You are on page 1of 17

Proses dan Teknik Penyusunan 

Perundang-
undangan
Posted on Juli 24, 2010 by saepudin

MODUL 1
Kegiatan Belajar 1
Istilah dan Pengertian Perundang-undangan

Secara etimologis Perundang-undangan berasal dari istilah ‘undang-undang’,


dengan awalan ‘per’ dan akhiran ‘an’. Imbuhan Per-an menunjukkan arti segala hal
yang berhubungan dengan undang-undang.

Sedangkan secara maknawi, pengertian perundang-undangan belum ada


kesepakatan. Ketidaksepakatan berbagai ahli sebagian besar ketika sampai pada
persoalan apakah perundang-undangan mengandung arti proses pembuatan atau
mengandung arti hasil (produk) dari pembuatan perundang-undangan.

Menurut Penulis istilah perundang-undangan untuk menggambarkan proses dan


teknik penyusunan atau pembuatan keseluruhan Peraturan Negara, sedangkan
istilah peraturan perundang-undangan untuk menggambarkan keseluruhan jenis-
jenis atau macam Peraturan Negara. Dalam arti lain Peraturan Perundang-
undangan merupakan istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan berbagai
jenis (bentuk) peraturan (produk hukum tertulis) yang mempunyai kekuatan
mengikat secara umum yang dibuat oleh Pejabat atau Lembaga yang berwenang.

Jadi kriteria suatu produk hukum disebut sebagai Peraturan Perundang-undangan


menurut penulis, berturut-turut harus:

1. bersifat tertulis
2. mengikat umum
3. dikeluarkan oleh Pejabat atau Lembaga yang berwenang

Berdasarkan kriteria ini, maka tidak setiap aturan tertulis yang dikeluarkan Pejabat
merupakan Peraturan perundang-undangan, sebab dapat saja bentuknya tertulis tapi
tidak mengikat umum, namun hanya untuk perorangan berupa Keputusan
(Beschikking) misalnya. Atau ada pula aturan yang bersifat untuk umum dan
tertulis, namun karena dikeluarkan oleh suatu organisasi maka hanya berlaku untuk
intern anggotanya saja. Dalam sistem pemerintahan Negara Indonesia berdasarkan
UUD 1945, misalnya dapat disebutkan bentuk perundang-undangan, yang jelas-
jelas memenuhi tiga kriteria di atas adalah “Undang-undang”.

Kegiatan Belajar 2
Tempat (Lokus) Proses dan Teknik Penyusunan Perundang-undangan dalam
Kerangka Keilmuan

Tempat (lokus) Proses dan Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan


dalam kerangka ilmu, dapat diketahui dari pandangan Krems yang
memperkenalkan cabang ilmu baru yang disebut Ilmu Pengetahuan Perundang-
undangan (Gesetzgebungswissenschaft) yang didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan yang interdisipliner tentang pembentukan hukum Negara. Ilmu
Pengetahuan Perundang-undangan ini oleh Krems dibagi dua yaitu:

1. Ilmu Perundang-undangan dan


2. Teori Perundang-undangan

Ilmu Perundang-undangan dibaginya menjadi tiga bagian yaitu:

a. Proses perundang-undangan
b. Metode perundang-undangan dan
c. Teknik perundang-undangan.

Berdasarkan pandangan Krems inilah kita dapat menyimpulkan bahwa mata kuliah
ini merupakan bagian dari Ilmu Perundang-undangan, sedangkan ilmu perundang-
undangan, menurut Krems, Maihofer, dan van der Velden, termasuk dalam cabang
Ilmu Hukum dalam arti luas.

Mengenai hubungan antara mata kuliah ini dengan disiplin ilmu lain pertama
penting dikemukakan pandangan F. Isjwara, bahwa ilmu tidak dapat dipisah-
pisahkan dalam kotak-kotak yang terpaku mati (compartementization). Oleh
karena itu tidak mungkin ilmu tersebut berdiri sendiri terpisah satu sama lainnya
tanpa adanya pengaruh dan hubungan. Demikian halnya mata kuliah ini yang
dipengaruhi dan mempunyai hubungan dengan disiplin ilmu lain, terutama dengan
cabang ilmu-ilmu sosial yang mempunyai objek kehidupan ‘Negara’. Misalnya
dengan Ilmu Politik, Ilmu Sosial, Ilmu Hukum, dan juga dengan Ilmu
Pemerintahan. Hubungannya adalah bahwa ilmu perundang-undangan lebih sempit
karena objeknya khusus tentang pembentukan peraturan hukum oleh Negara,
sedangkan ilmu perundang-undangan dikatakan lebih luas karena menggunakan
permasalahan, paradigma, dan metode dari disiplin ilmu-ilmu yang lain. Karena itu
Krems menyebutkan bahwa ilmu pengetahuan perundang-undangan
(Gesetzgebungswissenchaft) secara eksplisit merupakan ilmu interdisipliner yang
berdiri sendiri.

Ilmu Perundang-undangan bersifat normatif dengan orientasi pada melakukan


perbuatan menyusun peraturan perundang-undangan, karenanya bermanfaat
memberikan bekal pengetahuan dan kemampuan membuat peraturan perundang-
undangan.

MODUL 2
ASAS DAN KAIDAH HUKUM PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

Kegiatan Belajar 1
Asas-asas Perundang-undangan

Beberapa asas dalam perundang-undangan adalah:

a. asas Undang-undang tidak berlaku surut


b. asas Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi,
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula.
c. asas Lex Specialis derogat Lex Generalis.
d. asas Lex posteriore derogat lex priori (Udang-undang yang berlaku
belakangan membatalkan undang-undang yang berlaku terdahulu/lama).
e. asas undang-undang tidak dapat diganggu gugat, asas ini misalnya secara
tegas dicantumkan dalam pasal 95 ayat 2 Undang-undang Dasar Sementara
1950.

Kegiatan Belajar 2
Kaidah Hukum Peraturan Perundang-undangan

Menurut teori perundang-undangan, penyusunan peraturan perundang-undangan


meliputi dua masalah pokok, yaitu:

1. Aspek materiil/Substansial, berkenaan dengan masalah pengolahan isi dari


suatu peraturan perundang-undangan.
2. Aspek Formal/Prosedural, berhubungan dengan kegiatan pembentukan
peraturan perundang-undangan yang berlangsung dalam suatu negara
tertentu.
3. Struktur Kaidah Hukum

Aturan hukum sebagai pedoman perilaku yang dibuat oleh para pengemban
kewenangan hukum memiliki struktur dasar yang terdiri atas unsur-unsur sebagai
berikut:

a. subjek kaidah: menunjuk pada subjek hukum yang termasuk ke dalam


sasaran penerapan sebuah pengaturan.
b. objek kaidah: menunjuk pada peristiwa-peristiwa atau perilaku apa saja yang
hendak diatur dalam aturan hukum tersebut.
c. operator kaidah: menunjuk pada cara bagaimana objek kaidah diatur,
misalnya menetapkan keharusan atau larangan atas perilaku tertentu,
memberikan suatu hak atau membebankan kewajiban tertentu.
d. kondisi kaidah: menunjuk pada kondisi atau keadaan apa yang harus
dipenuhi agar suatu aturan hukum dapat dilaksanakan sebagaimana
mestinya.

Aturan hukum yang dirumuskan dalam sebuah peraturan perundang-undangan


memiliki sifat-sifat tertentu yang dapat digolongkan menjadi empat, yakni sifat
umum abstrak, umum-konkret, individual-abstrak, dan individual-konkret.
Keempat sifat kaidah hukum ini digunakan secara kombinatif dalam suatu
peraturan perundang-undangan, bergantung pada isi/substansi dari wilayah
penerapan/jangkauan berlakunya aturan hukum yang bersangkutan. Kombinasi
sifat aturan hukum ini sebagian akan ditentukan pula oleh jenis peraturan yang
terdapat dalam hirarkhi peraturan perundang-undangan. Makin tinggi tingkatan
peraturan perundang-undangan, makin abstrak dan umum sifatnya.

Berdasarkan pemahaman terhadap kaidah-kaidah hukum, dapat diidentifikasi


beberapa jenis kaidah hukum, yaitu sebagai berikut:

1. Kaidah Perilaku, adalah jenis kaidah yang menetapkan bagaimana kita harus
atau boleh berperilaku. Fungsinya untuk mengatur perilaku orang-orang
dalam kehidupan masyarakat.
2. Kaidah Kewenangan, adalah jenis kaidah hukum yang menetapkan siapa
yang berhak atau berwenang untuk menciptakan dan memberlakukan kaidah
perilaku tertentu. Fungsinya adalah untuk menetapkan siapa yang berwenang
untuk mengatur perilaku orang, menentukan dengan prosedur bagaimana
kaidah perilaku itu ditetapkan dan sekaligus menentukan bagaimana suatu
kaidah harus ditetapkan jika dalam suatu kejadian tertentu terdapat
ditidakjelasan.
3. Kaidah Sanksi, adalah jenis kaidah yang memuat reaksi yuridis atau akibat-
akibat hukum tertentu jika terjadi pelanggaran atau ketidakpuasan terhadap
kaidah tertentu. Secara umum kaidah sanksi memuat kewajiban untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
4. Kaidah Kualifikasi: adalah jenis kaidah yang menetapkan persyaratan-
persyaratan tertentu yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk dapat
melakukan perbuatan hukum tertentu atau sebaliknya dibebaskan dari
kewajiban untuk melakukan suatu perbuatan hukum tertentu.
5. Kaidah Peralihan, adalah jenis kaidah hukum yang dibuat sebagai sarana
untuk mempertemukan aturan hukum tertentu sebagai akibat kehadiran
peraturan perundang-undangan dengan keadaan sebelum peraturan
perundang-undangan itu berlaku. Kaidah peralihan ini fungsinya untuk
menghindari kemungkinan terjadinya kekosongan hukum; menjamin
kepastian dan memberi jaminan perlindungan hukum kepada subjek hukum
tertentu.

MODUL 3
LANDASAN HUKUM PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

Kegiatan Belajar 1
Landasan Hukum Peraturan Perundang-undangan di Tingkat Pusat

Setiap perundang-undangan dalam sistem hukum Indonesia, disusun berdasarkan


landasan umum penyusunan perundang-undangan yaitu:

a. landasan Filosofis, Pancasila sebagai Filsafah Bangsa (filosofische


grondslaag).
b. landasan Yuridis, dari mulai UUD 1945, Ketetapan MPR, dan Undang-
undang
c. landasan Politis, setiap Kebijaksanaan yang dianut Pemerintah di bidang
Perundang-undangan.
Untuk landasan hukum Peraturan perundang-undangan di tingkat Pusat, meliputi:

1. Undang-undang, mempunyai landasan hukum Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 dan


21 UUD l945 Jo Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
Nomor XX/MPRS/1966.
2. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, landasan hukumnya Pasal
22 UUD 1945 Jo Ketetapan MPRS Nomor XX/MPRS/1966.
3. Peraturan Pemerintah, mempunyai landasan Pasal 5 ayat (2) UUD 1945 Jo
Ketetapan MPRS Nomor XX/XPRS/1966.
4. Keputusan Presiden, berdasarkan Pasal 4 ayat (1) UUD 1945 Jo Ketetapan
MPRS Nomor XX/MPRS/1966.
5. Instruksi Presiden, berdasarkan Ketetapan MPRS Nomor XX/MPRS/1966
berbagai jenis Perundang-undangan lainnya sebagai Peraturan
Pelaksanaannya diatur berdasarkan Ketetapan MPRS Nomor
XX/MPRS/1966.

Kegiatan Belajar 2
Landasan Hukum Peraturan Perundang-undangan di Tingkat Daerah

Landasan hukum perundang-undangan Indonesia di tingkat Daerah, adalah:

1. Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945.


2. Pasal 69 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999.
3. Pasal 72 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999.

Pasal 105 ayat 3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999.

MODUL 4
LEMBAGA NEGARA DAN PEMERINTAH SERTA PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN YANG DIHASILKAN

Kegiatan Belajar 1
Lembaga Negara Republik Indonesia menurut UUD 1945

Berdasarkan uraian di atas lembaga-lembaga negara Republik lndonesia menurut


UUD 1945 dan Ketetapan MPR Nomor III/MPR/2000:
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat, menghasilkan produk hukum:
a. Undang-Undang Dasar
b. Ketetapan MPR
2. Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden menghasilkan:
a. Undang-undang
b. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
3. Presiden, menghasilkan:
a. Undang-Undang
b. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
c. Peraturan Pemerintah
d. Keputusan Presiden
4. Dewan Pertimbangan Agung tidak menghasilkan perundang-undangan yang
mengikat umum.
5. Badan Pemeriksa Keuangan tidak menghasilkan perundang-undangan yang
mengikat umum dan
6. Mahkamah Agung, juga tidak menghasilkan perundang-undangan yang
mengikat umum.

Kegiatan Belajar 2
Lembaga dan Badan Pemerintahan Republik Indonesia

1. Lembaga-lembaga Pemerintahan Republik Indonesia di Pusat meliputi:


Lembaga Pemerintahan yang pengaturannya terdapat dalam UUD 1945,
seperti Presiden dan Wakil Presiden, serta para Menteri sebagai
pembantunya.
2. Di samping itu dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan Presiden dapat
menetapkan badan/pejabat lain yang dapat membantu Presiden
menyelenggarakan pemerintahan negara, mereka itu ialah:
a. Pejabat setingkat Menteri
b. Lembaga atau Badan Pemerintah Non-Departemen
c. Direktorat Jenderal Departemen
d. Badan-badan Negara seperti Pertamina
3. Peraturan Perundang-undangan yang dibuat oleh Lembaga/Badan
Pemerintah di Pusat adalah:
a. Peraturan Pemerintah
b. Keputusan Presiden
c. Instruksi Presiden
d. Peraturan dan Keputusan Menteri
e. Instruksi Menteri
f. Keputusan/Peraturan Pimpinan Lembaga Pemerintah Non
Departemen
g. Keputusan/Peraturan Pimpinan Badan Negara, dan
h. Peraturan atau Keputusan Direktur Jenderal Departemen
4. Sedangkan yang termasuk Lembaga Pemerintahan di Daerah, meliputi:
Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, yang
masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Daerah. Pada satuan
pemerintahan terendah kita juga mengenal Pemerintahan Desa/Kelurahan
yang sekarang diatur dalam UU Nomor 22 Tahun l999, yang dipimpin oleh
Kepala Desa dan Kepala Kelurahan.
5. Perundang-undangan yang dihasilkan oleh Badan atau Pejabat di daerah
adalah:
a. Peraturan Daerah Propinsi
b. Keputusan Kepala Daerah Propinsi (Gubernur)
c. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
d. Keputusan Kepala Daerah Kabupaten/Kota
e. Peraturan Desa
f. Keputusan Kepala Desa
MODUL 5
JENIS DAN FUNGSI PERATURAN PERUNDANG-UNDANG INDONESIA

Kegiatan Belajar 1
Jenis-jenis Peraturan Perundang-undangan di Indonesia

Dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia kita mengenal banyak


jenis peraturan perundangan-undangan yang dikeluarkan oleh Pejabat atau Badan
yang mempunyai wewenang membuat perundang-undangan.

Meskipun telah diatur dalam Ketetapan MPR Nomor III/MPR/2000, yang


mencantumkan tata urutan peraturan perundangan, namun dalam praktik kita
mengenal jenis peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

I. Perundang-undangan di Pusat.
1. Undang-Undang Dasar dan Ketetapan MPR (S)
2. Undang-Undang
3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
4. Peraturan Pemerintah
5. Keputusan Presiden
6. Keputusan Menteri
7. Keputusan Kepala Lembaga Pemerintah Non-Departemen
8. Keputusan Direktur Jenderal Departemen
9. Keputusan Kepala Badan Negara
II. Perundang-undangan di Daerah
1. Peraturan Daerah Provinsi
2. Keputusan Gubernur
3. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
4. Keputusan Bupati/Walikota
5. Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa
Kegiatan Belajar 2
Fungsi Aturan Perundang-undangan dalam Sistem Hukum Indonesia

1. Fungsi Undang-undang Dasar, berfungsi sebagai hukum dasar bagi


pembentukkan lembaga-lembaga negara, fungsi, dan hubungannya antara
satu dengan yang lain, mengatur hubungan antara Negara dengan warga
negara, dan memuat cita-cita serta tujuan Negara.
2. Ketetapan MPR, pada dasarnya berfungsi mengatur tugas dan wewenang
Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi
dalam Negara Republik Indonesia berdasarkan Undang-undang Dasar 1945.
3. Fungsi undang-undang adalah :
a. menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Undang-
undang Dasar 1945 yang tegas-tegas menyebutnya;
b. pengaturan lebih lanjut secara umum aturan dasar lainnya dalam
batang tubuh Undang-undang Dasar 1945;
c. pengaturan Lebih lanjut dari Ketetapan MPR yang tegas-tegas
menyebutkan;
d. pengaturan di bidang materi Konstitusi, seperti organisasi, Tugas dan
Wewenang Susunan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara.
4. Fungsi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPU) pada
dasarnya sama dengan fungsi dari undang-undang. Perbedaan keduanya
terletak pada Pembuatnya, undang-undang dibuat oleh Presiden bersama-
sama dengan DPR dalam keadaan normal sedangkan PERPU dibuat oleh
Presiden. Perbedaan lainnya adalah Undang-undang dibuat dalam suasana
(keadaan) normal, sedangkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang dibuat dalam keadaan kegentingan yang memaksa
5. Fungsi Peraturan Pemerintah adalah :
a. pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam undang-undang yang tegas-
tegas menyebutnya
b. menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut, ketentuan lain dalam
undang-undang yang mengatur meskipun tidak tegas-tegas
menyebutnya.
6. Fungsi Keputusan Presiden yang berisi pengaturan adalah :
a. menyelenggarakan pengaturan secara umum dalam rangka
penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan. (sesuai Pasal 4 ayat 1
UUD 1945)
b. menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah yang tegas-tegas menyebutnya.
c. menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan lain dalam
Peraturan Pemerintah meskipun tidak tegas-tegas menyebutkannya.
7. Fungsi Keputusan Menteri adalah sebagai berikut:
a. menyelenggarakan pengaturan secara umum dalam rangka
penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan di bidangnya (sesuai
dengan pasal 17 ayat 1 UUD 1945).
b. menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam
Keputusan Presiden.
c. menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam undang-
undang yang tegas-tegas menyebutnya.
d. menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah yang tegas-tegas menyebutnya.
8. Fungsi Keputusan Kepala Lembaga Pemerintah Non-Departemen adalah :
a. menyelenggarakan pengaturan secara umum dalam rangka
penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan di bidangnya.
b. menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam
Keputusan Presiden. Merupakan delegasian berdasarkan pasal 17 ayat
(1) UUD 1945.
9. Fungsi Keputusan Direktur Jenderal Departemen adalah:
a. menyelenggarakan perumusan kebijakan teknis Keputusan Menteri.
b. menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam
Keputusan Menteri.
10.Fungsi Keputusan Badan Negara adalah:
a. menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam undang-
undang yang mengatribusikan dan Peraturan Pemerintah yang
bersangkutan.
b. menyelenggarakan secara umum dalam rangka penyelenggaraan
fungsi dan tugasnya.
11.Fungsi Peraturan Daerah Diatur dalam pasal 69 dan pasal 70. UU no. 22
Tahun 1999
12.Fungsi Keputusan Kepala Daerah adalah menyelenggarakan pengaturan
dalam rangka pelaksanaan Peraturan Daerah yang bersangkutan dan tugas-
tugas pemerintahan.
13.Fungsi Keputusan Desa adalah mengatur segala sesuatu yang dibutuhkan
untuk penyelenggaraan pemerintahan desa, yang dibuat oleh Kepala Desa
setelah mendapat persetujuan Badan Perwakilan Desa. Sedangkan
Keputusan Kepala Desa berfungsi sebagai pelaksanaan peraturan desa dan
pelaksanaan kebijaksanaan kepala desa dalam pemerintahan, pembangunan
dan kemasyarakatan di desa.

MODUL 6
PENYUSUNAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

Kegiatan Belajar 1
Proses Penyusunan Perundang-undangan di Pusat

Pembahasan tentang proses penyusunan perundang-undangan di Pusat dapat


disimpulkan beberapa hal, yaitu:

1. Setiap bentuk/jenis peraturan perundang-undangan mempunyai prosedur


penyusunannya masing-masing. Penyusunan produk hukum MPR berupa
Ketetapan MPR meliputi persiapan Rancangan Ketetapan/Keputusan yang
disiapkan oleh Badan Pekerja hingga dilakukannya pembahasan dalam
Sidang MPR yang mempunyai 4 tingkatan pembahasan/pembicaraan. Hal
ini diatur khusus dalam Peraturan Tata Tertib MPR.
2. Proses penyusunan undang-undang, Perpu dan Peraturan Pemerintah
meliputi: Proses persiapan rancangan Undang-undang, Perpu dan Peraturan
Pemerintah oleh Pemerintah, lalu pembahasan di Dewan Perwakilan Rakyat
dengan 4 tingkatan, kemudian penandatanganan oleh Presiden, dan
Pengundangan oleh Menteri Sekretaris Negara. Demikian diatur dalam
Keputusan Presiden Nomor 188 Tahun 1998 dan Keputusan DPR Nomor
16/DPR-RI/I/1999-2000.

Kegiatan Belajar 2
Proses Penyusunan Perundang-undangan di Daerah

Proses penyusunan peraturan perundang-undangan di Daerah termasuk


Pemerintahan Desa, berdasarkan pada UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah. Undang-undang tersebut menunjuk lebih lanjut pada
peraturan Menteri Dalam Negeri untuk mengatur proses perundang-undangan.

Proses penyusunan Peraturan Daerah, meliputi:

a. Usul inisiatif atau Rancangan Peraturan Daerah disampaikan kepada Ketua


DPRD untuk selanjutnya diteruskan kepada Panitia Musyawarah DPRD
untuk menentukan hari atau waktu persidangan
b. Rancangan Peraturan Daerah diperbanyak dan dibagi-bagikan kepada
anggota DPRD selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum hari persidangan
c. Kepala Daerah atau anggota DPRD yang mengusulkan (pemrakarsa),
menyampaikan Rancangan Peraturan Daerah itu secara resmi pada Sidang
Pleno DPRD
d. Para anggota DPRD mengajukan pendapat setuju, menolak, atau
mengusulkan perubahan atas Rancangan Peraturan Daerah itu.
e. Apabila dipandang perlu atas permufakatan Kepala Daerah dengan DPRD
dapat dibentuk Panitia Khusus untuk merumuskan isi redaksi atau pun
bentuk Rancangan Peraturan Daerah
f. Rancangan yang telah mendapat persetujuan dari DPRD ditandatangani oleh
Kepala Daerah untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah dan sebagai
pernyataan persetujuan dari DPRD, Ketua DPRD turut serta menandatangi
Peraturan Daerah tersebut.

Proses Pembuatan Keputusan Kepala Daerah, sepenuhnya merupakan wewenang


Kepala Daerah yang bersangkutan, umumnya disiapkan oleh Biro Hukum
Pemerintah Daerah setempat.

Peraturan Desa dibuat oleh Kepala Desa dengan musyawarah Badan Perwakilan
Desa, dan tidak perlu mendapatkan persetujuan Bupati/Walikota, tetapi wajib
disampaikan kepadanya selambat-lambatnya dua minggu setelah ditetapkan
dengan tembusan kepada Camat. Sedangkan Keputusan Kepala Desa dibuat oleh
Kepala Desa tanpa perlu persetujuan siapa pun, fungsinya untuk menjalankan
Peraturan Desa.

MODUL 7
PENGUNDANGAN DAN RANGKA DASAR PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Kegiatan Belajar 1
Pengundangan dan Daya Ikat Peraturan Perundang-undangan

Pengertian Pengundangan ialah pemberitahuan secara formal suatu peraturan


negara dengan penempatannya dalam suatu penerbitan resmi yang khusus untuk
maksud itu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sedangkan pengertian
pengumuman adalah pemberitahuan secara material suatu peraturan negara kepada
khalayak ramai dengan tujuan utama mempermaklumkan isi peraturan tersebut
seluas luasnya.

Tempat pengundangan peraturan perundang-undangan yaitu Lembaran Negara,


Tambahan Lembaran Negara, Berita Negara dan Tambahan Berita Negara.

Pengundangan atau pengumuman dalam LN atau BN merupakan syarat formal


untuk mempunyai kekuatan mengikat dari perundang undangan. Maksudnya,
apabila sudah diundangkan dalam Lembaran Negara atau diumumkan dalam Berita
Negara maka perundang undangan tersebut mempunyai kekuatan mengikat.
Setelah diundangkan atau diumumkan secara resmi tersebut, maka orang.dianggap
sudah tahu isinya.

Kegiatan Belajar 2
Rangka Dasar Peraturan Perundang-undangan

Kegiatan belajar satu ini menguraikan tentang rangka dasar yang memuat bagian-
bagian penting yang terdapat dalam suatu peraturan perundang-undangan dengan
merujuk pada ketentuan dalam Lampiran I Keputusan Presiden Nomor 188 Tahun
1998 tentang Teknik Penyusunan Perundang-undangan. Kerangka peraturan
perundang-undangan terdiri atas:

1. Judul
2. Pembukaan
3. Batang Tubuh
a. Ketentuan Umum
b. Ketentuan yang mengatur materi muatan
c. Ketentuan Pidana
d. Ketentuan Peralihan
e. Ketentuan Penutup
4. Penutup
5. Penjelasan (jika diperlukan)
6. Lampiran (jika diperlukan)

MODUL 8
PENJELASAN DAN PERUBAHAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Kegiatan Belajar 1
Penjelasan Peraturan Perundang-undangan

Penjelasan merupakan suatu penafsiran/penjelasan resmi yang dibuat oleh


pembentuk peraturan perundang-undangan untuk mengetahui maksud latar
belakang peraturan perundang-undangan itu diadakan, serta untuk menjelaskan
segala sesuatu yang dipandang masih memerlukan penjelasan. Naskah Penjelasan
peraturan perundang-undangan, harus disiapkan bersama-sama dengan Rancangan
peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.

Penamaan dari Penjelasan suatu peraturan perundang-undangan, ditulis sesuai


dengan nama peraturan perundang-undangan yang dijelaskan.

Dalam praktik peraturan perundang-undangan di Indonesia biasanya mempunyai


dua macam Penjelasan yaitu:

1. Penjelasan Umum berisi penjelasan yang bersifat umum, misalnya latar


belakang pemikiran secara sosiologis, politis, budaya, dan sebagainya, yang
menjadi pertimbangan bagi pembentukan peraturan perundang-undangan
tersebut.
2. Penjelasan Pasal demi Pasal, merupakan penjelasan dari pasal-pasal
peraturan perundang-undangan yang bersangkutan. Penjelasan pasal demi
pasal hendaknya dirumuskan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Isi penjelasan tidak bertentangan dengan materi pokok yang diatur dalam
batang tubuh;
b. Isi penjelasan tidak memperluas atau menambah norma yang ada dalam
batang tubuh;
c. Isi penjelasan tidak melakukan pengulangan atas materi pokok yang diatur
dalam batang tubuh;
d. Isi penjelasan tidak mengulangi uraian kata, istilah, atau pengertian yang
telah dimuat di dalam Ketentuan Umum.
e. Apabila suatu pasal tidak memerlukan penjelasan, hendaknya diberikan
keterangan “Cukup Jelas”.

Jika Lembaran Negara digunakan sebagai tempat mengundangkan “isi” atau teks
peraturan perundang-undangan, maka Tambahan Lembaran Negara untuk memuat
Penjelasan Undang-undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, dan
Peraturan Pemerintah.

Kegiatan Belajar 2
Perubahan Peraturan Perundang-undangan

Perubahan suatu peraturan perundang-undangan adalah kegiatan yang meliputi:

a. Menambah atau menyisipkan ketentuan baru, menyempurnakan atau


menghapus ketentuan yang sudah ada, baik yang berbentuk Bab, Bagian,
Paragraf, Pasal, Ayat, maupun perkataan, angka, huruf, tanda baca, dan lain-
lainnya.
b. Mengganti suatu ketentuan dengan ketentuan lainnya, baik yang berbentuk
Bab, Bagian, Paragraf, Pasal Ayat, maupun perkataan, angka, huruf, tanda
baca, dan lain-lainya.

Dalam mengadakan perubahan terhadap suatu peraturan perundang-undangan, hal-


hal yang harus diperhatikan adalah:
 perubahan suatu peraturan perundang-undangan dilakukan oleh Badan atau
Pejabat yang berwenang membentuknya, berdasarkan prosedur yang
berlaku, dan dengan suatu peraturan perundang-undangan yang sejenis
 perubahan suatu peraturan perundang-undangan diharapkan dilakukan
secara baik tanpa merubah sistematika dari peraturan perundang-undangan
yang dirubah
 dalam suatu perubahan peraturan maka di dalam perumusan, penamaan,
hendaknya disebut peraturan perundang-undangan mana yang diubah dan
perubahan yang dilakukan itu adalah perubahan yang ke berapa kalinya.

MODUL 9
LATIHAN PENYUSUNAN PERUNDANG-UNDANGAN

Kegiatan Belajar 1
Bentuk Rancangan Undang-Undang, Ranncangan Peraturan Pemerintah dan
Rancangan Peraturan Daerah

Ada dua ketentuan yang dapat dijadikan pedoman pembentukan peraturan


perundang-undangan yaitu Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang
Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan UU,
Rancangan PP dan Rancangan Keppres, dan Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 84 Tahun 1993 tentang Bentuk Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah
Perubahan.

Dengan berbagai penyesuaian seperlunya, kedua peraturan tersebut digunakan pula


sebagai pedoman penyusunan peraturan perundang-undangan lainnya(ut)

You might also like