You are on page 1of 17

HORMON TUMBUHAN

Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan


beberapa golongan zat yang secara umum dikenal sebagai hormon tumbuhan
atau fitohormon. Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi
fungsi hormon pada hewan; dan, sebagaimana pada hewan, hormon juga
dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam sel. Beberapa ahli
berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu
tumbuhan (hormon endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan)
dapat diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan
penyemprotan (hormon eksogen, diberikan dari luar sistem individu). Mereka
lebih suka menggunakan istilah zat pengatur tumbuh (bahasa Inggris plant
growth regulator).

Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan


berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya
hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu,
sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi. Dari sudut pandang
evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan
pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
jenisnya.

Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu


peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis
yang memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat
pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan hasil (seperti
penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan
kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau
menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk
penyeragaman pembungaan tanaman buah musiman), untuk menyebut
beberapa contohnya.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan


A. Faktor Luar
1. Air dan Mineral berpengaruh pada pertumbuhan tajuk 2 akar. Diferensiasi
salah satu unsur hara atau lebih akan menghambat atau menyebabkan
pertumbuhan tak normal.
2. Kelembaban.
3. Suhu : di antaranya mempengaruhi kerja enzim. Suhu ideal yang diperlukan
untuk pertumbuhan yang paling baik adalah suhu optimum, yang berbeda untuk
tiap jenis tumbuhan.
4. Cahaya : mempengaruhi fotosintesis. Secara umum merupakan faktor
penghambat.
Etiolasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat di tempat yang gelap
Fotoperiodisme adalah respon tumbuhan terhadap intensitas cahaya dan
panjang penyinaran.

B. Faktor Dalam
1. Faktor hereditas.
2. Hormon.
a. Auksin adalah senyawa asam indol asetat (IAA) yang dihasilkan di ujung
meristem apikal (ujung akar dan batang). F.W. Went (1928) pertama kali
menemukan auksin pada ujung koleoptil kecambah gandum Avena sativa.

1.Kejadiandi dalam alam,

stimulasi auxin pada pertumbuhan celeoptile ataupun pucuk


suatu tanaman, merupakan suatu hal yang dapat dibuktikan. Praktek
yang mudah dalam pembuktian kebenaran diatas dapat dilakukan
dengan Bioassay method yaitu dengan the straight growth tets dan
curvature . test
Menurut Larsen (1944), Indoleacetaldehyde diidentifikasikan
sebagai bahan auxin yang aktif dalam tanaman, selanjutnya ia
mengemukakan bahwa zat kimia tersebut aktif dalam menstimulasi
pertumbuhan kemudian berubah menjadi IAA. Perubahan tersebut
menurut Gordon (1956) adalah perubahan dari Trypthopan menjadi
IAA
Tryptamine sebagai salah satu zat organik, merupakan salah satu zat
yang terbentuk dalam biosintesis IAA. Dalam hal ini perlu dikemukakan
dalam tanaman fanili Cruciferae dan merupakan zat yang dapat
dikelompokan ke dalam auxin (Jones et al, 1952). Menurut Thimann
dan Mahadevan (1958), zat tersebut atas bantuan enzym nitrilase
dapat membentuk auxin. Ahli lainnya (Cmelin dan Virtanen, 1961)
menerangkan bahwa Indoleacetonitrile yang terdapat pada tanaman,
terbentuk dari Glucobrassicin atas aktivitas enzym Myrosinase. Dan
zat organik lain (Indoleethanol) yang terbentuk dari Trypthopan dalam
biosin. Thesis IAA adalah atas bantua bakteri (Rayle dan Purves,
1976).

2. Metabolisme Auxin
Hasil penelitian terhadap metabolisme auxin menunjukan bahwa
konsentrasi auxin di dalam tanaman mempengaruhi pertumbuhan
tanaman. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi IAA ini
adalah :
a. Sintesis Auxin
b. Pemecahan Auxin
c. In-aktifnya IAA sebagai akibat proses pemecahan molekul.
Sebagaimana diketahui, IAA adalah endogeneous auxin yang
terbentuk dari Trypthopan yang merupakan suatu senyawa dengan inti
Indole dan selalu terdapat dalam jaringan tanaman di dalam proses
biosintesis. Trypthopan berubah menjadi IAA dengan membentuk
Indole pyruvic acid dan Indole-3-acetaldehyde. Tetapi IAA ini dapat
pula terbentuk dari Tryptamine yang selanjutnya menjadi Indole-3-
acetaldehyde, selanjutnya menjadi Indole-3-acetid acid (IAA).
Sedangkan mengenai perubahan Indole-3-acetonitrile menjadi IAA
dengan bantuan enzym nitrilase prosesnya masih belum diketahui.
Pemecahan IAA dapat pula terjadi di dalam alam. Hal ini sebagai
akibat adanya photo oksidasi dan enzyme. Dalam peristiwa photo
oksidasi ini, pigmen pada tanaman akan menyerap cahaya kemudian
energi ini dapat mengoksidasi IAA. Adapun pigmen yang berperan
dalam photo oksidasi ialah Ribovlavin dan B-Carotene.
Ada hubungan yang berbanding terbalik antara aktivitas oksidasi
IAA dengan kandungan IAA dalam tanaman. Dalam hal ini apabila
kandungan IAA tinggi, maka aktivitas IAA oksidasi menjadi rendah,
begitu pula sebaliknya. Di dalam daerah meristematic yang kadar
auxinnya tinggi, ternyata aktivitas IAA oksidasinya rendah. Sedangkan
di daerah perakaran yang kandungan auxinnya rendah, ternyata
aktivitas IAA oksidasinya tinggi.Proses lain yang menyebabkan
inaktifnya IAA ialah karena adanya degradasi oleh photo oksidasi atau
aktivitas suatu enzym.

3. Struktur molekul dan aktivitas auxin


Menurut Koeffli, Thimann dan went (1966), aktivitas auxsin ditentukan
oleh :
a. adanya struktur cincin yang tidak jenuh,
b. adanya rantai keasaman (acid chain)
c. pemisahan karboksil grup (-COOH) dari struktur cincin.
d. Adanya pengaturan ruangan antara struktur cincin dengan rantai
keasaman.
4. Arti auxin bagi fisiologi tanaman.
Auxin sebagai salah satu hormon tumbuh bagi tanaman
mempunyai peranan terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Dilihat dari segi fisiologi, hormon tumbuh ini berpengaruh
terhadap :
a. Pengembangan sel
b. Phototropisme
c. Geotropisme
d. Apical dominasi
e. Pertumbuhan akar (root initiation)
f. Parthenocarpy

g. Abisission
h. Pembentukan callus (callus formation) dan
i. Respirasi

b. Giberelin

adalah jenis hormon tumbuh yang mula-mula diketemukan di Jepang oleh


Kurosawa pada tahun 1926. Penelitian lanjutan dilakukan oleh Yabuta dan
Hayashi (1939). Ia dapat mengisolasi crystalline material yang dapat
menstimulasi pertumbuhan pada akar kecambah. Dalam tahun 1951, Stodola
dkk melakukan penelitian terhadap substansi ini dan menghasilkan "Gibberelline
A" dan "Gibberelline X". adapun hasil penelitian lanjutannya menghasilkan GA1,
GA2, dan GA3
.
Pada saat yang sama dilakukan pula penelitian di Laboratory of the
Imperial Chemical Industries di Inggris sehingga menghasilkan GA3 (Cross,
1954 dalam Weaver 1972). Nama Gibberellin acid untuk zat tersebut telah
disepakati oleh kelompok peneliti itu sehingga populer sampai sekarang.

1. Kejadian di dalam . alam


Di dalam alam telah ditemukan lebih dari sepuluh buah jenis
gibberellin. Menurut Mac Millan dan Takashashi (1968), Kang (1970)
dan Weaver (1972), gibberellin ada yang diketemukan dalam jamur
Gibberella Fujikuroi, ada yang diketemukan pada tanaman tinggi dan
ada juga yang diketemukan pada keduanya.
Jenis gibberellin yang diketemukan pada jamur yaitu ; GA1, GA2,
GA3, GA4, GA7, GA9, s.d GA16, GA24, GA25, GA36. Sedangkan jenis
gibberellin yang diketemukan pada tanaman derajat tinggi yaitu ; GA1,
s.d GA9, GA13, GA17, s.d GA23, GA26, s.d GA35. Dan yang terakhir
yaitu gibberellin yang diketemukan pada jamur dan tanaman derajat
tinggi yaitu ; GA1, s.d GA4, GA7, GA9, dan GA13.
Gibberellin ; GA1 s.d GA5, GA7 s.d GA9, GA19, GA20, GA26,
GA27, dan GA29 diketemukan pada Pharbitis nil, GA1, GA5, GA8, GA9,
GA13, diketemukan pada umbi tulip, kemudian GA3, GA4, GA7,
diketemukan pada anggur, GA18, GA19, GA20, diketemukan pada
pucuk bambu, GA3, GA4, GA7, dijumpai pada biji apel, selanjutnya
GA21, dan GA22, dijumpai pada sword bean. Pada tanaman lain yaitu :
Lipinus lutens (GA18, GA23, GA28), pada pucuk tanaman jeruk dan biji
mentimun diketemukan GA1, tebu (GA5), pisang (GA7), kacang, jagung,
barley wheat diketemukan GA1. Adapun pada tanaman Phaseolus
coclirecus diketemukan ; GA1, GA3 s.d GA6, GA8, GA13, GA17, dan
GA20. Kemudian pada Rudbeckia bicolor diketemukan ; GA1, GA4,
GA7, s.d GA9. Dan yang terakhir yaitu pada Calonyction aculeatum
diketemukan : GA30, GA31, GA33, dan GA34. Hasil penelitian Meizger
dan Zeivaart (1980) menunjukan bahwa pada pucuk bayam (spinach)
didapatkan gibberellin ; GA53, GA44, GA19, GA17, GA20, dan GA29.

2. Metabolisme gibberelline
Gibberellin adalah zat kimia yang dikelompokan kedalam terpinoid.
Semua kelompok terpinoid terbentuk dari unit isoprene yang terdiri dari 5
atom karbon.
C
C-C-C
C
Unit Isoprene (5-C)

Unit-unit isoprene ini dapat bergabung sehingga menghasilkan


monoterpene (C-10), Sesqueterpene (C-15), diterpene (C-20) dan
triterpene (C-30).
Biosintesis gibberelline yang terdapat dalam jamur Gibberella
Fujikuroi berproses dari Mevalonic acid sampai menjadi gibberellin. Di
dalam proses biosintesis telah diketemukan zat penghambat (growth
retardant) di dalam aktivitas ini. Beberapa contoh growth retardant yang
menghambat biosintesis gibberelline pada tanaman antara lain Amo-
1618 (2-isopropil-4-dimetil-kamine-5 metil phenil-4pipendine
karboksilatmetil klorida) menghambat biosintesis gibberelline pada
tanaman mentimun liar (Exhmocytis macrocarpa). Amo-1618
menghambat dalam proses perubahan dari Geranylgeranyl
pyrophosphat ke Kaurene. Begitu pula growth retardant CCC (2-
chloroethyl) trimethyl (-amonium chloride) memperlihatkan aktivitas yang
sama dengan Amo-1618.

3. Struktur molekul dan aktivitas gibberelline


Gibberelline merupakan suatu compound (senyawa) yang
mengandung "gibban skeleton".
Menurut Weaver (1972), perbedaan utama pada gibberelline
adalah:
a. beberapa gibberelline mempunyai 19 buah atom karbon dan
yang lainnya mempunyai 20 buah atom karbon.
b. Grup hidroksil berada dalam posisi 3 dan 13 (ent gibberellene
numbering system)
Semua gibberelline dengan 19 atom karbon adalah monocarboxylic
acid yang mengandung COOH grup pada posisi 7 dan mempunyai
sebuah lactonering.
Di dalam alam, dijumpai pula beberapa senyawa yang di ekstrak
dari tanaman. Senyawa tersebut tidak mengandung gibberelline atau
gibberellane structure tetapi termasuk ke dalam gibberelline. Dari hasil
penelitian Tamura dkk, ia menemukan suatu substansi dalam jamur
Helminthosporium sativum yang dinamakan "helminthosporol" yang aktif
dalam perpanjangan daun pada kecambah padi dan barley. Senyawa
lain yang ditemukan tanpa gibban skeleton yaitu "Steviol", namun
aktivitasnya seperti gibberelline.

O H OH

CO CH2

HO H COOH H CH3 H
GA3 (gibberellic acid)

4. Arti gibberellin bagi fisiologi tanaman


Gibberellin sebagai hormon tumbuh pada tanaman sangat
berpengaruh pada sifat genetik (genetic dwarfism), pembuangan,
penyinaran, partohenocarpy, mobilisasi karbohidrat selama
perkecambahan (germination) dan aspek fisiologi kainnya. Gibberelline
mempunyai peranan dalam mendukung perpanjangan sel (cell
elongation), aktivitas kambium dan mendukung pembentukan RNA baru
serta sintesa protein.

a. Genetic dwarfis
m
Genetic dwarfism adalah suatu gejala kerdil yang disebabkan oleh
adanya mutasi. Gejala ini terlihat dari memendeknya internode. Terhadap
Genetic dwarfism ini, gibberelline mampu merubah tanaman yang kerdil
menjadi tinggi. Hal ini telah dibuktikan oleh Brian dan Hemming (1955).
Dalam eksperimennya mereka telah memberi perlakuan penyemprotan
gibberellic acid pada berbagai varietas kacang. Hasil dari eksperimen ini
menunjukan bahwa gibberellic acid berpengaruh terhadap tanaman
kacang yang kerdil dan menjadi tinggi.
Mengenai hubungannya dengan cell elengation, dikemukakan
bahwa gibbberelline mendukung pengembangan dinding sel.
Menurut van Oberbeek (1966) penggunaan gibberelline akan mendukung
pembentukan enzym protolictic yang akan membebaskan tryptophan
sebagai asal bentuk dari auxin. Hal ini berarti bahwa kehadiran
gibberelline tersebut akan meningkatkan kandungan auxi
n.
Mekanisme lain menerangkan bahwa gibberelline akan
menstimulasi cell elengation, karena adanya hidrolisa pati yang dihasilkan
dari gibberelline, akan mendukung terbentuknya a amilase. Sebagai
akibat dari proses tersebut, maka konsentrasi gula meningkat yang
mengakibatkan tekanan osmotik di dalam sel menjadi nai, sehingga ada
kecenderungan sel tersebut berkembang.

b. Pembungaan (flowering
)
Gibbereline sebagai salah satu hormon tumbuh pada tanaman,
mempunyai peranan dalam pembungaan. Penelitian yang dilakukan
Henny (1981) pada bungan spothiphyllum Mauna loa.

c. Parthenocarpy dan fruit t se


Seperti auxin, gibberelline pun berpengaruh terhadap
Parthenocarpy. Hasil penelitian menunjukan bahwa gibberellic acid (GA3)
lebih efektif dalam terjadinya Parthenocarpy dibanding dengan auxin yang
dilakukan pada blueberry. Hasil eksperimen lain menunjukan pula bahwa
GA3 dapat meningkatkan tandan buah (fruit set) dan hasi
l
d. Peranan Gibberellin dalam pematangan buah (fruit ripening)

Pematangan (ripening) adalah suatu proses fisiologis, yaitu


terjadinya perubahan dari kondisi yang tidak menguntungkan ke suatu
kondisi yang menguntungkan, ditandai dengan perubahan tekstur,
warna, rasa dan aroma.
Dalam proses pematangan ini, gibberelline mempunyai peran
penting yaitu mampu mengundurkan pematangan (repening) dan
pemasakan (maturing) suatu je n is uah.
b
Dari hasil penelitian menunjukan aplikasi gibberelline pada buah
tomat dapat memperlambat pematangan buah, sedangkan gibberellic
acid yang diterapkan pada buah pisang matang, ternyata
pemasakannya dapat ditunda.

e. Mobilisasi bahan makanan selama fase perkecambahan


(germination).
Biji cerealia terdiri dari embrio dan endosperm. Didalam endosperm
terdapat masa pati (starch) yang dikelilingi oleh suatu lapisan "aleuron"..
sedangkan embrio itu sendiri merupakan suatu bagian hidup yang suatu
saat akan menjadi dewasa. Pertumbuhan embrio selama
perkecambahan bergantung pada persiapan bahan makanan yang
berada di dalam endosperm.
Untuk keperluan kelangsungan hidup embrio maka terjadilah
penguraian secara enzimatik yaitu terjadi perubahanpati menjadi gula
yang selanjutnya ditranslokasikan ke embrio sebagai sumber energi
untuk pertumbuhannya.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa gibberelline berperan
penting dalam proses aktivitas amilase. Hal ini telah dibuktikan dengan
menggunakan GA yang mengakibatkan aktivitas amilase miningkat.
Aktivitas enzym a amilase dan protease di dalam endosperm juga
didukung oleh GA melalui de novo synthesis. Hal ini ada hubungannya
dengan terbentuknya DNA baru yang kemudian menghasilkan RNA.

f.Stimulasi aktivitas cambium dan perkembangn xylem


Gibberelline mempunyai peranan dalam aktivitas kambium dan
perkembangn xylem. Aplikasi GA3 dengan konsentrasi 100, 250, dan
500 ppm mendukung terjadinya diferensiasi xylem pada pucuk olive.
Begitu pula dengan mengadakan aplikasi GA3 + IAA dengan
konsentrasi masing-masing 250 dan 500 ppm, maka terjadi pengaruh
sinergis pada xylem. Sedangkan aplikasi auxin saja tidak memberi
pengaruh pada .tanaman

g. Dormans
i
Dormansi adalah masa istirahat bagi suatu organ tanaman atau biji.
Menurut Copeland (1976), dormansi adalah kemampuan biji untuk
mengundurkan fase perkecambahannya hingga saat dan tempat itu
menguntungkan untuk tumbuh.
Secara umum terjadinya dormansi adalah disebabkan oleh faktor luar
dan faktor dalam. Faktor yang menyebabkan dormansi pada biji adalah
sbb:
1. tidak sempurnanya embrio (rudimentery embriyo)
2. embrio yang belum matang secara fisikologis (physiological
immature embriyo)
3. kulit biji yang tebal (tahan terhadap gerakan mekanis)
4. kulit biji impermeable ( impermeable seed coat)
5. adanya zat penghambat (inhibitor) untuk perkecambahan
(presence of germination inhibitors).

Fase yang terjadi dalam dorminasi biji, menurut Amen (1968) ada
empat fase yang harus dilalui :
1. fase induksi, ditandai dengan terjadinya penurunan jumlah hormon
(hormon level)
2. fase tertundanya metabolisme (a period of partial metabolic arrest)
3. fase bertahannya embrio untuk berkecambah karena faktor lingkungan
yang tidak menguntungkan.
4. Perkecambahan (germination), ditandai dengan meningkatnya hormon
dan aktivitas enzym.
Peranan hormon tumbuh di dalam biji yang mengalami dorminasi telah
dibahas oleh warner (1967) yang mengatakan bahwa GA3 dapat
menstimulasi sintesis ribonukleas, amilase dan protoase di dalam
endospem biji barley.

c. Sitokinin:

1. Struktur kimia Cytokinin


Bentuk dasar dari cytokinin adalah adenin (6-amino purine). Adenin
merupakan bentuk dasar yang menentukan terhadap aktifitas cytokinin. Di
dalam senyawa cytokinin, panjang rantai dan hadirnya suatu double bond
dalam rantai tersebut akan meningkatkan aktifitas zat pengatur tumbuh
ini.
NH2

NH
Adenine (6-amino purine)

2. Arti Cytokinin bagi fisiologi tanaman


Penelitian pertumbuhan pith tissue culture dengan menggunakan
cytokinin dan auxin dalam berbagai perbandingan telah dilakukan oleh
Weier et al (1974). Dihasilkan bahwa apabila dalam perbandingan
cytokinin lebih besar dari auxin, maka hal ini akan memperlihatkan
stimulasi pertumbuhan tunas dan daun.

Sebaliknya apabila cytokinin lebih rendah dari auxin, maka ini akan
mengakibatkan stimulasi pada pertumbuhan akar. Sedangkan apabila
perbandingan cytokinin dan auxin berimbang, maka pertumbuhan tunas,
daun dan akar akan berimbang pula. Tetapi apabila konsentrasi cytokinin
itu sedang dan konsentrasi auxin rendah, maka keadaan pertumbuhan
tobacco pith culture tersebut akan berbentuk callus
.
Sedangkan dalam pembelahan sel, dikemukakan bahwa IAA dan
kinetin, apabila digunakan secara tersendiri akan menstimulasi sintesis
DNA dalam tobacco pith culture. Dan menurut ahli tsb, kehadiran IAA dan
kinetin ini diperlukan dalam proses mitosis walaupun IAA lebih dominan
pada fase tersebut.

3. Interaksi Cytokinin, Gibberellin dan Auxin dalam perkembangan


tanaman

Di dalam alam tidak satu unsurpun yang berdiri sendiri.


Kesemuanya berinteraksi antara satu sama lainnya, sehingga merupakan
suatu sistem. Begitu pula dengan zat pengatur tumbuh
.
Pada tanaman, zat pengatur tumbuh auxin, gibberellin dan
cytokinin bekerja tidak sendiri-sendiri, tetapi ketiga hormon tersebut
bekerja secara berinteraksi yang dicirikan dalam perkembangan tanaman.

d. etilen :

hormon tumbuh yang secara umum berlainan dengan Auxin, Gibberellin,


dan Cytokinin. Dalam keadaan normal ethylene akan berbentuk gas dan struktur
kimianya sangat sederhana sekali. Di alam ethilene akan berperan apabila
terjadi perubahan secara fisiologis pada suatu tanaman. hormon ini akan
berperan pada proses pematangan buah dalam fase climacteric.
Penelitian terhadap ethylene, pertama kali dilakukan oleh Neljubow (1901)
dan Kriedermann (1975), hasilnya menunjukan gas ethylene dapat membuat
perubahan pada akar tanaman. Hasil penelitian Zimmerman et al (1931)
menunjukan bahwa ethylene dapat mendukung terjadinya abscission pada daun,
namun menurut Rodriquez (1932), zat tersebut dapat mendukung proses
pembungaan pada tanaman nanas.
Penelitian lain telah membuktikan tentang adanya kerja sama antara
auxin dan ethylene dalam pembengkakan (swelling) dan perakaran dengan cara
mengaplikasikan auxin pada jaringan setelah ethylene berperan. Hasil penelitian
menunjukan bahwa kehadiran auxin dapat menstimulasi produksi ethylene.

1. Struktur kimia dan Biosintesis ethylene


Struktur kimia ethylene sangat sederhana yaitu terdiri dari 2 atom karbon
dan 4 atom hidrogen seperti gambar di bawah ini :
HH
C=C
HH
Ethylene

Biosintesis ethylene terjadi di dalam jaringan tanaman yaitu terjadi


perubahan dari asam amino methionine atas bantuan cahaya dan FMN
(Flavin Mono Nucleotide) menjadi Methionel. Senyawa tersebut
mengalami perubahan atas bantuan cahaya dan FMN menjadi ethykene,
methyl disulphide, formic acid.

2. Peranan ethylene dalam fisiologi tanaman


Di dalam proses fisiologis, ethylene mempunyai peranan penting.
Wereing dan Phillips (1970) telah mengelompokan pengaruh ethylene
dalam fisiologi tanaman sbb:
a. mendukung respirasi climacteric dan pematangan buah
b. mendukung epinasti
c. menghambat perpanjangan batang (elengation growth) dan akar pada
beberapa species tanaman walaupun ethylene ini dapat menstimulasi
perpanjangan batang, coleoptyle dan mesocotyle pada tanaman tertentu,
misalnya Colletriche dan padi.
d. Menstimulasi perkecambahan
e. Menstimulasi pertumbuhan secara isodiametrical lebih besar
dibandingkan dengan pertumbuhan secara longitudinal
f. Mendukung terbentuknya bulu-bulu akar
g. Mendukung terjadinya abscission pada daun
h. Mendukung proses pembungaan pada nanas
i. Mendukung adanya flower fading dalam persarian anggrek
j. Menghambat transportasi auxin secara basipetal dan lateral
k. Mekanisme timbal balik secara teratur dengan adanya auxin yaitu
konsentrasi auxin yang tinggi menyebabkan terbentuknya ethylene. Tetapi
kehadiran ethylene menyebabkan rendahnya konsentrasi auxin di dalam
jaringan.
Hubungannya dengan konsentrasi auxin, hormon tumbuh ini menentukan
pembentukan protein yang diperlukan dalam aktifitas pertumbuhan,
sedangkan rendahnya konsentrasi auxin, akan mendukung protein yang
akan mengkatalisasi sintesis ethylene dan precursor.

3. Peranan ethylene dalam proses pematangan buah


Harsen (1967) dalam Dilley (1969) telah mempelajari hubungan
antara ethylene dengan tingkat kematangan pada buah pear. Ia
mengemukakan bahwa pematangan ini menjadi suatu sequential dalam
proses kesinambungan kehidupan buah. Menurut konsep tsb, ethylene
berpebgaruh terhadap beberapa yang mengontrol pola normal dari proses
pematangan.
Menurut Frenkel et al (1968), sintesa protein diperlukan pada
tingkat pematangan yang normal. Protein disintesa secepatnya dalam
proses pematangan. Dari hasil eksperimen terhadap buah pear,
memperlihatkan bahwa pematangan buah dan sintesa protein terhambat
sebagai akibat perlakuan cycloheximide pada permulaan fase climacteric.
Setelah cycloheximide hilang, ternyata sintesis ethylene tidak mengalami
hambatan.
Di dalam proses pematangan, ribonucleic acid synthesis pun
diperlukan. Dalam eksperimen menggunakan buah pear, buah tersebut
ditreated, dengan actinomysin D pada tingkat pre climacteric. Dari hasil
eksperimen ini diperoleh petunjuk bahwa actinomysin D menghambat
terbentuknya DNA yang bergantung pada RNA sintesis
.
Imascshi et al (1968) mengemukakan bahwa ethylele mendukung
peningkatan aktivitas metabolisme dalam jaringan akar ubi jalar. Ethylene
yang berkonsentrasi 0,1 ppm, menstimulasi perkembangan peroxidase
dan phenyl alanine ammonialyase. Penelitian lain mengemukakan bahwa
perlakuan ethylene pada kecambah kapas menstimulasi aktivitas
peroksida dan IAA oksida.

4. Interaksi ethylene dengan auxin dan kinetin


Dari hasil penelitian terhadap tanaman kacang (pea), menunjukan
bahwa pembentukan ethylene lebih tampak pada jaringan meristem
tempat auxin dihasilkan. Disini IAA mengontrol pembentukan ethylene
dalam perpanjangan batang pea. Kehadiran kinetin dalam pertumbuhan
tunas lateral dapat mengatasi penghambatan yang diakibatkan oleh IAA.
Hasil penelitian lain menunjukan bahwa adanya penghambatan
transportasi auxin oleh endogenous ethylene yang menyebabkan
terjadinya abscission pada daun.

e. Asam absiat adalah penghambat pertumbuhan merupakan lawan


dari gibberellins: hormon ini memaksa dormansi, mencegah biji dari
perkecambahan dan menyebabkan rontoknya daun, bunga dan buah. Secara
alami tingginya konsentrasi asam abscisat ini dipicu oleh adanya stress oleh
lingkungan misalnya kekeringan.
f. Florigen
g. Kalin : Hormon pertumbuhan organ, terdiri dari :
- Rhizokalin
- Kaulokali
- Filokalin
- Antokalin
h. Asam traumalin atau kambium luka : Merangsang pembelahan sel di
daerah luka sebagai mekanisme untuk menutupi luka

You might also like

  • The Digestive System
    The Digestive System
    Document35 pages
    The Digestive System
    Youdhystira Putra Asmara Tanusasmita
    No ratings yet
  • Teori Pembelajaran
    Teori Pembelajaran
    Document12 pages
    Teori Pembelajaran
    Youdhystira Putra Asmara Tanusasmita
    No ratings yet
  • Pengembangan Materi Pembelajaran
    Pengembangan Materi Pembelajaran
    Document13 pages
    Pengembangan Materi Pembelajaran
    Youdhystira Putra Asmara Tanusasmita
    No ratings yet
  • Limfe &amp Imun
    Limfe &amp Imun
    Document17 pages
    Limfe &amp Imun
    Youdhystira Putra Asmara Tanusasmita
    No ratings yet
  • Reproduksi W
    Reproduksi W
    Document32 pages
    Reproduksi W
    Youdhystira Putra Asmara Tanusasmita
    No ratings yet
  • Reproduksi L
    Reproduksi L
    Document25 pages
    Reproduksi L
    Youdhystira Putra Asmara Tanusasmita
    No ratings yet
  • Psikologi Tanggapan
    Psikologi Tanggapan
    Document1 page
    Psikologi Tanggapan
    Youdhystira Putra Asmara Tanusasmita
    No ratings yet
  • Anatomi Muskuluskeletal
    Anatomi Muskuluskeletal
    Document68 pages
    Anatomi Muskuluskeletal
    Ulvha
    No ratings yet
  • Psikologi Pendidikan (Makna Masa Remaja)
    Psikologi Pendidikan (Makna Masa Remaja)
    Document10 pages
    Psikologi Pendidikan (Makna Masa Remaja)
    Youdhystira Putra Asmara Tanusasmita
    No ratings yet
  • Herbatisme
    Herbatisme
    Document3 pages
    Herbatisme
    Youdhystira Putra Asmara Tanusasmita
    No ratings yet
  • Mutasi
    Mutasi
    Document23 pages
    Mutasi
    Youdhystira Putra Asmara Tanusasmita
    No ratings yet
  • Analisis Vegetasi Cagar Alam Gunung Tukung Gede
    Analisis Vegetasi Cagar Alam Gunung Tukung Gede
    Document21 pages
    Analisis Vegetasi Cagar Alam Gunung Tukung Gede
    Youdhystira Putra Asmara Tanusasmita
    No ratings yet
  • Genetika Alel Ganda
    Genetika Alel Ganda
    Document27 pages
    Genetika Alel Ganda
    yoga_andhar46
    No ratings yet
  • Inti Dan Organel Sel
    Inti Dan Organel Sel
    Document10 pages
    Inti Dan Organel Sel
    Youdhystira Putra Asmara Tanusasmita
    No ratings yet
  • Materi Genetik
    Materi Genetik
    Document18 pages
    Materi Genetik
    Youdhystira Putra Asmara Tanusasmita
    No ratings yet
  • Ekspresi Gen
    Ekspresi Gen
    Document28 pages
    Ekspresi Gen
    Youdhystira Putra Asmara Tanusasmita
    No ratings yet
  • KLOROPLAS
    KLOROPLAS
    Document10 pages
    KLOROPLAS
    Youdhystira Putra Asmara Tanusasmita
    No ratings yet
  • Sistem Respirasi Pada Hewan Vertebrata
    Sistem Respirasi Pada Hewan Vertebrata
    Document16 pages
    Sistem Respirasi Pada Hewan Vertebrata
    Youdhystira Putra Asmara Tanusasmita
    100% (1)
  • NEURULASI
    NEURULASI
    Document36 pages
    NEURULASI
    Youdhystira Putra Asmara Tanusasmita
    100% (1)
  • Pendahuluan Genetika
    Pendahuluan Genetika
    Document10 pages
    Pendahuluan Genetika
    Youdhystira Putra Asmara Tanusasmita
    No ratings yet
  • Dasar Dasar Pewarisan Mendel
    Dasar Dasar Pewarisan Mendel
    Document2 pages
    Dasar Dasar Pewarisan Mendel
    Youdhystira Putra Asmara Tanusasmita
    No ratings yet
  • Sistem Saraf Pusat
    Sistem Saraf Pusat
    Document3 pages
    Sistem Saraf Pusat
    Youdhystira Putra Asmara Tanusasmita
    No ratings yet
  • Bab II Membran Sel
    Bab II Membran Sel
    Document17 pages
    Bab II Membran Sel
    Youdhystira Putra Asmara Tanusasmita
    No ratings yet
  • EKOENRGETIKA
    EKOENRGETIKA
    Document23 pages
    EKOENRGETIKA
    Youdhystira Putra Asmara Tanusasmita
    100% (1)
  • Fertilisasi
    Fertilisasi
    Document29 pages
    Fertilisasi
    Youdhystira Putra Asmara Tanusasmita
    No ratings yet
  • Bab 1 Pendahuluan
    Bab 1 Pendahuluan
    Document21 pages
    Bab 1 Pendahuluan
    Youdhystira Putra Asmara Tanusasmita
    No ratings yet
  • Pembelahan Dan Blastulasi
    Pembelahan Dan Blastulasi
    Document23 pages
    Pembelahan Dan Blastulasi
    Youdhystira Putra Asmara Tanusasmita
    100% (1)
  • Pembelahan Dan Blastulasi
    Pembelahan Dan Blastulasi
    Document23 pages
    Pembelahan Dan Blastulasi
    Youdhystira Putra Asmara Tanusasmita
    100% (1)
  • GASTRULASI
    GASTRULASI
    Document25 pages
    GASTRULASI
    Youdhystira Putra Asmara Tanusasmita
    100% (1)