Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Abad 21 merupakan abad global. Masa ini ditandai dengan kehidupan bermasyarakat
yang berubah cepat karena dunia semakin menyatu. Apalagi ditopang kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi sehingga batas-batas masyarakat dan negara
menjadi kabur. Demikian pula pada sekotor ekonomi, dunia berkembang dengan pesat
yang ditandai kemajuan ilmu pengetahuan.
Ekonomi yang berdasarkan ilmu pengetahuan merupakan lokomotif dari perubahan
dunia abd 21. Selanjutnya sektor ekonomi yang berdasarkan ilmu pengetahuan
(knowledge based economy) menuntut penguasaan ilmu pengetahuan dari para pelaku
ekonomi profesional. Di dalam masyarakat sederhana, berbagai pekerjaan dilakukan
secara rutin. Masyarakat konsumen menuntut kualitas produksi yang tinggi dan terus
menerus diperbaiki.
Oleh sebab itu profesionalisme merupakan syarat mutlak dalam kehidupan global.
Apalagi pada dunia global lebih diutamakan pada penguasaan kemampuan dan
keterampilan serta penuh persaingan. Globalisasi mengubah hakikat kerja dari
amatirisme menuju kepada profesionalisme.
Memang inilah dasar dari suatu masyarakat berdasarkan merit system. Legitimasi dari
suatu pekerjaan atau jabatan di dalam masyarakat abad 21 tidak lagi didasarkan
kepada amatirisme atau keterampilan yang diturunkan atau dengan dasar-dasar yang
lain, tetapi berdasarkan kepada kemampuan seseorang yang diperoleh secara sadar
dan terarah dalam menguasai berbagai jenis ilmu pengetahuan dan keterampilan.
Tuntutan profesionalisme akibat dari perubahan global sesuai dengan tuntutan
perubahan masyarakat, profesi guru juga menuntut profesionalisme. Guru yang
profesional bukan hanya sekedar alat untuk transmisi kebudayaan, tetapi
mentransfomasikan kebudayaan itu ke arah budaya yang dinamis yang menuntut
penguasaan ilmu pengetahuan, produktivitas yang tinggi, dan kualitas karya yang
dapat bersaing.
Motivasi Mengajar
Keberhasilan suatu organisasi atau lembaga dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
faktor yang datang dari dalam maupun yang datang dari lingkungan. Dari berbagai
faktor tersebut, motivasi merupakan suatu faktor yang cukup dominan dan dapat
menggerakkan faktor-faktor lain kearah efektivitas kerja. Dalam hal tertentu motivasi
sering disamakan dengan mesin dan kemudi mobil, yang berfungsi sebagai penggerak
dan pengarah.
Setiap pegawai memiliki karakteristik khusus, yang satu sama lain berbeda. Hal
tersebut memerlukan perhatian dan pelayanan khusus pula dari pemimpinnya, agar
mereka dapat memanfaatkan waktu untuk meningkatkan kinerjanya. Perbedaan
pegawai tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga dalam psikisnya, misalnya
motivasi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kinerja, perlu diupayakan untuk
membangkitkan motivasi para pegawai dan faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya.
Motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan kerja.
Callahan dan Clark (1988) mengemukakan bahwa motivasi adalah tenaga pendorong
atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah tujuan tertantu.
Mengacu pada pendapat tersebut, dapat dikemukakan bahwa motivasi merupakan
suatu bagian yang sangat penting dalam suatu lembaga. Para pegawai akan bekerja
dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Apabila para
pegawai memiliki motivasi yang positif, ia akan memperlihatkan minat, mempunyai
perhatian, dan ingin ikut serta dalam tugas atau kegiatan. Dengan kata lain, seorang
pegawai akan melakukan semua pekerjaannya dengan baik apabila ada faktor
pendorong (motivasi). Dalam kaitan ini pemimpin dituntut untuk memiliki
kemampuan membangkitkan motivasi para pegawai sehingga kinerja mereka
meningkat.
Motivasi merupakan bagian penting dalam setiap kegiatan, tanpa motivasi tidak ada
kegiatan yang nyata. Menurut Morgan, motivasi merupakan tenaga pendorong atau
penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu, Maslow
(1970) mengemukakan bahwa motivasi adalah tenaga pendorong dari dalam yang
menyebabkan manusia berbuat sesuatu atau berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah hal yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Ada dua jenis motivasi, yaitu:
1. Instrinsik, adalah motivasi yang datang dari dalam diri seseorang, misalnya
pegawai melakukan suatu kegiatan karena ingin menguasai suatu ketrampilan tertentu
yang dipandang akan berguna dalam pekerjaannya. Pada umumnya motivasi ini lebih
menguntungkan karena biasanya dapat bertahan lebih lama. Motivasi ini muncul dari
dalam diri pegawai.
2. Ekstrinsik, adalah motivasi yang berasal dari lingkungan di luar diri seseorang.
Misalnya pegawai bekerja karena ingin mendapat pujian atau ingin mendapat hadiah
dari pemimpinnya. Motivasi ini dapat diberikan oleh pemimpin dengan jalan
mengatur kondisi dan situasi yang tenang dan menyenangkan.
Dalam kaitan ini pemimpin dituntut untuk memiliki kemampuan memotivasi pegawai
agar mau dan mampu mengembangkan dirinya secara optimal. Hal ini terutama
dibutuhkan pada kegiatan-kegiatan yang berkaitan langsung dengan peningkatan
kinerja.
Pembahasan diatas dapatlah dilihat faktor yang melatarbelakangi timbulnya motivasi
yaitu karena adanya dorongan dan rasa keinginan untuk mengikuti suatu kegiatan.
Guru sebagai tenaga pendidik tentunya harus mampu merangsang anak mengikuti
proses belajar mengajar yang dilatabelakangi dengan motivasi yang bersifat internal
karena dengan motivasi internal inilah anak akan mengikuti dengan penuh kesadaran.
Demikian halnya dengan guru sebagai salah satu faktor yang mempunyai peranan
penting dalam pencapaian keberhasilan proses belajar mengajar. Guru harus
mempunyai motivasi yang baik dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Motivasi
yang baik dapat diartikan dengan timbulnya keinginan dan kesadaran yang tinggi
dalam melaksanakan tugas-tugas mengajar tanpa adanya unsur-unsur lain yang
mengakibatkan guru menjadi terpaksa melaksanakan tugas mengajarnya, misalnya
takut kepada pimpinan, ingin mendapat perhatian dan lain sebagainya. Apabila
motivasi seperti ini yang muncul dalam diri seorang guru untuk melaksanakan
tugasnya, maka kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan hanya bersifat
melepaskan tanggungjawab tanpa didukung oleh beban moril yang kuat.
Seorang guru yang mempunyai motivasi baik dalam melaksanakan tugasnya ialah
guru yang benar-benar menjiwai pekerjaannya sebagai tenaga pendidik, menjiwai
anak didik dan menjiwai bidang studi yang diajarkan dan berusaha semaksimal
mungkin agar antara materi yang diajarkan dengan tingkatan pemahaman murid dapat
sesuai dan saling mendukung. Melihat besarnya peranan guru, maka agar hal itu
tercapai guru harus mempunyai motivasi yang baik dalam melaksanakan tugas-
tugasnya agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar sesuai tujuan
yang diharapkan.
Guru sebagai faktor terpenting untuk kelangsungan kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Kemampuan guru sangat menentukan berhasilnya proses belajar mengajar.
“Guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar, baik mengajar bidang studi,
maupun mengajarkan suatu ilmu pengetahuan kepada orang lain.”
Agar pekerjaan yang dilakukan guru dalam menyampaikan bidang studi berlangsung
lancar dan berhasil maka guru harus mempunyai motivasi yang tinggi. Selain itu
menurut M. Athiyah al-Abrasyi, guru harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. Zuhud tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari keridhaan Allah
semata.
b. Kebersihan guru, seorang guru harus bersih tubuhnya jauh dari dosa dan kesalahan.
c. Ikhlas dalam pekerjaan.
d. Suka pemaaf.
e. Seorang guru merupakan seorang bapak sebelum ia menjadi seorang guru.
f. Harus mengetahui tabiat murid.
g. Harus mengetahui mata pelajaran.
Secara luas tugas guru tidak hanya menanamkan ilmu pengetahuan kepada anak, pada
hakikatnya guru harus siap dalam dua fungsi, yaitu sebagai pengajar dan sebagai
pendidik. Ini berarti dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari ia harus berusaha
untuk menolong anak dalam mencapai tingkat kedewasaan dan tetap berpegang teguh
kepada sifat-sifat diatas.
Dalam rangka melaksanakan tugas mendidik ia juga mempunyai tugas pokok, yaitu
mengajar. Ada beberapa hal yang harus dapat dilakukan guru, yaitu:
1. Merumuskan tujuan instruksional.
2. Memanfaatkan sumber-sumber materi dan belajar.
3. Mengorganisasikan materi pelajaran.
4. Membuat, memilih dan menggunakan media pendidikan dengan tepat.
5. Menguasai, memilih dan melaksanakan metode penyampaian yang tepat untuk
pelajaran tertentu.
6. Mengetahui dan menggunakan keinginan siswa.
7. Memenej interaksi belajar mengajar, sehingga efektif dan tidak membosankan bagi
siswa.
8. Mengevaluasi dan pengadministrasiannya.
9. Mengembangkan semua kemampuan yang telah dimilikinya ketingkat yang lebih
berdaya guna dan berhasil guna.
Dari semua tugas-tugas yang harus dapat dilaksanakan guru sangat dituntut kerja
keras dan tanggungjawab yang sepenuhnya dari guru. Dari tinjauan masyarakat guru
telah diyakini dan diamanahkan untuk mendidik anak di sekolah. Sehingga bagi guru
amanah ini harus benar-benar dijaga dan diemban dengan baik.
Guru dapat mempunyai motivasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas mengajar
apabila didukung dengan latar belakang profesional yang baik dan didukung oleh
sarana dan prasarana serta hubungan yang terjalin secara harmonis antara semua
personil yang ada.
Demikian juga guru dalam proses belajar mengajar harus memiliki kemampuan
tersendiri guna mencapai harapan yang dicita-citakan dalam melaksanakan
pendidikan pada umumnya dan proses belajar mengajar pada khususnya. Untuk
memiliki kemampuan tersebut guru perlu membina diri secara baik, karena fungsi
guru itu sendiri adalah membina dan mengembangkan kemampuan siswa secara
profesional di dalam proses belajar mengajar.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa tugas guru untuk mendidik anak kepada
terbentuknya individu yang berilmu, berpengetahuan, berketrampilan dan mempunyai
kedewasaan moril. Untuk melaksanakan tugas ini guru harus mempunyai motivasi
yang tinggi, yaitu semangat dan jiwa besar dalam melaksanakan tugas. Dengan jiwa
yang seperti ini guru akan berusaha semaksimal mungkin menyampaikan materi
pelajaran kepada siswa sampai siswa mengerti dan dapat memahami ilmu
pengetahuan yang disampaikan.
Manajemen Pembelajaran
Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah merupakan alternatif baru dalam
pengelolaan manajemen pembelajaran atau manajemen pendidikan yang lebih
menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah. Konsep ini diperkenalkan
oleh teori effective school yang lebih memfokuskan diri pada perbaikan proses
pendidikan (Edmond, 1979). Beberapa indikator yang menunjukkan karakter dari
konsep manajemen ini antara lain sebagai berikut; (i) lingkungan sekolah yang aman
dan tertib, (ii) sekolah memilki misi dan target mutu yang ingin dicapai, (iii) sekolah
memiliki kepemimpinan yang kuat, (iv) adanya harapan yang tinggi dari personel
sekolah (kepala sekolah, guru, dan staf lainnya termasuk siswa) untuk berprestasi, (v)
adanya pengembangan staf sekolah yang terus menerus sesuai tuntutan IPTEK, (vi)
adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek akademik
dan administratif, dan pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaan/perbaikan mutu,
dan (vii) adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua murid/masyarakat.
Pengembangan konsep manajemen ini didesain untuk meningkatkan kemampuan
sekolah dan masyarakat dalam mengelola perubahan pendidikan kaitannya dengan
tujuan keseluruhan, kebijakan, strategi perencanaan, inisiatif kurikulum yang telah
ditentukan oleh pemerintah dan otoritas pendidikan. Pendidikan ini menuntut adanya
perubahan sikap dan tingkah laku seluruh komponen sekolah; kepala sekolah, guru
dan tenaga/staf administrasi termasuk orang tua dan masyarakat dalam memandang,
memahami, membantu sekaligus sebagai pemantau yang melaksanakan monitoring
dan evaluasi dalam pengelolaan sekolah yang bersangkutan dengan didukung oleh
pengelolaan sistem informasi yang presentatif dan valid. Akhir dari semua itu
ditujukan kepada keberhasilan sekolah untuk menyiapkan pendidikan yang
berkualitas/bermutu bagi masyarakat. http://ssep.net/director.html
MANAJEMEN PEMBELAJARAN
(Y)