekitar 10 ke arah tenggara, tebal
batubara bagian bawah 33 cm, sedangkan bagian atasnya sekitar 5 cm, antara kedua lapisan
batubara tersebut terdapat sisipan lempung tebalnya sekitar 4 cm. Batubara berwarna coklat
kehitaman, kusam dan keras, termasuk dalam batubara kusam.
Tersingkap di pinggir sungai Tohu, kemiringan lapisan 10, ke arah tenggara. Tebal keselruhan lapisan
batubara yang tersingkap sekitar 56 cm, tetapi didalamnya terdapat sisipan dua lapisan lempung,
tebalnya sekitar 8 cm dan 18 cm, Secara megaskopis batubara berwarna coklat kehitaman, kusam,
pecahan konkoidal. Batuan pengapitnya batulempung berwarna abu-abu.
Tersingkap dipinggir sungai Tohu yang membentuk lipatan seret, kemiringan lapisan 50 �60 ke arah
barat daya. Tebal lapisan sekitar 82 cm, secara keseluruhan dari bawah ke atas terdiri dari batubara
kusam 25 cm, lempung karbonan 14 cm dan batubara kusam 15 cm. Batuan Pengapitnya adalah
lempung abu-abu

Bukit Hitu
Tersingkap di bukit Hitu sekitar 400 meter sebelah timur S. Tohu. Panjang singkapan 100 meter, lebar
50 m, jurus dan kemiringan lapisan N 100 o E/15o . Tebal lapisan batubara 39 cm, secara berurutan
dari bawah ke atas terdiri dari perselingan batubara kusam dan mengkilat setebal 26 cm, lempung 5
cm, dan batubara kusam 8 cm. Bagian bawah berupa singkapan batulempung abu-abu muda,
sedangkan di atasnya tidak ada lapisan yang menutupinya.
Merupakan sisipan batubara kusam tebalnya 15 dan 5 cm, terdapat dalam batulempung berselingan
dengan batupasir berwarna abu-abu keputihan, tersingkap di pinggir kali Temok dengan jurus dan
kemiringan lapisan N 105o E/20 o
Tersingkap di sungai Temok Cabang Kanan, kedudukan batubara N 140 o E/23o . Tebal lapisan 76
cm, secara berurutan dari bawah ke atas terdiri dari perselingan batubara mengkilat dan kusam 56
cm, lempung karbonan 15 cm dan batubara mengkilat 5 cm. Sebagai batuan pengapitnya adalah
batulempung masif berwarna abu-abu, tebal lempung bagian bawah tidak diketahui karena sebagian
tertutup air, sedangkan tebal bagian atas 1,2 meter.
Tersingkap di pinggir S. Titeng dengan kedudukan lapisan batubara N 125 oE/15o. Tebal lapisan
batubara 70 cm, umumnya terdiri dari batubara mengkilat, sebagian batuan pengapitnya batulempung
berwarna abu-abu tua dengan sisipan batupasir. Pada lokasi ini juga ditemukan batubara setebal 50
cm.
Tersingkap dipinggir Sungai Titeng, yaitu pada pertembuan antara 2 sungai. Kedudukan lapisan N
125oE/25o. Jenis lapisan batubara yangtersingkap dari bawah keatas adalah batubara mengkilat 70
cm, lempung karbonan 10 cm, lempung 20 cm, dan batubara yang bercampur dengan lempung dan
mengandung sedikit resin setebal 20 cm. Di bagian bawah singkapan terdapat lapisan lempung
karbonan, sedangkan bagian atas tertutupi lapisan batupasir halus
Tersingkap di S. Roga I (anak sungai Tistohu) tetapi arah jurus kemiringan lapisannya tidak jelas.
Batuannya terdiri dari batubata mengkilat, yang diapit oleh batulempung. (lokasi 80)
Tersingkap di S. Roga I (anak sungai Tistohu), kedudukan lapisan batubara N 65oE/75o, Urutan
singkapan dari bawah ke atas terdiri dari batubara mengkilat 22 cm, batulempung 60 cm, batubara
kusam 15 cm, batulempung karbonan 5 cm, batulempung abu-abu kecoklatan yang bercampunr
dengan tanah (2,7 m), batubara mengkilat 50 cm, lempung barbonan 20 cm, perselingan batubara
mengkilat dan kusam sekitar 1,60 m. Namun tebal ini belum pasti karena sebagian lapisannya tertutup
tanah dan lempung karboan.
Berdasarkan singkapan-singkapan yang ditemukan di lapangan, maka sungai Tistohu di dekat
Kampung Horna merupakan daerah batubara yang berpotensi. Dari hasil rekontruki penampang di
lokasi s-36 diperkirakan bahwa endapan batubara di dekat Horna terdiri dari dari 4 lapisan, dengan
jumlah ketebalan 4,5, sebaran ke arah timur dikorelasikan sampai sungai Titeng yang jaraknya 3 km,
sedangkan jarak sebaran le arah barat di batasi sejauh 1 km, jadi panjang daerah potensi adalah
sekitar 4 Km2. Mengingat sudut kemiringan lapisan cukup besar 250 � 75o , maka lebar daerah yang
dianggap berpotensi dianggap sejauh 200 dari singkapan. Dengan asumsi berat jenis batubara
sekitar 1,3 gram/cm3, maka cadangan batubara di sekitar kampung Horna sekitar 4.5 juta ton.
Perhitungan cadangan tersebut bersifat hipotetis. Kualitas batubara ini telah dianalisis dengan
menggunakan metode Air Dies Basis (ADB). Dari 10 contoh yang analisis didapat angka kisan nilai
kalori 5820 m- 7935 kal/gr, kadar belerang 0,21 � 1,78 %, kadar abu 2,1-1,5%, Karbon tertambat 44,3
� 51,8 %, zat terbang 40,3 � 49,43%, kelembaban 3- 16%. HGI 40 �55. Dari 10 contoh yang analisis
didapat angka angkar rata-rata nilai kalori 7003 kal/gr., kadar belerang 0,94 %, kadar abu 3,4 %,
Karbon tertambat 48,1 %, zat terbang 44,90%, kelembaban 6,.8%.
DAERAH IGOMO
Singkapan batubara pada umumnya terletak di bagian bawah formasi Steenkool dengan ketebalan
mulai 5 cm � 190 cm, pada umumnya merupakan batubara mengkilat berlapis.
S. Titoko.
Batubara yang tersingkap di S. Titoko mempunyai jurus dan kimiringan N 120 o E/30o, tebal lapisan
160 cm, hitam mengkilat, masif, pecahan semi konkoidal, litotype batubaranya adalah batubara
mengkilat, diapit oleh batulempung karbonan, berwarna hitam, dan batupasir lempungan berwarna
abu-abu. Koordinat singkapan ini adalah 133o33�30,75� BT dan 01o37�15,28� LS. Pada lokasi
133o33�55.21� BT dan 01o37�26,25� LS juga ditemukan lapisan setebal 60 cm, dengan kedudukan
N 135o E/35o berwarna hitam mengkilat dengan kilat lemak, diapit oleh batulempung.
Anak sungai Titoku
Tersingkap pada koordinat 133o33�52.05� BT dan 01o37�09.51� LS, arah dan jurus kemiringan N
125o E/7o, tebal lapisan batubara 165 cm , berwarna hitam mengkilat, kompak pecahan semi
konkoidal,, litotipe batubara mengkilat, diapit oleh batulempung di bagian bawah dan batupasir di
bagian atas. Berjarak 75 dari lokasi tersebut ditemukan singkapan batubara dengan urutan, batubara
ketebalan 50 cm pada bagian bawah, batulempung setebal 7 cm, dan batubara setebal 10 cm.
Batubara berwarna hitam mengkilat, kompak, pecahan semi konkoidal, litotipe adalah batubara
mengkilat, di apit oleh lapisan lempung pasiran pada bagian bawah, dan lempung abu-abu terang
pada bagian atas. Di sekitar lokasi tersebut juga ditemukan singkapan batubara setebal 80 cm,
dengan urutan sebagai berikut 50 cm pada lapisan pertama, 15 cm pada lapisan kedua, 5 cm pada
lapisan ketiga dan 10 cm pada lapisan keempat.
Berjarak 500 meter dari lokasi di atas, ditemukan singkapan batubara setebal 106 cm, dengan
kedudukan N 120o E/22o yenga tersusun oleh empat lapisan, yaitu
- lapisan pertama berupa batubara mengkilat dengan ketebalan 30 cm, terletak pada lapisan
lempung setebal 200 cm.
- Lapisan kedua berupa batubara mengkilatsetebal 60 cm yang terletak pada lapisan
batulempung setebal 400 cm
- Lapisan ketiga ketebalan batubaranya sekitar 6 cm yangterlatak pada lapisan lempung setebal
- Lapisan keempat adalah batubara setebal 10 cm dengan diapit oleh batuibara setebal 20 cm.
Berjarak 50 cm dari singkapan tersebut ditemukan singkapan 8 lapisan batubara dengan tebal 220
cm, kedudukan perlapisan N 120o E/25o., dengan ciri warna hitam mengkilat, berlapis, pecahan semi
konkoidal, litotipe adalah batubara mengkilat.
Di lokasi tersebut juga ditemukan singkapan batubara setebal 160 cm dengan kedudukan N
120o E/34o yang ditindis oleh batulempung setebal 25 cm.
Sungai Cicwa
Tersingkap pada koordinat 133o32�58.98� BT dan 01o36�38.05� LS, dengan tebal batubara 100
cm, batubara berwarna hitam mengkilat, pecahan semi konkoidal
Berdasarkan hasil perhitungan dengan memakai rumus yang biasanya dipakai untuk menghitung
batubara, maka cadangan hipotetik di derah Igomo adalah sekitar 20 juta ton. Kualitas batubara ini
telah dianalisis dengan menggunakan metode Air Dies Basis (ADB). Dari 10 contoh yang analisis
didapat angka kisan nilai kalori 5820 m- 7935 kal/gr, kadar belerang 0,21 � 1,78 %, kadar abu 2,1-
1,5%, Karbon tertambat 44,3 � 51,8 %, zat terbang 40,3 � 49,43%, kelembaban 3- 16%. HGI 40 �55.
Dari 10 contoh yang analisis didapat angka angkar rata-rata nilai kalori 7003 kal/gr., kadar belerang
0,94 %, kadar abu 3,4 %, Karbon tertambat 48,1 %, zat terbang 44,90%, kelembaban 6,.8%.
SALAWATI SORONG
Lokasi dan Kesampaian Daerah
Daerah prospek terletak di daerah Salawati dan sekitarnya, Distrik Salawati dengan posisi Koordinat
131o01�40� � 131o10�36� BT dan 1o00 � 1o06� LS. Daerah tersebut dapat dicapai pesawat
terbang dari Jayapura ke lapangan terbang di Jeffman, kemudian dengan kapal motor dilanjutkan ke
kota Sorong, dari Sorong dilanjutkan lagi Ke Pulau Salawati dengan Kapal motor dengan waktu
tempuh sekitar 2 jam. Untuk mencapai pulau-pulau di sekitar daerah penyelidikan digunakan pula
kapal motor yang dapt disewa di Pelabuhan yang ada di desa Kelobo.
Geologi
Daerah prospek sebagian besar berupa dataran dengan sudut lereng kurang dari satu derajad,
perbukitan bergelombang menempati sebagaian kecil di bagian barat dan timur daerah prospek.
Daerah prospek umumnya merupakan rawa sagu dan rawa bakau. Pola pengaliran sungai
menunjukkan pola dendretik dan gradien sungai kecil serta arus kecepatan lambat.
Satuan batuan yang tersingkap di daerah penyelidikan meliputi satuan batuan dari Formasi Klasaman
yang terdiri dari batupasir gampingan, abu-abu, perlapisan kurang baik, bagian atasnya ditandai
dengan batupasir berbutir kasar, banyak mengandung gloukonit, hijau gelap seperti yang tersingkap di
bagian barat Warir Tengah dan Kelopo We. Kemudian diatasnya lagi dijumpai batunapal, plastis, abu-
abu, pasiran dan perselingan batupasir gampingan yang keras dan lunak. Batupasir yang keras
mempunyai ketebalan perlapisan kurang dari 39 cm, sedang batupasir yang lunak mempunyai
perlapisan yang tipis.
Di atas Formasi Klasaman secara tidak selaras diendapkan satuan Konglomerat sele yang terdiri dari
konglomerat Sele yang terdiri dari konglomerat aneka bahan dengan ciri-ciri fragmen terdiri dari
kuarsa, lapukan granit, batupasir, dan batunapal. Bagian Bawah satuan ini berupa perulangan batuan
konglomerat berfragmen sangat kasar bergradasi hingga batulempung pasiran yang mengandung
sisa-sisa tanaman. Satuan ini ditandai dengan lapisan batubara muda dengan ketebalan yang tidak
konstan berkisar antara beberapa sentimenter hingga 10 meter. Bagian atas dari satuan ini berupa
konglomerat pasiran, perlapisan kurang baik. Satuan konglomerat Sele ini tersingkap di Pantai bagian
barat P. Warir, bagian tengah P. Kabra dan P. Batimee, serta P. Salawati bagian Selatan. Sedangkan
lapisan batubara muda dapat dijumpai di S. Waiboe, di Desa Kelobo, di P. Warir bagian selatan dan
bagian timur.
Satuan Paling muda di daerah penyelidikan berupa endapan asluvial pantai dan sungai yang terdiri
dari kerikil, pasir, lumpur dan sisa-sisa tumbuhan dari rawa bakau dan rawa sagu.
Struktur geologi yang dijumpai di daerah prospek berupa lipatan yang cenderung berarah timur-barat
dan sesar yang juga cenderung berarah timur-barat. Gejala sesar ini dapat di amati dari kelurusan
gawir di sepanjang jalan dari daerah SP I sanpai SP II di Pulau Salawati.
Potensi Sumber daya Batubara
Paling tidak ada 8 lokasi singkapan batubara dijumpai di daerah prospek, yaitu :
a. Di tepi Pantai Desa Kelobo (S3)
Singkapan batubara di lokasi ini mempunyai kedudukan N 284oE/75o, tebal lapisan 1,65 m, panjang
singkapan mencapai 30 meter, batubara ini berwarna hitam kecoklatan dan agak lunak, serta
mengandung sedikit pirit.
b. Di tepi S. Waiboe
Batubara di daerah ini berwarna hitam kecoklatan, agak lunak, mengandung pirit (<1%), struktur sisa
tumbuhan kadang masing masih tampak. Kedudukan lapisan batubara N 330 oE/9o, dimensi
singkapan sekitar 30 x 10 meter, ketebalan sulit ditentukan karena terbatasnya singkapan dan
diperlukan pemboran eksplorasi.
Hasil analisa yng dilakukan di Laboratorium Kimia Mineral Direktorat Sumberdaya Mineral di Bandung
menunjukkan bahwa batubara di daerah ini mempunyai kadar air 12,2%, kadar abu 2,9%, Nilai Kalori
5600 Kal/gram, kandungan belerang 0,33%. Dalam klasifikasi ASTM termasuk jenis �brown coal�.
c. Di dekat S. Waiboe
Batubara di lokasi ini hitam kecoklatan, agak lunak, ketebalan 10 meter, kedudukan lapisan batubara
N 270oE/70o panjang tersingkap 50 meter. Hasil analisa yng dilakukan di Laboratorium Kimia Mineral
Direktorat Sumberdaya Mineral di Bandung menunjukkan bahwa batubara di daerah ini mempunyai
kadar air 13,1%, kadar abu 5,4%, Nilai Kalori 5315 Kal/gram, kandungan belerang 0,42%. Dalam
klasifikasi ASTM termasuk jenis �brown coal�.
d. Di Warir
Batubara di daerah ini berwarna hitam kecoklatan, keruh, agak lunak, perlapisan kurang baik,
kedudukan lapisan N 275oE/15o. Dimensi singkapan 8 x 13,30 meter dan ketebalan 67,2 meter.
Batubara ini tersingkap pada daerah perbukitan dengan sudut lereng 25o.
e. Di S. Wailen
Singkapan di lokasi ini mempunyai kedudukan lapisan N 228 oE/30o, berwarna hitam kecoklatan, agak
lunak, dimensi singkapan 2 x 4 meter, ketebalan 25 cm. Lapisan diatasnya berupa batulanau
gampingan, abu-abu, agak lapuk. Sedan lapisan bawahnya berupa lempung abu-abu, gampingan,
lunak.
f. Di dekat dermaga Desa Kelobo
Batubara di lokasi ini berwarna hitam kecoklatan, agak lunak, kedudukan perlapisan N 260oE/25o.
Dimensi singkapan 21 x 2,9 m, tebal 2,3 meter.
g. Di Lokasi S14
Batubara di lokasi ini berwarna coklat kehitaman, agak lunak, kusam, kedudukan lapisan N
250oE/70o, tebal 16,8 meter. Kondisi di sekitar singkapan berupa perbukitan bergelombang rendah.
h. Di P. Reef (S9)
Batubara di lokasi ini berwarna hitam kecoklatan, agak lunak, kusam, kedudukan lapisan N
210oE/30o. Dimensi singkapan 19,9 x 29,8 m, ketebalan belum dapat ditentukan karena perlu
pemboran eksplorasi. Pada saat air pasang pulau ini akan tenggelam.
Untuk menghitung besarnya sumberdaya batubara di daerah prospek digunakan batasan-batasan
sebagai berikut :
a. Penghitungan cadangan hipotetik didasarkan pada rekontruksi posisi batubara dari singkapan-
singkapan tersebut di atas.
b. Penghitungan dilakukan pada daerah yang ditutupi oleh lapisan tanah pada jarak miring tidak
lebih dari 300 meter.
c. Batas pelamparan searah jurus dari singkapan batubara merupakan panjang maksimum dari
singkapan yang dihitung (p = panjang).
d. Jumlah sumberdaya yang dihitung dihasilkan dari pengkalian p x 1 x tebal x berat jenis batubara
(diambil harga 1,3)
e. Ketebalan batubara diambil dari ketebalan yang dianggap mewakili yaitu sekitar 5 meter di
bagian utara dan sekitar 10 meter di bagian selatan

Dari batasan-batasan tersebut di atas diperoleh cadangan sumberdaya hipotetik sebesar :


Di bagian Utara = 5600 m x 300 m x 5 x 1,3 ton/m3.
= 10.920.000 ton
Di bagian Selatan = 6000 m x 300 m x 10 m x 1,3 ton/m3.
= 23.400.000 ton

Batubara di daerah penelidikan secara umum mempunyai ciri-ciri berwarna hitam kecoklatan, kusam,
rapuh, dapat mengotori tangan, sering diisi mineral lain seperti mineral lempung, sulfida yang berupa
pirit, dan kadang masih terlihat tekstur kayu, maka menurut Dieesel (1984) jenis ini masih termasuk
Fusain. Hasil analisis laboratorium menunjukkan nilai kalor rata-rata 5457,5 kal/gram, kadar air rata-
rata 12,65%, kadar abu rata-rata 4,15 %, dan kadar belerang 0,37 %.
Dengan mempertimbangkan beberapa faktor, utamanya menyangkut kualitas batubara yang berupa
�brown coal�, kedudukan perlapisan yang hampir tegak terutama di baghian tengah, serta kondidi
alam yang berupa rawa-rawa dan morfologi berupa dataran dengan ketinggian kurang dari 50 meter
dari permukaan laut, maka batubara di daerah ini dapat dikembangkan sebagai energi alternatif di
kota sorong dalam bentuk suatu PLTGU mini yang mampu mensuplai kebutuhan tenaga listrik di kota
tersebut
INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON LOGAM
DI KABUPATEN SORONG DAN MANOKWARI
PROPINSI PAPUA

Oleh:
Soedirman Abdullah, Ahmad Kusnardi, A. Sanusi Halim,
Djadja Turdjaja, Sarino, Djoni Turkana
SUBDIT. MINERAL NON LOGAM

SARI

Inventarisasi dan Evaluasi Bahan Galian Mineral di daerah Kabupaten Sorong dan Kabupaten
Manokwari Provinsi Papua dilaksanakan melalui kegiatan Proyek Inventarisasi dan Evaluasi Bahan
Galian Mineral Indonesia, Sub Tolok Ukur Mineral Industri Tahun Anggaran 2002, di Kabupaten
Sorong meliputi daerah Kecamatan Makbon, Kecamatan Teminabuan dan Kecamatan Ayamaru
sedangkan di Kabupaten Manokwari, pelaksanaan proyek tersebut meliputi daerah Kecamatan
Manokwari, Kecamatan Warmare dan Kecamatan Ransiki.
Di daerah penyelidikan ditemukan beberapa jenis bahan galian yang dapat menunjang
kehidupan masyarakat setempat dalam waktu sekarang (industri bahan bangunan),waktu menengah
(industri kapur dan fospat) dan waktu yang akan datang (industri semen).
Bahan bangunan memberi kontribusi yang signifikan dalam pembangunan wilayah di daerah
penyelidikan dan telah menjadi sumber penghasilan sebagian masyarakat setempat, sedangkan
bahan galian untuk industri kapur, fospat dan industri semen belum dimanfaatkan karena berbagai hal
antara lain terbatasnya infrastruktur dan informasi sehingga arus masuk barang, jasa, teknologi dan
minat investor untuk melakukan investasi terhambat.
Disarankan kepada Pemerintah Daerah setempat selain membangun infrastruktur juga
membuat Sistim Informasi Mineral Daerah yang dapat diakses dari luar daerah untuk memudahkan
para investor melakukan investasi di bidang usaha pertambangan.

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam rangka pelaksanaan salah satu kegiatan Inventarisasi dan Evaluasi, Sub Tolok Ukur
Mineral Non Logam, Proyek Inventarisasi dan Evaluasi Bahan Galian Mineral Indonesia, Tahun
Anggaran 2002, maka dilakukan Inventarisasi dan Evaluasi Bahan Galian Mineral di daerah
Kabupaten Sorong dan Manokwari, Provinsi Papua.
Kegiatan ini juga merupakan permintaan Pemerintah Daerah Kabupaten Sorong No. 050/ 640,
tanggal 7 September 2001 yang ditujukan kepada Direktur Inventarisasi Sumber Daya Mineral untuk
melakukan inventarisasi dan evaluasi bahan galian non logam di Kabupaten Sorong.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud kegiatan Inventarisasi dan Evaluasi Bahan Galian Mineral, di daerah Kabupaten
Sorong dan Manokwari, Provinsi Papua, adalah mendapatkan data aktual guna mengetahui lebih jauh
lagi mengenai kemungkinan keterdapatan serta penyebaran komoditi bahan galian non logam yang
mempunyai prospek cukup baik untuk dapat segera dikembangkan.
Tujuan kegiatan ini antara lain untuk mengumpulkan data baik primer (uji-petik di lapangan)
dan data sekunder mengenai komoditi bahan galian non logam yang terdapat di daerah Kabupaten
Sorong dan Manokwari, Provinsi Papua.
1.3. Lokasi Daerah Penyelidikan
Secara administratif, lokasi daerah penyeli-dikan termasuk dalam wilayah Kabupaten Sorong
pada koordinat 00 00’ 01” – 30 11’ 38” LS dan 1290 46’ 22” – 1320 57’ 00” BTdan
Manokwari pada koordinat 00 30’ 00” – 30 44’ 47” LS dan 1320 37’ 51” – 1350 00’ 01”
BT, Provinsi Papua. Lokasi uji petik di Kabupaten Sorong meliputi daerah Kecamatan Teminabuan,
Kecamatan Aitinyu, Kecamatan Ayamaru dan Kecamatan Makbon, untuk Kota Sorong meliputi
Kecamatan Tanjung, sedangkan untuk Kabupaten Manokwari meliputi Kecamatan Manokwari,
Kecamatan Warmare, Kecamatan Oransbari dan Kecamatan Ransiki.

2. GEOLOGI

Geologi umum daerah penyelidikan dalam laporan akhir secara prinsip mengacu kepada Peta
Geologi Irian Jaya, Indonesia (Dow D.B, dkk, skala 1:1.000.000, P3G, 1986).
Peta geologi tersebut kemudian diseder-hanakan oleh penulis sesuai dengan kebutuhan
pembuatan laporan
2.1 Stratigrafi
- Batuan malihan tak terpisahkan berumur Paleozoikum (Pz)
Merupakan batuan tertua di daerah penyelidikan, terdiri dari batulempung, batupasir arkosa dan
batugamping lapukan. Termasuk dalam kelompok ini adalah batuan sedimen klastika laut termalihkan
rendah, termalihkan menengah dan termalihkan tinggi. Beberapa batugamping dan marmer yang
terhablur ulang, berlapis terlipat. Sebaran batuan malihan ini menempati bagian tengah, bagian timur
dan bagian tenggara daerah penyelidikan, membentuk morfologi pegunungan.
- Batuan Plutonik berumur Paleozoikum-Mesozoikum (PTR)
Menerobos batuan malihan tak terpisahkan berumur Paleozoikum (Pz). Batuan ini terdiri dari
granit urat dan retas pegmatite mengandung turmalin, granodiorit, monzonit kuarsa dan granit porfir
merah jambu. Sebaran batuan plutonik ini mengikuti arah dan Sistim Sesar Sorong dan Sistim Sesar
Ransiki, terdapat di Kota Sorong, sebelah barat Manokwari dan daerah Ransiki, membentuk morfologi
pegunungan.
- Batuan sedimen klastika laut berumur Paleozoikum (CP)
Secara tidak selaras menutupi batuan malihan tak terpisahkan berumur Paleozoikum (Pz).
Batuan ini berbutir halus sampai menengah, beberapa konglomerat dan batubara, gampingan,
membentuk morfologi pegunungan. Yang termasuk dalam kelompok batuan ini adalah lapisan merah
bukan endapan laut kebanyakan berbutir halus pada puncaknya gunungapi. Sebaran batuan ini di
bagian tengah daerah Kepala Burung. Batuan ini membentuk morfologi pegunungan.
- Batuan terobosan ultramafik berumur Jura Bawah (M)
Terdiri dari serpentin, peridotit, piroksenit dan gabro menempati bagian utara Pulau Waigeo
(merupakan batuan tertua di pulau tersebut) dengan morfologi perbukitan sampai pegunungan.
- Batuan sedimen klastika laut berumur Mesozoikum (Kj)
Secara tidak selaras menutupi batuan sedimen klastika laut Palezoikum (CP). Batuan ini bersifat
gampingan, dengan sebaran batuan dibagian utara tengah Kabupaten Sorong (Sausapor), bagian
tengah Kepala Burung (sebelah barat Ransiki) dileher Kepala Burung (sebelah barat Wassior)
membentuk morfologi perbukitan terjal sampai pegunungan.
- Batuan sedimen klastika laut berumur Tersier (Tm)
Bersifat gampingan yang secara tidak selaras menutupi batuan klastika laut berumur
Mesozoikum (Kj).Kelompok batuan ini adalah batuan sedimen klastika laut umumnya berbutir halus
dan gunungapi, batupasir kuarsa, setempat konglomerat, dengan serpih pasiran dan batulanau.
Sebarannya menempati bagian tengah Pulau Misool, bagian baratdaya Pulau Waigeo, bagian utara
Pulau Batanta, bagian tengah daerah Kepala Burung (sekitar Ayamaru) dan bagian leher Kepala
Burung (Teluk Wandamen), membentuk morfologi perbukitan landai sampai terjal, dengan topografi
karst.
- Batuan beku berumur Eosen Bawah sampai Miosen Bawah (TelTml)
Berupa lava basalan hingga andesitan, umumnya terubah, aglomerat, breksi lava, tufa lava
bantal, stok dan retas diorit, andesit dan porfir basalkan gabro. Sebaran batuan ini terdapat dibagian
tengah dan timur Pulau Waigeo, sebagian besar Pulau Batanta, bagian baratlaut Pulau Salawati,
bagian utara Kepala Burung (Warmare) dan bagian timur Kepala Burung (sebelah utara Ransiki),
membentuk morfologi perbukitan sampai pegunungan.
- Batuan beku berumur Miosen Tengah (Tmm)
Berupa batuan gunungapi andesit, sedikit dasit dan tufa basal, aglomerat, lava dan tufa padu,
sedimen klastika gunungapi tufaan, retas dan stok diorit, andesit, porfir dasit dan dolesit beberapa
sisipan batugamping. Sebaran batuan ini dibagian utara (daerah Saukorem) dan sebelah tenggara
Manokwari (Pegunungan Arfak), membentuk morfologi pegunungan.
- Bancuh berumur Miosen Atas (Tux)
Serpihan tektonik dengan sedimen klastika laut fasies laut dalam, serpih karbonan, kalkarenit,
batupasir, sedikit batupasir koral-gampingan dan napal. Sebaran satuan batuan ini mengikuti Sistim
Sesar Sorong (dimulai dari bagian timur laut Pulau Salawati, menerus ke Kota Sorong dan sebelah
timur kota Sorong), membentuk morfologi perbukitan.
- Batuan sedimen klastika laut dan darat berumur Miosen Atas sampai Plistosen (TmuQp),
Umumnya berbutir halus dan batubara. Sebaran batuan ini menempati bagian tenggara barat
Kepala Burung (Klomosin), sekitar Teminabuan, Bintuni dan Babo, membentuk morfologi perbukitan
landai sampai dataran, secara tidak selaras menutupi kelompok batuan sedimen klastika laut berumur
Tersier (Tm).
- Batugamping terumbu, batulanau, batupasir dan lignit, berumur Kuarter (Qm),
Menempati bagian utara Pulau Misool dan bagian timur Manokwari, membentuk morfologi
perbukitan.
- Endapan permukaan berupa endapan sungai, endapan danau dan endapan pantai, berumur
Kuarter (Q),
Merupakan batuan termuda di daerah Kepala Burung, secara tidak selaras menutupi batuan
yang lebih tua, membentuk morfologi dataran. Sebaran endapan permukaan ini menempati bagian
selatan Pulau Salawati dan bagian selatan daerah Kepala Burung dan sebelah barat Manokwari,
membentuk morfologi dataran.

3. HASIL PENYELIDIKAN

3.1 Endapan Bahan Galian


3.1.1 Endapan Bahan Galian di Kota Sorong
Bahan galian di Kota Sorong sebenarnya tidak termasuk dalam program penyelidikan, namun
karena infrastuktur di wilayah administratif lebih baik dan juga secara geologi sangat menarik untuk
diketahui, maka beberapa bahan galian yang ada di Kota Sorong diselidiki (lihat Peta Geologi dan
Lokasi Bahan Galian).
3.1.1.1 Bahan Galian Batugamping Kota Sorong
Batugamping Kota Sorong terdapat di Kampung Asoka, umumnya berupa bongkah-bongkah
berukuran 25 - 100 m2 dan tersebar secara tidak beraturan dalam bancuh tak terpisahkan, sehingga
besarnya sumber daya pada penyelidikan kali ini tidak dapat dihitung.
3.1.1.2 Bahan Galian Batuan Mafik Kota Sorong
Batuan dalam sistim Sesar Sorong yang diamati berupa batuan mafik terdiri dari batuan basal
dan gabro, terletak di Kampung Asoka Kecamatan Tanjung Kota Sorong (notasi Gb 1 pada Peta
Geologi dan Lokasi Bahan Galian). Sebaran batuan mafik terdapat di Kota Sorong, Kampung Asoka,
termasuk dalam Sistim Sesar Sorong yang merupakan bancuh tak terpisahkan. Sebaran batuan mafik
yang teramati pada uji petik kali ini 100 hektar, ketinggian puncak bukit rata-rata 50 meter, sehingga
besarnya sumber daya hipotetik 25.000.000 m3.

3.1.1.3 Bahan Galian Serpentinit Kota Sorong


Batuan serpentinit di Kampung Mare Kota Sorong (notasi Sp 1 data primer pada Peta Geologi
dan Lokasi Bahan Galian).
Berdasarkan hasil analisa petrografi dengan kode conto S17 bahan galian ini menunjukkan
tekstur skistose terdiri dari flacky antigorit berupa agregat dari fibrollamelar dan mineral opak
berwarna hitam yang sebagian tampak telah teroksidasi menjadi limonit.
Sebaran batuan serpentinit merupakan bukit-bukit kecil yang tersebar dalam kelompok batuan
serpentinit dalam Sistim Sesar Sorong. Sebaran batuan serpentinit yang diuji petik kali ini adalah yang
terdapat di Kampung Mare, Kota Sorong. Batuan ini sangat tampak jelas apabila dilihat dari pantai
barat Sorong, terletak di sekitar pemukiman penduduk. Luas sebaran diduga 5 (lima) hektar,
ketinggian rata-rata dari pemukiman penduduk 10 meter, sehingga besarnya sumber daya hipotetik
500.000 m3.
3.1.2 Endapan Bahan Galian di Kabupaten Sorong
Daerah Kabupaten Sorong yang dilakukan uji petik adalah Kecamatan Teminabuan, Kecamatan
Aitinyu, Kecamatan Ayamaru dan Kecamatan Makbon, Kabupaten Sorong (lihat Peta Geologi dan
Lokasi Bahan Galian).
3.1.2.1 Bahan Galian Lempung Kabupaten Sorong
Lempung tersingkap di tepi jalan Teminabuan – Weigo di Kampung Werwit, Kecamatan
Teminabuan, berwarna abu-abu kehitaman, ketebalan yang tersingkap 1,75 meter. Bahan galian ini
diinterpretasikan sebagai endapan litoral. Setempat-setempat lempung ini masih ditemukan sampai
Kampung Keyen (kode conto S1 dan notasi Cly 1 data primer pada Peta Geologi dan Lokasi Bahan
Galian).
Bahan galian lempung di Kabupaten Sorong sebarannya sangat luas terdapat pada Formasi
Steenkool, terdapat di sebelah selatan Teminabuan menerus sampai sebelah selatan Aitinyu. Pada
penyelidikan kali ini yang dijadikan uji petik di Kampung Keyen, Kecamatan Teminabuan dengan luas
sebaran 1.000 hektar, ketebalan yang teramati di lapangan 1,75 meter, sehingga besarnya sumber
daya hipotetik 17.500.000 m3. Bahan galian ini belum dimanfaatkan. Berdasarkan sumber daya yang
ada bahan galian ini cukup memadai untuk bahan baku semen.
3.1.2.2 Bahan Galian Batugamping Kabupaten Sorong
Batugamping di daerah uji petik ini ditemukan pada beberapa stasiun pengamatan, berdasarkan
peta geologi di daerah penyelidikan batugamping ini termasuk batugamping Formasi Sekau dan
Batugamping Kais.
Batugamping Kecamatan Teminabuan terdapat di sebelah utara jalan Teminabuan – Weigo,
antara lain di Kampung Sungguer (1,25 km dari jalan raya) dan Kampung Weigo sebelah barat
jembatan di tepi jalan raya. Batugamping ini sebagian besar lunak berwarna putih sampai putih kotor
(terkesan ada lumpur gampingan) dan sebagian kecil lainnya keras berwarna krem, (kode conto S3
dan notasi LS 1 data primer pada Peta Geologi dan Lokasi Bahan Galian).
Berdasarkan Geologi Lembar Teminabuan batugamping ini sebarannya mulai baratlaut
Teminabuan sampai Weigo, namun yang teramati dengan baik di daerah Teminabuan – Weigo, luas
sebarannya diduga 1.500 hektar dengan ketinggian puncak rata-rata 50 meter, sehingga besarnya
sumber daya hipotetik 375.000.000 m3.
Batugamping Kecamatan Aitinyu dapat ditemukan pada tebing di jalan raya Weigo – Aitinyu
Kampung Mosware Kecamatan Aitinyu. Batugamping di kedua lokasi tersebut berdasarkan Geologi
Lembar Teminabuan batugamping di daerah ini merupakan batugamping Formasi Sekau.
Batugamping ini secara genetika sekelompok dengan batugamping Weigo dan batugamping
Ayamaru. Batugamping sebelah baratdaya simpang tiga Teminabuan – Aitinyu – Ayamaru
mempunyai sifat fisik yang berbeda dengan kedua batugamping tadi. Batugamping di daerah Aitinyu
(mulai dari Kampung Yaksoro– Kampung Airsirih) umumnya berwarna krem, padu dan keras,
membentuk topografi karst. Batugamping di daerah Aitinyu berdasarkan Geologi Lembar Teminabuan
termasuk Batu- gamping Kais (notasi LS 2 data primer pada Peta Geologi dan Lokasi Bahan Galian).
Batugamping di Kecamatan Aitinyu berdasarkan Geologi Lembar Teminabuan sebarannya
sangat luas menerus sampai sebelah utara Teminabuan, berarah baratlaut – tenggara, namun yang
teramati pada penyelidikan kali ini adalah batugamping yang terdapat di sekitar Kampung Yaksoro -
Kampung Airsirih. Luas sebaran diduga 3.000 hektar dengan ketinggian puncak rata-rata 50 meter,
sehingga besarnya sumber daya hipotetik 750.000.000 m3.
Batugamping Kecamatan Ayamaru secara fisik berbeda dengan batugamping Aitinyu, lebih
mendekati batugamping Weigo namun berwarna lebih putih. Perbukitan batugamping Ayamaru relatif
lebih landai dan lebih membulat, mencerminkan kekerasannya lebih lunak bila dibandingkan dengan
batugamping Aitinyu. Batugamping yang diamati terletak sebelah barat Ayamaru, tepatnya sebelah
barat dan timur Kampung Soroan. Batugamping ini berdasarkan Peta Geologi Lembar Teminabuan
termasuk batugamping Formasi Sekau (notasi Ls 3 data primer pada Peta Geologi dan Lokasi Bahan
Galian).
Batugamping Kecamatan Makbon termasuk batugamping dalam Sistim Sesar Sorong,
merupakan daerah bancuh. Namun demikian berdasarkan pengamatan di lapangan keberadaanya
relatif menerus sepanjang 3 (tiga) km, luas sebaran yang teramati dalam penyelidikan kali ini adalah
30 hektar, ketinggian puncak rata-rata 25 meter, sehingga besarnya sumber daya hipotetik 7.500.000
m3 (notasi Ls 4 data primer pada Peta Geologi dan Lokasi Bahan galian).
3.1.2.3 Bahan Galian Fosfat Kabupaten Sorong
Fosfat di Kampung Soroan, tepatnya sebelah baratlaut Bukit Renhahat diambil dari test pit pada
kedalaman 4,15 meter ( notasi P 1 data primer pada Peta Geologi dan Lokasi Bahan Galian).
Conto yang diambil berupa batugamping dan tanah yang berwarna kuning kecoklatan. Bahan
galian ini diinterpretasikan sebagai pengayaan dari batuan asal (batugamping) yang mengandung
fosfat. Berdasarkan Geologi Lembar Teminabuan batugamping di daerah Soroan termasuk
Batugamping Kais.
Hasil analisa kimia ini menunjukkan konsentrasi fosfat terdapat pada tanah yang
diinterpretasikan merupakan hasil pengayaan melalui proses pelapukan batugamping. Bahan galian
fosfat yang terdapat di Kabupaten Sorong terdapat dalam tanah hasil pelapukan batuan gamping di
sekitar lokasi. Konsentrasi tanah pelapukan terdapat di lembah-lembah sekitar aliran sungai yang
sebarannya cukup luas. Namun demikian pada uji petik kali ini sebaran tanah pelapukan yang diamati
10 hektar, ketebalan tanah berdasarkan sumur uji di daerah tersebut 4,15 meter, sehingga sumber
daya hipotetik 415. 000 m3.
3.1.2.4 Bahan Bangunan Kabupaten Sorong
Bahan bangunan yang dimaksud adalah batuan beku yang berasal dari Formasi Dore,
sebarannya sangat luas mulai dari sebelah utara Kampung Asoka, Kecamatan Tanjung Kota Sorong
sampai Tanjung Makbon, Kecamatan Makbon. Berdasarkan hasil analisa petrografi pada conto S 18
A, salah satu batuan beku di daerah penyelidikan adalah batuan yang menunjukkan tekstur porfiritik
yang terbreksiasi terdiri dari fragmen batuan dan urat kuarsa telah mengalami ubahan cukup kuat.
Sebaran batuan beku ini cukup luas, namun secara kuantitatif belum dapat diketahui karena
infrastruktur di daerah tersebut sangat terbatas.
3.1.3 Endapan Bahan Galian di Kabupaten Manokwari
Uji petik di Kabupaten Manokwari meliputi Kecamatan Manokwari, Kecamatan Warmare,
Kecamatan Oransbari dan Kecamatan Ransiki (lihat Peta Geologi dan Lokasi Bahan Galian).
3.1.3.1 Bahan Galian Silimanit-Andalusit Kabupaten Manokwari
Untuk komoditi mineral non tradisional (kelompok mineral silimanit – andalusit), berdasarkan
data P3G terdapat pada Formasi Kemum zona malihan derajat menengah sampai tinggi dan
batugamping dari Formasi Maruni. Komoditi tersebut terdapat di Kecamatan Warmare, di S. Iboregah
yang termasuk wilayah Desa Top Waseki (notasi Sil 1 data primer pada Peta Geologi dan Lokasi
Bahan Galian), lokasi hanya dapat dicapai dengan berjalan kaki sejauh lebih kurang 5 (lima) Km
melalui beberapa sungai. Conto batuan yang diambil di lokasi ini sebanyak 13 conto (M 01 sampai
dengan M 13) yang terdiri dari batuan malihan seperti kuarsit, gneis, phylit dan batusabak. Batuan
secara umum berwarna coklat, abu-abu sampai kehitaman, lapuk sampai setengah lapuk, setempat-
setempat ada juga yang keras.
Berdasarkan analisa petrografi pada 13 conto batuan (M01, M02, M03, M04, M05, M06, M07,
M08, M09, M10, M11, M12, dan M13) diketahui bahwa tidak ada satupun batuan malihan tersebut
yang mengandung mineral andalusit ataupun mineral silimanit.
Berdasarkan analisa difraksi sinar X dengan kode conto M03, M06, M08, M10, M11, M13 dan
M20, komposisi mineral pada conto-conto tersebut kuarsa, clinochlore, albit, kalsit dan illit. Dengan
demikian dari hasil analisa difraksi sinar X diketahui bahwa tidak ada satupun batuan tersebut
mengandung mineral andalusit ataupun mineral silimanit.
Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa bahan galian (mineral) ini terkonsentrasi pada
jalur-jalur tertentu yang mengalami metamorfosa derajat tinggi dan tidak membentuk massa batuan
berukuran besar, sehingga ada kesulitan dalam menemukan kembali bahan galian ini terutama bagi
yang belum mengenal mineral ini dengan baik.
3.1.3.2 Bahan Galian Batugamping Kabupaten Manokwari
Batugamping di Kabupaten Manokwari terdapat pada Formasi Maruni dan Formasi Manokwari.
Batugamping Formasi Maruni berumur Tersier, merupakan batugamping kristalin, padu, keras dan
berongga, ditemukan di Desa Maruni dan Desa Tanahmerah Kecamatan Warmare serta Desa Watariri
Kecamatan Oransbari Kabupaten Manokwari. Batugamping Formasi Maruni di sebelah utara Danau
Kabori telah ditambang masyarakat sebagai bahan bangunan. Bahkan di Daerah Maruni batu-
gamping ini telah diusahakan menjadi kapur tohor. Sedangkan batugamping Formasi Manokwari
berumur Tersier yang senasabah dengan batugamping Kais, ditemukan di Desa Andai, Kecamatan
Manokwari, Kabupaten Manokwari.
Batugamping Desa Maruni Kecamatan Warmare (notasi Ls 6 data primer pada Peta Geologi dan
Lokasi Bahan Galian). mempunyai sumber daya batugamping 105.468.750 m3 dengan kode conto M
16 dan M 17 hasil analisa kimia mempunyai kandungan CaO rata-rata 54.81% dan MgO rata-rata
0.65% dan hasil analisa derajat putih pada conto M 16 mempunyai derajat putih 97,55. Berdasarkan
hasil-hasil analisa tersebut maka batugamping Desa Maruni secara kualitatif memenuhi syarat
sebagai bahan baku industri semen dan industri kapur. Sebagai bahan pemutih batugamping ini
sangat baik karena nilai derajat putihnya diatas nilai derajat putih standar (97,21).
Batugamping Desa Tanahmerah Kecamatan Manokwari (notasi Ls 5 data primer pada Peta
Geologi dan Lokasi Bahan Galian). mempunyai sumber daya batugamping 70.312.500 m3.
Berdasarkan hasil analisa petrografi dengan kode conto M15 batugamping Tanahmerah merupakan
batugamping bioklastik yang disusun oleh fragmen-fragmen fosil dan kalsit dalam masa dasar
mikrokristalin karbonat.
Batugamping Desa Andai Kecamatan Manokwari (notasi Ls 8 data primer pada Peta Geologi dan
Lokasi Bahan Galian) mempunyai sumber daya batugamping 90.375.000 m3.
3.1.3.3 Bahan Galian Lempung Kabupaten Manokwari
Di Kabupaten Manokwari lempung ditemukan di Desa Saowi Kecamatan Manokwari, berupa
sisipan dari batugamping Formasi Manokwari yang berumur Kuarter (notasi Cly 2 data primer pada
Peta Geologi dan Lokasi Bahan Galian). mempunyai sumber daya hipotetik 37.500.000 m3,
ditambang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Besarnya kebutuhan masyarakat
setempat tidak termonitor dengan baik.
3.1.3.4 Bahan Galian Granit Kabupaten Manokwari
Granit ditemukan di Desa Nuhuai, Kecamatan Oransbari, Kabupaten Manokwari (notasi Gr 1
data primer pada Peta Geologi dan Lokasi Bahan Galian), granit Anggi berumur Trias. Granit Anggi
diinterpretasikan sebagai batuan plutonik berumur Mesozoik, umumnya berwarna putih, padu dan
keras. Berdasarkan hasil analisa petrografi dengan kode conto M22, batuan granit ini merupakan
batuan holokristalin bertekstur hipidiomorf, berbutir halus hingga kasar, dengan bentuk butir anhedral
– subhedral, komposisi mineral utama ortoklas, plagioklas, kuarsa, muskovit dan mineral opak.
Sumber daya hipotetik batuan granit Nuhuai 200.000.000 m3.
3.1.3.5 Bahan Galian Sabastone Kabupaten Manokwari
Batuan granit yang telah mengalami pelapukan sangat kuat secara komoditi disebut sabastone
(lokasi bahan galian ini sama dengan lokasi keterdapatan batugamping dan notasi Sb 1 data primer
pada. Peta Geologi dan Lokasi Bahan Galian). Sumber daya bahan galian ini belum diketahui karena
tingkat pelapukannya tidak merata sehingga perlu data sub surface.
3.2 Prospek Pemanfaatan dan Pemgembangan Bahan Galian
3.2.1 Lempung
Bahan galian lempung sebenarnya dapat dijadikan bahan baku gerabah dan batubata (bata
merah), namun demikian karena masyarakat setempat tidak menguasai teknologinya maka apabila
dipaksakan maka biaya pembuatannya akan jauh lebih mahal daripada nilai jualnya. Selain itu pada
saat ini sudah banyak substitusinya, misalnya gerabah disubstitusi oleh barang-barang plastik,
genteng disubstitusi oleh seng, kayu dan beton dan bata merah disubstitusi oleh bata cetak. Prospek
pemanfaatan dan pengembangan bahan galian lempung baru berkembang apabila di daerah tersebut
ada pabrik semen.
Lempung Kampung Wermit Kecamatan Teminabuan Kabupaten Sorong mempunyai prospek
yang baik apabila di daerah tersebut ada pabrik semen karena berdasarkan analisa kimia mempunyai
kandungan Al2O310.40%, SiO2 27,60%, dan CaO 26,56% dan besarnya sumber daya 17.500.000
m 3.
Lempung Desa Saowi Kecamatan Manokwari Kabupaten Manokwari mempunyai prospek yang
baik apabila di daerah tersebut ada pabrik semen karena berdasakan hasil analisa kimia mempunyai
kandungan Al2O3 14,60%, SiO2 44,20 % dan CaO 10,69% dan sumber daya 37.500.000 m3.

3.2.2 Batugamping
Pemanfaatan batugamping di daerah penyelidikan saat ini oleh masyarakat setempat hanya
digunakan untuk bahan bangunan (dibuat batu belah, split dan bata cetak).
Di daerah Maruni Kecamatan Warmare Kabupaten Manokwari, batugamping ernah dijadikan industri
kapur oleh masayarakat setempat.
Berdasarkan analisa kimia batugamping di daerah penyelidikan kandungan CaO 54,06% -
55,54%, kandungan MgO 0,13% - 2,61% dan derajat putih 94,03% - 96,92% dengan sumberdaya
batugamping yang sangat memadai sehingga batugamping di daerah penyelidikan dapat dijadikan
bahan baku industri kapur dan bahan baku industri semen.
3.2.3 Fosfat
Pemanfaatan fosfat yang paling besar saat ini untuk pupuk buatan, sedangkan dibidang industri
lainnya sangat terbatas. Fosfat ini diduga merupakan hasil proses pengayaan dengan luas sebaran
yang terbatas.
Prospek pemanfaatan dan pengembangan fosfat di daerah tersebut akan meningkat apabila luas
lahan yang mempunyai kandungan fosfat itu diketahui, kemudian dicari jenis tanaman produktif dan
mempunyai nilai jual tinggi untuk ditanam di daerah tersebut, dengan demikian masyarakat akan
mendapatkan manfaat yang optimal.
3.2.4 Batuan Mafik
Pemanfaatan batuan mafik di daerah Kampung Asoka dimanfaatkan oleh perusahaan swasta
ataupun masyarakat setempat untuk dijadikan split dan abu batu. Berdasarkan informasi stone
crusher dan alat-alat berat dimiliki perusahaan, masyarakat setempat dapat
melakukan crushing batuan hasil galiannya pada stone crusher milik pengusaha di lokasi tersebut.
Prospek bahan galian ini menjadi tidak jelas, karena ada informasi bahwa lokasi penambangan
ini akan ditutup karena lokasinya tepat berada diperbukitan dalam kawasan pantai wisata.
3.2.5 Serpentinit
Bahan galian sepentinit ditambang oleh masyarakat setempat (terutama oleh ibu-ibu dan anak-
anak) dijadikan tanah timbun. Menurut informasi tanah urugan (tanah timbun) yang berasal dari
batuan serpentinit dinilai mempunyai kualitas yang paling baik dibandingkan yang berasal dari batuan
lain. Namun demikian karena lokasinya terletak di daerah pemukiman penduduk perkotaan yang
relatif padat, maka pengem-bangannya sebatas menghabiskan lahan tambang yang sudah dibuka.
Dengan demikian prospek batuan serpentinit di Kampung Mare dapat dikatakan tidak baik.
3.2.6 Granit
Batu granit di Desa Nuhuai dapat dijadikan batu belah, dimension stone ataupun batu poles.
Prasarana transportasi di daerah ini sangat terbatas, faktor keamanan dan budaya masyarakat
setempat yang belum memahami manfaat penggunaan batu poles mengakibatkan prospek batu granit
dalam waktu dekat ini kurang baik.
3.2.7 Sabastone
Pemanfaatan bahan galian ini sebagaimana mestinya (sebagai bahan baku keramik) belum
dilakukan oleh masyarakat setempat, karena teknologi pembuatan keramik belum dikuasai dengan
demikian prospek bahan galian ini untuk saat ini tidak baik. Pemanfaatan sabastone oleh masyarakat
saat ini di daerah Remu Kota Sorong adalah diambil pasir kuarsanya untuk dijadikan pasir bangunan.
Penambangan bahan galian ini menimbulkan pendangkalan Sungai Remu yang seringkali
mengakibatkan banjir. Penataan, penambangan dan pemanfaatan yang tepat bahan galian ini akan
memberikan manfaat yang lebih besar dan mempunyai prospek yang lebih baik pula.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Bahan bangunan di Kabupaten Sorong dan Kabupaten Manokwari terdiri dari batuan beku,
batugamping, pasir volkanik dan sirtu terdapat di daerah penyelidikan, ditambang masyarakat
setempat dengan menggunakan tenaga manusia ataupun semi mekanik dan dapat memberikan
manfaat bagi masyarakat setempat dalam menunjang pembangunan lokal. Bahkan bahan
bangunan berupa batuan volkanik dari Pulau Batanta mempunyai kualitas yang sangat baik dan
dapat memenuhi kebutuhan regional (untuk memenuhi kebutuhan pasar di daerah Merauke).
2. Batugamping di Kabupaten Sorong dan Kabupaten Manokwari mempunyai kualitas yang sangat
baik sebagai bahan baku industri kapur dan bahan baku industri semen. Sumber daya yang ada
sangat menunjang untuk pendirian pabrik semen. Saat ini batugamping di daerah tersebut
digunakan sebagai bahan bangunan, batu belah, split dan bata cetak.
3. Fosfat di Kampung Soroan, Kecamatan Ayamaru, Kabupaten Sorong mempunyai kandungan
P2O5 17,85% pada tanah yang berwarna kecoklatan, sedangkan pada batu-gamping segar pada
lokasi yang sama kandungan P2O5 = 0,20% - 0,33%. Secara genetika fosfat di daerah tersebut
merupakan hasil proses pengayaan.
4. Bahan galian silimanit-andalusit di daerah Warmare Kabupaten Manokwari berdasarkan hasil
analisa petrografi dan analisa X ray pada penyelidikan kali ini tidak dapat ditemukan. Namun
demikian hasil penelitian terdahulu (terutama dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi)
bahan galian ini secara kualitatif sangat signifikan.
5. Secara geografis daerah penyelidikan terletak pada jalur tektonik hasil tumbukan kerak Samudera
Pasifik dengan kerak Benua Australia, sehingga faktor kegempaan disaran-kan untuk dijadikan
salah satu kajian dalam pengambilan keputusan pengembangan daerah industri.
6. Disarankan pula Pemerintah Daerah membangun sistim informasi bahan galian mineral di
daerahnya masing-masing yang dapat diakses dari luar daerah dalam rangka pelayanan informasi
sehingga masyarakat dapat melakukan analisis sebelum pengambilan keputusan untuk berinvestasi
dibidang usaha pertambangan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Atmawinata S. dkk, Geologi Lembar Ransiki Irian Jaya , 1959


2. Amri Ch, dkk, Geologi Lembar Sorong, Irian Jaya, 1990
3. Amor Patria PT, Pemetaan Semi Makro Bahan Galian Golongan C di Pulau Batanta Kabupaten
Sorong, Prop. Irtian jaya 1999/2000
4. Dow D.B, Peta Geologi Irian Jaya, Indonesia , 1986
5. Dinas Pertambangan Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya Pemetaan Semi Mikro Bahan Galian
Golongan C di Kabupaten Manokwari, 1998
6. Gradatu PT, Analisa Kandungan Bahan Galian Golongan di Kecamatan Ayamaru, 1995/1996
7. Gradatu Engineering Consultant PT, Pemetaan Bahan Galian Golongan C di Kabupaten Daerah
Tingkat II Sorong Propinsi Irian Jaya, Proyek Pemetaan Bahan Galian Golongan C, Semi
Makro di Daerah Tingkat I Irian Jaya T.A 1993/1994
8. Junaidi, laporan Pemetaan Geologi Daerah Salawati dan sekitarnya, Kabupaten Sorong Propinsi
Irian Jaya, Kanwil Dep. Pertambangan dan Energi Irian Jaya, 2000
9. Pieters P.E, Sufni Hakim A drr, ar Ransiki, Irian Jaya skala 1:250.000, Pusat Pengembangan dan
Penelitian Geologi, 1990
10. Ratman dan Robinson G.P, Geologi Lembar Manokwari, Irian Jaya , 1981
11. Robinson G.P dan Ratman,N, dkk Geologi Lembar Manokwari, Irian Jaya skala 1:250.000, Pusat
Pengembangan dan Penelitian Geologi, 1990
12. Sukamto dan Pigram C.J, Geologi Lembar Taminabuan, Irian Jaya, 1989
13. Sukamto, dkk, Peta Geologi Indonesia , 1996
14. Supardan M drr, Penyelidikan Pendahuluan Bahan Galian Industri di Daerah Ransiki dan
sekitarnya, Kabupaten Manokwari, Direktorat Sumberdaya Mineral, 1993.

You might also like