You are on page 1of 35

Dasar-Dasar

TIGA KATEGORI BELAJAR FILSAFAT

• HISTORIS – berdasar kurun waktu tertentu

• SISTEMATIS – spesialisasi cabang-cabang


filsafat ttt

• PRINSIP-PRINSIP FILSAFAT – pola yang


digunakan
MENGASAH FILSAFAT

• Diskusi, Mailing List, dsb


• Studi Literatur (Topik & Tokoh)
• Hadap Masalah
• Permenungan
• Menulis
• Mengajar
ARTI FILSAFAT
• Filsafat  mater scientiarum
induk segala ilmu (cat. > dulu)

• Kelahiran Filsafat di Yunani Kuno (di Miletos)


6 SM  Kemenangan akal atas mite
Thales (Father of Philosophy): Arche  Air

• Filsafat (Ina) = Falsafah (Arab) = Philosophy (Ing) =


Philosophia (Latin) = Philosophie (Jerman, Belanda,
Prancis)  Philosophia (Yunani).

• ...
• Philosophia 
philein (mencintai) + sophos (bijaksana)
philos (teman) + sophia (kebijaksanaan)

• Pythagoras (572-497 SM)  “philosophos”


(lover of wisdom)

• Filosof bukan orang yang sudah mencapai


& memiliki kebenaran, tetapi selalu
mengejar & mencintai kebenaran
TERMINOLOGI FILSAFAT
Filsafat:
kegiatan/hasil pemikiran/permenungan yang menyelidiki
sekaligus mendasari segala sesuatu yang berfokus pada makna
di balik kenyataan/teori yang ada untuk disusun dalam sebuah
sistem pengetahuan rasional....
Permenungan Kefilsafatan:
percobaan utk menyusun sebuah sistem pengetahuan rasional
yang memadai utk memahami dunia maupun diri sendiri.

Berpikir didefinisikan sebagai kemampuan manusia untuk


mencari arti bagi realitas yang muncul di hadapan
kesadarannya dalam pengalaman dan pengertian
FILSAFAT BISA BERUPA...
(1) Sikap,
(2) Metode berpikir,
(3) Kel. persoalan,
(4) Kel. Teori
(5) Analisa bahasa/Istilah,
(6) Pemahaman yg menyeluruh atau
Pandangan Hidup
FILSAFAT-FILSAFAT KHUSUS
1. Filsafat Politik
2. Filsafat Ekonomi
3. Filsafat Kebudayaan
4. Filsafat Pendidikan
5. Filsafat Hukum
6. Filsafat Bahasa
7. Filsafat Seni
8. Filsafat Ilmu
9. ...dll
FILSAFAT KEILMUAN
• Filsafat Ilmu Umum
• Filsafat Ilmu-ilmu Khusus
1. Filsafat Matematika
2. Filsafat Ilmu-ilmu Fisik
3. Filsafat Biologi
4. Filsafat Psikologi
5. Filsafat Linguistik
6. Filsafat Ilmu Sosial
7. dll.
BERPIKIR DALAM FILSAFAT
Rasional: tahu & paham dengan akal budi
Logis: tahu & paham dengan teknik berpikir yang telah ditetapkan dalam
aturan logika formal, yakni menyusun silogisme-silogisme dengan
tujuan mendapatkan kesimpulan yang tepat dengan menghilangkan
setiap kontradiksi.
Dialektik: menetapkan tesis dan antitesis dengan tujuan mendapat sintesis
dengan mengaktifkan kontradiksi
Intuisi: diutamakan kemampuan inventif, mendapat pengetahuan segera
tanpa terlalu mempedulikan prosedur atau langkah untuk sampai pada
kepada pengetahuan tersebut
Taksonomi: susun klasifikasi dengan tujuan menyederhanakan kenyataan
dan gejala dalam kategori
Simbolisme: lihat gejala sbg lambang dg tujuan mengerti apa yang
dilambangkan
OBJEK FILSAFAT
• Objek Material : Segala sesuatu yang ada
1. Tipikal / sungguh-sungguh ada
2. Dalam kemungkinan
3. Dalam pikiran/konsep

• Objek Formal : Hakikat terdalam / substansi /


esensi / intisari

Ketr.
O.M. = Sesuatu hal yg dijadikan sasaran pemikiran (Gegenstand), yg diselidiki,
yg dipelajari.
O.F. = Cara memandang, meninjau, seorang peneliti terhadap OM-nya serta
prinsip-prinsip yang digunakan.
OF  Memberi keutuhan suatu ilmu
Membedakannya dengan bidang ilmu lain
1 OM = sekian OF
CIRI-CIRI PERSOALAN FILSAFAT
• Bersifat sangat umum (tak bersangkutan dg objek2
khusus)
• Spekulatif, tak langsung menyangkut fakta (non-
faktawi)
• Bersangkutan dg nilai-nilai (kualitas abstrak yg ada pd
suatu hal)
• Bersifat kritis  thd konsep dan arti2 yg biasanya
diterima bgt saja oleh ilmu
• Besifat sinoptik: mencakup struktur kenyataan scr
keseluruhan
• Bersifat implikatif: jawaban suatu persoalan
memunculkan persoalan baru yg saling berhubungan.
• Bersifat teoritik: lebih pada tindak reflektif, non-praktis.
CIRI-CIRI PEMIKIRAN FILSAFAT
• Bersifat radikal (sampai ke akar-akarnya, sampai pd
hakikat/esensi)
• Sistematis (adanya hub. fungsional antara unsur2 utk
mencapai tujuan ttt)
• Berpikir ttg hal/proses umum, universal, ide2 besar, bukan
ttg peristiwa tunggal
• Konsisten/runtut (tak terdapat pertentangan di dalamnya)
dan koheren (sesuai dg kaidah2 berpikir, logis)
• Secara bebas, tak cenderung bias prasangka, emosi.
Kebebasan ini berdisiplin (berpegang pd prinsip2 pemikiran
logis serta tanggung jawab pd hati nurani sendiri)
• Berusaha memperolah pandangan
komprehensif/menyeluruh.
• Secara konseptual  hasil generalisir (perumuman) dan
abstraksi dr pengalaman ttg hal2 serta proses2 individual 
melampaui batas pengalaman hidup sehari2
TUJUAN & MANFAAT FILSAFAT
• Mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin,
mengajukan kritik & menilai pengetahuan ini, menemukan
hakikatnya & menerbitkan serta mengatur semua itu dlm
bentuk yg sistematis.

• Bukan Problem Solving, tetapi memberi kejernihan dalam


berpikir tentang sesuatu, memetakan secara komprehensif &
radikal. Dengan filsafat, manusia mampu menghindar dari
arogansi “akulah yang benar”, dogmatisme kepercayaan.
Melalui filsafat semua argumen diakui sama potensinya dalam
meraih kebenaran.

• Para filosof tampak selalu gelisah, “semakin banyak tahu


semakin merasa banyak yang belum diketahui”. Kebenaran,
kebahagiaan, keadilan, keindahan, nilai-nilai itu selalu dalam
proses & debatable, tak pernah finish tergenggam..!
 subjektif
Filsafat membicarakan fakta dengan 2 cara:

• mengajukan kritik atas makna yg dikandung fakta

“sungguh finalkah fakta bahwa tangan itu materi padat?”

• menarik kesimpulan yg bersifat umum dari fakta

“kebenaran bisa ganda: tangan materi padat sekaligus


gelombang tak kasat mata”
JENIS-JENIS PERSOALAN FILSAFAT

Keberadaan (being) atau eksistensi (exixtence)


 cab. Metafisika

Pengetahuan (knowledge) atau kebenaran (truth)


 cab. Epistemologi & Logika

Nilai-Nilai (values)
 cab. Etika (kebaikan) & Estetika (keindahan)
METAFISIKA
Merupakan studi terdalam dari kenyataan/keberadaan

Persoalan Ontologis
 Makna dan penggolongan “ada”, “eksistensi”.
 Sifat dasar kenyataan

Persoalan Kosmologis
 Asal mula, perkembangan, struktur/susunan alam
 Hubungan kausalitas
 Permasalahan ruang dan waktu

Persoalan Antropologis
• Hubungan tubuh dan jiwa
• Kesadaran, kebebasan
EPISTEMOLOGI
Pelajari asal/sumber, struktur, metode, & validitas pengetahuan

Theory of knowledge  Episteme = pengetahuan + logos = ilmu

Apa yang dapat saya ketahui?


Bagaimana manusia dapat mengetahui sesuatu?
Perbedaan pengetahuan apriori dengan aposteriori
LOGIKA
Ilmu, kecakapan, alat untuk berpikir secara lurus

Logos = nalar, kata, teori, uraian, ilmu

OM = pemikiran
OF = kelurusan berpikir

 Pengertian, putusan, penyimpulan, silogisme


 Bagaimana manusia berpikir secara lurus?
 Perbedaan logika material dan formal
 Penerapan logika induksi dan deduksi
 Macam-macam sesat pikir
ETIKA
Filsafat Moral

Ethos = watak; Mores = kebiasaaan; kesusilaan

OM = perilaku secara sadar dan bebas;


OF = baik dan buruk

 Syarat baik-buruknya perilaku


 Hubungan kebebasan berkehendak dengan perbuatan susila
 Kesadaran moral, hati nurani
 Pertimbangan moral dan pertimbangan yang bukan moral
ESTETIKA
Filsafat Keindahan

Estetika berasal dari kata Yunani aisthesis = cerapan indera

 Arti keindahan
 Subjektivitas, objektivitas, dan ukuran keindahan
 Peranan keindahan dalam kehidupan
 Hubungan keindahan dengan kebenaran
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT
1. Persoalan Keberadaan

A. Dari segi jumlah


Monisme = satu kenyataan fundamental
Dualisme = dua substansi
Pluralisme = banyak substansi

B. Dari Segi Kualitas


spiritualisme = roh ~ idealisme
Materialisme = materi

C. Dari Segi Proses, Kejadian/Perubahan


Mekanisme = asas-asas mekanik
Teleologi = alam diarahkan ke suatu tujuan
Vitalisme = kehidupan tidak semata-mata fisik-kimiawi
Organisisme = hidup adl struktur dinamis, sistem yg teratur
...
2. Persoalan Pengetahuan

A. Sumber
Rasionalisme = akal ~ deduksi
Empirisme = indera
Realisme = objek nyata dalam dirinya sendiri
Kritisisme = Pengamatan indera dan Pengolahan akal

B. Hakikat
Idealisme = proses mental/psikologis ~ subjektif
Empirisme = pengalaman
Positivisme = pengetahuan faktawi
Pragmatisme = guna pengetahuan
...
2. Persoalan Etika/Nilai-Nilai

Idealisme etis – ideal


Deontologisme etis – kewajiban
Etika Teleologis = tujuan
Hedonisme = kenikmatan
Utilitarisme = Kebahagiaan sebesar2nya utk man sebanyak2nya.
HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU
keduanya tumbuh dari sikap refleksif, ingin tahu, dan dilandasi kecintaan pada
kebenaran

• Perbedaannya, filsafat dengan metodenya mampu mempertanyakan


keabsahan dan kebenaran ilmu, sedangkan ilmu tidak mempu
mempertanyakan asumsi, kebenaran, metode, dan keabsahannya
sendiri.
• Ilmu lebih bersifat ekslusif, menyelidiki bidang-bidang yang
terbatas, sedangkan filsafat lebih bersifat inklusif.
• Dengan demikian filsafat berusaha mendapatkan pandangan yang
lebih komprehensif tentang fakta-fakta.
• Ilmu dalam pendekatannya lebih bersifat analitik dan deskriptif:
menganalisis keseluruhan unsur-unsur yang mnjadi bagian
kajiannya, sedangkan filsafat lebih sintetik atau sinoptik
menghadapi objek kajiannya sebagai keseluruhan.
• Filsafat berusaha mencari arti fakta-fakta.
• Jika ilmu condong menghilangkan faktor-faktor subjektivitas dan
menganggap sepi nilai-nilai demi menghasilkan objektivitas, maka
filsafat mementingkan personalitas, nilai-nilai dan bidang
pengalaman
• Filsafat itu tidak salah satu ilmu di antara ilmu-ilmu lain. "Filsafat itu
pemeriksaan ('survey') dari ilmu-ilmu, dan tujuan khusus dari filsafat itu
menyelaraskan ilmu-ilmu dan melengkapinya."
• Filsafat mempunyai dua tugas: menekankan bahwa abstraksi-abstraksi dari
ilmu-ilmu betul-betul hanya bersifat abstraksi (maka tidak merupakan
keterangan yang menyeluruh), dan melengkapi ilmu-ilmu dengan cara ini:
membandingkan hasil ilmu-ilmu dengan pengetahuan intuitif mengenai alam
raya, pengetahuan yang lebih konkret, sambil mendukung pembentukan skema-
skema berpikir yang lebih menyeluruh.
• Hubungan ilmu dengan filsafat bersifat interaksi. Perkembangan-perkembangan
ilmiah teoritis selalu berkaitan dengan pemikiran filsafati, dan suatu perubahan
besar dalam hasil dan metode ilmu tercermin dalam filsafat. Ilmu merupakan
masalah yang hidup bagi filsafat. Ilmu membekali filsafat dengan bahan-bahan
deskriptif dan faktual yang sangat perlu untuk membangun filsafat. Tiap filsafat
dari suatu periode condong merefleksikan pandangan ilmiah di periode itu.
Ilmu melakukan cek terhadap filsafat dengan membantu menghilangkan ide-ide
yang tidak sesuai dengan pengetahuan ilmiah. Sedangkan filsafat memberikan
kritik tentang asumsi dan postulat ilmu serta analisa kritik tentang istilah-istilah
yang dipakai
• Filsafat dapat memperlancar integrasi antara ilmu-ilmu yang dibutuhkan.
Searah dengan spesialisasi ilmu maka banyak ilmuwan yang hanya
menguasai suatu wilayah sempit dan hampir tidak tahu menahu apa yang
dikerjakan di wilayah ilmu lainnya. Filsafat bertugas untuk tetap
memperhatikan keseluruhan dan tidak berhenti pada detil-detilnya.
• Filsafat adalah meta ilmu, refleksinya mendorong peninjauan kembali
ide-ide dan interpretasi baik dari ilmu maupun bidang-bidang lain.
• Filsafat pada masa-masa awal kelahirannya dianggap sebagai mater
scientiarum, induknya ilmu. Seiring dengan spesialisasi ilmu sampai
dengan akhir-akhir ini, kekhususan setiap ilmu menimbulkan batas-batas
yang tegas antara masing-masing ilmu. Tidak ada bidang pengetahuan
lain yang menjadi penghubung ilmu-ilmu yang terpisah itu. Di sinilah
filsafat berusaha mengatasi spesialisasi dengan mengintegrasikan
masing-masing ilmu dan/dengan merumuskan pandangan hidup yang
didasarkan atas pengalaman kemanusiaan yang luas.
HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN SENI
merupakan sarana manusia untuk “tahu”, dalam arti tahu tentang dirinya
sendiri, sesama, alam, maupun Sang Penciptanya untuk kemudian tahu
bagaimana bersikap, berbuat, dan bertanggung jawab dalam aneka macam
kompleksitas kehidupannya
• Seni dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan manusia
yang menjelajahi dan menciptakan realitas baru serta
menyajikannya secara kiasan. Manusia membutuhkan
seni, sebagaimana manusia membutuhkan filsafat dan
ilmu, karena melalui seni manusia dapat
mengekspresikan dan menanamkan apresiasi dalam
pengalamannya.
• Seni tidak bertujuan untuk mencari pengetahuan dan
pemahaman sebagaimana filsafat, juga bukan seperti
ilmu yang bertujuan mengadakan deskripsi, prediksi,
eksperimentasi, dan kontrol, tetapi seni bertujuan untuk
mewujudkan kreativitas, kesempurnaan, bentuk,
keindahan, komunikasi, dan ekspresi.
HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN AGAMA
merupakan sarana manusia untuk “tahu”, dalam arti tahu tentang dirinya
sendiri, sesama, alam, maupun Sang Penciptanya untuk kemudian tahu
bagaimana bersikap, berbuat, dan bertanggung jawab dalam aneka macam
kompleksitas kehidupannya
• Filsafat bukan agama, meskipun banyak juga manusia dari berbagai
belahan dunia yang menjadikan filsafat (dalam arti pandangan
hidup) sebagai agama, misalnya filsafat konfusianisme.
• Tujuan agama lebih dari sekedar pengetahuan, yakni untuk mencari
keharmonisan, keselamatan, dan perdamaian. Agama yang matang
dan kokoh akan mencantumkan latar belakang filsafat dan sekaligus
menimba dan menyaring informasi dari ilmu. Ini diperlukan agama
dalam rangka memberi jawaban komprehensif, integral, dan
berwibawa (dalam arti tidak asal menjawab) terhadap berbagai
pertanyaan dan gugatan.
• Kasus-kasus yang membawa-bawa agama seperti terorisme, tentu
bisa dirunut pada latar belakang filsafat dari agama tersebut,
misalnya bagaimana pandangan agama tersebut terhadap kekerasan,
keadilan, dan kemanusiaan.
• Seperti kata Einstein, tanpa ilmu (dan filsafat), agama akan lumpuh.
SEKILAS FILSAFAT ILMU
• Filsafat ilmu merupakan bagian atau cabang dari
filsafat yang lahir di abad ke-18.
• Lingkup permasalahan filsafat ilmu (dipakai secara
luas di Indonesia):
o Problem ontologi ilmu; perkembangan dan kebenaran ilmu
sesungguhnya bertumpu pada landasan ontologis (‘apa
yang terjadi’ - eksistensi suatu entitas)
o Problem epistemologi; adalah bahasan tentang asal muasal,
sifat alami, batasan (konsep), asumsi, landasan berfikir,
validitas, reliabilitas sampai soal kebenaran (bagaimana
ilmu diturunkan - metoda untuk menghasilkan kebenaran)
o Problem aksiologi; implikasi etis, aspek estetis, pemaparan
serta penafsiran mengenai peranan (manfaat) ilmu dalam
peradaban manusia

Ketiganya digunakan juga sebagai


landasan penelaahan ilmu
CIRI SAHNYA ILMU
 Memiliki objek atau pokok soal, yakni sasaran dan
titik pusat perhatian tertentu
 Bermetode, yakni cara atau sistem dalam ilmu
untuk memperoleh kebenaran agar rasional,
terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah
 Bersistem: mencakup seluruh objek serta aspek-
aspeknya sehingga saling berkaitan satu sama lain
 Universal: keputusan kebenarannya berorientasi
sifat keumuman, bukan tunggal
 Verifikatif: dapat dilacak kebenarannya
 Rasional/objektif: dapat dipahami dengan akal
• Ternyata perkembangan ilmu tidak semata-mata mengandalkan rasio
atau empiris saja, tetapi merupakan suatu petualangan yang tak habis-
habisnya (an unending adventure), yang selalu hadir di ambang
ketakpastian (uncertainty) dan menuntut tindakan keputusan (act of
judgment).
• Diperlukan penerobosan (penetration) antara kehidupan berpikir
(rasio), berbuat (pengalaman = empiri), dan intuisi (sebagai
pemahaman tertinggi terhadap masalah itu sebagai keseluruhan), suatu
interpenetrasi yang interaktif yang melahirkan ilham untuk
mewujudkan tindakan kreatif.
• Oleh karena itu, ilmu tidak semata-mata disusun secara logis rasional
(menekankan fungsi akal) atau bersifat empiris (menekankan fungsi
pengalaman/indera) atau rasionalistis kritis (dalam arti Kantian),
ataupun konstruktivistis (penekanan keseluruhan konteks, rasional
maupun empiris), tetapi merupakan sistem terbuka yang dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan kehidupan manusiawi dengan seluruh aspek
pembangunan masyarakat spiritual maupun material ataupun dalam
kaitan dengan konteks ilmu itu sendiri. Tanggung jawab etis kemudian
menjadi tuntutannya (dalam hal inilah value bond-nya ilmu dalam
konteks aksiologi).
• Bertitik tolak dari hal ini, filsafat ilmu bisa dirumuskan sebagai ilmu
yang berbicara tentang dinamika ilmu pengetahuan itu sendiri, dan bisa
disebut sebagai meta-science yang berarti ilmunya ilmu lainnya
• Sering disebutkan, kesepakatan antara para ilmuwan
dan filsuf dengan tegas menunjuk “empiris” sebagai
ciri ilmu, baik menyangkut metode, observasi,
ataupun analisis yang digunakan ilmu-ilmu sosial
maupun ilmu­ilmu alam.
• Namun tidak semua kenyataan kehidupan dapat
dijawab oleh kedua golongan ilmu ini. Ilmu-ilmu
humaniora merupakan wadah bagi hal tersebut.
Berbagai peri kehidupan manusia yang paling esensial
dalam kawasan perkembangan manusiawi seperti
kebebasan berpikir, keadilan, kelurusan moral,
ataupun ketegaran nilai, jauh lebih luas jangkauannya
untuk dapat disederhanakan dan direduksikan
menjadi persamaan atau teori sosial tanpa kehilangan
maknanya
• Nilai penting filsafat ilmu untuk seharusnya
diajarkan di semua universitas tidak hanya sebagai
komplemen semata dari pendidikan keilmuan
suatu fakultas keilmuan, tetapi juga terkait dengan
kebutuhan akan keterbukaan cakrawala
pengetahuan ilmiah disiplin ilmu yang semakin
lama semakin terspesialisasi.
• Spesialisasi ilmu ini memerlukan “jembatan” atau
“penghubung” yang menghubungkan struktur
keilmuan suatu disiplin ilmu khusus dengan
informasi-informasi dan kritik-kritik ilmiah aspek-
aspek di luar bahasan disiplin keilmuan tersebut
(meskipun tentu saja dibatasi pada aspek-aspek
keumumannya).
Œ
STRUCTURING HUMAN INQUIRY

NOMOTHETIC
INQUIRY IDIOGRAPHIC
PARADIGMA L
TEORI & OBYEK REALITA EMPIRIK O
KONSEP REALITA SIMBOLIK G
I
K
DEDUKSI A
METODA
INDUKSI I
&
L
PROSES M
KONSEPTUALISASI
U
OPERASIONALISASI
INFORMASI
GENERALIZED
& MEANING
PENGETAHUAN

You might also like