You are on page 1of 12

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR

SISWA DI SEKOLAH DASAR


DI SUSUN OLEH :

JONI HENDRA

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia yang berfalsafah Pancasila, memiliki tujuan pendidikan nasional pada


khususnya dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia
seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, telah
memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi setiap individu untuk mengembangkan
hubungan dengan Tuhan, dengan alam lingkungan, dengan manusia lain, bahkan juga
untuk mengembangkan cipta, rasa dan karsanya, jasmani maupun rohaninya secara
integral.

Berkaitan dengan usaha yang menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas,
pemerintah Republik Indonesia telah memberikan perhatian yang cukup besar terhadap
dunia pendidikan dengan berusaha keras untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Langkah konkritnya adalah dengan disusunnya UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Dalam Bab II pasal 3 dinyatakan bahwa:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak


serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung
jawab.”

Tujuan pendidikan tersebut di atas dapat dicapai melalui tiga macam jalur pendidikan
yaitu pendidikan formal, informal, dan nonformal. Pendidikan formal adalah jalur
pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, pendidikan tinggi. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan. Sedangkan pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Melalui tiga macam
pendidikan tersebut di atas, diharapkan tujuan pendidikan nasional dapat dicapai
sehingga akan tercipta sumber daya manusia yang benar-benar berkualitas.

Salah satu yang menunjang tercapainya tujuan adalah terciptanya pembelajaran yang
efektif, efisien serta menyenangkan bagi siswa, sehingga pembelajaran yang di berikan
akan menjadi bermakna bagi siswa. Namun, jika peserta didik memiliki minat yang
rendah terhadap proses pembelajaran, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai
dengan maksimal. Oleh karena itu di perlukan motivasi yang kuat bagi siswa untuk
mengikuti pembelajaran. Dalam proses belajar, motivasi seseorang tercermin melalui
ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses, meskipun dihadang banyak
kesulitan. Motivasi juga ditunjukkan melalui intensitas unjuk kerja dalam melakukan
suatu tugas. McClelland (Sutikno, 2007 :23) “menunjukkan bahwa motivasi berprestasi
(achievement motivation) mempunyai kontribusi sampai 64 persen terhadap prestasi
belajar.”

Pada saat ini kita melihat semangat siswa untuk belajar sungguh sangat rendah. hal itu di
tandai dengan rendahnya hasil belajar yang di capai siswa pada semua mata pelajaran
yang mereka pelajari. Sehingga pembelajaran yang di berikan guru tidak menunjukkan
hasil yang maksimal terhadap tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan guru. Selain itu
siswa sering bolos dalam belajar merupakan salah satu penyebab dari kurangnya minat
mereka dalam belajar. Jika hal ini di biarkan terus menerus tentu saja akan berdampak
buruk terhadap masa depan mereka. Jika hal ini terjadi maka tujuan Pendidikan Nasional
tidak akan tercapai. Berdasarkan fenomena tersebut, maka penulis tertarik untuk
memaparkan tulisan ini tentang upaya untuk memotivasi siswa dalam belajar, sehingga
minat siswa dalam belajar dapat lebih meningkat. Maka makalah ini penulis beri judul “
Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.”

1. B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas maka yang menjadi rumusan
masalah yang akan penulis bahas adalah :

1. Apakah penyebab rendahnya motivasi belajar siswa di Sekolah Dasar?


2. Bagaimana cara meningkatkan motivasi belajar siswa di Sekolah Dasar?

II. KAJIAN TEORI

A. Pengertian Motivasi

Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang
ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya
suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).
Adapun menurut Mc. Donald (Sondang, 2002 : 35) , “motivasi adalah perubahan energi
dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan di dahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan”. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald
ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu
mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan
dirangsang karena adanya tujuan.”

Menurut Maslow (Jalaludin, 2007 : 56) motivasi ada dua, yaitu:

“Motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik. a) Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul
dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar
kemauan sendiri. b) Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat
pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari
orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau
belajar.”

Maslow memaparkan tata lima tingkatan motivasi secara secara hierarkis ini adalah :

“a)Kebutuhan yang bersifat fisiologis (lahiriyah). Manifestasi kebutuhan ini terlihat


dalam tiga hal pokok, sandang, pangan dan papan. Bagi karyawan, kebutuhan akan gaji,
uang lembur, perangsang, hadiah-hadiah dan fasilitas lainnya seperti rumah, kendaraan
dll. Menjadi motif dasar dari seseorang mau bekerja, menjadi efektif dan dapat
memberikan produktivitas yang tinggi bagi organisasi. b) Kebutuhan keamanan dan ke-
selamatan kerja (Safety Needs) Kebutuhan ini mengarah kepada rasa keamanan,
ketentraman dan jaminan seseorang dalam kedudukannya, jabatan-nya, wewenangnya
dan tanggung jawabnya sebagai karyawan. Dia dapat bekerja dengan antusias dan penuh
produktivitas bila dirasakan adanya jaminan formal atas kedudukan dan wewenangnya. c)
Kebutuhan sosial (Social Needs). Kebutuhan akan kasih sayang dan bersahabat
(kerjasama) dalam kelompok kerja atau antar kelompok. Kebutuhan akan diikutsertakan,
mening-katkan relasi dengan pihak-pihak yang diperlukan dan tumbuhnya rasa
kebersamaan termasuk adanya sense of belonging dalam organisasi. d) Kebutuhan akan
prestasi (Esteem Needs). Kebutuhan akan kedudukan dan promosi dibidang
kepegawaian. Kebutuhan akan simbul-simbul dalam statusnya se¬seorang serta prestise
yang ditampilkannya. e) Kebutuhan mempertinggi kapisitas kerja (Self actualization).
Setiap orang ingin mengembangkan kapasitas kerjanya dengan baik. Hal ini merupakan
kebutuhan untuk mewujudkan segala kemampuan (kebolehannya) dan seringkali nampak
pada hal-hal yang sesuai untuk mencapai citra dan cita diri seseorang. Dalam motivasi
kerja pada tingkat ini diperlukan kemampuan manajemen untuk dapat
mensinkronisasikan antara cita diri dan cita organisasi untuk dapat melahirkan hasil
produktivitas organisasi yang lebih tinggi.”

Menurut McClelland (Sutikno , 2007 : 33) karakteristik orang yang berprestasi tinggi
(high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu :

“a)Sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat.


b)Menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka
sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan
c)Menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan
dengan mereka yang berprestasi rendah.”

Menurut Diah (2007 : 43) Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim
“ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E =
Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan
dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan)

Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :


1. Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan
untuk memuaskannya;
2. Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar
apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
3. Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi,
semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.
4. Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia.
Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri
pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan
perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi)
seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam
melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri
(motivasi instrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).

B. Pengertian Belajar

Menurut Moh. Surya (1997) Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam
perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.

Pengertian belajar menurut beberapa ahli (dalam Moh. Surya , 1997 : 12):

a. Whittaker, belajar adalah proses tingkah laku yang ditimbulkan atau diubah melalui
latihan atau pengalaman.

b. Kimble, belajar adalah perubahan relatif permanen dalam potensi bertindak, yang
berlangsung sebagai akibat adanya latihan yang diperkuat.

c. Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.

d. Sdaffer, belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap, sebagai hasil
pengalaman-pengalaman atau praktik.

“Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon” (Slavin,
2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang
berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan
guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan
respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat
diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang
diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat
diamati dan diukur.
Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa, belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru sebagai
pengalaman individu itu sendiri.

C. Pengertian Motivasi Belajar

Menurut Colquitt, LePine dan Noe (2000), motivasi untuk belajar didefinisikan sebagai
arah, kemahuan dan tingkah laku yang mengarah kepada pembelajaran berterusan dan
juga telah didapati positif kepada prestasi pembelajaran.

Motivasi belajar adalah keinginan siswa untuk mengambil bagian di dalam proses
pembelajaran (Linda S. Lumsden: 1994).

Menurut Hermine Marshall Istilah motivasi belajar mempunyai arti yang sedikit berbeda.
Ia menggambarkan bahwa motivasi belajar adalah kebermaknaan, nilai, dan keuntungan-
keuntungan kegiatan belajar belajar tersebut cukup menarik bagi siswa untuk melakukan
kegiatan belajar. Pendapat lain motivasi belajar itu ditandai oleh jangka panjang, kualitas
keterlibatan di dalam pelajaran dan kesanggupan untuk melakukan proses belajar ( Carole
Ames: 1990)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah kesanggupan untuk
melakukan kegiatan belajar karena didorong oleh keinginannya untuk memenuhi
kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang datang dari luar. Kegiatan itu dilakukan
dengan kesungguhan hati dan terus menerus dalam rangka mencapai tujuan.

III. PEMBAHASAN

A. Penyebab Rendahnya Motivasi Belajar Siswa

Ada beberapa masalah dalam keluarga yang menyebabkan motivasi belajar siswa lemah
terutama di kota-kota besar misalnya :

a. Sikap menganggap enteng dan mudah. Siswa sekarang hidup dalam dunia yang kuat
godaannya, terutama godaan untuk hidup santai dan meremehkan. Mereka ingin “tahu
beres” serba cepat dan instan kalau perlu ambil jalan pintas. Prinsip mereka ‘kalau bisa
gampang kenapa harus susah? Hal ini juga mereka laksanakan dalam dunia pendidikan.
Mereka menganggap enteng semua mata pelajaran yang di pelajari.

b. Masalah ekonomi keluarga, siswa harus membantu orangtua bekerja keras untuk
mencari uang sehingga tidak ada waktu untuk belajar. Hal ini menyebabkan waktu ubtuk
mengulang pelajaran di rumah semakin sempit. Selain itu mereka sudah kelelahan karena
bekerja membantu orangtuanya bekerja di rumah.

c. Relasi dengan orangtua kurang.Orangtua bekerja dari pagi hingga malam, sehibgga
perhatian pada anak sangat kurang. Hal inilah yang menyebabkan semangat belajar siswa
rendah.
d. Adanya tekanan psikologis.

Siswa yang mengalamai tekanan psikologis akan mudah emosi. Hal ini sangat
berpengaruh pada minat belajar siswa

e. Siswa kurang simpati dengan guru yang mengajar.

Bila siswa kurang simpati dengan gurunya maka minat mereka juga kurang dengan mata
pelajaran yang diajarkan.

f. Siswa tidak memiliki fasilitas belajar yang memadai.

Misalnya siswa tidak mempunyai meja belajar sendiri, lampu yang tidak terang , tidak
mempunyai buku kondisi rumah kurang mendukung untuk belajar.

g. Daya juang siswa lemah.

Siswa tidak mau lagi mengerjakan sesuatu yang sedikit sulit, enggan untuk bekerja,
enggan untuk berpikir.

1. B. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Dalam paradigma baru pendidikan, tujuan pembelajaran bukan hanya untuk merubah
perilaku siswa, tetapi membentuk karakter dan sikap mental profesional yang berorientasi
pada global mindset. Fokus pembelajarannya adalah pada ‘mempelajari cara belajar’
(learning how to learn) dan bukan hanya semata pada mempelajari substansi mata
pelajaran. Sedangkan pendekatan, strategi dan metoda pembelajarannya adalah mengacu
pada konsep konstruktivisme yang mendorong dan menghargai usaha belajar siswa
dengan proses enquiry & discovery learning.

Dengan pembelajaran konstruktivisme memungkinkan terjadinya pembelajaran berbasis


masalah. Siswa sebagai stakeholder terlibat langsung dengan masalah, dan tertantang
untuk belajar menyelesaikan berbagai masalah yang relevan dengan kehidupan mereka.
Dengan skenario pembelajaran berbasis masalah ini siswa akan berusaha
memberdayakan seluruh potensi akademik dan strategi yang mereka miliki untuk
menyelesaikan masalah secara individu/kelompok. Prinsip pembelajaran konstruktivisme
yang berorientasi pada masalah dan tantangan akan menghasilkan sikap mental
profesional, yang disebut researchmindedness dalam pola pikir siswa, sehingga kegiatan
pembelajaran selalu menantang dan menyenangkan.

Salah satu konsep Pembelajaran sedang di galakkan saat ini adalah pembelajaran
PAIKEM. Pakem yang merupakan singkatan dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan, merupakan sebuah model pembelajaran kontekstual yang melibatkan
paling sedikit empat prinsip utama dalam proses pembelajarannya.
Pertama, proses Interaksi (siswa berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan siswa,
multi-media, referensi, lingkungan dsb).

Kedua, proses Komunikasi (siswa mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka


dengan guru dan rekan siswa lain melalui cerita, dialog atau melalui simulasi role-play).
Ketiga, proses Refleksi, (siswa memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa yang
mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah lakukan).

Keempat, proses Eksplorasi (siswa mengalami langsung dengan melibatkan semua indera
mereka melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan dan/atau wawancara).

Terdapat 2 faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar, yaitu:

• Pertama, motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk
karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk
mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan.
• Kedua, motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari
orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang
yang bersangkutan.

Motivasi belajar dan disiplin merupakan kunci utama kejayaan seseorang pelajar. Justeru,
motivasi untuk belajar perlu diberikan penekanan untuk menggalakkan pembelajaran
serta menyekat perlakuan yang tidak sopan. Beliau menambah lagi, motivasi merujuk
kepada penglibatan pelajar dalam aktiviti pembelajaran dan gerak kerja dalam kelas.
Disiplin pula merujuk kepada pembentukan pelajar terhadap perlakuan yang boleh
diterima. Motivasi yang rendah akan menghasilkan suasana perlakuan yang negatif.

Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada
seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan
belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam
belajar tidak hanya diketahui, tetapi juga harus diterangkan dalam aktivitas belajar
mengajar.

Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan
belajar anak didik di kelas, sebagai berikut.:

— Memberikan penghargaan dengan menggunakan kata-kata, seperti ucapan bagus


sekali, hebat, dan menakjubkan. Penghargaan yang dilakukan dengan kata-kata (verbal)
ini mengandung makna yang positif karena akan menimbulkan interaksi dan pengalaman
pribadi bagi diri siswa itu sendiri

— Memberikan nilai ulangan sebagai pemacu siswa untuk belajar lebih giat. Dengan
mengetahui hasi yang diperoleh dalam belajar maka siswa akan termotivasi untuk belajar
lebih giat lagi.
— Menumbuhkan dan menimbulkan rasa ingin tahu dalam diri siswa. Rasa ingin tahu
dapat ditimbulkan oleh suasana yang mengejutkan atau tiba-tiba.

— Mengadakan permainan dan menggunakan simulasi. Mengemas pembelajaran dengan


menciptakan suasana yang menarik sehingga proses pembelajaran menjadi
menyenangkan dan dapat melibatkan afektif dan psikomotorik siswa. Proses
pembelajaran yang menarik akan memudahkan siswa memahami dan mengingat apa
yang disampaikan.

— Menumbuhkan persaingan dalam diri siswa. Maksudnya adalah guru memberikan


tugas dalam setiap kegiatan yang dilakukan, dimana siswa dalam melakukan tugasnya
tidak bekerjasama dengan siswa yang lainnya. Dengan demikian siswa akan dapat
membandingkan hasil pekerjaan yang dilakukannya dengan hasil siswa lainnya.

— Memberikan contoh yang positif, artinya dalam memberikan pekerjaan kepada siswa
guru tidak dibenarkan meninggalkan ruangan untuk melaksanakan pekerjaannya
Penampilan guru; penampilan guru yang menarik, bersih, rapi, sopan dan tidak berlebih-
lebihan akan memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Termasuk juga
kepribadian guru, guru yang masuk kelas dengan wajah tersenyum dan menyapa siswa
dengan ramah akan mebuat siswa merasa nyaman dan senang mengikuti pelajaran yang
sedang berlangsung.

Jika anak sudah memiliki motivasi yang kuat dalam belajar, di tandai dengan ciri-ciri
sebagai berikut :

— Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar

Jika motivasi anak sudah kuat dalam belajar, maka semangat dan keinginan belajar siswa
akan tinggi. Guru harus berupaya mempertahankan serta meningkatkan situasi ini.

— Adanya keinginan, semangat dan kebutuhan dalam belajar.

Anak yang merasa belajar adalah kebutuhan baginya, mereka akan belajar dengan giat,
tekun dan semangat. Maka, hasil belajar yamg mereka capai akan memuaskan.

— Memiliki harapan dan cita-cita masa depan

Anak yang memiliki cita-cita yang tinggi di masa depannya, mereka akan berusaha untuk
mencapai cita-cita itu. Salaj satunya dengan berusaha untuk belajar dengan rajin, dengan
tujuan meraih prestasi yang memuaskan.

Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa motivasi sangat di butuhkan bagi siswa dalam
mengikuti pelajaran. Dengan motivasi ini diharapkan akan tumbuh semangat siswa dalam
menimba ilmu dari guru sehingga apa yang diharapkan oleh lembaga pendidikan ini
dapat terwujud.
IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

Motivasi merupakan keadaan internal organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu.
Motivasi dapat dibedakan kedalam motivasi intrinsic dan ekstrinsik. Motivasi intrinsic
merupakan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya
untuk belajar,misalnya perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi
tersebut,apakah untuk kehidupannya masa depan siswa yang bersangkutan atau untuk
yang lain. motivasi ekstrinsik merupakan keadaan yang dating dari individu siswa yang
juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah,peraturan atau
tata tertib sekolah, keteladanan orangtua, guru merupakan contoh-contoh kongkret
motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk belajar.

Kekurangan atau ketiadaan motivasi baik yang intrinsic maupun ektrinsik akan
menyebabkan siswa kurang bersemangat untuk melakukan kegiatan belajar baik di
sekolah maupun di rumah. Dampak lanjutnya adalah pencapaian hasil belajar yang
kurang memuaskan

Motif atau keinginan untuk berprestasi sangat menentukan prestasi yang


dicapainya.dengan demikian,keinginan seseorang atau siswa untuk berhasil dalam belajar
juga akan menentukan hasil belajarnya motif erat sekali hubungannya dengan tujuan
yang akan dicapai.untuk mencapai suatu tujuan perlu dibuat sesuatu. Yang menyebabkan
seseorang berbuat adalah motifnya. Dengan demikian, motif berfungsi sebagai daya
penggerak atau pendoron Usaha-usaha yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa.Sekolah dapat melakukan banyak hal untuk membantu siswa
semangat dalam belajar.

Pendekatan personal akan sangat berguna bagi siswa yang bermasalah. Mengenali siswa
dengan permasalahan yang sedang dihadapi, akan membuat siswa merasa mempunyai
tempat curhat. Ajaklah mereka sharing pengalaman , mereka diberi kesempatan untuk
mengungkapkan masalah-masalah dalam dirinya maka mereka akan lega dan ceria
kembali. Sentuhlah hatinya, beri perhatian khusus, hargailah setiap ungkapan yang keluar
dari hati mereka, apapun yang mereka katakan kita beri peneguhan dan dukungan. Kita
akan menjadi tempat curhat bagi mereka. Bila mereka dapat mengungkapkan masalah-
masalah mereka, mereka akan bebas dan situasi ini akan membangkitkan semangat
belajar mereka..

1. B. Saran
1. Kita tanamkan disiplin diri dan mentalitas kerja keras kepada siswa. Kita
yakinkan mereka bahwa sesuatu yang besar harus dimulai dengan usaha
dan pengorbanan yang besar pula.
2. Guru dalam pembelajaran hendaknya menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan sehingga siswa dalam mengikuti pelajaran akan tidak
merasa bosan
3. Dalam suasan pembelajaran guru hendaknya tidak pelit dalam
memberikan penghargaan kepada siswa dalam rangka meningkatkanminat
mereka dalam belajar
4. Guru hendaknya selalu meningkatkan keterampilannya dalam mengajar
dengan menyerap informasi baik secara formal maupun informal
5. Orangtua hendaknya selalu memperhatikan anaknya dalam belajar serta
siap untuk membantu anak yang mengalami kesulitan belajar
6. Di harapkan kepada pemerintah untuk selalu melengkapi sarana
pembelajaran yang secara tidak langsung akan menambah semangat siswa
dalam belajar

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Dirjen Manajemen Dikdasmen

Diah (2007). Peningkatan Motivasi dan Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran.
Surakarta : Cipta Abadi

Jalaludin. 2007. Jurnal Pendidikan Kreativitas Guru Pacu Motivasi Belajar Siswa.
Kamus Kimia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka

Linda S. Lumden. 1994. Manajemen dan Pengelolaan Sumberdaya Manusia. Jakarta :


Balai Pustaka

Moh. Surya. 1997. Motivasi dan Pembelajaran. Jakarta : Tiga Serangkai

Siagian P. Sondang. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta : Rineka


Cipta.

Slavin, 2000. Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan dan Penerapanya. Bandung
: Bina Pustaka

Sobry Sutikno, Jurnal Peran Guru Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa,
Kamis, 12 November 2009. www.depdiknas.go.id

PERAN GURU DALAM MEMBANGKITKAN


MOTIVASI BELAJAR SISWA
November 8, 2008 — Wahidin
Oleh M. Sobry Sutikno

Pembelajaran efektif, bukan membuat Anda pusing, akan tetapi bagaimana tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan mudah dan menyenangkan. – M. Sobry Sutikno -
Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang
ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya
suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).
Adapun menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang
yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan di dahului dengan tanggapan terhadap
adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga
elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya
perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.

Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan
sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin
kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat
tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.

Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik.


• Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada
paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
• Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar
individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga
dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.

Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah
masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi
intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan
penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang
diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya
agar memecahkan perhatiannya.

Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi
ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas
guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi
belajar siswa, sebagai berikut:

1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.


Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan
mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas
tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.

2. Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka
untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan
termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3. Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi
belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.

4. Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian.
Tentunya pujian yang bersifat membangun.

5. Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar.
Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan
berusaha memacu motivasi belajarnya.

6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar


Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.

7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik


8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran

You might also like