You are on page 1of 10

Bimbingan Profesional Guru dan Motivasi Mengajar

Guru terhadap Manajemen Pembelajaran


Bimbingan Profesional Guru dan Motivasi Mengajar Guru terhadap Manajemen
Pembelaran

Pendahuluan
Abad 21 merupakan abad global. Masa ini ditandai dengan kehidupan bermasyarakat
yang berubah cepat karena dunia semakin menyatu. Apalagi ditopang kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi sehingga batas-batas masyarakat dan negara
menjadi kabur. Demikian pula pada sekotor ekonomi, dunia berkembang dengan pesat
yang ditandai kemajuan ilmu pengetahuan.
Ekonomi yang berdasarkan ilmu pengetahuan merupakan lokomotif dari perubahan
dunia abd 21. Selanjutnya sektor ekonomi yang berdasarkan ilmu pengetahuan
(knowledge based economy) menuntut penguasaan ilmu pengetahuan dari para pelaku
ekonomi profesional. Di dalam masyarakat sederhana, berbagai pekerjaan dilakukan
secara rutin. Masyarakat konsumen menuntut kualitas produksi yang tinggi dan terus
menerus diperbaiki.
Oleh sebab itu profesionalisme merupakan syarat mutlak dalam kehidupan global.
Apalagi pada dunia global lebih diutamakan pada penguasaan kemampuan dan
keterampilan serta penuh persaingan. Globalisasi mengubah hakikat kerja dari
amatirisme menuju kepada profesionalisme.
Memang inilah dasar dari suatu masyarakat berdasarkan merit system. Legitimasi dari
suatu pekerjaan atau jabatan di dalam masyarakat abad 21 tidak lagi didasarkan
kepada amatirisme atau keterampilan yang diturunkan atau dengan dasar-dasar yang
lain, tetapi berdasarkan kepada kemampuan seseorang yang diperoleh secara sadar
dan terarah dalam menguasai berbagai jenis ilmu pengetahuan dan keterampilan.
Tuntutan profesionalisme akibat dari perubahan global sesuai dengan tuntutan
perubahan masyarakat, profesi guru juga menuntut profesionalisme. Guru yang
profesional bukan hanya sekedar alat untuk transmisi kebudayaan, tetapi
mentransfomasikan kebudayaan itu ke arah budaya yang dinamis yang menuntut
penguasaan ilmu pengetahuan, produktivitas yang tinggi, dan kualitas karya yang
dapat bersaing.

Bimbingan Profesional Guru


Wacana tentang profesionalisme guru kini menjadi sesuatu yang mengemuka ke
ruang publik seiring dengan tuntutan untuk meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia. Menurut Oktovianus Sahulata dalam makalahnya dikatakan: mutu
pendidikan Indonesia dianggap masih rendah karena beberapa indikator antara lain:
Pertama, lulusan dari sekolah dan perguruan tinggi yang belum siap memasuki dunia
kerja karena minimnya kompetensi yang dimiliki. Bekal kecakapan yang diperoleh di
lembaga pendidikan belum memadai untuk digunakan secara mandiri, karena yang
terjadi di lembaga pendidikan hanya transfer of knowledge semata yang
mengakibatkan anak didik tidak inovatif, kreatif bahkan tidak pandai dalam
menyiasati persoalan-persoalan di seputar lingkungannya. Kedua, Peringkat indeks
pengembangan manusia (Human Development Index) masih sangat rendah. Menurut
data tahun 2004, dari 117 negara yang disurvei Indonesia berada pada peringkat 111
dan pada tahun 2005 peringkat 110 dibawah Vietnam yang berada di peringkat 108.
Ketiga, Mutu akademik di bidang IPA, Matematika dan Kemampuan Membaca sesuai
hasil penelitian Programme for International Student Assesment (PISA) tahun 2003
menunjukan bahwa dari 41 negara yang disurvei untuk bidang IPA Indonesia berada
pada peringkat 38, untuk Matematika dan kemampuan membaca menempati peringkat
39. Keempat, sebagai konsekuensi logis dari indikator-indikator diatas adalah
penguasaan terhadap IPTEK dimana kita masih tertinggal dari negara-negara seperti
Malaysia, Singapura, dan Thailand. (www.hotlinkfiles.com)
Guru, akhirnya menjadi salah satu faktor menentukan dalam konteks meningkatkan
mutu pendidikan dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas karena guru
adalah garda terdepan yang berhadapan langsung dan berinteraksi dengan siswa
dalam proses belajar mengajar. Mutu pendidikan yang baik dapat dicapai dengan guru
yang profesional dengan segala kompetensi yang dimiliki.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merupakan sebuah
perjuangan sekaligus komitmen untuk meningakatkan kualitas guru yaitu kualifikasi
akademik dan kompetensi profesi pendidik sebagai agen pembelajaran. Kualifikasi
akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana (S1) atau D4.
Sedangkan kompetensi profesi pendidik meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Dengan sertifikat profesi,
yang diperoleh setelah melalui uji sertifikasi lewat penilaian portofolio (rekaman
kinerja) guru, maka seorang guru berhak mendapat tunjangan profesi sebesar 1 bulan
gaji pokok. Intinya, Undang-Undang Guru dan Dosen adalah upaya meningkatkan
kualitas kompetensi guru seiring dengan peningkatan kesejahteraan mereka.
Menurut H. Isjoni (2006:20) guru profesional bukan lagi merupakan sosok yang
berfungsi sebagau robot, tetapi merupakan dinamisator yang mengantar potensi-
potensi peserta didik ke arah kreativitas. Tugas seorang guru profesional meliputi tiga
bidang utama:
(1) dalam bidang profesi;
(2) dalam bidang kemanusiaan;
(3) dalam bidang kemasyarakatan.
Dalam bidang profesi, seorang guru profesional berfungsi untuk mengjar, mendidik,
melatih, dan melaksanakan penelitian masalah-masalah pendidikan.
Dalam bidang kemanusiaan, guru profesional berfungsi sebagai pengganti orang
tuanya dalam peningkatan kemampuan intelektual anak didik. Guru profesional
menjadi fasilitator untuk membantu peserta didik mentransformasikan potensi yang
dimiliki peserta didik menjadi berkemampuan serta berketeramplilan yang
berkembang dan bermanfaat bagi kemanusiaan.
Dalam bidang kemasyarakatan profesi guru berfungsi untuk memenuhi amanat dalam
Pembukaan UUD 1945, yaitu ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Sesuai
dengan differensiasi tugas dari suatu masyarakat modern, sudah tentu tugas pokok
dari guru ialah profesional dalam bidangnya tanpa melupakan tugas-tugas
kemanusiaan dan kemasyarakatan lainnya.
Selanjutnya Isjoni (2006:21) mengatakan: “dalam rangka untuk melaksanakan tugas-
tugasnya, guru profesional haruslah memiliki berbagai kompetensi. Kompetensi-
kompetensi guru profesional antara lain meliputi kemampuan untuk mengembangkan
pribadi peserta didik, khususnya kemampuan intelektual, serta membawa peserta
didik menjadi anggota masyarakat Indonesia yang bersatu, dinamis, serta berdasarkan
Pancasila.
Berkaitan dengan pembinaan profesional guru ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan:
1. Sistem Pembinaan Profesional (SPP)
Berpijak pada adanya kesadaran dan keinginan untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia maka peranan pendidikan khususnya di Sekolah Dasar perlu diperkuat
dan didukung dengan tersedianya tenaga kependidikan yang berkualitas pula, yaitu :
a) Pengawas yang berkemampuan profesional dalam melakukan pembinaan serta
pengawasan sekolah.
b) Kepala sekolah yang berkemampuan professional dalam melakukan manajemen
sekolah.
c) Guru yang berkemampuan professional dalam melaksanakan tugas belajar
mengajar.
Sistem Pembinaan Profesional (SPP) adalah usaha yang dilakukan secara sadar untuk
meningkatkan dan mengembangkan kualitas profesi serta mutu kerja praktisi
pendidikan.
Tujuan SPP adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya tenaga kependidikan
yang tersedia, sehingga dapat meningkatkan kualitas proses pendidikan itu sendiri,
dan pada giliranya kualitas proses belajar dan out put SD semakin bermutu.
Guru Sekolah Dasar diharapkan menjadi guru yang benar-benar memiliki
kompetensi/kemampuan dalam melaksanakan tugasnya. Dalam hal ini Direktorat
Pendidikan Dasar menetapkan bahwa guru harus memiliki 5 kemampuan profesional
sebagai tenaga pendidik, yakni:
a. Penguasaan Kurikulum
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan strategis dalam
keseluruhan kegiatan pendidikan, karena menentukan pelaksanaan dan hasil dari
pendidikan. Beberapa ahli mengatakan bahwa betapapun bagusnya kurikulum ,
pelaksanaannya tergantung pada apa yang dilakukan oleh guru. Menurut Nasution
(1995:1) “guru harus lebih dahulu memahami kurikulum agar dapat menyajikannya
dalam bentuk pengalaman yang bermanfaat bagi siswa.”
Implementasi kurikulum sepenuhnya tergantung pada kreativitas, kecakapan,
kesungguhan, sikap dan ketekunan guru. Karena itu secara operasional guru harus
mampu memahami, menjabarkan dan mengoperasionalkan kurikulum. Guru harus
mampu menjabarkan isi kurikulum kedalam program-program yang lebih operasional
dalam bentuk rencana tahunan , semester, mingguan maupun harian dengan
mengadakan persiapan mengajar terlebih dahulu. Guru hendaknya mampu memilih
dan menciptakan situasi belajar yang menggairahkan siswa, mampu memilih dan
melaksanakan metode mengajar dan bahan pelajaran yang sesuai dengan kemampuan
siswa.
b. Penguasaan Materi
Selaras dengan hal yang dikemukakan di atas, guru juga dituntut untuk mampu
menyampaikan bahan pelajaran, bahkan guru haruslah merasa yakin bahwa apa yang
disampaikan kepada siswa telah dikuasai dan dihayati secara mendalam. Menurut Ali
Muhammad ( 2002:7) :
Guru perlu menguasai bukan hanya sekedar materi tertentu saja, tetapi penguasaan
yang lebih luas terhadap materi itu sendiri, penguasaan secara baik menjadi bagian
dari kemampuan guru yang merupakan tuntutan pertama dalam profesi keguruan.
Guru harus selalu memperluas dan menguasai materi pelajaran yang akan disajikan.
Persiapan diri tentang materi diusahakaan dengan cara mencari lebih banyak
informasi mengenai materi.
Oleh Karena itu dalam memberikan pelajaran, guru sebenarnya mempunyai peranan
dan tugas sebagai sumber materi yang tak pernah kering dan pengelola proses belajar
mengajar. Kegiatan mengajarnya harus disambut oleh siswa dengan penuh semangat
karena bermanfaaat. Kemampuan ini harus dihayatinya sebagai suatu seni
pengelolaan belajar mengajar yang diperoleh melalui latihan, pengalaman dan
kemauan belajar yang tak pernah putus. Keterbatasan perolehan kemampuan pada
lembaga pendidikan guru, perlu dilanjutkan pengembangannya melalui program
pendidikan dalam jabatan yang berkesinambungan. Mengingat bahwa guru Sekolah
Dasar adalah guru kelas maka penguasaan materi semua mata pelajaraan mutlak harus
dikuasai.
c. Penguasaan Metode dan Teknik Evaluasi
Salah satu tugas pokok seorang guru adalah melaksanakan proses belajar mengajar
dalam satu interaksi guru-murid. Menurut Nasution (1999:43) :
Mengajar Pada umumya merupakan usaha guru untuk menciptakan kondisi atau
mengatur lingkungan sedemikian rupa, sehingga terjadi interaksi antara murid dan
lingkungannya, termasuk guru, alat pelajaran dan sebagainya yang disebut proses
belajar sehingga tercapai tujuan pelajaran yang telah ditentukan.
Keaktifan murid harus selalu diciptakan dan berjalan terus dengan menggunakan
berbagai macam metoda mengajar. Guru menciptakan situasi yang dapat mendorong
murid untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta
dan konsep yang benar. Oleh karena itu guru dalam mengajar harus menggunakan
multi metoda dan anak belajar menggunakan multi media sehingga terjadi suasana”
belajar sambil bekerja”, “ belajar dengan mendengar”, dan “ belajar sambil bermain,
sesuai dengan konteks materinya. Metode yang digunakan guru dalam mengajar,
sepanjang memang sangat dikuasai dan mampu mencapai tujuan pelajaran serta
memperhatikan aspek pedagogis, dapat digunakan guru. Guru bebas untuk
berimprovisasi sesuai dengan kondisi lapangan serta tidak boleh terpaku pada satu
jenis metoda yang monoton.
Dalam hal teknik evaluasi, secara teori dan praktek guru harus dapat
melaksanakannya sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya. Tes objektif yang
digunakan untuk mengukur hasil belajar harus benar dan tepat serta diharapkan guru
dapat menyusun item tes secara benar.
d.Komitmen Guru Terhadap Tugas
Pelaksanaan tugas seorang guru harus didukung oleh suatu perasaan bangga akan
“tugas” yang dipercayakan kepadanya. Seorang guru harus bangga bahwa tugasnya
adalah mempersiapkan hari depan bangsa. Betapapun jenis ragam tantangan dan
rintangan yang dihadapi dalam melaksanakannya, guru harus tetap tegar dan penuh
kesadaran bahwa tugasnya harus dilaksanakan dengan penuh pengabdian. Tugasnya
adalah memberi kesempatan sebesar-besarnya kepada anak didik untuk melakukan
kegiatan mengembangkan pengalaman belajarnya. Harus di sadari sepenuhnya bahwa
tugas seorang guru oleh ruang, tempat dan waktu. Oleh karena itu perlu diusahakan
pembinaan agar pada setiap guru tumbuh rasa pengabdian yang besar, karena jabatan
sebagai guru adalah jabatan kunci dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas.
e. Disiplin Dalam Arti Luas
Pendidikan adalah suatu proses yang direncanakan agar siswa tumbuh dan
berkembang melalui kegiatan belajar. Guru sebagai pendidik dengan sengaja
mempengaruhi arah proses itu sesuai dengan tata nilai yang dianggap baik dan
berlaku dalam masyarakat. Namun lemah kuatnya pengaruh itu sangat bergantung
pada usaha disiplin yang diterapkan guru pada siswanya. Penerapan disiplin yang baik
dan kuat dalam proses pendidikan akan menghasilkan sikap mental, watak dan
kepribadian siswa yang kuat.
Peningkatan ini akan ditempuh melalui suatu Sistem Pembinaan Profesional dengan
berbagai usaha peningkatan pengetahuan keterampilan melalui berbagai program
pembinaan, salah satunya Kelompok Kerja Guru (KKG).
2. Perangkat Sistem Pembinaan Profesional (SPP)
Sistem pembinaan profesional bagi guru dilaksanakan dengan tujuan yang jelas,
dalam lingkup yang terjangkau serta melalui mekanisme dalam tatanan yang teratur.
Tujuan pemberian bantuan profesional adalah agar kualitas guru selalu bertambah
baik dari saat ke saat, dalam arti dapat tumbuh dan berkembang dalam aspek
pengetahuan, keterampilan serta wawasan. program SPP tersusun dari seperangkat
sistem kelembagaan di sekolah , yaitu :
a. Gugus Sekolah
Berdasarkan keputusan Dirjen Dikdasmen Depdikbud No: 079/C/KEP/I/1993 telah
ditetapkan pedoman pelaksanaan sistem pembinaan profesional guru melalui
pembentukan gugus sekolah
Untuk merealisasikan tujuan dari SPP perlu ada suatu ikatan dan komitmen, kerana
itu diadakan batasan lingkup gugus sekolah. Lingkup gugus sekolah cukup rasional
untuk membentuk suatu ikatan komitmen dengan memperluas kerja sama antara 6-10
SD, yang kurang lebih membawahi antara 40 s/d 60 orang guru dan kepala sekolah
b. SD Inti dan SD Imbas
Segala macam kegiatan yang bersifat bantuan professional kepada guru terjadi dalam
lingkup gugus, kegiatan dimaksud khususnya berpusat pada salah satu SD anggota
gugus yang disebut dengan SD inti, yaitu dalam wadah pusat kegiatan guru (PKG).
kedudukan PKG pada SD inti , untuk mengisi komitmen bersama melalui berbagai
kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas profesional guru. Semua SD imbas
bersama SD inti melaksanakan komitmen untuk maju bersama.
c. PKG, KKG, MKKS
PKG adalah Pusat Kegiatan Guru pada SD inti yang berfungsi sebagai sanggar kerja
guru. Pada PKG lah kegiatan KKG dan MKKS dilaksanakan. Sebagai sanggar
kegiatan maka PKG seyogyanya memiliki ruang perpustakaan guru, ruang kerja dan
ruang pertemun. Sehingga PKG berfungsi sebagai bengkel kerja, sanggar kegiatan,
pusat sumber belajar bagi guru dalam meningkatkan profesinya.
KKG berorientasi kepada peningkatan kualitas pengetahuan penguasaan materi,
teknik mengajar, interaksi guru dan murid, metode mengajar, dan lain lain yang
berfokus pada penciptaan kegiatan belajar mengajar yang aktif.
MKKS berorientasi kepada perbaikan manajemen atau pengelolaan sekolah dan
peningkatan serta pengayaan kiat-kiat kepemimpinan. Sebab pada dasarnya kualitas
pendidikan pada sebuah sekolah tergantung pula pada warna manejemen dan
kepemimpinan Kepala Sekolah .
Dengan demikian pada dasarnya KKG dan MKKS semua kegiatannya terpusat
kepada upaya peningkatan kualitas profesi guru yang diharapkan akan berdampak
positif pada peningkatan kualitas pendidikan .

3. Program Kegiatan Sistem Pembinaan Profesional (SPP)


Pemberian bantuan profesional kepada guru SD dilakukan dengan berbagai program
kegiatan seperti pelatihan, tutorial dalam kelas maupun dalam KKG. Program
kegiatan disusun bersama, dilakukan secara berkelanjutan dan terjadwal, dipantau dan
dievaluasi.
Pelatihan guru dirancang bersama antara unsur Pembina, pengawas, tutor inti, guru
pemandu, setelah mendapatkan masukan dari kepala sekolah tentang kebutuhan
kebutuhan yang diperlukan oleh guru di dalam proses belajar mengajar. Bahkan
masukan dari kepala sekolah yang berupa kajian dari hasil pelaksanaan supervisi
kelas, sangat penting untuk menentukan warna dan isi materi pelatihan, seyogyanya
pelatihan guru bertolak dari kebutuhan nyata dilapangan, sehingga dampak pelatihan
akan :
1. Menambah kemampuan dan keterampilan instruksional pada guru
2. Memajukan pola dan jenis interksi guru – murid ke tahap yang lebih baik
3. Mengembangkan perilaku guru dalam pengelolaan kelas yang lebih kreatif
4. Menumbuhkan kretifitas dan komitmen guru dalam memberikan bantuan pelayanan
terhadap siswa

Motivasi Mengajar
Keberhasilan suatu organisasi atau lembaga dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
faktor yang datang dari dalam maupun yang datang dari lingkungan. Dari berbagai
faktor tersebut, motivasi merupakan suatu faktor yang cukup dominan dan dapat
menggerakkan faktor-faktor lain kearah efektivitas kerja. Dalam hal tertentu motivasi
sering disamakan dengan mesin dan kemudi mobil, yang berfungsi sebagai penggerak
dan pengarah.
Setiap pegawai memiliki karakteristik khusus, yang satu sama lain berbeda. Hal
tersebut memerlukan perhatian dan pelayanan khusus pula dari pemimpinnya, agar
mereka dapat memanfaatkan waktu untuk meningkatkan kinerjanya. Perbedaan
pegawai tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga dalam psikisnya, misalnya
motivasi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kinerja, perlu diupayakan untuk
membangkitkan motivasi para pegawai dan faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya.
Motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan kerja.
Callahan dan Clark (1988) mengemukakan bahwa motivasi adalah tenaga pendorong
atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah tujuan tertantu.
Mengacu pada pendapat tersebut, dapat dikemukakan bahwa motivasi merupakan
suatu bagian yang sangat penting dalam suatu lembaga. Para pegawai akan bekerja
dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Apabila para
pegawai memiliki motivasi yang positif, ia akan memperlihatkan minat, mempunyai
perhatian, dan ingin ikut serta dalam tugas atau kegiatan. Dengan kata lain, seorang
pegawai akan melakukan semua pekerjaannya dengan baik apabila ada faktor
pendorong (motivasi). Dalam kaitan ini pemimpin dituntut untuk memiliki
kemampuan membangkitkan motivasi para pegawai sehingga kinerja mereka
meningkat.
Motivasi merupakan bagian penting dalam setiap kegiatan, tanpa motivasi tidak ada
kegiatan yang nyata. Menurut Morgan, motivasi merupakan tenaga pendorong atau
penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu, Maslow
(1970) mengemukakan bahwa motivasi adalah tenaga pendorong dari dalam yang
menyebabkan manusia berbuat sesuatu atau berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah hal yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Ada dua jenis motivasi, yaitu:
1. Instrinsik, adalah motivasi yang datang dari dalam diri seseorang, misalnya
pegawai melakukan suatu kegiatan karena ingin menguasai suatu ketrampilan tertentu
yang dipandang akan berguna dalam pekerjaannya. Pada umumnya motivasi ini lebih
menguntungkan karena biasanya dapat bertahan lebih lama. Motivasi ini muncul dari
dalam diri pegawai.
2. Ekstrinsik, adalah motivasi yang berasal dari lingkungan di luar diri seseorang.
Misalnya pegawai bekerja karena ingin mendapat pujian atau ingin mendapat hadiah
dari pemimpinnya. Motivasi ini dapat diberikan oleh pemimpin dengan jalan
mengatur kondisi dan situasi yang tenang dan menyenangkan.
Dalam kaitan ini pemimpin dituntut untuk memiliki kemampuan memotivasi pegawai
agar mau dan mampu mengembangkan dirinya secara optimal. Hal ini terutama
dibutuhkan pada kegiatan-kegiatan yang berkaitan langsung dengan peningkatan
kinerja.
Pembahasan diatas dapatlah dilihat faktor yang melatarbelakangi timbulnya motivasi
yaitu karena adanya dorongan dan rasa keinginan untuk mengikuti suatu kegiatan.
Guru sebagai tenaga pendidik tentunya harus mampu merangsang anak mengikuti
proses belajar mengajar yang dilatabelakangi dengan motivasi yang bersifat internal
karena dengan motivasi internal inilah anak akan mengikuti dengan penuh kesadaran.
Demikian halnya dengan guru sebagai salah satu faktor yang mempunyai peranan
penting dalam pencapaian keberhasilan proses belajar mengajar. Guru harus
mempunyai motivasi yang baik dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Motivasi
yang baik dapat diartikan dengan timbulnya keinginan dan kesadaran yang tinggi
dalam melaksanakan tugas-tugas mengajar tanpa adanya unsur-unsur lain yang
mengakibatkan guru menjadi terpaksa melaksanakan tugas mengajarnya, misalnya
takut kepada pimpinan, ingin mendapat perhatian dan lain sebagainya. Apabila
motivasi seperti ini yang muncul dalam diri seorang guru untuk melaksanakan
tugasnya, maka kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan hanya bersifat
melepaskan tanggungjawab tanpa didukung oleh beban moril yang kuat.
Seorang guru yang mempunyai motivasi baik dalam melaksanakan tugasnya ialah
guru yang benar-benar menjiwai pekerjaannya sebagai tenaga pendidik, menjiwai
anak didik dan menjiwai bidang studi yang diajarkan dan berusaha semaksimal
mungkin agar antara materi yang diajarkan dengan tingkatan pemahaman murid dapat
sesuai dan saling mendukung. Melihat besarnya peranan guru, maka agar hal itu
tercapai guru harus mempunyai motivasi yang baik dalam melaksanakan tugas-
tugasnya agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar sesuai tujuan
yang diharapkan.
Guru sebagai faktor terpenting untuk kelangsungan kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Kemampuan guru sangat menentukan berhasilnya proses belajar mengajar.
“Guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar, baik mengajar bidang studi,
maupun mengajarkan suatu ilmu pengetahuan kepada orang lain.”
Agar pekerjaan yang dilakukan guru dalam menyampaikan bidang studi berlangsung
lancar dan berhasil maka guru harus mempunyai motivasi yang tinggi. Selain itu
menurut M. Athiyah al-Abrasyi, guru harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. Zuhud tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari keridhaan Allah
semata.
b. Kebersihan guru, seorang guru harus bersih tubuhnya jauh dari dosa dan kesalahan.
c. Ikhlas dalam pekerjaan.
d. Suka pemaaf.
e. Seorang guru merupakan seorang bapak sebelum ia menjadi seorang guru.
f. Harus mengetahui tabiat murid.
g. Harus mengetahui mata pelajaran.
Secara luas tugas guru tidak hanya menanamkan ilmu pengetahuan kepada anak, pada
hakikatnya guru harus siap dalam dua fungsi, yaitu sebagai pengajar dan sebagai
pendidik. Ini berarti dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari ia harus berusaha
untuk menolong anak dalam mencapai tingkat kedewasaan dan tetap berpegang teguh
kepada sifat-sifat diatas.
Dalam rangka melaksanakan tugas mendidik ia juga mempunyai tugas pokok, yaitu
mengajar. Ada beberapa hal yang harus dapat dilakukan guru, yaitu:
1. Merumuskan tujuan instruksional.
2. Memanfaatkan sumber-sumber materi dan belajar.
3. Mengorganisasikan materi pelajaran.
4. Membuat, memilih dan menggunakan media pendidikan dengan tepat.
5. Menguasai, memilih dan melaksanakan metode penyampaian yang tepat untuk
pelajaran tertentu.
6. Mengetahui dan menggunakan keinginan siswa.
7. Memenej interaksi belajar mengajar, sehingga efektif dan tidak membosankan bagi
siswa.
8. Mengevaluasi dan pengadministrasiannya.
9. Mengembangkan semua kemampuan yang telah dimilikinya ketingkat yang lebih
berdaya guna dan berhasil guna.
Dari semua tugas-tugas yang harus dapat dilaksanakan guru sangat dituntut kerja
keras dan tanggungjawab yang sepenuhnya dari guru. Dari tinjauan masyarakat guru
telah diyakini dan diamanahkan untuk mendidik anak di sekolah. Sehingga bagi guru
amanah ini harus benar-benar dijaga dan diemban dengan baik.
Guru dapat mempunyai motivasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas mengajar
apabila didukung dengan latar belakang profesional yang baik dan didukung oleh
sarana dan prasarana serta hubungan yang terjalin secara harmonis antara semua
personil yang ada.
Demikian juga guru dalam proses belajar mengajar harus memiliki kemampuan
tersendiri guna mencapai harapan yang dicita-citakan dalam melaksanakan
pendidikan pada umumnya dan proses belajar mengajar pada khususnya. Untuk
memiliki kemampuan tersebut guru perlu membina diri secara baik, karena fungsi
guru itu sendiri adalah membina dan mengembangkan kemampuan siswa secara
profesional di dalam proses belajar mengajar.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa tugas guru untuk mendidik anak kepada
terbentuknya individu yang berilmu, berpengetahuan, berketrampilan dan mempunyai
kedewasaan moril. Untuk melaksanakan tugas ini guru harus mempunyai motivasi
yang tinggi, yaitu semangat dan jiwa besar dalam melaksanakan tugas. Dengan jiwa
yang seperti ini guru akan berusaha semaksimal mungkin menyampaikan materi
pelajaran kepada siswa sampai siswa mengerti dan dapat memahami ilmu
pengetahuan yang disampaikan.

Manajemen Pembelajaran
Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah merupakan alternatif baru dalam
pengelolaan manajemen pembelajaran atau manajemen pendidikan yang lebih
menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah. Konsep ini diperkenalkan
oleh teori effective school yang lebih memfokuskan diri pada perbaikan proses
pendidikan (Edmond, 1979). Beberapa indikator yang menunjukkan karakter dari
konsep manajemen ini antara lain sebagai berikut; (i) lingkungan sekolah yang aman
dan tertib, (ii) sekolah memilki misi dan target mutu yang ingin dicapai, (iii) sekolah
memiliki kepemimpinan yang kuat, (iv) adanya harapan yang tinggi dari personel
sekolah (kepala sekolah, guru, dan staf lainnya termasuk siswa) untuk berprestasi, (v)
adanya pengembangan staf sekolah yang terus menerus sesuai tuntutan IPTEK, (vi)
adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek akademik
dan administratif, dan pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaan/perbaikan mutu,
dan (vii) adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua murid/masyarakat.
Pengembangan konsep manajemen ini didesain untuk meningkatkan kemampuan
sekolah dan masyarakat dalam mengelola perubahan pendidikan kaitannya dengan
tujuan keseluruhan, kebijakan, strategi perencanaan, inisiatif kurikulum yang telah
ditentukan oleh pemerintah dan otoritas pendidikan. Pendidikan ini menuntut adanya
perubahan sikap dan tingkah laku seluruh komponen sekolah; kepala sekolah, guru
dan tenaga/staf administrasi termasuk orang tua dan masyarakat dalam memandang,
memahami, membantu sekaligus sebagai pemantau yang melaksanakan monitoring
dan evaluasi dalam pengelolaan sekolah yang bersangkutan dengan didukung oleh
pengelolaan sistem informasi yang presentatif dan valid. Akhir dari semua itu
ditujukan kepada keberhasilan sekolah untuk menyiapkan pendidikan yang
berkualitas/bermutu bagi masyarakat. http://ssep.net/director.html

Dalam pengimplementasian konsep ini, sekolah memiliki tanggung jawab untuk


mengelola dirinya berkaitan dengan permasalahan administrasi, keuangan dan fungsi
setiap personel sekolah di dalam kerangka arah dan kebijakan yang telah dirumuskan
oleh pemerintah. Bersama – sama dengan orang tua dan masyarakat, sekolah harus
membuat keputusan, mengatur skala prioritas disamping harus menyediakan
lingkungan kerja yang lebih profesional bagi guru, dan meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan serta keyakinan masyarakat tentang sekolah/pendidikan. Kepala
sekolah harus tampil sebagai koordinator dari sejumlah orang yang mewakili berbagai
kelompok yang berbeda di dalam masyarakat sekolah dan secara profesional harus
terlibat dalam setiap proses perubahan di sekolah melalui penerapan prinsip-prinsip
pengelolaan kualitas total dengan menciptakan kompetisi dan penghargaan di dalam
sekolah itu sendiri maupun sekolah lain. Ada empat hal yang terkait dengan prinsip –
prinsip pengelolaan kualitas total yaitu; (i) perhatian harus ditekankan kepada proses
dengan terus – menerus mengumandangkan peningkatan mutu, (ii) kualitas/mutu
harus ditentukan oleh pengguna jasa sekolah, (iii) prestasi harus diperoleh melalui
pemahaman visi bukan dengan pemaksaan aturan, (iv) sekolah harus menghasilkan
siswa yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap arief bijaksana, karakter,
dan memiliki kematangan emosional. Sistem kompetisi tersebut akan mendorong
sekolah untuk terus meningkatkan diri, sedangkan penghargaan akan dapat
memberikan motivasi dan meningkatkan kepercayaan diri setiap personel sekolah,
khususnya siswa. Jadi sekolah harus mengontrol semua semberdaya termasuk sumber
daya manusia yang ada, dan lebih lanjut harus menggunakan secara lebih efisien
sumber daya tersebut untuk hal – hal yang bermanfaat bagi peningkatan mutu
khususnya. Sementara itu, kebijakan makro yang dirumuskan oleh pemerintah atau
otoritas pendidikan lainnya masih diperlukan dalam rangka menjamin tujuan – tujuan
yang bersifat nasional dan akuntabilitas yang berlingkup nasional.

KERANGKA PEMIKIRAN PENGARUH BIMBINGAN PROFESIONAL GURU


DAN MOTIVASI MENGAJAR GURU TERHADAP MANAJEMEN
PEMBELAJARAN
BIMBINGAN PROFESIONAL GURU ( X1 )
1. Membuat rencana program pembelajaran
2. Kemampuan guru dalam merumuskan tujuan pembelajaran
3. Mampu menjelaskan materi pelajaran dengan baik
4. Mampu menjawab soal/pertanyaan dari siswa
5. Mampu membangkitkan motivasi kepada siswa
6. Mampu memberikan apersepsi kepada siswa
7. Mampu menggunakan metode mangajar yang bervariasi
8. Mampu menggunakan alat bantu pengajaran
9. Mampu mengatur dan mengubah suasana kelas
10.Mampu memberikan teguran bagi siswa
11.Mampu mengatur murid
12.Mampu memberi reward dan sanksi pada siswa
13.Mampu memberi pujian kepada siswa
MOTIVASI MENGAJAR GURU ( X2 )
1. Motivasi internal
2. Motivasi eksternal

MANAJEMEN PEMBELAJARAN
(Y)

You might also like