Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
ASEP MULYANA, SP.
dalam skripsi
Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti - Tanjungsari, 2004
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Majalengka pada tanggal 16 April 1979, sebagai anak ke dua dari dua bersaudara, dari pasangan keluarga
bapak Bahyudin dan Ibu Riwayati.
Jenjang pendidikan formal yang diikuti penulis adalah Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cibodas dan lulus pada tahun 1992.
Kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 2 Majalengka dan lulus tahun 1995. Pada Tahun 1998 penulis
lulus dari Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 2 Majalengka Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Tahun 1999-2004 Penulis tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti pada Jurusan Budidaya
Pertanian Program Strata-1 (S1).
Tahun 2009 bekerja sebagai fungsional umum pada Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka pada sub bagian
Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan sampai sekarang.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengingat kebutuhan terhadap bawang merah yang terus meningkat maka pengusahaannya
memberikan gambaran (prospek) yang cerah. Prospek tersebut tidak hanya bagi petani dan pedagang saja, tetapi
juga bagi semua pihak yang ikut terlibat dalam kegiatan usahanya, dari mulai penanamannya sampai ke
pemasarannya.
Cerahnya prospek bawang merah juga didukung oleh tidak adanya bahan pengganti, baik yang sintesa
maupun alami. Oleh karena itu maka keberadaan bawang merah tentunya tetap banyak dibutuhkan oleh
masyarakat.
Daerah sentra produksi dan pengusahaan bawang merah perlu ditingkatkan mengingat permintaan dari
waktu-kewaktu terus meningkat. Hal ini sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan daya
belinya, selain itu dengan berkembangnya industri makanan jadi maka akan terkait pula peningkatan kebutuhan
terhadap bawang merah yang berperan sebagai salah satu bahan pembantu (Estu Rahayu dan Nur Berliana V.A.,
1999).
Selain masih kurangnya sentra produksi, rendahnya produksi bawang merah dikarenakan belum
tersedianya varietas yang cocok dengan lingkungan setempat, serta belum menyebarluasnya paket teknologi
budidaya hasil penelitian dari peneliti ketingkat petani, serta juga disebabkan adanya gangguan hama dan
penyakit bawang merah (Rosmini, 2002).
Teknik budidaya yang dapat meningkatkan hasil tanaman bawang merah adalah dengan menanam pada
lahan yang subur, yaitu lahan yang mempunyai solum yang dalam, remah, pH sesuai dengan tanaman dan
mempunyai aktivitas jasad renik yang tinggi. Menurut Saifuddin Sarief (1989), bahwa menurunnya kesuburan
tanah dari suatu lahan disebabkan oleh banyak permasalahan, seperti kemunduran sifat fisika tanah, sulitnya
mempertahankan kelembaban tanah pada musim kemarau, sangat cepatnya penurunan kandungan bahan organik
dan kesuburan yang kurang serasi. Penurunan sifat fisika, kimia dan biologi ini salah satunya disebabkan oleh
pemanenan hasil pertanian yang setiap musim atau tahun terus dilakukan sehingga sejumlah hara terangkut dari
tanah tanpa dikembalikan kedalam tanah.
Upaya penanggulangan menurunnya kesuburan tanah adalah dengan pemberian pupuk yaitu pupuk
organik dan pupuk anorganik. Jenis-jenis pupuk organik yang sering digunakan oleh masyarakat adalah pupuk
kandang yang jika diberikan kedalam tanah bukan hanya sekedar menyediakan unsur hara bagi tanaman tetapi
dapat juga memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Macam-macam pupuk kandang yang biasanya
digunakan adalah pupuk kandang domba, sapi, kerbau, kuda, dan ayam.
Penggunaan pupuk kandang diberikan sebagai pupuk dasar dengan takaran 20 ton/ha dengan cara
menyebarkan secara merata diseluruh lahan pertanaman atau ditempatkan pada lubang tanam (Pinus Linga,
1991).
Penggunaan pupuk anorganik adalah jalan terakhir yang dilakukan para petani untuk menangulangi
masalah kesuburan tanah karena di dalam pupuk anorganik tersebut unsur hara yang diperlukan oleh tanaman
sudah tersedia dengan lengkap, dan untuk mendapatkan jenis pupuk ini relatif mudah, karena sudah banyak
tersedia dipasaran.
Untuk mengetahui pengaruh pupuk kandang dan pupuk anorganik yang lebih baik dalam meningkatkan
hasil tanaman bawang merah kultivar Maja, maka diadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Kombinasi Jenis
Asep Mulyana, SP – Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka
2
Pupuk Kandang dan Pupuk Anorganik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah Kultivar
Maja (Allium ascalonicum L)”
1.5 Hipotesis
Dari kerangka pemikiran maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut:
1. Kombinasi jenis pupuk kandang dan pupuk anorganik yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman bawang merah.
2. Salah satu kombinasi jenis pupuk kandang dan pupuk anorganik berpengaruh lebih baik terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Bawang Merah
Tanaman bawang merah (Allium ascalonicum l) diduga berasal dari daerah Asia Tengah, yaitu disekitar
India, Pakistan sampai Palestina. Tidak ada catatan resmi sejak kapan bawang merah mulai dikenal dan
digunakan (Singgih Wibowo, 1992).
Menurut Rismunandar (1987), bahwa kualitas bawang merah ditentukan oleh beberapa faktor,
diantaranya yaitu :
1. Warnanya, warna yang merah cerah lebih menarik dan disukai ;
2. Ketatnya umbi atau kepadatannya ;
3. Rasanya pedas, lemah, sedang atau keras ;
4. Baunya setelah digoreng sedap/wangi ;
5. Bentuknya, umbi bulat tampak lebih disukai daripada yang lonjong.
Kandungan gizi bawang merah dalam umbi tidak terlalu tinggi, akan tetapi karena sifatnya yang dapat
melezatkan makanan, sehingga tiap orang Indonesia menyukainya dan menggunakan sebagai bumbu masakan
sehari-hari, dan juga dapat digunakan sebagai obat tradisional pelayanan masyarakat.
Berkhasiatnya umbi bawang merah sebagai obat diduga karena mempunyai efek anti septik dari
senyawa Alliin atau Allisin. Senyawa Alliin atau Allisin oleh enzim Alisinliase diubah menjadi Asam Piruvat,
Amonia dan Allisin anti mikroba yang bersifat bakterisida. Dan fungsinya pada tubuh antara lain memperbaiki
dan memudahkan pencernaan, serta dapat menghilangkan lendir-lendir dalam kerongkongan (Rahmat Rukmana,
2002).
Adapun kandungan gizi dari tiap 100 gram bawang merah menurut Rahkmat Rukmana (2002), seperti
yang disajikan pada Tabel 1 :
Tabel 1 : Kandungan dan Komposisi Gizi dari Tiap 100 gram Bawang Merah.
Di Indonesia dikenal ada beberapa varietas atau kultivar bawang merah yang berasal dari daerah-daerah
tertentu, yaitu dikenal varietas Sumenep, Bima, Lampung, Maja, dan sebagainya yang satu sama lain tampak
perbedaannya karena bentuk dan warnanya. Misalnya varietas Bima yang terkenal tinggi hasilnya, bentuk
umbinya lonjong dan warnanya merah muda.
Menurut Pulle Linnaeus dalam Hendro Sunarjono dan Prasodjo Soedomo (1983), bahwa bawang
merah mempunyai klasifikasi sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Monocotyledonae
Ordo : Liplorae
Familia : Amaryllidaceae
Genus : Allium
Species : Allium ascalonicum L. (Bawang merah Biasa)
Allium Cepa L. Bawang Bombay).
Marsono dan Paulus Sigit (2002), mengungkapkan bahwa untuk mendapatkan pupuk kandang
dilakukan dengan mengumpulkan kotoran hewan dalam satu tempat yang disebut silo. Dalam silo tersebut bahan
diperam selama kira-kira 3 bulan. Selama pemeraman tersebut terjadi proses pembusukan yang akan mengubah
kotoran menjadi bahan yang terlapuk sekaligus menguraikan unsur-unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman,
lamanya waktu pemeraman dan jenis bahan pupuk menentukan tingkat kelapukan bahan. Pupuk yang sudah
matang ditandai dengan tidak berbau kotoran, dingin, berwarna gelap, dan kadar airnya relatif rendah. Secara
kimiawi, pupuk kandang yang baik mengandung air 30-40 %; bahan organik 60-70%; N 1,5-2%; P 205 0,5-1 %;
dan K20 0,5-1%. Pupuk kandang yang baik diberikan secara langsung tanpa perlakuan tambahan. Untuk lebih
jelasnya kandungan hara berbagai jenis pupuk kandang seperti terlihat pada Tabel 2 :
1. Rancangan Lingkungan
Rancangan lingkungan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK)
yang terdiri dari 10 Perlakuan dan 3 ulangan.
2. Rancangan Perlakuan
Perlakuan-perlakuan yang dicobakan adalah Pupuk kandang Domba, Pupuk Kandang Sapi, Pupuk Kandang
Kerbau, Pupuk Kandang Kuda dan Pupuk Anorganik (N, P, K. Dosis dari masing-masing pupuk anorganik N : P
: K adalah 500 kg/ha ZA : 300 kg/ha SP-36 : 200 kg/ha KCl.
3. Rancangan Respon
Rancangan respon terdiri dari dua pengamatan yaitu pengamatan penunjang dan pengamatan utama.
Pengamatan penunjang adalah pengamatan yang datanya tidak dianalisis secara statistik, sedangkan pengamatan
utama adalah pengamatan yang datanya dianalisis secara statistik.
Pengamatan penunjang meliputi analisis tanah sebelum percobaan, analisis pupuk kandang domba,
analisis pupuk kandang sapi, analisis pupuk kandang kerbau, analisis pupuk kandang kuda, pengamatan hama
dan penyakit yang menyerang serta pengamatan gulma yang tumbuh dominan.
Pengamatan utama dilakukan terhadap tanaman contoh, yang ditetapkan dengan sistem random (acak)
sederhana (Simple random sampling) dengan jumlah contoh yang diambil 10 % dari jumlah tanam per
perlakuan. Tanaman pinggir dipelihara dan di perlakukan sama seperti tanaman contoh.
Pengamatan utama yang diamati, sebagai berikut :
1. Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman adalah rata-rata tinggi tanaman contoh yang masih produktif dari setiap petak, yang
diukur dari pangkal batang sampai bagian tanaman tertinggi, menggunakan penggaris.
2. Jumlah Daun Per Rumpun
Jumlah daun per rumpun adalah rata-rata jumlah daun tanaman contoh dari setiap petak percobaan,
pengamatan dilakukan pada setiap helai daun yang masih aktif melakukan fotosintesis yang ditunjukkan oleh
warna daun yang masih hijau.
3. Jumlah Umbi Per Rumpun
Jumlah umbi perumpun adalah rata-rata jumlah umbi tanaman contoh dari setiap petak percobaan,
pengamatan dilakukan pada saat tanaman dipanen.
4. Berat Basah Tanaman Per Rumpun
Berat basah tanaman per rumpun adalah berat rata-rata tanaman contoh yang masih basah pada setiap
petaknya. Penimbangan dengan timbangan yang dilakukan pada saat tanaman baru dipanen.
5. Berat Kering Angin Tanaman Per Rumpun
Berat kering angin tanaman per rumpun adalah berat rata-rata tanaman contoh yang sudah dikering
anginkan sampai beratnya konstan. Penimbangan menggunakan timbangan yang dilakukan setelah tanaman
dipanen dan dikering anginkan.
6. Berat Kering Angin Tanaman Per Petak
Berat kering angin per petak adalah berat kering rata-rata tanaman contoh pada setiap petaknya yang
sudah dikering anginkan sampai beratnya konstan. Penimbangan menggunakan timbangan yang dilakukan
setelah tanaman dipanen dan dikering anginkan.
4. Rancangan Analisis
Berdasarkan rancangan percobaan yang digunakan, maka dibuat model linier sebagai berikut :
Xij = µ + ti + rj + eij
Jika F hitung lebih besar dari F0,05 menunjukkan adanya keragaman atau keragaman nyata diantara
perlakuan-perlakuan. Untuk mengetahui perbedaan diantara dua perlakuan dilakukan uji lanjutan dengan Uji
Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5 %.
Berikut rumus perhitungan analisis Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5 % menurut Toto
Warsa dan Cucu, S.A. (1982), adalah :
LSR (α . dbg . p) = SSR (α . dbg . p) . Sx
Keterangan : LSR : Least Significant Ranges
α : Taraf nyata diambil 5 %
dbg : Derajat Bebas Galat
p : Banyaknya Perlakuan
SSR : Studentized Significant Ranges
Sx = √ KTG
r
DAFTAR PUSTAKA