Professional Documents
Culture Documents
com/2007/04/hak-asasi-dalam-
uud-1945-muhammad-yamin.html
(Muhammad Yamin)[1]
Pengantar
Pada 1 Juni 1945, yang juga sering disebut sebagai “hari lahirnya
Pancasila”, merujuk pada hari dimana Sukarno menyampaikan pidato
tentang usulan dasar falsafah negara, yang atas “petunjuk seorang
teman ahli bahasa” oleh Sukarno dinamakan Pancasila, yakni: (1)
kebangsaan Indonesia; (2) internasionalisme atau peri-kemanusiaan; (3)
mufakat atau demokrasi; (4) kesejahteraan sosial, dan (5) ketuhanan
Yang Maha Esa.
*****
*****
Yamin adalah seorang pendukung Demokrasi Terpimpin-nya Sukarno.
Dengan Sukarno, hubungannya boleh dikatakan sangat baik, walaupun
sempat diwarnai kerenggangan, terutama akibat kebijakan pemenjaraan
tokoh-tokoh Persatuan Perjuangan – semula dinamakan volksfront –
menyusul peristiwa 3 Juli 1946. Peristiwa 3 Juli, merupakan sebuah
peristiwa dimana pengikut Tan Malaka, menculik atau mencoba
melakukan penculikan atas menteri dan pejabat tinggi, sebagai upaya
memaksa Sukarno menyusun pemerintahan, dengan Persatuan
Perjuangan sebagai unsur pokok. Usaha ini akhirnya mengalami
kegagalan, yang berbuntut penangkapan dan pemenjaraan tokoh-tokoh
Republik yang bergabung dalam Persatuan Perjuangan, termasuk Tan
Malaka, Sukarni, Iwa Sumanteri dan Muhammad Yamin.
Di awal terbentuknya Republik, Sukarno pernah menyampaikan
protesnya Radjiman Wedyodiningrat, selaku Ketua BPUPK, - karena
sempat tidak memasukkan nama Muhammad Yamin dalam tim
pembuat UUD, yang diketuai Sukarno. Pada Sidang BPUPK 11 Juli
1945, berkatalah Sukarno:
Aktivitas, profesi dan karir Ketua Pengurus Besar Jong Soematranen Bond (1926 – 1928)
Sumber: Diolah dari Saafroedin Bahar, A.B. Kusuma dan Nannie Hudawati
(Penyunting), 1995: Lampiran.
Menurut Yamin, UUD 1945, dapat disebut juga dengan Konstitusi atau
Undang-Undang Dasar Proklamasi, karena dilahirkan oleh dan
langsung berdasarkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.[36] Dalam
UUD ini, digunakan bahasa Indonesia yang untuk pertama kalinya
disebarluaskan secara resmi melalui surat kabar harian Berita Republik
Indonesia – penerbitan resmi pemerintah RI – pada 15 Februari 1946,
dengan nama Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.[37]
Pada 5 Juli 1959, Republik kembali ke UUD 1949 hingga pada kurun
1999 – 2002, naskah konstitusi diamandemen 4 kali: amandemen ke-1
(1999), ke-2 (2000), ke-3 (2001) dan ke-4 (2002). Klausul-klausul
pokok yang diamandemen, mencakup antara lain: sistem pemilihan
kepala negara; pembentukan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan
Mahkamah Konsitusi (MK), serta pasal-pasal tentang HAM.[39]
Amandemen yang dilakukan, merupakan pelaksanaan dari MRP
berdasarkan Pasal 37 UUD 1945.
jaminan dan pengakuan setiap orang dalam hukum dan hak atas
persamaan didepan hukum[40];
hak semua orang untuk berperan serta dalam pemerintahan[41];
hak atas pekerjaan[42];
hak atas standar hidup yang layak[43];
hak untuk bebas berserikat dan berorganisasi[44];
hak untuk bebas berpendapat dan berekspresi[45];
hak untuk bebas berkeyakinan dan beragama[46];
hak atas pendidikan[47];
hak anak-anak untuk mendapatkan perawatan dan pemeliharaan[48].
*****
Setelah dipersilahkan Ketua BPUPK, Radjiman Wedyodiningrat,
Yamin menyampaikan pandangannya pada Sidang Kedua Rapat Besar
11 Juli 1945, sebagai berikut:
Banyak profesi dan jabatan yang dikecap dan disandang oleh seorang
Muhammad Yamin, pejuang kemerdekaan nasional, sastrawan, tokoh
pers, politisi, menteri. Ia adalah langka, pada saat sidang BPUPK atau
DJC, dari 68 anggota, hanya ada 4 orang yang mendapat kesempatan
berpidato selama sekitar 1 jam: Sukano, Mohammad Hatta, Supomo,
dan seorang Muhammad Yamin.
Tentang Penulis
A. Patra M. Zen
Saat ini Wakil Ketua Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia pada Yayasan
Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI). Penulis, editor dan co-editor buku,
antara lain: Inkonsistensi dan Separatisme Jakarta: Mengapa Tanah Papua Terus
Bergolak? (2005); Tak Ada Hak Asasi yang Diberi (2005); Sengketa
Konstitusional Lembaga-lembaga Negara (2005); Membangun Koalisi yang
Otoritatif Dalam Menilai Proses Pembentukkan Perundang-undangan yang
Partisipatif (2005); Refleksi dan Penyusunan Strategi Mewujudkan Partisipasi
Masyarakat dalam Penyusunan Peraturan Perundang-undangan (2005); Buku
Pintar. 60 Menit Memahami (Mengawasi) Penyusunan Peraturan Perundang-
undangan (2005); Naskah Akademik Rancangan Undang-undang tentang
Pengadaan Barang dan Jasa Publik (2004); Considering General Election in
Aceh under the Martial Law (2004); Koalisi Partisipasi (2003), dan Hukum
Perdata di Indonesia (2001). Kritik dan saran dapat melalui
patra.m.zen@gmail.com
Jaime Angelique
Saat ini Pekerja Bantuan Hukum pada Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta.
Peneliti pada Sekretariat Nasional Koalisi Kebijakan Partisipatif (KKP) dan
peneliti pada program penelitian “Pengadaan Pegawai Negeri Sipil”, Lembaga
Konsumen Jakarta (LKJ). Kritik dan saran dapat melalui
angelique_jaime@yahoo.com
Referensi
Redaksi Sinar Grafika. 2002. UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses UUD
1945 Secara Lengkap. Cetakan ke-1. Jakarta Sinar Grafika.
Toer, Pramoedya Ananta, Koesalah Soebagyo Toer dan Ediati Kamil. 1999.
Kronik Revolusi Indonesia Jilid I (1945). Jakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia.
Peraturan perundang-undangan
Yurisprudensi
Zen, A. Patra M. “Hak atas Air Pasca Ratifikasi Kovenan Hak Ekosob”, paper
pada Rapat Kerja Koalisi Rakyat untuk Hak atas Air (KruhA),
Yogyakarta 1 – 3 Februari 2006.
Kusuma, A.B. “Autentisitas Buku Prof. Mr. Yamin” dalam Suara Pembaruan. 19
Juni 1993.
[2] Ibid.
[3] Jean-Jacques Rousseau (28 Juni 1712 – 2 Juli 1778) merupakan filsuf yang
ide-idenya kemudian memberikan pengaruh dalam proses Revolusi Perancis.
Gagasan-gagasannya juga mempengaruhi pemikiran dan teori sosialis serta
pertumbuhan nasionalisme baru menentang penjajahan kolonial diwilayah-wilayah
jajahan. Karya-karya utamanya, antara lain: Discours sur l’origine et les
fondements de l'inégalité parmi les homes (1754) – Dirkursus tentang Asal Muasal
dan Latar Belakang Kesenjangan (inequality) Antara Manusia; Discourse on
Political Economy (1755) dan Du contract social (1762) – Kontrak Sosial.
Tentang Rousseau, antara lain lihat “Jean-Jacques Rousseau”. Teks di
http://en.wikipedia.org/wiki/Jean-Jacques_Rousseau
[5] Antara lain Nugroho Notosusanto. 1981. Proses Perumusan Pancasila Dasar
Negara. Jakarta: Balai Pustaka; J.H.A. Logemann. 1985. Keterangan-
keterangan Baru tentang Terjadinya UUD 1945. Jakarta: Aries Lima.
[6] Lihat terbitan Sekretariat Negara (Setneg) Republik Indonesia sampai dengan
cetakan kelima, edisi ke-2. Setneg mempublikasikan buku ini dimulai pada 1980
(cetakan pertama, edisi ke-1).
[11] Lihat A.B. Kusuma, “Autentisitas Buku Prof. Mr. Yamin” dalam Suara
Pembaruan. 19 Juni 1993.
[12] Saafroedin Bahar, A.B. Kusuma dan Nannie Hudawati (Penyunting). 1995.
Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI). Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). 28
Mei 1945 – 22 Agustus 1945. Cetakan Ke-1, Edisi ke-3. Jakarta: Sekretariat
Negara RI, h. xv.
[14] Lihat antara lain Kompas. 29 Maret 2000. “Daerah Sekilas. Pontianak”.
[15] Saafroedin Bahar, A.B. Kusuma dan Nannie Hudawati (Penyunting). Op.cit.,
h. 55.
[20] Puisi atau sajak Yamin tentang kecintaannya terhadap tanah air, memupuk
rasa kebangsaan anak-anak muda era 1920-an. Diera Yamin, muncul sajak-sajak
cinta tanah air yang romantik, dimana tanah air yang merdeka, adalah sebuah
‘impian’, Sajak-sajak romantik ini, telah menjadi media untuk mewujudkan tanah
air yang merdeka. Tentang sajak-saja Yamin, lihat antara lain Ahmadun Yosi
Herfanda. “Sastra dan Spirit Kebangkitan Bangsa”. Republika, 8 Juni 2003.
Kegemarannya pada syair dan sajak pun terbawa dalam pidato, pernyataan dan
dokumen-dokumen yang ia usulkan dalam Sidang BPUPK. Ia pernah
menyampaikan syair berjudul “Republik Indonesia” pada Sidang BPUPK 29 Mei
1945 dan memuat syair “Daerah Tumpah Darah Nusantara (Indonesia)”, yang
diambilnya dari karangan Prapanca dalam kitab Negarakertagama diera Gajah
mada (1364). Syair ini ia lampirkan sebagai bagian dari pidatonya pada Sidang
BPUPK 31 Mei 1945. Lihat Saafroedin Bahar, A.B. Kusuma dan Nannie
Hudawati (Penyunting). Op.cit., h. 29, 57 dan 58.
[24] Lihat Restu Gunawan. 2005. Muhammad Yamin dan Cita-Cita Persatuan
Indonesia, Jogjakarta: Penerbit Ombak, h. 35.
[25] Saafroedin Bahar, A.B. Kusuma dan Nannie Hudawati (Penyunting). Op.cit.,
h. 204 - 205.
[29] Panitia Sembilan, terdiri dari Sukarno, Muhammad Hatta, A.A. Maramis,
Abikusno Cokrosuyoso, Abdulkahar Muzakir, Agus Salim, Achmad Subarjo,
Wahid Hasyim dan Muhammad Yamin. mengistilahkannya sebagai Djakarta-
charter. Lihat Ibid., h. 385.
[30] Lihat Muhammad Yamin, “Keboelatan Fikiran Pada Hari Djandji Indonesia
Merdeka”, dalam Harian Asia Raya, 9 Djoeni, tahun ke IV, No.139, dikutip
dari Restu Gunawan. Op.cit., h. 35 dan 114.
[31] Lihat Saafroedin Bahar, A.B. Kusuma dan Nannie Hudawati (Penyunting).
Op,cit., mulai h. 213 sampai dengan 222.
[37] Ibid., h. 242. Harian tersebut dapat ditemukan dalam lampiran Saafroedin
Bahar, A.B. Kusuma dan Nannie Hudawati (Penyunting).
[39] Untuk mengetahui hasil dan proses amandemen UUD 1945, lihat antara lain
Redaksi Sinar Grafika. 2002. UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses UUD
1945 Secara Lengkap. Cetakan ke-1. Jakarta Sinar Grafika.
[49] Saafroedin Bahar, A.B. Kusuma dan Nannie Hudawati (Penyunting). Op.cit.,
h. 177.
[51] Rumusan Deklarasi Virginia tentang Hak Asasi Manusia (the Virginia
Declaration of Rights), dirumuskan George Mason – sempat di diperbaraui oleh
Thomas Ludwell Lee, diadopsi saat Konvensi Konstitusi Virginia pada 12 Juni
1776. Saat itu Virginia merupakan salah satu wilayah koloni dari Inggris.
Deklarasi ini kemudian banyak diadopsi wilayah-wilayah koloni lainnya. Thomas
Jefferson, menggunakan dokumen ini dalam paragraf pembukaan Deklarasi
Kemerdekaan Amerika Serikat (the Declaration of Independence). Selain itu,
dokumen ini juga menginspirasi James Madison dalam perumusan the Bill of
Rights (1789) dan juga Marquis de Lafayette saat merumuskan Deklarasi Perancis
tentang Hak-hak Asasi Manusia (1789).
[53] Saafroedin Bahar, A.B. Kusuma dan Nannie Hudawati (Penyunting). Op.cit.,
h. 179. Sebagai informasi, terdapat sejumlah kesalahan penamaan dan tahun yang
disampaikan Yamin. Declaration yang dimaksudnya yakni Deklarasi Virginia
(Philadelphia) diadopsi pada 1776, bukan pada 1774.
[54] Mengenai putusan MK tersebut, antara lain dapat dilihat A. Patra M. Zen.
“Hak atas Air Pasca Ratifikasi Kovenan Hak Ekosob”, paper pada Rapat Kerja
Koalisi Rakyat untuk Hak atas Air (KruhA), Yogyakarta 1 – 3 Februari 2006.
Putusan MK ini disampaikan pada Rapat Permusyawaratan Hakim Konstitusi 13
Juli 2005, dan disampaikan dalam Sidang Pleno MK pada 19 Juli 2005,
merupakan putusan perkara No. 058-059-060-063/PUU-II/2004 dan perkara No.
008/PUU-III/2005.
[55] Saafroedin Bahar, A.B. Kusuma dan Nannie Hudawati (Penyunting). 1995.
Op.cit., h. 179.
[63] Ibid.
[64] Mengenai obligation of conduct dan obligation of result, lihat antara lain A.
Patra M. Zen, “Penegakan Demokrasi dan Pemenuhan Hak-hak Ekosob”, paper
pada Pendidikan kritis untuk aktivis Partai Politik, Bandar Lampung 23 – 25
Februari, LBH Bandar Lampung bekerjasama dengan FES Jakarta.
[69] Saafroedin Bahar, A.B. Kusuma dan Nannie Hudawati (Penyunting). Op.cit.,
h. 205. Lihat juga Pramoedya Ananta Toer, Koesalah Soebagyo Toer dan Ediati
Kamil. 1999. Kronik Revolusi Indonesia Jilid I (1945). Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia, h. 15.
0 COMMENTS:
Post a Comment
Newer Post
Older Post
Home
ABOUT ME
A PA TR A
Patra M Zen
V IEW MY COM P LET E PROFILE