You are on page 1of 71

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DAN POLA PEMBERIAN

MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA

4-24 BULAN DI DESA SENDANGHARJO KECAMATAN BLORA

KABUPATEN BLORA

TAHUN 2007

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Heny Sulistyowati

NIM 6450403206

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

2007
2

ABSTRAK

Heny sulistyowati. 2007. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Dan Pola Pemberian
Makanan Pendamping ASI Dengan Status Gizi Balita Usia 4-24 Bulan Di Desa
Sendangharjo Kecamatan Blora Kabupaten Blora Tahun 2007. Skripsi. Jurusan Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing I Drs. Bambang BR, M.Si, pembimbing II dr. Arulita Ika Fibriana,
M.Kes(Epid).
Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI, Pola
Pemberian Makanan Pendamping ASI, dan Status Gizi

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah adakah hubungan


antara Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dan Pola
Pemberian Makanan Pendamping ASI dengan Status Gizi Balita Usia 4-24 Bulan
Di Desa Sendangharjo Kecamatan Blora Kabupaten Blora Tahun 2007. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang makanan
pendamping ASI dan pola pemberian makanan pendamping ASI dengan status gizi balita
usia 4-24 bulan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian explanatory research dengan
pendekatan crossectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang
mempunyai balita usia 4-24 bulan di desa Sendangharjo sejumlah 86 orang.
Sampel dalam penelitian ini sejumlah 57 orang yang diambil dengan
menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 1) kuesioner tentang makanan pendamping ASI untuk
mengukur tingkat pengetahuan tentang makanan pendamping ASI, 2) recall 24
jam untuk mengukur pola konsumsi balita, 3) timbangan untuk mengukur berat
badan balita, 4) mikrotoa untuk mengukur tinggi badan balita yang digunakan
untuk menghitung AKG. Data penelitian ini diperoleh dari data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi responden dan wawancara
menggunakan kuesioner. Data sekunder diperoleh dari data monografi desa
Sendangharjo. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan statistik
menggunakan uji chi square dengan derajat kemaknaan ( α =5 %) = 0,05.
Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI dengan status gizi
balita diperoleh nilai p=0,003, (CC=0,368). Hubungan antara pola pemberian
makanan pendamping ASI menurut tingkat konsumsi energi dengan status gizi
balita menunjukkan adanya hubungan yang signifikan karena diperoleh nilai
p=0,027, (CC=0,283). Hubungan antara pola pemberian makanan pendamping
ASI menurut tingkat konsumsi protein juga menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan karena diperoleh p=0,001, (CC=0,448).
Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang dapat diajukan adalah, bagi
Puskesmas hendaknya lebih meningkatkan kerja sama dengan posyandu misalnya
dengan memberikan pemberian makanan tambahan (PMT), bagi posyandu
hendaknya pada waktu posyandu diberikan penyuluhan tentang pentingnya
pemberian makanan pendamping ASI secara tepat, bagi ibu balita hendaknya
meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya pemberian MP- ASI bagi balita,
bagi jurusan IKM FIK UNNES hendaknya memberikan kesempatan bagi peneliti
lain untuk meneliti faktor-faktor lain yang berhubungan dengan status gizi.
3

ABSTRACT

Heny Sulistyowati. 2007. Correlation between Mother’s knowledge And The


Pattern of Giving of ASI with Nutrition Status of Children under
Five years in the Age 4-24 Month in Sendangharjo Village Blora
District Blora Regency in The Year of 2007. Final Project. The
Departemen of Public Health Science, Sport Education Faculty, State
University of Semarang. Firs Advisor : Drs. Bambang BR, M.Si.
Second Advisor : dr. Arulita Ika Fibriana, M. Kes (Epid).

Key Word : the level of mother’s knowledge about supplement food of ASI. The
pattern of giving supplement of ASI, nutrition status.

The problem of this study is there any correlation between mother


knowledge about food supplement of ASI (MP-ASI) and the pattern of giving
supplement food of ASI with nutrition status of children under five ears in the age
4-24 month in Sendangharjo village Blora district Blora regency in the year of
2007. The objective of this study is to know the correlation between Mother’s
knowledge and pattern of giving supplement food of ASI with nutrition status of
children under five years in the age 4-24 month.
This research is explanatory research with cross sectional approach. The
population of this study was all mother which have children under five year in
Sendangharjo village (86 mother). Sampling technique used was purposive
sampling. 57 mother are taken as the sample which is obtained by using simple
random technique. The instrument used in the research were 1) Questionnaire
about supplement of ASI, 2) Recall 24 hours to measure children under five years
consumption pattern, 3) Weights to measure children under five years weight, 4)
Microtoice to measure children under five years height with will be to measure
AKG. The primary data is obtained through observation and interview using
questionnaire. The secondary data is obtained from monograph data of
Sendangharjo village. The data obtained is analyzed using Chi-square statistical
test with significance level of ( α =5 %) = 0,05.
The result of the research showed that there is any significant
correlation between mothers knowledge about supplement food of ASI with
nutrition status of children under five years, the value obtained p = 0,003 (CC =
0,368). The correlation between the pattern to giving supplement food of ASI
according the energy consumption level with the nutrition status of children under
five years showed thath there is any significance correlation, the value obtained p
= 0,001 (CC = 0,283). The correlation between the pattern of giving supplement
food of ASI according protein consumption also showed that there is any
significant correlation, the value obtained p = 0,01 (CC = 0,448).
Based of the result of the research, the suggestion proposed are for
Puskesmas, they should improve cooperation with Posyandu the example by
providing supplement food of ASI (PMT), for Posyandu they should be equipped
with some useful information about the appropriate way the provide supplement
food of ASI, for mother they should improve their knowledge about the important
of MP-ASI for their children. For Public Health Department they should give
chance to other researches for conducting research with other factor that related
with nutrition status.
4

PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang

Pada hari : Selasa

Tanggal : 18 September 2007

Panitia Ujian

Ketua Panitia Sekretaris

DR. Khomsin, M.Pd Drs. Herry Koesyanto, MS


NIP. 131 469 639 NIP.131 571 549

Dewan Penguji

1. dr. Oktia Woro K.H, M. Kes ( Ketua )


NIP. 131 695 159

2. Drs, Bambang BR,M.Si ( Anggota )


NIP. 131 571 554

3. dr. Arulita Ika Fibriana M.Kes(Epid) ( Anggota )


NIP. 132 296 577
5

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO
¾ ”Keberhasilan merupakan tetesan dari jerih payah perjuangan, luka,
pengorbanan dan hal-hal mengejutkan. Kegagalan merupakan tetesan dari
kemalasan, kebekuan, kelemahan, kehinaan dan kerendahan” (Aidh bin
Abdullah Al-Qarni)

¾ ”Perkokohlah bahteramu, karena samudera ini dalam, perbanyaklah bekalmu,


karena perjalanan ini panjang, ikhaskanlah amalmu, karena para pengritik itu
jeli” ( Pesan Rasul kepada Abu Dzar )

¾ ”Jangan biarkan masa sulit menjatuhkanmu, belajar untuk bangkit kembali dari
kegagalan merupakan nilai yang berharga” ( Lauren Fox)

PERSEMBAHAN
Setetes peluh dan karya kecil ini
kupersembahkan untuk :
1. Bapak dan Ibu tercinta sebagai Darma Bakti
Ananda karena beliau yang selalu
mengasihiku, menyayangiku dan selalu
mengiringi langkahku dengan doa,
2. Mas Hery, mba Desi yang selalu memberikan
perhatian dan motivasinya selama ini,
3. My Sweetheart Sigit Widhi Nugroho yang
selalu memberikan motivasi, semangat dan
do’anya selama ini,
4. Keluarga besarku di Griha Gharini, Nemi,
Mini, Dian, Evi yang selalu memberikan warna
dan makna dalam kehidupanku,
5. Almamaterku UNNES
6

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan hidayah-

Nya, sehingga skripsi yang berjudul : “Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Dan Pola
Pemberian Makanan Pendamping Asi Dengan Status Gizi Balita Usia 4-24 Bulan Di

Desa Sendangharjo Kecamatan Blora Kabupaten Blora Tahun 2007” dapat diselesaikan.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi persyaratan kelulusan Strata 1 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri

Semarang.

Keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan

dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segenap ketulusan hati,

diucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Drs.

Sutardji, M.S, atas ijin penelitiannya.

2. Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Keolahragaan, Drs.

Khomsin, M.Pd, atas ijin penelitiannya.

3. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang,

dr.Oktia Woro KH, M.Kes atas ijin penelitiannya.

4. Pembimbing I Drs. Bambang BR,M.Si atas bimbingan dan arahan sampai

selesainya penulisan skripsi ini.

5. Pembimbing II dr. Arulita Ika Fibriana M.Kes(Epid) atas bimbingan dan

arahan sampai selesainya penulisan skripsi ini.

6. Dosen serta staf tata usaha Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

Negeri Semarang atas segala dukungan dan bimbingannya di Jurusan Ilmu

Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang.


7

7. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blora dr. Henny Indriyanti M.Kes atas

ijin dalam pelaksanaan penelitiannya.

8. Kepala Puskesmas Medang atas ijin dalam pelaksanaan penelitiannya

9. Kepala kelurahan desa Sendangharjo, atas ijin dalam pelaksanaan penelitian.

10. Ibu Zulka, ibu Ratna dan ibu Ir selaku koordinator kader Posyandu desa

Sendangharjo dan semua ibu kader Posyandu atas kerjasamanya.

11. Bapak dan Ibu tercinta (Bapak Sutardjo dan Ibu Isbandiyah), atas motivasi

dan doa-doanya.

12. Mas Hery, mba’ Desi, mas Iwan, mba’ Heni, warga Griha Gharini atas

nasehat dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

13. Teman-teman Mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Angkatan

2003, atas bantuan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

Disadari dalam penyusunan skripsi ini banyak kekurangan, semoga amal

baik dari semua pihak senantiasa mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah

SWT. Untuk kesempurnaan skripsi ini, diharapkan kritik dan saran yang

membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat guna kemajuan dan perkembangan di

bidang kesehatan.

Semarang, September 2007

Penulis
8

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i

ABSTRAK ............................................................................................. ii

ABCTRAC ............................................................................................. iii

PENGESAHAN ..................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................................ v

KATA PENGANTAR........................................................................... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xiii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................ 6

1.4 Manfaat Hasil Penelitian ................................................. 6

1.5 Keaslian Penelitian .......................................................... 7

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ............................................... 8

1.6.1 Ruang Lingkup Tempat......................................... 8

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu .......................................... 8

1.6.3 Ruang Lingkup Materi .......................................... 8


9

BAB II : LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori ................................................................ 9

2.1.1 Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI ......................... 9

2.1.1.1 Pengertian Pengetahuan ............................ 9

2.1.1.2 Pengertian Makanan Pendamping ASI ..... 10

2.1.2 Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI ......... 11

2.1.2.1 Macam Zat Gizi ....................................... 11

2.1.2.2 Kebutuhan Gizi Balita.............................. 14

2.1.2.3 Penilaian Konsumsi Makanan................... 15

2.1.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pola

Pemberian MP-ASI ................................... 16

2.1.3 Status Gizi ............................................................ 17

2.1.3.1 Pengertian status Gizi................................ 17

2.1.3.2 Penilaian Status Gizi ................................. 18

2.1.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi ... 22

2.1.4 Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang

MP-ASI dan Pola Pemberian

MP-ASI dengan Status Gizi .................................. 26

2.2 Kerangka Teori ................................................................ 28

BAB III : METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep ........................................................... 29

3.2 Hipotesisi Penelitian....................................................... 29

3.3 Definisi Operasional....................................................... 30


10

3.4 Jenis Rancangan Penelitian ............................................ 31

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ..................................... 31

3.5.1 Populasi .................................................................. 31

3.5.2 Sampel.................................................................... 32

3.6 Instrumen Penelitian....................................................... 33

3.7 Teknik Pengambilan Data .............................................. 34

3.8 Teknik Analisa Data....................................................... 36

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data ............................................................... 38

4.1.1 Gambaran Umum ................................................. 38

4.1.2 Sarana Kesehatan ................................................. 38

4.1.3 Demografi ............................................................ 38

4.1.4 Karakteristik Responden ...................................... 39

4.1.5 Karakteristik Balita .............................................. 41

4.2 Hasil Penelitian .............................................................. 41

4.3 Pembahasan ................................................................... 49

4.4 Hambatan dan Kelemahan .............................................. 53

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ....................................................................... 55

5.2 Saran ............................................................................. 55

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 57

LAMPIRAN .......................................................................................... 59
11

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Keaslian Penelitian ........................................................................... 7

2. Kebutuhan Energi dan Protein Bagi Anak ....................................... 14

3. Klasifikasi Gizi menurut WHO NCHS ............................................. 18

4. Definisi Operasional ........................................................................ 30

5. Hubungan Pengetahuan dengan Status Gizi .................................... 46

6. Hubungan antara Pola Pemberian MP-ASI menurut

Tingkat Konsumsi Energi dengan Status Gizi ................................. 47

7. Hubungan antara Pola Pemberian MP-ASI menurut

Tingkat Konsumsi Protein dengan Status Gizi ................................. 48


12

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori................................................................................... 28

2. Kerangka Konsep .............................................................................. 29

3. Distribusi Frekuensi Menurut Umur Ibu ........................................... 39

4. Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Pendidikan Ibu .................... 40

5. Distribusi Frekuensi Menurut Status Pekerjaan Ibu........................... 40

6. Distribusi Frekuensi Menurut Umur Balita........................................ 41

7. Distribusi Frekuensi Menurut Pengetahuan Ibu tentang

Makanan Pendamping ASI................................................................. 42

8. Distribusi Frekuensi Pola Pemberian MP-ASI menurut Tingkat

Konsumsi Energi................................................................................. 43

9. Distribusi Frekuensi Pola Pemberian MP-ASI menurut Tingkat

Konsumsi Protein................................................................................ 43

10. Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita ............................................. 44


13

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi ................. 60
2. Surat Permohonan Ijin Penelitian untuk DKK Blora dari
Fakultas Ilmu Keolahragaan UNNES............................................... 61
3. Surat Ijin Penelitian untuk Puskesmas Medang dari Fakultas
FIK.................................................................................................... 62
4. Surat Permohonan Ijin untuk Kepala Desa Sendangharjo................ 63
5. Surat Telah Melakukan Penelitian dari DKK Blora ......................... 64
6. Surat Telah Melakukan Penelitian dari Puskesmas Medang ............ 65
7. Surat telah Melakukan Penelitian dari Kepala Desa Sendangharjo.. 66
8. Pengambilan Sampel Penelitian........................................................ 67
9. Kuesioner Penelitian ......................................................................... 68
10. Formulir Recall 24 Jam.................................................................... 71
11. Contoh Perhitungan AKE dan AKP ................................................. 72
12. Validitas dan Rebilitas ...................................................................... 75
13. Tabel Nilai r Product Moment .......................................................... 78
14. Rekapitulasi Data Tingkat Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI ......... 79
15. Data Rekapitulasi Tingkat Kecukupan Gizi ..................................... 80
16. Data Tingkat Status Gizi .................................................................. 81
17. Hasil Analisis Data (Distribusi Frekuensi tiap Variabel) ................ 82
18. Hasil Analisis Data (Analisis Bivariat)............................................. 83
19. Surat Keterangan Tera Timbangan ................................................... 88
20. Surat Keterangan Tera Dacin............................................................ 90
21. Surat Keterangan Tera Mikrotoa ...................................................... 92
22. Dokumentasi Penelitian ................................................................... 94
14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam Undang-undang tentang Kesehatan No. 23/1992 pasal 17 ayat (2)

yang mengatur penyelenggaraan kesehatan anak, menyebutkan peningkatan

kesehatan anak dilakukan sejak dalam kandungan, masa bayi, masa balita, usia

prasekolah dan usia sekolah (UU Kesehatan RI No. 23 Tahun 1992, pasal 17).

Dalam tumbuh kembang anak, makanan merupakan kebutuhan yang

terpenting. Kebutuhan anak berbeda dengan kebutuhan orang dewasa, karena

makanan dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan (Soetjiningsih,

1995:6). Pada masa balita, anak sedang mengalami proses pertumbuhan yang

sangat pesat sehingga memerlukan zat- zat makanan yang relatif lebih banyak

dengan kualitas yang lebih tinggi. Hasil pertumbuhan menjadi dewasa, sangat

tergantung dari kondisi gizi dan kesehatan sewaktu masa balita. Gizi kurang atau

gizi buruk pada bayi dan anak- anak terutama pada umur kurang dari 5 tahun

dapat berakibat terganggunya pertumbuhan jasmani dan kecerdasan otak (Ahmad

Djaeni,2000:239).

Di masa bayi ASI merupakan makanan terbaik dan utama karena

mempunyai kandungan zat kekebalan yang sangat diperlukan untuk melindungi

bayi dari berbagai penyakit terutama penyakit infeksi. Namun seiring

pertumbuhan bayi, maka bertambah pula kebutuhan gizinya, sebab itu sejak usia

4-6 bulan, bayi mulai diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI) (Jihat

Santoso,2005).

1
15

Makanan pendamping ASI diberikan mulai umur 4 bulan sampai 24 bulan.

Semakin meningkat umur bayi/ anak, kebutuhan zat gizi semakin bertambah

untuk tumbuh kembang anak, sedangkan ASI yang dihasilkan kurang memenuhi

kebutuhan gizi (Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000:5).

Masalah gizi di Indonesia yang terbanyak meliputi gizi kurang atau yang

mencakup susunan hidangan yang tidak seimbang maupun konsumsi keseluruhan

yang tidak mencukupi kebutuhan badan. Prevalensi kurang gizi di Jawa Tengah,

terutama pada bayi dibawah 5 tahun dinilai masih tinggi. Pada tahun 2002,

tercatat sebanyak 4.378 balita atau 1,51 % balita di Jawa Tengah bergizi buruk.

Sebanyak 40.255 balita atau 13,88% balita bergizi kurang (Profil Kesehatan Jawa

Tengah, 2003).

Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi bayi atau anak melalui

perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan merupakan bagian

yang tidak dapat dipisahkan dari upaya perbaikan gizi secara menyeluruh

(Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan RI, 2000: 1).

Dari hasil beberapa penelitian menyatakan bahwa keadaan kurang gizi

pada bayi dan anak disebabkan karena kebiasaan pemberian makanan pendamping

ASI yang tidak tepat. Ketidaktahuan tentang cara pemberian makanan bayi dan

anak serta adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak

langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak,

khususnya pada anak usia dibawah 2 tahun ( Departemen Kesehatan dan

Kesejahteraan RI, 2000: 1).


Kekurangan Energi Protein (KEP) dapat terjadi baik pada bayi, anak- anak

maupun orang dewasa. Anak- anak serta ibu yang sedang mengandung dan

sedang menyusui merupakan golongan yang sangat rawan. Usia 2-3 tahun

merupakan usia yang sangat rawan karena pada usia ini merupakan masa

peralihan dari ASI ke pengganti ASI atau ke makanan sapihan dan paparan
16

terhadap infeksi mulai meningkat karena anak mulai aktif sehingga energi yang

dibutuhkan relatif tinggi karena kecepatan pertumbuhannya. Makanan sapihan

pada umumnya mengandung karbohidrat dalam jumlah besar tetapi sangat sedikit

kandungan proteinnya atau sangat rendah mutu proteinnya, justru pada usia

tersebut protein sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan anak (Winarno, 2002: 46).

Dalam periode pemberian Makanan Pendamping ASI, bayi tergantung

sepenuhnya pada perawatan dan pemberian makanan oleh ibunya. Oleh karena itu

pengetahuan dan sikap ibu sangat berperanan, sebab pengetahuan tentang

Makanan Pendamping ASI dan sikap yang baik terhadap pemberian Makanan

Pendamping ASI akan menyebabkan seseorang mampu menyusun menu yang

baik untuk dikonsumsi oleh bayinya. Semakin baik pengetahuan gizi seseorang

maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang

diperolehnya untuk dikonsumsi (Ahmad Djaeni, 2000:12-13). Pada keluarga

dengan pengetahuan tentang Makanan Pendamping ASI yang rendah seringkali

anaknya harus puas dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan

gizi balita karena ketidaktahuan.

Pada umumnya anak-anak yang masih kecil (balita) mendapat makanannya

secara dijatah oeh ibunya dan tidak memilih serta mengambil sendiri mana yang

disukainya (Ahmad Djaeni, 2000:12). Untuk dapat menyusun menu yang adekuat,

seseorang perlu memiliki pengetahuan mengenai bahan makanan dan zat gizi,

kebutuhan gizi seseorang serta pengetahuan hidangan dan pengolahannya.

Umumnya menu disusun oleh ibu (Soegeng Santoso dan Anna Lies Ranti,

1999:123).
17

Persentase status gizi balita khususnya kabupaten Blora pada tahun

2003/2004 tercatat sebesar 4,28 % balita berstatus gizi buruk, 18,09% balita

berstatus gizi kurang, dan 71,41% balita berstatus gizi baik serta 6,22 % balita

dengan gizi lebih. Kabupaten ini merupakan kabupaten dengan jumlah balita gizi

buruk terbanyak dibandingkan dengan kabupaten lain (Pradipta, 2005). Jumlah

balita yang dinyatakan gizi buruk di kabupaten Blora pada bulan Juli tahun 2005

mencapai 801 bayi, sehingga perlu diadakan perbaikan status gizi, salah satunya

yaitu dengan memperhatikan pemberian makanan bayi atau balita dengan tepat

dan sesuai kebutuhan mereka.

Berdasarkan hasil laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Blora tahun 2006,

menyebutkan bahwa di seluruh kabupaten Blora termasuk daerah yang rawan gizi.

Di setiap kecamatan terdapat balita dengan status gizi kurang maupun gizi buruk.

Dari laporan tersebut, jumlah balita dengan status gizi buruk sebesar 2,1 %,

sedangkan status gizi kurang sebesar 12,5% (Profil Dinkes Blora, 2006).

Desa Sendangharjo merupakan salah satu desa yang termasuk dalam

kecamatan Blora kabupaten Blora, desa Sendangharjo termasuk desa yang rawan

gizi. Dengan status gizi kurang sebesar 4,7 % sebanyak 8 anak dan gizi buruk

sebesar 1,2 % sebanyak 2 anak untuk tahun 2006. Jika dibandingkan dengan

tahun-tahun sebelumnya status gizi kurang dan gizi buruk di desa Sendangharjo

mengalami penurunan yaitu pada tahun 2004 gizi kurang sebesar 6,7 % dan tahun

2005 sebesar 5,3 %. Sedangkan gizi buruk pada tahun 2004 2,2 % untuk tahun

2005 turun menjadi 1,3 %.


18

Berorientasi dari hal tersebut, tingkat pengetahuan ibu tentang makanan

pendamping ASI,dan pola pemberian makanan pendamping ASI serta status gizi

balita merupakan masalah yang penting untuk dikaji lebih dalam, untuk itu perlu

diadakan suatu penelitian yang mengkaji tentang masalah tersebut dengan judul “

Hubungan antara Pengetahuan Ibu dan Pola Pemberian Makanan Pendamping

ASI dengan Status Gizi Balita Usia 4-24 Bulan di Desa Sendangharjo Kecamatan

Blora Kabupaten Blora Tahun 2007”.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut :

1.2.1 Umum

Adakah hubungan antara pengetahuan ibu tentang makanan pendamping

ASI dan pola pemberian makanan pendamping ASI dengan status gizi balita usia

4-24 bulan di desa Sendangharjo kecamatan Blora kabupaten Blora.

1.2.2 Khusus

1.2.2.1 Adakah hubungan antara pengetahuan ibu tentang makanan pendamping

ASI dengan status gizi balita usia 4-24 bulan di desa Sendangharjo

kecamatan Blora Kabupaten Blora?

1.2.2.2 Adakah hubungan antara pola pemberian makanan pendamping ASI

dengan status gizi balita usia 4-24 bulan di desa Sendangharjo kecamatan

Blora Kabupaten Blora?


19

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui adanya hubungan antara pengetahuan ibu tentang makanan

pendamping ASI dan pola pemberian makanan pendamping ASI dengan status

gizi balita usia 4-24 bulan di desa Sendangharjo kecamatan Blora kabupaten

Blora.

1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.1 Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang makanan

pendamping ASI dengan status gizi balita usia 4-24 bulan di desa

Sendangharjo kecamatan Blora Kabupaten Blora.

1.3.2.2 Mengetahui hubungan antara pola pemberian makanan pendamping ASI

dengan status gizi balita usia 4-24 bulan di desa Sendangharjo kecamatan

Blora Kabupaten Blora.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Ibu Balita

Untuk menambah pengetahuan ibu tentang pemberian makanan

pendamping ASI secara tepat dan memenuhi kebutuhan balita mereka.

1.4.2 Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Penelitian ini bisa dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya tentang

pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI, pola pemberian makanan

pendamping ASI dan status gizi balita.


20

1.4.3 Bagi Puskesmas

Memberikan informasi tentang mengenai hubungan pengetahuan ibu dan

pola pemberian makanan pendamping ASI dengan status gizi balita.

1.4.4 Bagi Peneliti

Untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan

penelitian khususnya pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI, pola

pemberian makanan pendamping ASI dan tingkat status gizi balita di desa

Sendangharjo kecamatan Blora kabupaten Blora

1.5 Keaslian Penelitian

Keaslian dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 1

Keaslian Penelitian

No Judul Nama Tahun dan Rancangan Variabel Hasil Penelitian


Penelitian Peneliti Tempat Penelitian Penelitian
Penelitian
1. Hubungan Dwi Jata 2000, desa Explanatory Variabel bebas: Ada hubungan
antara Batuan dengan pengetahuan ibu antara
Pengetahuan pendekatan Variabel antara: pengetahuan ibu
dan Praktek Ibu cross sectional praktik MP-ASI dan praktik MP-
dalam Variabel terikat ASI dengan
Pemberian MP- :status gizi status gizi balita
ASI dengan
Status Gizi
Anak Pada 4-24
Bulan di Desa
Batuan
Kecamatan
Sukawati
Kabupaten Bali
2. Hubungan Carnoto 2000, desa Explanatory Variabel bebas: Ada hubungan
antara Pola SM Gunan dengan metode pola pemberian yang signifikan
Pemberian survey dan MP-ASI pada bayi antara pola
Makanan pendekatan 4-12 bulan (bentuk pemberian MP-
Pendamping cross sectional makanan), tingkat ASI, tingkat
ASI dengan konsumsi energi konsumsi energi
Status Gizi Bayi dan protein dan protein
umur 4-12 bulan Variabel terikat : dengan status
didesa Gunan status gizi gizi
kecamatan
Slogohimi
kabupaten
Wonogiri
21

Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu tahun dan

tempat penelitian, serta variabel penelitian. Pada penelitian yang pertama variabel

bebasnya adalah pengetahuan ibu, variabel antaranya adalah praktik MP-ASI dan

variabel terikatnya adalah status gizi. Sedangkan pada peneliti kedua variabel

bebasnya adalah pola pemberian MP-ASI, tingkat konsumsi energi dan protein,

variabel terikatnya adalah status gizi. Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah

pengetahuan ibu tentang MP-ASI dan pola pemberian MP-ASI, sedangkan

variabel terikatnya adalah status gizi.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.1 Ruang Lingkup Tempat

Desa Sendangharjo kecamatan Blora Kabupaten Blora

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu

Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan 25

Maret 2006 - Agustus 2007.

1.6.3 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup penelitian ini mencakup materi ilmu gizi dasar, gizi daur

hidup, penilaian status gizi, dan praktek kesehatan masyarakat.


22

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

2.1.1.1 Pengertian Pengetahuan

Menurut Maman Rachman (2003:93), pengetahuan adalah hasil dari

kegiatan mengetahui, sedangkan mengetahui artinya mempunyai bayangan

tentang sesuatu. Sedangkan menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003:122-123),

pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,

yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan, tingkatan ini adalah mengingat

kembali (recall) suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai mengingat suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

9
23

4) Analisis (analysis)

Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan

masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthetis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru di

formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi/

penilaian terhadap suatu materi/objek.

2.1.1.2 Pengertian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

Makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang

mengandung gizi diberikan pada bayi/ anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya.

Makanan pendamping ASI diberikan mulai umur 4 bulan sampai 24 bulan.

Semakin meningkat umur bayi/ anak, kebutuhan zat gizi semakin bertambah

untuk tumbuh kembang anak, sedangkan ASI yang dihasilkan kurang memenuhi

kebutuhan gizi (Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000:5).

Makanan pendamping ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke

makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian makanan pendamping ASI harus

dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan

kemampuan pencernaan bagi bayi/ anak. Pemberian makanan pendamping ASI

yang cukup kualitas dan kuantitasnya penting untuk pertumbuhan dan

perkembangan kecerdasan anak yang sangat pesat pada periode ini (Departemen

Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000:5).


24

Tujuan pemberian makanan tambahan adalah sebagai komplemen terhadap

ASI agar anak memperoleh cukup energi, protein dan zat-zat gizi lainnya (vitamin

dan mineral) untuk tumbuh dan berkembang. Penting untuk diperhatikan agar

pemberian ASI dilanjutkan terus selama mungkin, karena ASI memberikan

sejumlah energi dan protein yang bermutu tinggi. Untuk mengajarkan anak

mengunyah dan terbiasa dengan makanan baru, pertama-tama berikan satu atau

dua sendok teh makanan tmbahan (weaning foods).

2.1.2 Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI

Pola makan adalah cara yang ditempuh seseorang/sekelompok orang untuk

memilih makanan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh

fisiologis, psikologis, budaya dan sosial (Suhardjo, 1986: 35). Pengertian pola

makan menurut Lie Goan Hong dalam Sri Karjati (1985) adalah berbagai

informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan

makanan yang di makan tiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk

suatu kelompok masyarakat tertentu (Soegeng Santoso dan Anne Lies Ranti,

1999: 89).

Sedangkan menurut Yayuk Farida (2004: 69), pola konsumsi pangan

adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau

kelompok orang pada waktu tertentu.

2.1.2.1 Macam Zat Gizi

Menurut Deddy Muchtadi (19994:11-18) zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh

bayi mengenai beberapa zat gizi, tetapi direkomendasikan untuk dikonsumsi yang

dapat mendukung pertumbuhan seorang bayi yang sehat.


25

1) Energi

Konsumsi energi sebanyak 115 Kkal per kgberat badan (sekitar 95-145

Kkal/kg) nampaknya mencukupi kebutuhan bayi untuk bulan pertama

kehidupannya. Dari jumlah energi yang dikonsumsi bayi, 50% digunakan untuk

energi basal (energi yang dibutuhkan untuk bekerjanya organ-organ di dalam

tubuh, peredaran darah, dan sebagainya), 25% untuk aktivitasnya, 25% lainnya

untuk pertumbuhan badan yang berkisar antara 5 sampai 7 gr per hari.untuk umur

6 bulan energi yang dibutuhkan turun menjadi 95 Kkal/kg berat badan. Bayi yang

pendiam membutuhkan energi sebesar 71 Kkal/kg BB, sedangkan bayi yang aktif

membutuhkan sampai 133 Kkal/kg BB.

2) Protein

Protein dalam tubuh merupakan zat pembengun yang sangat dibutuhkan

tubuh untuk pertumbuhan tubuh, menggantikan sel-sel yang rusak, memelihara

keseimbangan metabolisme tubuh. Kebutuhan protein bagi bayi relatif lebih besar

dari orang dewasa, karena bayi mengalami pertumbuhan yang pesat (Departemen

Kesehatan, 1995:5)

Kebutuhan akan protein selama periode pertumbuhan tulang rangka dan

otot yang cepat pada masa bayi, relatif tinggi. Konsumsi sebanyak 2,2 gr protein

bernilai gizi tinggi per kg BB per hari menghasilkan retensi nitrogen sekitar 45%,

jumlah ini cukup unuk pertumbuhan bayi yang normal. Pada minggu ketiga,

sekitar 60%-75% dari jumlah protein yang dikonsumsi digunakan untuk

pertumbuhan dan sisanya digunakan untuk pemeliharaan. Pada umur 4 bulan,

proporsinya adalah 45% dan 55%. Pada umur 5 bulan, kebutuhan proteinnya

turun menjadi 2 gr/kg BB perhari.


26

3) Vitamin Larut Air

Kebutuhan bayi akan vitamin yang larut dalam air sangat dipengaruhi oleh

makanan yang dikonsumsi ibu. Bayi harus memperoleh 0,5 mg ribovlavin per

1000 Kkal energi yang dikonsumsi untuk memelihara kejenuhan jaringan, berarti

bahwa bayi yang berumur 3-6 bulan membutuhkan 0,4 mg tiamin dan pada umur

6-12 bulan membutuhkan 0,6 mg tiamin perhari. Konsumsi sebanyak 5-6 NE

(niacin equivalent) dapat dibutuhkan oleh ASI yang menyediakan 0,15 mg niasin

dan 21 mg triptofan per 100 ml.bayi membutuhkan 0,005 mg folasin/kg BB.

Untuk vitamin C, bayi memperolehnya dari ASI.

4) Vitamin Larut Lemak

Jumlah vitamin A yang dibutuhkan bayi sebanyak 375ug RE.

perhari.konsumsi vitamin D pada bayi akan meningkat pada waktu terjadinya

kalsifikasi tulang dan gigi yang cepat. Konsumsi vitamin D dianjurkan sebanyak

400 IU/ hari. Disarankan untuk memberikan vitamin E pada bayi sebanyak 2-4

mg TE (tocopherol equivalent) per hari. Untuk vitamin K, defisiensi vitamin K

dapat terjadi pada beberapa hari pertama.

5) Mineral

Karena terjadinya kalsifikasi yang cepat pada tulang untuk menunjang

berat badan pada waktu bayi mulai belajar berjalan, kalsium sangat dibutuhkan.

ASI mengandung 280 mg kalsium per liter, yang berarti dapat mensuplai sekitar

210 mg kalsium perhari. Kebutuhan bayi akan zat besi sangat ditentukan oleh

umur kehamilan. Bayi yang dikandung cukup umur akan menerima sejumlah zat

besi dari ibunya selama kandungan. Tingginya kadar seng dalam kolostrum (4 mg
27

per liter yang menurun jumlahnya menjadi 2 mg/liter pada air susu putih setelah 6

bulan, dan menjadi 0,5 mg/liter setelah 1 tahun) dapat mengkompensasi

kebutuhan bayi yang diberi ASI akan seng.

2.1.2.2 Kebutuhan Gizi Balita

Pengaturan makanan anak usia dibawah lima tahun mencakup dua aspek

pokok, yaitu pemanfaatan ASI secara tepat dan benar dan pemberian makanan

pendamping ASI dan makanan sapihan serta makanan setelah usia setahun.

Penelitian Oomen terhadap 415 usia balita dibawah lima tahun di Jakarta tahun

1957 menunjukkan bahwa anak-anak yang disusui ibunya, keadaan gizinya tidak

lebih baik dari gizi anak yang tidak diberi ASI. Masalahnya bukan dikarenakan

mutu gizi ASI, akan tetapi karena penggunaan ASI yang tidak tepat dan salah.

Adapun kebutuhan balita terhadap energi dan protein adalah sebagai

berikut :

Tabel 2

Kebutuhan Energi dan Protein Bagi Anak

Usia Berat badan Kebutuhan Energi Kebutuhan


(bulan) (Kg) (Kal) Protein (Gr)
0–3 4,1 492 10
4–6 6,4 735 15
7–9 7,7 850 18
10 – 12 9,2 970 19
13 – 24 11,0 1135 23
25 - 36 13,5 1350 28
Sumber: Sjahmien Moehji (2003:30)
28

2.1.2.3 Penilaian Konsumsi Makanan

Penilaian konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan

makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tinkat

kelompok, rumah tangga dan perorangan, serta faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap konsumsi makanan tersebut. Menurut I Nyoman Supariasa (2001:88),

beberapa metode pengukuran konsumsi makanan untuk individu anatara lain :

1) Metode food recall 24 jam

Metode ini dilakukan dengan menanyakan jenis dan jumlah bahan

makanan yang dikonsumsi responden pada periode 24 jam yang lalu. Dimulai

sejak ia bangun pagi sampai istirahat malam hari. Metode ini cenderung bersifat

kualitatif sehingga jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti.

Metode ini digunakan untuk mengatur rata-rata konsumsi pangan dan zat gizi

pada kelompok besar. Daya ingat responden dan kesungguhan serta kesabaran

dari pewawancara sangat menentukan keberhasilan metode recall 24 jam ini.

2) Metode estimated food records

Metode ini digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi.

Responden diminta mencatat semua yang ia makan dan minum setiap kali

sebelum makan. Menimbang dalam ukuran berat pada periode tertentu, termasuk

cara persiapan dan pengelolaan makanan. Metode ini dapat memberikan informasi

konsumsi yang mendekati sebenarnya tentang jumlah energi dan zat gizi yang

dikonsumsi oleh individu.

3) Metode Penimbangan Makanan (food Weighing)

Responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang

dikonsumsi selama 1 hari. Penimbangan makanan ini biasanya berlangsung

beberapa hari tergantung dati tujuan, dana penelitian, dan tenaga yang tersedia.
29

Terdapatnya sisa makanan setelah makan juga perlu ditimbang sisa tersebut untuk

mengetahui jumlah sesungguhnya makanan yang dikonsumsi.

4) Metode Riwayat Makanan

Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola kunsumsi

berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama (bias 1 minggu, 1 bulan,

1 tahun). Metode ini terdiri dari 3 komponen yaitu : wawancara, frekuensi jumlah

bahan makanan, pencatatan konsumsi.

5) Metode Frekuensi Makanan (food frequensi)

Metode ini untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah

bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu. Meliputi hari, minggu,

bulan, atau tahun, sehingga diperoleh gambaran pola konsumsi makanan secara

kualitatif. Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan makanan

dan frekuensi penggunaan makanan tersebut pada periode tertentu.

2.1.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI

1) Pendapatan

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang

anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang

primer maupun yang sekunder (Soetjiningsih, 1998:10).

2) Besar Keluarga

Laju kelahiran yang tinggi berkaitan dengan kejadian kurang gizi, karena

jumlah pangan yang tersedia untuk suatu keluarga yang besar mungkin cukup

untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut. Akan tetapi tidak

cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga yang besar tersebut

(Suhardjo, 2003:23).
30

Pada keluarga dengan keadaan sosial ekonomi yang kurang, jumlah anak

yang banyak akan mengakibatkan selain kurangnya kasih sayang dan perhatian

anak, juga kebutuhan primer seperti makanan, sandang dan perumahanpun tidak

terpenuhi oleh karena itu keluarga berencana tetap diperlukan (Soetjiningsih,

1995:10)

3) Pembagian dalam Keluarga

Secara tradisional, ayah mempunyai prioritas utama atas jumlah dan jenis

makanan tertentu dalam keluarga. Untuk bayi dan anak-anak yang masih muda

dan wanita selama tahun penyapihan, pengaruh tambahan dari pembagian pangan

yang tidak merata dalam unit keluarga, dapat merupakan bencana, baik bagi

kesehatan maupun kehidupan.

4) Pengetahuan

Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan

informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari merupakan sebab penting dari

gangguan gizi (Suhardjo, 1986:31). Ketidaktahuan tentang cara pemberian

makanan bayi dan anak serta adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara

langsung dan tidak langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang

gizi pada anak, khususnya pada umur dibawah 2 tahun (Departemen Kesehatan

dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000:1).

2.1.3 Status Gizi

2.1.3.1 Pengetian Status Gizi

Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-

kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat

energi lain yang belum diperoleh. Dari pangan dan makanan yang dampak
31

fisiknya dapat diukur secara antropometri (Suhardjo, 2003:55). Sedangkan

menurut Supariasa, status gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara

konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi dalam seluler

tubuh. Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk

variabel tertentu atau perwujudan dan nutritur dalam bentuk variabel tertentu.

Klasifikasi status gizi menurut WHO-NCHS (National Center of Health

Statistic) dengan skor simpangan baku (z skor) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3

Klasifikasi Gizi menurut WHO NCHS

Indikator Status Gizi Keterangan


Berat Badan menurut Gizi Lebih > 2 SD
Umur (BB/U) Gizi Baik ≥ -2 SD sampai 2 SD
Gizi Kurang < -2SD sampai ≥ -3 SD
Gizi Buruk < -3 SD
Tinggi Badan menurut Normal ≥ -2 SD sampai 2 SD
Umur (TB/U) Pendek < -2 SD
Berat Badan menurut Gemuk > 2 SD
Tinggi Badan (BB/TB) Normal ≥ -2 SD sampai 2 SD
Kurus < -2 SD sampai ≥ -3 SD
Kurus Sekali < -3 SD
Sumber: DepKes RI (2002:13)

2.1.3.2 Penilaian Status Gizi

Untuk menentukan status gizi seseorang, dapat dilakukan dengan beberapa

cara, yaitu :

1) Cara Konsumsi Pangan

Penilaian konsumsi pangan merupakan cara penilaian keadaan / status

masyarakat secara tidak langsung. Informasi tentang konsumsi pangan dapat


32

dilakukan dengan cara survey dan akan menghasilkan data yang kuantitatif

maupun kualitatif. Secara kuantitatif akan deketahui jumlah dan jenis pangan

yang dikonsumsi.

2) Cara Biokimia

Beberapa tahapan perkembangan kekurangan gizi dapat diidentifikasi

dengan cara biokimia dan lazim disebut cara laboratorium. Dengan demikian, cara

biokimia dapat digunakan mendeteksi keadaan defisiensi subklinis yang semakin

penting dalam era pengobatan preventif. Metode ini bersifat sangat obyektif,

bebas dari faktor emosi dan subyektif lain sehingga biasanya digunakan untuk

melengkapi cara penilaian status gizi lainnya.

3) Cara Antropometri

Saat ini pengukuran antropometri (ukuran-ukuran tubuh) digunakan secara

luas dalam penelitian status gizi, terutama jika terjadi ketidakseimbangan kronik

antara energi dan protein. Pengukuran antropometri terdiri atas dua dimensi, yaitu

pengukuran pertumbuhan dan komposisi tubuh. Komposisi tubuh mencakup

komponen lemak tubuh (fat mass) dan bukan lemak tubuh (non-fat mass) (Yayuk

Farida, 2004:79-80).

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan

mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh

manusia antara lain; umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar

kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak di bawah kulit (Supariasa,

2002:38).
33

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi.

Kombinasi antara parameter disebut indek antropometri, terdiri dari :

1. Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran

massa tubuh yang sangat sensitif terhadap perubuhan-perubahan yang mendadak,

misalnya karena terserang penyakit infeksi, maka nafsu makan atau jumlah makan

yang dikonsumsi akan berkurang dan akan mengakibatkan menurunnya berat

badan. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih

menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status).

2. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan

pertumbuhan skeletal. Perubahan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif

kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam jangka pendek. Pengaruh

defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam jangka waktu relatif

lama. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka indeks ini menggambarkan status

gizi masa lalu.

3. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam

keadaan normal, perkembangan berat badan searah dengan pertumbuhan tinggi

badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indeks yang

independent terhadap umur. Penilaian ini lebih peka daripada penilaian

berdasarkan berat badan menurut umur.


34

4. Lingkar Lengan Atas menurut Umur (LILA/U)

Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot

dan jaringan lemak bawah kulit. Lingkar Lengan atas berkolerasi dengan indeks

BB/U maupun BB/TB. LILA merupakan parameter antropometri yang sangat

sederhana dan mudah dilakukan oleh tenaga bukan profesional. LILA

sebagaimana dengan berat badan merupakan parameter yang labil, dapat berubah-

ubah dengan cepat. Indeks LILA sulit untuk melihat perkembangan anak.

5. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Masalah kekurangan dan kelebihan pada gizi orang usia 18 tahun keatas

merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit

tertentu, juga dapat mempengaruhi produktifitas kerja. Oleh karena itu,

pemantauan keadaan tertentu perlu mempertahankan berat badan yang ideal atau

normal. Dalam hal ini indeks massa tubuh digunakan untuk melakukan

pengukuran.

6. Tebal Lemak Bawah Kulit menurut Umur

Pengukuran tebal lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak

bawah kulit (skinfold) dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya pada

bagian lengan atas triseps dan biseps, lengan bawah (foream), tulang belikat

(subscapular), dan pertengahan tungkai bawah (medial calf). lemak tubuh dapat

diukur secara mutlak dinyatakan dalam kilogram maupun secara perkiraan

dinyatakan dalam persen tubuh total.

7. Rasio Lingkar pada Pinggul

Pengukuran lingkar pinggang dan pimggul harus dilakukan oleh tenaga

terlatih dan posisi pengukuran harus tepat (Supariasa, 2002:57-63).


35

4) Cara Klinis

Riwayat medis dan pengujian fisik merupakan metode klinis yang

digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda pengamatan yang dibuat dokter dan

gejala-gejala manifestasi yang dilaporkan oleh pasien yang berhubungan dengan

manifestasi. Tanda-tanda dan gejala-gejala ini sering tidak spesifik dan hanya

berkembang selama tahap deplesi (pengosongan cadangan zat gizi dalam tubuh)

yang sudah parah. Karena alasan tersebut, diagnosis defisiensi gizi tidak

mengandalkan hanya pada metode klinis, oleh karena itu, metode laboratorium

harus digunakan sebagai pelengkap metode klinis (Yayuk Farida, 2004:78-81)

2.1.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Banyak faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang. faktor-faktor

yang mempengaruhi status gizi dibagi menjadi 2 yaitu secara langsung dan tidak

langsung.

Faktor yang mempengaruhi secara langsung :

1) Konsumsi makanan

Keadaan kesehatan gizi masyarakat tergantung pada tingkat konsumsi.

Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas hidangan. Kualitas hidangan

menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan

hidangan dan perbandingannya yang satu dengan yang lain. Kuantitas

menunjukkan kuantum masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh.

Susunan hidangan baik dari segi kualitas maupun kuantitas maupun memenuhi

kebutuhan tubuh, maka tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan gizi yang
36

sebaik-baiknya. Sebaliknya konsumsi yang kurang dari makanan baik segi

kualitas maupun kuantitas akan memberikan kondisi kesehatan gizi kurang atau

defisiensi (Soegeng Santoso dan Anne Lies Ranti, 1999:82).

Konsumsi makanan secara tidak langsung dipengeruhi oleh : daya beli

keluarga atau kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan antara lain

tergantung besar kecilnya keluarga, latar belakang sosial budaya, tingkat

pendidikan dan pengetahuan gizi serta jumlah anggota keluarga (Wied Hary

Apriyadji, 1986:42).

2) Infeksi

Ada hubungan yang erat antara infeksi (bakteri, virus, parasit) dengan

malnutrisi. Ada interaksi yang sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi

dan juga infeksi akan mempengaruhi status gizi dan mempercepat malnutrisi

(Supariasa, 2002:177).

Infeksi bisa berhubungan dengan gangguan gizi melelui beberapa cara

yaitu mempengaruhi nafsu makan, dapat juga menyebabkan kehilangan bahan

makanan karena diare atau muntah serta mempengaruhi metabolisme makanan

(Soegeng Santoso dan Anne Lies Ranti, 1999:82).

Faktor yang mempengaruhi secara tidak langsung :

1) Pendapatan Keluarga

Ada penelitian yang menemukan bahwa sebab utama pada anak balita

adalah rendahnya penghasilan keluarga (Sajogjo, 1994:34). Ada keluarga yang

sebenarnya penghasilannya cukup tetapi tidak bisa mengatur belanja keluarga


37

dengan baik, akibatnya bahan makanan yang dibeli tidak mencukupi untuk

keluarga. Ada juga keluarga yang membeli bahan pangan dalam jumlah cukup

akan tetapi kurang pandai dalam memilih tiap jenis pangan yang dibeli akibatnya

kurangnya mutu dan penggunaan pangan yang diperoleh (Sajogjo,1994:9).

Dengan meningkatkan pendapatan perseorangan terjadilah perubahan

dalam susunan makanan akan tetapi, pengeluaran uang lebih banyak untuk pangan

tidak menjamin lebih beraneka ragam yang dikonsumsi. Kadang-kadang

perubahan terutama yang terjadi dalam kebiasaan makanan ialah pengan yang

dimakan itu lebih mahal (Suhardjo, 1996:178).

2) Jumlah anggota keluarga

Bahan makanan yang sampai keluarga akan diolah dan dimasak dan

dibagikan kepada anggota keluarga. Bila mana tidak diatur dengan baik akan

terjadi persaingan dalam pemperoleh bagian masing-masing dari makanan

tersebut. Anak yang lebih kecil biasanya makan lebih lambat dan dalam jumlah

kecil sekali makan dari pada kakaknya sehingga mudah tersisihkan dan

memperoleh bagian yang terkecil, mungkin tak mencukupi bagi keperluan anak

yang sedang tumbuh (Sajogjo, 1994:10).

3) Sosial Budaya

Pendapat masyarakat tentang konsep kesehatan dan gizi sangat

berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan. Salah satu pengaruh yang sangat

dominan terhadap pola konsumsi ialah pantangan dan tabu. Bahan makanan juga

mempunyai nilai sosial tertentu. Ada makanan yang dianggap bernilai sosial

tinggi dan ada yang menganggap bernilai sosial rendah. Orang akan suka
38

menerima makanan yang dianggap mempunyai nilai sosial yang setaraf dengan

tingkat sosialnya dalam masyarakat (Achmad Djaeni, 1999 :17).

Sehubungan dengan pangan yang biasa dipandang untuk dimakan,

dijumpai banyak pola pantangan, takhayul, dan larangan pada beragam

kebudayaan dan daerah yang berlainan di dunia. Bila pola pantangan makanan

berlaku bagi seluruh penduduk sepanjang hidupnya, kekurangan zat gizi

cenderung tidak akan berkembang seperti jika pantangan itu hanya berlaku bagi

sekelompok masyarakat tertentu selama satu tahap dalam siklus hidupnya

(Suharjo, 1996:22).

4) Pendidikan

Tingkat pendidikan formal membentuk nilai-nilai progresif bagi seseorang

terutama dalam menerima hal-hal baru. Tingkat pendidikan formal merupakan

faktor yang ikut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan menekuni

pengetahuan yang diperoleh.

5) Pengetahuan gizi

Kurangnya pengetahuan dan salah persepsi tentang kebutuhan pangan dan

nilai pangan adalah umum disetiap negara di dunia. Penduduk dimanapun akan

berutung dengan bertambahnya pengetahuan mengenai gizi dan cara menerapkan

informasi tersebut untuk orang yang berbeda tingkat usia dan keadaan fisiologis

(Agus Krisno, 2004:13).

6) Pelayanan Kesehatan

Penyebab kurang gizi yang merupakan faktor penyebab tidak langsung

yang lain adalah akses atau keterjangkauan anak dan keluarga terhadap air bersih

dan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan ini meliputi imunisasi,


39

pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, penimbangan anak, dan saran

lain seperti keberadaan posyandu, puskesmas, praktek bidan, dokter dan rumah

sakit (Soekirman, 2000:85).

2.1.4 Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI dan

Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI dengan Status Gizi Balita

Kurangnya pengetahuan dan salah persepsi tentang kebutuhan pangan dan

nilai pangan adalah umum di setiap negara di dunia. Penduduk dimanapun akan

beruntung dengan bertambahnya pengetahuan mengenai gizi dan cara menerapkan

informasi tersebut untuk orang yang berbeda tingkat usianya dan keadaan

fisiologisnya (Agus Krisno, 2004:13-14).

Ketidaktahuan tentang cara pemberian makanan bayi dan anak serta

adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak langsung

menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak, khususnya

pada umur dibawah 2 tahun (Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan RI,

2000:1).

Pengetahuan ibu dapat diperoleh dari beberapa faktor baik formal seperti

pendidikan yang didapat di sekolah-sekolah maupun non formal yang diantaranya

dapat diperoleh bila ibu aktif dalam kegiatan posyandu, PKK maupun kegiatan

penyuluhan kesehatan masyarakat. Pengetahuan merupakan faktor yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, dimana hal itu dikuatkan dengan

penelitian yang dilakukan Roger (1974) yang mengungkapkan bahwa perilaku

yang didasari oleh pengetahuan (Soekidjo Notoatmojo, 1997: 128).

Pengetahuan seorang ibu dibutuhkan dalam perawatan anaknya, dalam hal

pemberian dan penyediaan makanannya, sehingga seorang anak tidak menderita


40

kekurangan gizi. Kekurangan gizi dapat disebabkan karena pemilihan bahan

makanan yang tidak benar. Pemilihan makanan ini dipengaruhi oleh tingkat

pengetahuan ibu tentang bahan makanan. Ketidaktahuan dapat menyebabkan

kesalahan pemilihan dan pengolahan makanan, meskipun bahan makanan tersedia

(Suharjo, 2003:25).

Menurut Suhardjo (1986:31), suatu hal yang menyakinkan tentang

pentingnya gizi didasari pada 3 kenyataan yaitu : 1) status gizi seseorang yang

cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan, 2) setiap orang hanya

akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi

yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan

energi, 3) ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat

belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi.

Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan

tubuh didalam susunan hidangan dan perbandingannya yang satu terhadap yang

lain. Kuantitas menunjukan kuantum masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan

tubuh (Soegeng Santoso dan Anne Lies Ranti, 1999: 70).

Konsumsi pangan yang tidak cukup energi biasanya juga kurang dalam

satu atau lebih zat gizi esensial lainnya. Konsumsi energi dan protein yang kurang

selama jangka waktu tertentu akan menyebabkan gizi kurang, sehingga untuk

menjamin pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan balita maka perlu asupan

gizi yang cukup (Agus Krisno, 2004:15).


41

2.2 Kerangka Teori

Pendidikan

Pengetahuan

Daya beli
Pola pemberian MP-ASI

Pendapatan
Konsumsi makanan

Sosial budaya
Status Gizi Balita
Jumlah Keluarga

Pelayanan Penyakit Infeksi


kesehatan

Gambar 1

Kerangka Teori

(Sumber: Modifikasi Soegeng Santoso dan Anne Lies Ranti, 1999:82, Yayuk

Farida, 2004:20, Supariasa, 2002:33)


42

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel Bebas Variabel Terikat

¾ Pengetahuan ibu tentang


Makanan Pendamping
ASI Status Gizi Balita
¾ Pola pemberian makanan
pendamping ASI

Variabel Pengganggu

¾ Pendapatan Keluarga
¾ Jarak Pelayanan Kesehatan
¾ Penyakit Infeksi pada Balita
¾ Pendidikan Ibu

Gambar 2
Kerangka Konsep
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti

3.2 Hipotesis Penelitian


Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.2.1 Hipotesis Mayor :
Ada hubungan antara pengetahuan ibu dan pola pemberian makanan
pendamping ASI dengan status gizi balita usia 4-24 bulan di desa Sendangharjo
Kecamatan Blora Kabupaten Blora.

29
43

3.2.2 Hipotesis Minor :

3.2.2.1 Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita usia 4-24

bulan di desa Sendangharjo Kecamatan Blora Kabupaten Blora.

3.2.2.2 Ada hubungan antara pola pemberian makanan pendamping ASI dengan

status gizi balita usia 4-24 bulan di desa Sendangharjo Kecamatan Blora

Kabupaten Blora.

3.3 Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dan skala pengukuran dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.

Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Ukuran Skala


(1) (2) (3) (4)
Variabel Adalah kemampuan 1. baik jika > 80% jawaban Skala : Ordinal
bebas: ibu menjawab benar (1) baik
Tingkat pertanyaan yang 2. cukup jika 60-80% (2) cukup
pengetahuan berhubungan dengan jawaban benar (3) kurang
ibu makanan pendamping 3. kurang jika < 60% alat
makanan ASI jawaban benar pengukuran :
pendamping Sumber : Yayuk kuesioner
ASI Farida,2004: 118
Variabel Adalah jenis dan Menghitung tingkat Skala : ordinal
bebas: jumlah makanan dan konsumsi energi dan (1) baik
Pola minuman yang benar- protein. (2) sedang
pemberian benar dikonsumsi oleh 1. baik jika ≥ 100% AKG (3) kurang
makanan balita 2. sedang jika 80-90% (4) defisit
pendamping AKG alat
44

(1) (2) (4) (5)


ASI 3. kurang jika 70- pengukuran :
80%AKG recall 2x24 jam
4. deficit jika < 70% AKG
Sumber: Supariasa,
2001:114
Variabel Adalah keadaan 1. gizi lebih jika > 2 SD Skala : ordinal
terikat: seseorang akibat dari 2. gizi baik jika ≥ -2 SD (1) gizi lebih
Status Gizi keseimbangan antara sampai 2 SD (2) gizi baik
konsumsi dan 3. gizi kurang jika < -2 SD (3) gizi kurang
penyerapan zat gizi sampai ≥ -3 SD (4) gizi buruk
dan penggunaan zat-zat 4. gizi buruk jika < -3 SD alat pengukuran
gizi tersebut Sumber : Depkes,2002:13 : dacin dengan
pengukuran
BB/U

3.4 Jenis dan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory

research) yaitu menjelaskan hubungan antara variabel independent dengan

variabel dependen melalui pengujian hipotesis. Metode yang digunakan berupa

survey dengan pendekatan cross sectional dimana variabel bebas dan variabel

terikat yang terjadi pada obyek penelitian diobservasi dan diukur dalam waktu

yang bersamaan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dari keduanya.

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

3.5.1 Populasi

Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah ibu balita yang memiliki

balita berumur 4-24 bulan yang ada di desa Sendangharjo Kecamatan Blora

Kabupaten Blora sebanyak 86 responden.


45

3.5.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki balita usia 4-24

bulan yang terdapat dalam populasi dan memenuhi kriteria inklusi dan esklusi.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu total sampling, dengan

menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi.

Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Ibu yang memiliki balita yang berusia 4-24 bulan dan bersedia jadi responden

2. Menetap di desa Sendangharjo, masih dalam wilayah kerja puskesmas Medang

3. Balita tidak mengalami sakit (infeksi/ISPA) pada satu bulan terakhir

4. Pendidikan ibu minimal SMP/ sederajat

5. Pendapatan keluarga diatas UMR (Rp 450.000,00)

Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah

1. Ibu yang tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian.

2. Tidak menetap di desa Sendangharjo

Untuk perhitungan besar sampel menggunakan rumus:

Z 2 1 − a / 2 ⋅ p (1 − p ) N
n= 2 .......Rumus 1
d ( N − 1) + Z 2 1 − a / 2 ⋅ p (1 − p )

Keterangan :

n = jumlah sampel

N = total populasi

Z 21 − a / 2 = derajat kepercayaan (95%) = 1,96

P = proporsi (50%)

D = presisi

(Stanley Lemeshow, 1997: 54)


46

Besar sampel minimalnya adalah:

Z 2 1 − a / 2 ⋅ p (1 − p ) N
n=
d 2 ( N − 1) + Z 2 1 − a / 2 ⋅ p (1 − p )

1,96 ⋅ 0,5(1 − 0,5)86


n=
0,1 (86 − 1) + 1,96 ⋅ 0,5(1 − 0,5)
2

1,96 ⋅ 0,5 ⋅ 0,5 ⋅ 86


n=
0,01 ⋅ 84 + 1,96 ⋅ 0,5 ⋅ 0,5

42,14
n=
1,34

n = 31,4 = 32

Jadi jumlah sampel minimalnya adalah 32 responden, sedangkan dalam

penelitian ini sampel yang digunakan adalah sebanyak 57 responden, yang telah

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.6.1 Kuesioner

Digunakan untuk mengetahui mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang

makanan pendamping ASI. Adapun penilaian kuesioner pengetahuan ibu tentang

makanan pendamping ASI adalah sebagai berikut :

Jika jawaban benar : skor 1

Jika jawaban salah : skor 0

3.6.2 Formulir recall 2 x 24 jam

Digunakan untuk mengetahui pola pemberian makanan pendamping ASI.


47

3.6.3 Timbangan (dacin)

Digunakan untuk mengukur berat badan balita, untuk menghitung status

gizi balita dengan pengukuran BB/U.

3.6.4 Mikrotoa

Digunakan untuk mengukur tinggi badan. Yang digunakan untuk

menghitung AKG (Angka Kecukupan Gizi) yang kemudian dibandingkan dengan

banyaknya konsumsi makanan balita.

3.7 Teknik Pengambilan Data

3.7.1 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.7.1.1 Metode dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan

menggunakan berbagai sumber tulisan yang berkenaan dengan obyek penelitian,

metode ini dilakukan untuk mengetahui jumlah populasi, sampel dan data-data

yang mendukung penelitian ini seperti monografi desa, dan data jumlah balita

umur 4-24 bulan di desa Sendangharjo.

3.7.1.2 Metode observasi

Metode observasi adalah studi yang disengaja sistemik tentang fenomena

sosial dan gejala-gejala fisik dengan jalan mengamati dan mencatat (Soekidjo

Notoatmojo,2002:93). Metode observasi ini dilakukan untuk mengetahui

gambaran tentang pengetahuan gizi dan melihat langsung pola pemberian

makanan pendamping ASI serta status gizi balita.


48

3.7.1.3 Metode wawancara

Metode wawancara adalah dimana peneliti mendapatkan keterangan dari

seseorang sasaran penelitian (responden) melalui pertemuan atau

percakapan(Soekidjo Notoatmojo, 2002:102). Dalam penelitian ini wawancara

menggunakan panduan kuesioner sehingga responden tinggal memberikan

jawaban atau dengan memberikan tanda tertentu. Metode wawancara ini

dilakukan secara langsung dengan ibu-ibu yang mempunyai balita umur 4-24

bulan yang memenuhi kriteria sampel, untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu

dan pola pemberian makanan pendamping ASI.

3.7.2 Uji Validitas dan Reabilitas

3.7.2.1 Uji Validitas

Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur

apa yang diukur (Soekidjo Notoatmodjo, 2002 :129). Pengukuran validitas

menggunakan bantuan komputer dengan menggunakan program SPSS.

Pengukuran dinyatakan valid bila nilai korelasi hitung yang didapatkan

lebih besar dari nilai korelasi tabel yang didapatkan dari korelasi Product

Moment.

Berdasarkan hasil uji validitas angket penelitian kuesioner pengetahuan

tentang gizi dengan jumlah 30 responden dan terdiri dari 28 pertanyaan,

menunjukkan bahwa pertanyaan dikatakan tidak valid yaitu nomor 1, 17, 23

karena nilai korelasi hitung lebih kecil dari nilai korelasi table, yang kemudian

tidak digunakan.
49

3.7.2.2 Reabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu data

pengukur dapat diandalkan atau dapat dipercaya. Pengukuran reliabilitas

menggunakan bantuan komputer dengan program SPSS.

Hasil pengukuran dengan jumlah responden uji coba 30 responden

didapatkan bahwa nilai alpha kuesioner pengetahuan tentang makanan

pendamping ASI adalah 0,875 dan r tabel product moment adalah 0,361,

pengukuran dinyatakan reliabel karena nilai alpha lebih besar dari r tabel.

3.9 Teknik Analisis Data

Pengolahan data dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :

3.9.1 Editing : Untuk memeriksa kelengkapan data yang diperoleh melalui

koesioner dan wawancara

3.9.2 Koding : Memberi kode pada masing-masing jawaban untuk memperoleh

pengolahan data.

3.9.3 Entri data : Proses pemindahan data ke dalam media komputer agar

diperoleh data masukan yang siap diolah

3.9.4 Tabulasi : mengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian kemudian

dimasukkan dalam table yang sudah dimasukan.

3.9.5 Analisis data

3.10 Analisis Data

Setelah semua data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah

menganalisis data. Analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan

teknik sebagai berikut:


50

3.10.1 Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan pada masing-masing variabel. Hasil ini berupa

distribusi dan prosentase pada variabel.

3.10.2 Analisis Bivariat

Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan

atau berkolerasi. Untuk uji statistik data dengan skala ordinal dan data ordinal

menggunakan uji statistik Chi Square karena sesuai dengan data yang digunakan.

Taraf kepercayaan 95% dengan nilai kemaknaan 5%. Untuk mengetahui tingkat

keeratan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, maka digunakan

koefisien kontingen (CC).

Kriteria keeratan hubungan dengan menggunakan koefisien kontingen

sebagai berikut :

1) 0,00 - 0,19 = hubungan sangat lemah

2) 0,20 - 0,39 = hubungan lemah

3) 0,40 – 0,59 = hubungan cukup kuat

4) 0,60 – 0,79 = hubungan kuat

5) 0,80 – 1,00 = hubungan sangat kuat

(Sugiyono, 2002:216)

Kemudian data dimasukkan dalam komputer dan diolah dengan

menggunakan program SPSS versi 11.0.


51

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

4.1.1 Gambaran Umum

Desa Sendangharjo merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan

Blora kabupaten Blora dengan luas wilayah 746.663 Km2 yang meliputi 5 dukuh

yaitu dukuh Sendang, dukuh Medang, dukuh Polaman, dukuh Kedawung, dan

dukuh Pilangrejo. Desa Sendangharjo mempunyai batasan-batasan wilayah

sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Ngampel, kecamatan Blora

Sebelah Selatan : Desa Purwosari, kecamatan Blora

Sebelah Barat : Desa Sitirejo, kecamatan Tunjungan

Sebelah Timur : Desa Tempuran, kecamatan Blora

4.1.2 Sarana Kesehatan

Untuk sarana kesehatan, di desa Sendangharjo terdapat 1 Puskesmas, yang

membawahi 5 pos pelayanan terpadu (Posyandu) yang terdapat di 5 dukuh dalam

desa Sendangharjo. Sedangkan untuk bidan desa, hanya terdapat 2 bidan desa.

4.1.3 Demografi

Jumlah penduduk di desa Sendangharjo sebanyak 3.223 jiwa. Yang terdiri

dari penduduk laki-laki sebanyak 1.587 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak

1.636 jiwa.

38
52

4.1.4 Karakteristik Responden

4.1.4.1 Umur Responden

Berdasarkan penelitian, maka diperoleh distribusi umur responden adalah

sebagai berikut :

Umur Ibu

19
20 17
18
16
14
12
12
8
Jumlah 10
8
6
4 1
2
0
20-24 tahun 25-29 tahun 30-34 tahun 35-40 tahun 40-45 tahun

Gambar 3

Distribusi Frekuensi Menurut Umur Ibu

Berdasarkan grafik diatas maka dapat diketahui dari 57 responden yang

diteliti, jumlah responden dengan umur 30-34 tahun merupakan kelompok umur

yang terbanyak yaitu sebanyak 19 orang (33,3 %), dan distribusi yang terkecil

adalah umur 40-45 tahun sebanyak 1 orang (1,7).

4.1.4.2 Tingkat Pendidikan Responden

Berdasarkan penelitian distribusi tingkat pendidikan responden adalah

sebagai berikut :
53

Tingkat Pendidikan Ibu


34
35
30
25
20 17
Jumlah
15
10
6
5
0
SLTP SLTA Akademi / PT

Gambar 4

Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Pendidikan Ibu

Berdasarkan distribusi tingkat pendidikan diatas dapat diketahui bahwa

responden terbanyak pada responden dengan pendidikan SLTP sebanyak 34 orang

(59,6%), sedangkan yang terkecil pada responden dengan tingkat pendidikan

Akademik/Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 6 orang (10,6%).

4.1.4.3 Pekerjaan Responden

Berdasarkan penelitian distribusi pekerjaan responden adalah sebagai

berikut :

Status Pekerjaan Responden

35 32
30
25
20
Jumlah
15 12
10
4
5
0
PNS Petani Ibu RT

Gambar 5
Distribusi Pekerjaan Responden
54

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah ibu yang terbanyak

adalah bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 32 orang (56%), sedangkan

yang terkecil pada ibu yang bekerja sebagai PNS hanya 4 orang (7 %).

4.1.5 Karakteristik Balita

4.1.5.1 Umur Balita

Dalam penelitian ini dapat balita dapat diklasifikasikan berdasarkan umur

antar 4-12 bulan dan 13-24 bulan, besarnya distribusi balita menurut umur adalah

sebagai berikut :

Umur Balita
35
35
30
25 22
20
Jumlah
15
10
5
0
4-12 bln 13-24 bln

Gambar 6

Distribusi Frekuensi Menurut Umur Balita

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa distribusi umur balita

yang pada rentan umur 4-12 bulan yaitu sebanyak 22 balita (38,6%) lebih sedikit

daripada rentan umur 13-24 bulan sebanyak 35 balita (61,4%).

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dalam penelitian yang dilakukan di desa Sendangharjo

kecamatan Blora kabupaten Blora ini meliputi tingkat pengetahuan ibu tentang
55

makanan pendamping ASI, pola pemberian makanan pendamping ASI dan tingkat

status gizi balita.

4.2.1.1 Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI

Pengetahuan ibu tentang Makanan Pendamping ASI dikelompokkan

menjadi 3 kriteria yaitu kurang, sedang dan baik. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada grafik berikut ini.

Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI

35
30 27
25
25
20
Jumlah
15
10
5
5
0
Kurang Cukup Baik

Gambar 7

Distribusi Frekuensi Menurut Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa ibu yang memiliki tingkat

pengetahuan ibu yang paling banyak terdapat pada tingkat pengetahuan baik yaitu

sebesar 27 orang (47 %).

4.2.1.2 Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI

Pola pemberian makanan pendamping ASI dalam penelitian ini dilakukan

dengan menghitung tingkat konsumsi energi dan protein balita.

1) Tingkat konsumsi Energi

Tingkat konsumsi energi dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 4

kategori yaitu baik, sedang, kurang dan defisit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada grafik berikut ini.


56

Pola Pemberian MP-ASI menurut TKE

45 40
40
35
30
25
Jumlah
20
15
10
9
5
4 4
0
Defisit Kurang Sedang Baik

Gambar 8

Pola Pemberian MP-ASI menurut Tingkat Konsumsi Energi

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa tingkat konsumsi energi dalam

kategori defisit merupakan yang terbesar yaitu sebesar 40 orang (70,2 %).

2) Tingkat Konsumsi Protein

Tingkat konsumsi protein dalam penelitian ini dikategorikan menjadi 4

kategori yaitu defisit, kurang, sedang dan baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada grafik berikut :

Pola Pemberian MP-ASI Menurut TKP

35 33
30
25
20
Jumlah
15 12
10 7
6
5
0
Defisit Kurang Sedang Baik

Gambar 9

Pola Pemberian MP-ASI menurut Tingkat Konsumsi Protein


57

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa tingkat konsumsi protein dalam

kategori baik merupakan yang terbesar yaitu sebesar 33 orang (57,9 %) dan

tingkat konsumsi protein terkecil pada tingkat konsumsi protein deficit sebesar 7

orang (12,3 %).

4.2.1.3 Status Gizi Balita

Status gizi balita dalam penelitian ini dikategorikan menjadi 4 kategori

yaitu gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada grafik berikut ini :

Status Gizi Balita

45 43
40
35
30
25
Jumlah 20
15 13
10
5 1
0
0
buruk kurang baik lebih

Gambar 10

Status Gizi Balita

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa status gizi balita di desa

Sendangharjo Kecamatan Blora kabupaten Blora mempunyai status gizi yang baik

sebesar 43 balita (74 %) dan tidak terdapat gizi buruk dan tidak terdapat gizi

buruk.

4.2.2 Analisa Bivariat


58

Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji statistik yaituuji chi

square, jika tidak memenuhi syarat uji chi square maka dipakai uji fisher untuk

tabel 2 x 2 sebagai uji alternatifnya dan penggabungan sel sebagai langkah

alternatif uji chi square untuk tabel selain 2 x 2 dan 2 x K sehingga terbentuk

tabel B x K yang baru. Setelah penggabungan sel, uji hipotesis dipilih sesuai

dengan B x K tersebut.

Dalam penelitian ini untuk variabel tingkat pengetahuan tentang

pemberian makanan pendamping ASI dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu

baik, cukup, kurang, sedangkan variabel pola pemberian makanan pendamping

ASI menurut tingkat konsumsi energi dan tingkat konsumsi protein dikategorikan

menjadi 4 kategori yaitu baik, sedang, kurang, defisit dan untuk variabel status

gizi dikategorikan menjadi 4 kategori yaitu buruk, kurang, baik, lebih. Dalam

melakukan uji chi square agar memenuhi syarat tabel harus 2 X 2, oleh karena itu

tabulasi silang dilakukan 2 kali tabulasi (Sopiyudin, 2004 :17)

Tabulasi yang pertama terdiri dari kategori pengetahuan kurang,

pengetahuan cukup, pengetahuan baik, dan tabulasi yang kedua terdiri dari

kategori pengetahuan kurang serta pengetahuan cukup dan baik. variabel pola

pemberian makanan pendamping ASI menurut tingkat konsumsi energi dan

tingkat konsumsi protein tabulasi pertama terdiri dari kategori defisit, kurang,

cukup, baik, dan tabulasi yang kedua terdiri dari kategori defisit dan kurang serta

cukup dan baik Variabel status gizi tabulasi pertama terdiri dari kategori buruk,
59

kurang, baik, lebih tabulasi yang kedua terdiri dari kategori buruk dan kurang

serta baik dan lebih.

4.2.2.1 Hubungan Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI dengan Status Gizi

Tabel 5

Hubungan Pengetahuan dan Status Gizi

Tingkat Status Gizi

Pengetahuan Buruk dan Kurang Baik dan Lebih Nilai p

tentang MP-ASI F % F %

Kurang 12 92,3 20 45,5

Sedang dan Baik 1 7,7 24 54,5 0,003

Total 13 100 44 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa ibu balita dengan tingkat

pengetahuan tentang MP-ASI yang kurang pada balita yang memiliki status gizi

buruk dan kurang adalah sebesar 92,3%, lebih tinggi dari pada balita yang

memiliki status gizi baik dan lebih (45,5%). Sedangkan ibu balita dengan tingkat

pengetahuan tentang MP-ASI yang sedang dan baik pada balita yang memiliki

status gizi buruk dan kurang adalah sebesar 7,7%, lebih rendah dari pada balita

yang memiliki status gizi baik dan lebih (54,5%).

Berdasarkan hasil analisis menggunakan chi square yang dilakukan

terhadap pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI) dengan

status gizi tidak memenuhi syarat karena terdapat sel yang nilainya kurang dari 5,

maka dilakukan uji fisher diperoleh nilai p sebesar 0,003 lebih kecil dari 0,05
60

(0,003 < 0,05), sehingga Ha diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan

antara pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI dengan status gizi

balita umur 4-24 bulan di desa Sendangharjo kecamatan Blora kabupaten Blora.

Berdasarkan koefisien kontingen dapat dilihat bahwa antara pengetahuan

ibu tentang makanan pendamping ibu dengan status gizi mempunyai hubungan

yang rendah karena nilai koefisien kontingensi 0,368.

4.2.2.2 Hubungan Antara Pola Pemberian Makanan pendamping ASI dengan

Status Gizi Balita

1) Hubungan Pola pemberian MP-ASI Menurut TKE dan Status Gizi

Tabel 6

Hubungan antara Pola Pemberian MP-ASI menurut Tingkat Konsumsi Energi

dengan Status Gizi

Status Gizi
Tingkat Konsumsi
Buruk dan Kurang Baik dan Lebih Nilai p
Energi
F % F %

Defisit dan Kurang 13 100 31 70,4

Sedang dan Baik 0 0 13 29,6 0,027

Total 13 100 44 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa, balita tingkat konsumsi

energi defisit dan kurang pada balita yang memiliki status gizi buruk dan kurang

adalah sebesar 100 %, lebih tinggi dari pada balita yang memiliki status gizi baik

dan lebih (70,4%). Sedangkan balita yang memiliki tingkat konsumsi energi
61

sedang dan baik yang memiliki status gizi buruk dan kurang sebesar 0 %, lebih

rendah dari pada balita yang memiliki status gizi baik dan lebih (29,6%).

Berdasarkan hasil analisis menggunakan chi square yang dilakukan

terhadap pola pemberian MP-ASI menurut tingkat konsumsi energi dengan status

gizi tidak memenuhi syarat karena terdapat sel yang nilainya kurang dari 5, maka

dilakukan uji fisher diperoleh nilai p sebesar 0,027 < 0,05, sehingga Ha

dinyatakan diterima bahwa ada hubungan antara pola pemberian makanan

pendamping ASI menurut tingkat konsumsi energi dengan status gizi balita,

dengan nilai koefisien kontingen sebesar 0,283 yang artinya tingakat hubungan

antara pola pemberian makanan pendamping ASI dengan status gizi sedang.

2) Hubungan Pola pemberian MP-ASI menurut TKP dan Status Gizi

Tabel 7

Hubungan antara Pola Pemberian MP-ASI Menurut Tingkat Konsumsi Protein

dengan Status Gizi

Tingkat Konsumsi Status Gizi

Protein Buruk dan Kurang Baik dan Lebih Nilai p

F % F %

Defisit dan Kurang 8 61,5 5 11,4

Sedang dan Baik 5 38,5 39 88,6 0,001

Total 13 100 44 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa balita tingkat konsumsi

protein defisit dan kurang pada balita yang memiliki status gizi buruk dan kurang

adalah sebesar 61,5% lebih tinggi dari pada balita yang memiliki status gizi baik
62

dan lebih (11,4%). Sedangkan balita yang memiliki tingkat konsumsi protein

sedang dan baik pada balita yang memiliki status gizi buruk dan kurang adalah

sebesar 38,5% lebih rendah dari pada balita yang memiliki status gizi baik dan

lebih (88,6%).

Berdasarkan hasil analisis menggunakan chi square yang dilakukan

terhadap pola pemberian MP-ASI menurut tingkat konsumsi protein dengan status

gizi tidak memenuhi syarat karena terdapat sel yang nilainya kurang dari 5, maka

dilakukan uji fisher diperoleh nilai p sebesar 0,001 < 0,05, sehingga Ha

dinyatakan diterima bahwa ada hubungan antara pola pemberian makanan

pendamping ASI menurut tingkat konsumsi protein dengan status gizi balita,

dengan nilai koefisien kontingen sebesar 0,448 yang artinya hubungan yang

sedang antara pola pemberian makanan pendamping ASI dengan status gizi balita.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi Balita

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa ibu balita dengan tingkat

pengetahuan tentang MP-ASI yang kurang pada balita yang memiliki status gizi

buruk dan kurang adalah sebesar 92,3%, lebih tinggi dari pada balita yang

memiliki status gizi baik dan lebih (45,5%). Sedangkan ibu balita dengan tingkat

pengetahuan tentang MP-ASI yang sedang dan baik pada balita yang memiliki

status gizi buruk dan kurang adalah sebesar 7,7%, lebih rendah dari pada balita

yang memiliki status gizi baik dan lebih (54,5%). Didapatkan Nilai p 0,003 <

0,05 yang artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keeratan
63

hubungan sebesar 0,368 yang artinya ada hubungan yang lemah antara

pengetahuan tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI) dengan status gizi.

Salah satu penyebab masalah gizi di Indonesia adalah karena kurangnya

pengetahuan dan keterampilan di bidang memasak, konsumsi anak, keragaman

bahan dan keragaman jenis masakan jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan

(Soegeng Santoso dan Anne Lies Ranti, 1999: 72).

Hal ini sejalan dengan pernyataan Ahmad Djaeni (1996: 12-13), yang

menyatakan bahwa semakin banyak pengetahuan seseorang maka akan lebih

banyak mempergunakan rasio dalam pemberian makanan pada bayi dan

pengetahuan yang baik untuk konsumsi sehingga bayi tidak akan menderita

kurang gizi.

Adanya hubungan ini juga sesuai dengan pernyataan bahwa pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari

oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:121). Perilaku seseorang atau

masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan,

tradisi dari orang atau masyarakat yang bersangkutan (Soekidjo Notoatmodjo,

2003:165). Oleh sebab itu meningkatkan ketrampilan setiap anggota masyarakat

agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri adalah

sangat penting. Hal ini berarti bahwa masing-masing individu didalam msyarakat

seyogyanya mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang baik terhadap cara-

cara pemeliharaan kesehatannya (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:26).


64

Hal ini sejalan dengan teori Green tentang perilaku manusia dari tingkat

kesehatan yaitu perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama dimana salah satu faktor

yaitu predisposisi yang didalamnya terdapat pengetahuan (Soekidjo Notoatmodjo,

2003:13). Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain

(Soekidjo Notoatmodjo, 2003:167).

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang terdahulu

(Dwi Jata, 2000) bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang makanan

pendamping ASI (MP-ASI) dengan status gizi pada bayi umur 4-24 bulan, tetapi

tingkat keeratan hubungan yang didapatkan berbeda.

4.3.2 Hubungan antara Pola Pemberian MP-ASI dengan Status Gizi Balita

4.3.2.1 Hubungan Pola pemberian MP-ASI Menurut TKE dan Status Gizi

Berdasarkan hasil penelitian ini menyatakan bahwa, balita tingkat

konsumsi energi defisit dan kurang pada balita balita yang memiliki status gizi

buruk dan kurang adalah sebesar 100 %, lebih tinggi dari pada balita yang

memiliki status gizi baik dan lebih (70,4%). Sedangkan balita yang memiliki

tingkat konsumsi energi sedang dan baik yang mamiliki status gizi buruk dan

kurang sebesar 0 %, lebih rendah dari pada balita yang memiliki status gizi baik

dan lebih (29,6%), dengan nilai p sebesar 0,027 < 0,05 yang artinya ada hubungan

antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi balita dengan keeratan

hubungan sebesar 0,283 yang artinya ada hubungan yang sedang.

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Kondisi

status gizi baik dapat dicapai bila tubuh memperoleh cukup zat-zat yang akan

digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan fisik,


65

perkembangan otak, kemampuan kerja untuk mencapai tingkat kesehatan optimal

(Depkes RI, 2003: 1). Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas

hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan

tubuh di dalam susunan hidangan dan perbandingannya yang satu terhadap yang

lain (Soegeng Santosa dan Anne Lies Ranti, 1999: 31)

Konsumsi pangan yang tidak cukup energi biasanya juga kurang dalam

satu atau lebih zat gizi esensial lainnya. Konsumsi energi dan protein yang kurang

selama jangka waktu tertentu akan menyebabkan kurang gizi sehingga untuk

menjamin pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan balita, maka perlu asupan

gizi yang cukup (Agoes Krisno, 2004: 15).

Pola makan kelompok masyarakat tertentu juga menjadi pola makan anak.

Pola makan mempengaruhi penyusunan menu. Seorang anak dapat memiliki

kebiasaan makan dan selera makan, yang terbentuk dari kebiasaan dalam

masyarakatnya. Jika menyusun hidangan untuk anak, hal ini perlu diperhatikan di

samping kebutuhan zat gizi untuk hidup sehat dan bertumbuh kembang.

Kecukupan zat gizi ini berpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan anak, maka

pengetahuan dan kemampuan mengelola makanan sehat untuk anak adalah suatu

hal yang amat penting (Soegeng Santoso dan Anne Lies Ranti, 1999: 41).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang sebelumnya ( Carnoto SM, 2000),

yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pola pemberian MP-ASI dan

tingkat konsumsi energi dan protein dengan status gizi pada balita usia 4-12 bulan

tetapi tingkat dengan tingkat ketelitian berbeda.

4.3.2.2 Hubungan Pola pemberian MP-ASI menurut TKP dan Status Gizi
66

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa balita tingkat konsumsi

protein defisit dan kurang pada balita yang memiliki status gizi buruk dan kurang

adalah sebesar 61,5 % lebih tinggi dari pada balita yang memiliki status gizi baik

dan lebih (11,4%). Sedangkan balita yang memiliki tingkat konsumsi protein

sedang dan baik pada balita yang memiliki status gizi buruk dan kurang adalah

sebesar 38,5% lebih rendah dari pada balita yang memiliki status gizi baik dan

lebih (88,6%), dengan nilai p sebesar 0,001 < 0,005 yang artinya ada hubungan

antara pemberian MP-ASI menurut Tingkat Konsumsi Protein dengan status gizi

balita, dengan keeratan hubungan sebesar 0,448 yang artinya hubungannya

sedang.

Kebutuhan protein bagi bayi relatif lebih besar dari orang dewasa, karena

bayi mengalami pertumbuhan yang pesat (Depkes RI, 1995: 5). Keadaan

kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi yaitu kualitas hidangan yang

mengandung semua kebutuhan tubuh. Ada tingkatan kesehatan gizi lebih dan

kesehatan gizi kurang. Akibat dari kesehatan gizi yang tidak baik, maka timbul

penyakit gizi. Umumnya pada anak balita didera penyakit gizi kurang dan gizi

lebih (Soegeng Santoso dan Anne Lies Ranti, 1999: 59).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang sebelumnya ( Carnoto SM, 2000),

yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pola pemberian MP-ASI dan

tingkat konsumsi energi dan protein dengan status gizi pada balita usia 4-12 bulan

tetapi tingkat dengan tingkat ketelitian berbeda.

4.4 Hambatan dan Kelemahan

Hambatan dan kelemahan dalam penelitian ini terdapat, adalah sebagai

berikut :
67

4.4.1 Bias recall, meliputi daya ingat responden dalam mengingat makanan dan

minuman yang benar-benar dikonsumsi balitanya, sehingga peneliti harus

menanyakan secara perlahan sehingga responden dapat mengingat

makanan yang dikonsumsi balita mereka.

4.4.2 Bias pengukuran, meliputi ketelitian dan ketepatan dalam melakukan

pengukuran jumlah makanan yang dikonsumsi berdasarkan URT (Ukuran

Rumah Tangga), sehingga peneliti menggunakan buku penilaian status gizi

sebagai pedoman pengukuran jumlah makanan.

4.4.3 Kejujuran responden dalam mengisi kuesioner, sehingga kepandaian

peneliti dalam mengenal responden sangat berpengaruh sehingga

responden dapat mengisi kuesioner dengan jujur.


68

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN

Simpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil analisis data penelitian

adalah sebagai berikut :

5.1.1 Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI,

dan pola pemberian makanan pendamping ASI dengan status gizi balita.

5.2 SARAN

5.2.1 Bagi Ibu Balita

Ibu balita hendaknya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman

mengenai pentingnya gizi bagi pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan balita.

5.2.2 Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Hendaknya memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk meneliti faktor-

faktor lain yang belum diteliti dalam penelitian ini yang berhubungan dengan

status gizi balita.

5.2.3 Bagi Puskesmas

Perlu adanya program pemberian makanan pendamping ASI secara tepat

sesuai dengan kebutuhan balita.

5.2.4 Bagi Peneliti


69

Hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut yang meneliti faktor-faktor

lain yang berhubungan dengan status gizi balita

DAFTAR
55 PUSTAKA

Ahmad Djaeni S. 1996. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia Jilid
I. Jakarta: Dian Ratna

. 2000. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia Jilid II.
Jakarta: Dian Ratna

Agus Krisno B. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang: UMMPRESS

Deddy Muhtadi. 1996. Gizi untuk Bayi: ASI, Susu Formula dan Makanan
Tambahan. Jakarta: Penebar Swadaya

Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. 1995. Memilih Makanan


Seimbang Bagi Bayi. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

. 2000. Makanan pendamping Air Susu Ibu. Jakarta: Departemen


Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI

.2002. Pemantauan Pertumbuhan Balita. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Dinas kesehatan Propinsi Jawa Tengah.2003. Profil Kesehatan Jawa Tengah


2003. http:// www.depkes.go.id

Dinas Kesehatan Blora. 2006. Profil Kesehatan Kabupaten Blora

Direktorat Gizi Depkes RI. 1996. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta:
Bhratara

Dwi Jata. 2000. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Praktek Ibu dalam
Pemberian Makanan Pendamping ASI dengan Status Gizi Anak pada 4-24
Bulan di Batuan Kecamatan Sukawati Kabupaten Bali. Semaran: UNDIP

Handrawan Nadesul. 1995. Makanan Sehat untuk Bayi. Jakarta: Puspa Swara

Jihad Santoso. 2005. http://www.hmrpjs.blogspot.com


70

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarkat FIK UNNES. 2006. Pedoman Penyusunan


Skripsi Mahasiswa Program Strata I. Semarang : UNNES.
I Dewa Nyoman Supariasa. 2002.Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC

Maman Rachman, dkk. 2003. Filsafat Ilmu. Semarang: UPT UNNES Press

Oktia Woro KH, dkk. 2005. Petunjuk Praktikum Gizi Kesehatan Masyarakat.
Semarang: UPT UNNES Press
56
Pradipta.2005. Profil Kesehatan Jawa Tengah 2005. http://www.jawatengah.go.id

Sjahmien Moehji. 2003. Ilmu Gizi 2: Penganggulangan Gizi Buruk. Jakarta:


Papas Sinar Sinanti

Soegeng Santoso dan Anne Lies Ranti. 1999. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka
Cipta

Soejtiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Soekidjo Notoatmodjo.1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta

. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

.2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta : Departemen Pendidikan


Nasional

Sopiyudin Dahlan. 2004. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Uji Hipotesis
dengan Manggunakan SPSS Program 12 Jam. Jakarta: PT.Arkan.

Stanley Lemeshow, dkk. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sudigdo. 2002. Dasar-Dasar MetodePenelitian Klinis. Sagung Seto

Sugiono. 2000. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta

Suharjo. 1986. Pangan Gizi dan Pertanian. Jakarta: UI Press

. 2003. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: PT. Rineka Cipta
71

Undang-Undang Kesehatan 1992.1992. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992.


Jakarta: Sinar Grafika

Yayuk Farida, dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya

Winarno. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

You might also like