You are on page 1of 4

ILMU DAN DILALAH DALAM ILMU MANTIK

‫العلــم و الداللـة فى علــم المنـطق‬

A. Pengertian Ilmu (‫) تعريف العلم‬

Pengertian Ilmu menurut para pakar mantik adalah, mengerti dan yakin atau mendekati
yakin (zhan) mengenai sesuatu yang belum diketahui, baik paham itu sesuai dengan relita
maupun tidak.
Pakar Ilmu Mantik membagi Ilmu sepert skema berikut ini :

Memperhatikan skema di atas bahwa Ilmu, menurut Ilmu Mantik terbagi dua bagian yaitu :
1. Tashawwur (‫) تصور‬, yaitu memahami segala sesuatu tanpa meletakan sesuatu (sifat) yang lain
kepadanya, seprti memahami kata Husain.
2. Tashdiq (‫) تصديق‬, yaitu memahami hubungan antara dua kata, atau menetapkan sesuatu kata
atas kata yang lain. ketika anda memahami Husin sebagaimana adanya, tanpa menetapkan
sesuatu yang lain kepadanya maka ilmu anda megenai Husin itu tersebut tashawwur. Tetapi,
ketika anda mengatakan Husin sakit, berarti anda memahaminya dengan menetapkan
(meletakan) sakit kepad Husin. pemahaman anda pada waktu itu sudah berpindah dari
tashawwur kepada tasdiq,
Ilmu-ilmu tasahawwur dan tasdiq itu, masing-masingnya terbagi lagi kepada dua bagian :1).
Badihi, adalah pemahaman tentang sesuatu yang tidak memerlukan pikiran atau penalaran,
seperti mengetahui diri merasa lapar karena terlambat lapar, mengetahui diri merasa dingin
karena tidak memakai jaket, dan yang semacamnya. 2). Nazhari, adalah pemahaman (ilmu) yang
memerlukan pemikiran, penalaran, atau pembahasan seperti ilmu tentang matematika, gas bumi,
kimia, teknologi radio, dan yang semacamnya.
B. Pengertian Dilalah (‫داللة‬ )
Dilalah adalah memahami sesuatu dari sesuatau yang lain. sesuatu yang pertama disebut Al-
madhul (ynag ditunjuk, diterangkan atau diberi dalil) dan sesuatu yang kedua disebut Al-dall
(penunjuk, penerag, atau yang memberi dalil)
Contoh :
Terdengar suara di dalam danau di tengah ladang adalah dilalah ( indikator) bagi adanya orang di
dalam danau itu.
Pembagian Dilalah

Skema ini menunjukkan bahwa Dilalah terbagi dua bagian yaitu : 1). Dilalah Lafzhiyyah; 2).
Dilalah Ghairu Lafzhiyyah.
Dilalah Lafzhiyyah
Adalah petunjuk berupa kata atau suara. Dilalah ini terbagi tiga bagian yaitu :
1. Thabi’iyyah (dilalah lafzhiyyah thabi’iyyah) yaitu dilalah (petunjuk) yang berbentu alami
(‘aradh thabi’i).
Contoh :
Ketawa terbahak-bahak menjadi dilalah bagi gembira
Menangis terisk-isak menjadi dilalah bagi sedih
2. ‘Aqliyah (dilalah lafzhiyah aqliyah) yaitu dilalah yang berbentuk akal- pikir.
Contoh :
“Suara teriakan ditengah hutan menjadi dilalah bagi adanya manusia di sana”.
Suara teriakan maling dari sebuah rumah menjadi dilalah bagi adanya pencuri yang sedang
melakukan pencurian
3. Wadh’iyyah (dilalah lafzhiyah wadh’iyyah) yaitu dilalah yang dengan sengaja dibuat manusia
untuk suatu isyarah atau tanda apa saja berdasar kesepakatan.
Contoh :
Petunjuk bagi lafadz (kata) kepada makna yang telah disepakati :
Orang Sunda sepakat menetapkan kata cau menjadi dilalah bagi pisang
Orang Jawa sepakat kata gedang menjadi dilalah bagi pisang
Orang Inggris sepakat kata Benana menjadi dilalah bagi pisang
Dilalah Ghairu Lafzhiyyah (‫) غــــــــــــــــــــــــــــــير اللفظية‬
Adalah dilalah yang tidak berbentuk kata atau suara. Dilalah ini terbagi tiga bagian :
1. Thabi’iyyah (dilalah ghairu lafzhiyyah thabi’iyyah) yaitu dilalah (petunjuk) yang bukan kata
atau suara yang bersifat alami
Contoh :
Wajah cerah menjadi dilalah bagi orang yang senang
Menutup hidung menjadi dilalah bagi menghindarkan bau
2. ‘Aqliyah (dilalah ghairu lafzhiyah ‘aqliyah) yaitu dilalah bukan kata atau suara yang
berbentuk akal- pikir.
Contoh :
Hilangnya barang-barang di rumah menjadi dilalah bagi adanya orang yang mencuri
Terjadinya kebakaran di hutan menjadi dilalah bagi adanya orang yang membawa api ke sana

3. Wadh’iyyah (dilalah lafzhiyah wadh’iyyah) yaitu dilalah bukan kata atau suara yang dengan
sengaja dibuat manusia untuk suatu isyarah atau tanda apa saja berdasar kesepakatan.
Contoh :
Petunjuk bagi lafadz (kata) kepada makna yang telah disepakati :
Secarik kain hitam yang dipakai orang Cina di tangan kirinya menjadi dilalah bagi kesedihan,
karena ditinggal mati oleh keluarganya.

C. Dilalah Lafzhiyah Wadh’iyah (‫) لفظيــــــــــــــــــة وضــــــــــــــــــعية‬


Dilalah Lafzhiyah Wadh’iyah, seperti yang terlihat didalam skema, terbagai tiga bagian yaitu :
a. Muthabaqiyyah (dilalah lafzhiyah wadhiyyah muthabaqiyyah) yaitu dilalah lafazh (petunjuk
kata) kepeda makna selengkapnya.
Contoh :
Kata rumah memberi petunjuk (dilalah) kepada bangunan yang lengkap terdiri dari, dinding ,
jendela, pintu, atap dan lain-lainnya. Jika kita menyuruh membuat rumah, adalah rumah yang
lengkap, bukan hanya satu bagian saja (dinding atau atapnya) saja.

b. Tadhammuniyyah (dilalah lafzhiyyah wadh’iyyah tadhammuniyah) yaitu dilalah lafazh


(petunjuk kata) kepada bagian-bagian maknanya.
Contoh :
Ketika kita bermaksud untuk memperbaiki rumah, maka hanya bagian-bagian tertentu saja yang
diperbaiki.
Jika kita meminta dokter mengobati badan, maka bagian badan yang sakit saja yang diobati.

c. Iltizamiyyah (dilalah lafzhiyyah wadh’yyah iltizamiyya), yaitu dilalah lafazh kepada sesuatu
yang ada di luar makna lafazh yang disebutkan, tetapi terikat amat erat dengan makna yang
dikandungnya.
Contoh :
Jika kita menyuruh tukang memeperbaiki asbes loteng rumah yang runtuh, maka yang dimaksud
bukan hanya asbes saja, tetapi kayu-kayu asbes yang melekat dan kebetulan sudah patah pun
harus diganti. Asbes dengan kayu yang menjadi tulangnya terkait amat erat (iltizam)

You might also like