You are on page 1of 8

Sabtu, 02 Januari 2010

Ekosistem Perairan Mengalir

ABSTRAK
Ekosistem perairan dapat dibedakan menjadi dua,, yaitu perairan tergenang atau habitat
lentik (berasal dari kata lenis yang berarti tenang), contohnya mata air, aliran air atau sungai.
Dalam suatu perairan mengalir terdapat interaksi antara komponen biotik seperti plankton,
fitoplankton, bentos, nekton, neuston, perifiton, dan tumbuhan air dengan komponen abiotik
seperti warna perairan, suhu, kecerahan,kedalaman, tipe substrat, kecepatan arus, lebar
sungai, dan lebar badan sungai. Interaksi tersebut kemudian membentuk rantai makanan dan
jaring-jaring makanan.
Pada praktikum ini, pengambilan sampel dilakukan di Sungai Cihideung, Bogor. Sungai
Cihideung merupakan perairan mengalir yang memiliki faktor-faktor yang berpengaruh
berdasarkan literatur meliputi suhu, kejernihan, arus, konsentrasi gas pernafasan, dan
kosentrasi garam biogenik. Dalam hal ini arus merupakan faktor pembatas yang paling
mengendalikan di aliran air. (Odum, 1998)
Hasil yang diperoleh dari pengambilan contoh tersebut menunjukkan bahwa Sungai
Cihideung memiliki PH 6. Warna perairan Sungai Cihideung secara visual adalah kuning
kecoklatan dan tipe substratnya adalah batu-batuan. Selain itu sngai tersebut memiliki suhu
antara 26-27 C. Perbedaan suhu di Sungai Cihideung tidak terlalu jauh karena kedalamannya
relatif dangkal. Berdasarkan pengamatan menggunakan secchi disk, kecerahan air sungai di
setiap sub stasiun berbeda-beda yakni berkisar diantara 8 cm – 32,5 cm. Kedalaman Sungai
Cihideung berkisar antara 12 cm – 115 cm. Kecepatan arus perairan antara 0,12 m/s – 0,46
m/s. Lebar sungai dan lebar badan sungai mencapai 14,6 m dan 18 m. Organisme yang hidup
pada perairan mengalir di Sungai Cihideung antara lain fitoplankton ( Nitzchia, Polycystis),
perifiton ( Nitzchia), benthos (bythinia, viviparus, goniobasis, hydropsyche), neuston (geris dan
ranatra). Tujuan dilakukannya praktikum ini ialah untuk mengetahui dan mempelajari interaksi
antara komponen biotik dan abiotik pada perairan mengalir dan ketergantungannya di dalam
ekosistem tersebut.
PENDAHULUAN
Perairan mengalir merupakan perairan terbuka yang dicirikan dengan adanya arus,
perbedaan gradien lingkungan dan interaksi antara komponen biotik dan abiotik yang ada di
dalamnya. Perairan mengalir memiliki ciri-ciri, yaitu mengalir searah, debit air yang fluktuasi,
bentuk yang memanjang, dasar dan tepian yang tidak stabil, dan kedalamannya relatif dangkal.
Pada ekosistem ini, dasar perairan merupakan hal yang penting sekaligus menentukan sifat
komunitas serta kerapatan populasi dari komunitas. Dasar perairan yang keras terutama yang
terdiri dari batu merupakan habitat yang baik bagi organisme untuk menempel atau melekat
(Odum, 1998). Organisme komunitas air deras menunjukkan adaptasi untuk mempertahankan
posisi pada air yang mengalir. Beberapa diantaranya adalah melekat permanen pada substrat
yang kokoh seperti batu, batang kayu, atau massa daun. Tanaman produsen utama dalam
aliran air ini berupa ganggang hijau yang melekat, seperti Cladophora , yang mempunyai
serabut panjang, diatomae yang bertutup keras yang menutup berbagai permukaan, dan lumut
air. Selain itu, sejumlah binatang yang hidup di aliran deras mempunyai kaitan dan penghisap
yang memungkinkan mereka untuk berpegang pada permukaan yang tampaknya halus.
Memiliki permukaan bawah yang lengket untuk menempelkan dirinya seperti siput dan cacing
pipih. Hampir seluruh organisme yang hidup pada habitat air mengalir dari larva serangga
sampai dengan ikan mempunyai bentuk yang stream line. Bentuk badan seperti ini akan
mengakibtkan tekanan minimum dari arus air yang melewatinya. Pada habitat air mengalir
dijumpai pula oranisme-organisme yang bentuk badannya pipih sehingga memungkinkan
kelompok ini berlindung di bawah atau di celah-celah batu. Rheotaxis positif (organisme yang
mampu melakukan pengaturan terhadap arus), Thigmotaksis positif merupakan kelompok pada
habitat air mengalir yang mempunyai pola tingkah laku yang diturunkan untuk melekat di dekat
permukaan atau menjaga diri agar tetap dekat dengan permukaan (Odum, 1998).
Sungai merupakan salah satu contoh dari perairan mengalir. Sungai dicirikan dengan
adanya arus yang searah serta sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim, dan pola drainase. Pada
perairan sungai biasanya terjadi pencampuran massa air secara menyeluruh (Effendi 2003).
Pembagian zona sungai terdiri dari dua bagian, yaitu yaitu berdasarkan gradien dan
aliran air. Sungai yang berdasarkan gradien antara lain daerah hulu dengan ciri daerah yang
sempit dan berjenjang, terdapat pada dataran tinggi, kepadatan organisme yang rendah dan
substrat dasar berupa bebatuan; dan daerah hilir dengan ciri daerah yang lebar, pada dataran
rendah, arus relatif lambat, kadar oksigen rendah, dan substrat dasar berupa lumpur, pasir, dan
kerikil (Odum, 1971).
Pembagian sungai berdasarkan aliran air antara lain, zona air cepat terletak pada
bagian dangkal sungai dengan arus yang kuat dan terjadi akumulasi lumpur di daerah ini; zona
air lambat terletak pada bagian dalam sungai dengan arus yang lemah dimana pada daerah ini
lumpur dan partikel-partikel akan mengendap (Odum, 1971).
Dalam kehidupan makhluk hidup, sungai dapat berfungsi sebagai irigasi, pemenuhan
kebutuhan air minum, tempat mandi, cuci, kakus, sumber daya perikanan, sebagai media
transportasi air, dll.
BAHAN DAN METODE
Peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut : paralon
sepanjang 3 inch 2 m yang berfungsi untuk mengukur kedalaman air. Paralon sepanjang 1 inch
1m sebagai penyangga sacche disk pada saat mengukur kecerahan air. Paralon sepanjang 1
inch 4 m dan siku disusun membentuk transek kuadrat yakni menyerupai bujur sangkar dan
setiap sudutnya diberi siku sebagai penghubung paralon. Transek ini berfungsi sebagai
pembatas stasiun dalam mengambil sampel dari situ. Sacche disk sebagai media atau tolak
ukur dalam mengukur tingkat kecerahan cahaya matahari dalam air. Tali raffia untuk mengikat
sacche disk lalu diselubungkan pada paralon. Termometer untuk mengukur suhu air di setiap
sub stasiun. Kertas pH digunakan untuk mengukur pH perairan, cara penggunaannya yaitu
kertas pH dicelupkan kedalam perairan dan warna hasil pengamatan disesuaikan dengan
warna pada kertas indikator. . Bola pimpong yang di ikat dengan benang dan stopwatch
digunakan untuk menghitung kecepatan arus. Sepuluh Botol film dipakai untuk menyimpan
perifiton, dan plankton. Serokan untuk menangkap nekton dan neuston. Kertas label digunakan
untuk memberi nama sampel pada botol film. Tali rafia digunakan untuk mengukur lebar sungai
dan lebar badan sungai.
Spidol permanen (permanent marker) untuk memberi skala pada pipa paralon yang berukuran
sepanjang 3 inch 2 m. selain itu , digunakan juga cutter untuk mengambil perifiton dari bebatuan
atau kayu yang ada di dasar perairan. Penyaring halus digunakan untuk menyaring sampel.
Surber digunakan untuk menyaring benthos yang berada di dasar perairan pada setiap sub
stasiun. Kantong plastik digunakan untuk menyimpan benthos,neuston. Bahan – bahan yang
digunakan dalam praktikum ini yakni aquades, formalin 4%, dan lugol. Lugol digunakan untuk
mengawetkan plankton dan perfiton. Aquades ditambahkan pada benthos, plankton, nekton,
neuston, dan perifiton yang diawetkan. Formalin 4% digunakan untuk mengawetkan benthos,
nekton, dan neuston.
Pengambilan sampel di Lapang
Praktikum ekologi perairan ini, praktikan mengambil sampel dari Sungai Cihideung,
Bogor.. Parameter yang digunakan dalam pengambilan sampel pada praktikum ini adalah
parameter fisika, parameter kimia, dan parameter biologi.
Parameter Fisika terdiri dari warna perairan, tingkat kecerahan, suhu, kedalaman,tipe
substrat, kecepatan arus, debit sungai, lebar sungai, dan lebar badan sungai. Warna perairan
adalah yang tampak kita lihat dari sebuah situ. Warna perairan dibagi menjadi dua yaitu warna
tampak dan warna asli. Caranya dengan mengamati warna air Sungai Cihideung dengan
memperhatikan keadaan lingkungan setempat. Tingkat kecerahan dapat diukur dengan
menggunakan sacche disk. Pertama ikatkan sacche disk dengan tali raffia, lalu dimasukkan ke
dalam paralon 1 inch 1m. Kemudian, masukkan kedalam area transek kuadrat dan lihat skala
yang ditunjukkan pada saat warna putih menghilang dan muncul kembali. Suhu diukur dengan
menggunakan thermometer ditiga tempat pada setiap sub stasiun dan catat hasilnya.
Kedalaman perairan diukur dengan cara paralon sepanjang 2 m 3 inch dimasukkan sampai
dasar perairan, lalu catat skalanya. Ulangi sampai 3 kali pengambilan pada sub stasiun disetiap
tempat yang berbeda Tipe substrat mempengaruhi kelangsungan hidup organisme yang hidup
di perairan tersebut. Pengamatan tipe substrat dilakukan dengan mengambil contoh substrat di
dasar perairan. Substrat yang diamati pada praktikum kali ini berupa batu-batuan. Kecepatan
arus diukur menggunakan bola pimpong yang diikat dengan menggunakan benang kasur dan
waktunya dihitung menggunakan stopwatch.
Parameter kimia dalam praktikum ini adalah pH. Pengukuran pH dilakukan dengan
menggunakan pH stick yang dicelupkan ke dalam permukaan air Sungai Cihideung di area
transek, lalu cocokkan warna dengan warna yang ada pada kotak pH stick. Catat hasilnya.
Parameter Biologi terdiri dari plankton, neuston, perifiton, nekton, dan bentos. Alat yang
digunakan dalam pengambilan plankton adalah ember, plankton net dan botol film. Caranya,
ambil air dari sub stasiun ke dalam plankton net lakukan 10 kali. Sedangkan untuk pengambilan
neuston digunakan serokan. Caranya dengan menyerok neuston yang ada di permukaan
perairan. Perifiton. Dalam pengambilan perifiton, alat yang digunakan adalah cutter. Caranya
dengan mengambil bebatuan atau kayu yang berada di dasar perairan kemudian batu atau
kayunya di cutter untuk mengambil perifiton. Nekton. Dalam pengambilan nekton, alat yang
digunakan adalah serokan. Pengambilan bentos di ambil dengan menggunakan alat surber.
Pengambilan bentos ini dilakukan dengan cara surber dimasukkan ke dasar perairan dengan
bukaan alat berlawanan dengan arah arus. Kemudian dasar permukaan sungai tersebut diaduk-
aduk pada luasan permukaan surber di dasar perairan agar bentos-bentos tersebut masuk ke
dalam surber. Pada praktikum ini tidak ditemukan nekton.
Analisis Laboratorium dan Data

Plankton, bentos dan perifiton yang telah diawetkan lalu diamati di laboratorium. Kemudian
diklasifikasikan spesies dari masing-masing bentos tersebut dengan menggunakan buku
pengklasifikasian. Sampel bentos dihitung kepadatannya. Kepadatan bentos dapat dihitung
menggunakan persamaan:

Keterangan:
X : Kepadatan bentos (individu/m²)
x : Jumlah individu per satuan alat
m : Luas bukaan mulut alat (0.09m²)

Plankton dan perifiton yang telah diawetkan, diamati di bawah mikroskop. Kelimpahan plankton
didefinisikan sebagai jumlah individu per satu satuan volume air (liter). Kelimpahan plankton
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
Keterangan:
N : Kelimpahan plankton (individu/liter)
Oi : Luas gelas penutup (324 mm2)
Op : Luas satu lapang pandang (3,06 mm2)
Vr : Volume botol contoh hasil saringan (30 ml)
Vo : Volume satu tetes air contoh hasil saringan (0,05 ml)
Vs : Volume air yang disaring (100 liter)
n : Jumlah plankton yang tercacah
p : Jumlah lapang pandang
a : Jumlah ulangan
Sampel perifiton yang diperoleh juga dihitung kelimpahannya. Kelimpahan perifiton dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut:

Keterangan:
N : Kelimpahan perifiton (individu/liter)
Oi : Luas gelas penutup (324 mm2)
Op : Luas satu lapang pandang (3,06 mm2)
Vr : Volume botol contoh hasil saringan (30 ml)
Vo : Volume satu tetes air contoh hasil saringan (0,05 ml)
A : luas permukaan kerikan (2×2 cm)
p : Jumlah lapang pandang
a : Jumlah ulangan
Kecerahan perairan dapat dihitung menggunakan persamaan:

D = QUOTE

Keterangan:
d1 : Kedalaman sejak secchi disk tidak terlihat
d2 : Kedalaman sejak secchi disk terlihat

Kecepatan arus merupakan kecepatan gerakan air yang menyebabkan perpindahan secara
vertikal dan horizontal. Kecepatan arus dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

Keterangan :

v : Kecepatan arus (m/s)


s : Panjang transek (m)
t : waktu (s)

Debit air adalah banyaknya volume air yang mengalir dalam suatu area/titik. Debit arus dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan:

Keterangan :
Q : Debit air (m³/s)
p : Panjang transek (m)
l : Lebar transek (m)
h : Kedalaman rata-rata (m)
t : waktu rata-rata (s)

Hasil dan Pembahasan


Tabel 1. Parameter Fisika Kimia Ekosistem Perairan Mengalir sungai Cihideung
PARAMETER SS1 SS2 SS3
FISIKA
Warna
Kecoklatan Kecoklatan Kecoklatan
Perairan
Tipe Substrat Bebatuan Bebatuan Bebatuan
o
Suhu ( C) 26 26 26
Kecerahan 8-12 34-36,5 31-36,5
Kedalaman
0,12-0,22 0,65-0,70 0,98-1,15
(m)
Kecepatan
0,12 0,41 0,46
arus (m/s)
KIMIA
pH 6
*SS : Sub Stasiun
Pembahasan Parameter Fisika Kimia Perairan
Hasil pengamatan di Sungai Cihideung menunjukkan bahwa terdapat kesamaan pada
warna perairan sungai dan suhu di setiap stasiun. Sedangkan kesamaan suhu di setiap stasiun
dipengaruhi oleh cuaca. Pada saat melakukan pengamatan, cuaca cerah akan tetapi sinar
matahari terhalang oleh rimbunnya pohon. Hal itulah yang menyebabkan suhu menjadi
cenderung tetap dan tidak terlalu hangat. Kedalaman yang diukur pada SSI 1 antara 12-22 cm,
sub SS2 antara 65-70cm, dan SS3 antara 98-115 cm. Hal ini disebabkan karena pada SS1
pengukuran kedalaman dilakukan di tepian Sungai Cihideung. Sedangkan pada SS2 dan SS3
pengukuran dilakukan lebih jauh ke tengah perairan sungai. Faktor lainnya yaitu perairan yang
diamati memiliki dasar perairan yang berbatu sehingga kedalamannya berbeda-beda. Jadi,
semakin ke tengah sungai, dasar perairan akan semakin dalam. Kecerahan yang paling tinggi
terdapat pada SS1. Hal ini disebabkan karena pada SS1 pengamatan dilakukan di tepian
sungai yang masih dangkal sehingga kecerahan yang di dapat tinggi. Tipe substrat yang
diamati pada SS1, SS2, SS3 sama yaitu berupa batu-batuan. Kecepatan arus sungai yang
memiliki kecepatan arus > 50 cm/detik menandakan dasar sungai keras dan berbatu serta
terdiri dari partikel-partikel besar seperti yang diamati pada Sungai Cihideung. Dari pengamatan
arus pada SS1 didapat kecepatan arus sungai 0.12 m/s, pada SS2 yaitu 0.41 m/s dan SS3
sekitar 0.46 m/s. Pada SS1 pengamatan dilakukan di aliran tepi sungai sehingga aliran arus
sungai tidak terlalu deras disebabkan oleh daerah tepi terdapat batu besar sehingga memecah
arus aliran sungai yang membuat kecepatan arus di sungai rendah. Pada SS2 dan SS3
pengamatan dilakukan di tengah sungai dan di ujung sungai yang memiliki aliran arus yang
deras. Suhu air merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi laju
fotosintesis dan pertumbuhan fitoplankton di perairan. Tingkat percepatan proses dalam sel
atau metabolisme sel akan meningkat dengan meningkatnya suhu. Suhu baik bagi organisme
untuk berkembang adalah suhu yang berkisar antara 23-35°C (Odum,1971). Kisaran suhu
Sungai Cihideung dikatakan relatif optimal bagi kelangsungan hidup biota perairan sehingga
fungsi-fungsi fisiologi organisme berjalan sempurna dan kualitas oksigen cukup terpenuhi.
Kecepatan arus adalah gerakan air yang melakukan perpindahan vertikal dan horizontal. Arus
sering menyebabkan berbagai jenis hewan dasar perairan dan diantara batu-batu sering
terbawa hanyut. Arus adalah faktor pembatas utama pada aliran deras, tetapi dasar yang keras
terutama bila terdiri dari batu, dapat menyediakan permukaan yang cocok untuk organisme
(hewan dan tumbuh-tumbuhan) untuk menempel atau melekat (Hutapea, 2007). Kecepatan
arus ditentukan oleh kemiringan, kekasaran, kedalaman, dan kelebaran dasar sungai
(Odum,1998). Pada sungai mengalir ini, kecepatan arus pada SS-3 lebih cepat dibandingkan
substasiun lainnya. Debit (discharge) dinyatakan sebagai banyaknya volume air yang mengalir
disuatu titik pada waktu tertentu (m/s). Lebar sungai adalah daerah sungai dimana air sungai
dapat mengalir hingga batas badan sungai.
Sedangkan lebar badan sungai adalah daerah sungai yang masih mungkin terkena aliran air
pada saat pasang tertinggi. Lebar Sungai Cihideung mencapai 14.6 m dan lebar badan sungai
mencapai 18 m. Debit arus pada SS2 lebih besar dibandingkan dengan sub stasiun lainnya.
Parameter Biologi
Plankton
Plankton adalah organisme yang umumnya melayang dalam air memiliki kemampuan
ruang yang sangat lemah dan distribusinya dipengaruhi oleh gerakan massa air. Plankton terdiri
fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton adalah tumbuhan mikroskropis yang melayang-
layang di dalam air, mempunyai klorofil sehingga mampu berfotosintesis. Zooplankton berenang
aktif secara vertical akan tetapi tidak mampu bergerak melawan arus. Oleh karena itu jumlah
plankton di perairan mengalir sangatlah jarang.
Tabel 2. Kelimpahan Plankton pada Stasiun 31 Sungai Cihideung
Spesies SS1 SS2 SS3
Nitzschia 720 42 211
Fitoplankton
Polycystis 42 ---- ---
TOTAL 762 42 211
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan,menunjukkan bahwa kelimpahan
plankton terdapat pada SS1 karena keadaan arus di SS1 sangat rendah sehingga banyak
plankton yang di dapat.
Perifiton
Perifiton merupakan organisme yang menempel pada substrat. Perifiton
umumnya bersifat parasit karena hanya menempel pada substrat (Odum, 1991).
Berdasarkan tipenya perifiton dibagi atas lima bagian, pertama epifitik yaitu perifiton
yang menempel pada substrat tumbuhan. Kedua, epizoik yaitu perifiton yang menempel
pada substrat hewan. Selanjutnya episamik yaitu perifiton yang menempel pada
substrar berupa pasir. Keempat epifelik, perifiton yang menempel pada substrat kayu
atau serasah (Odum, 1971). Kelima epilitik yaitu perifiton yang menempel pada substrat
batuan.
Tabel 3. Kelimpahan Perifiton pada stasiun 31 sungai Cihideung
Spesies SS1 SS2 SS3
Perifiton Nitzschia 42 254 42
TOTAL 42 254 42

Benthos
Benthos merupakan sebuah organisme yang tinggal di dalam, atau dasar perairan,
dikenal sebagai zona bentik.
Tabel 4. Kelimpahan Benthos pada Stasiun 31 Sungai Cihideung
Spesies SS1 SS2 SS3
Bythinia 11 11 22
Benthos Viviparus 11 - 22
Goniobasis 22 - 11
TOTAL 44 11 55
Berdasarkan hasil pengamatan
Neuston dan Nekton
Tumbuhan air
INTERAKSI KOMPONEN BIOTIK DAN ABIOTIK
Interaksi Komponen Biotik dan Abiotik
Pada suatu ekosistem, tidak lepas dari interaksi yang terjadi antara faktor biotic
dan abiotik. Faktor abiotik atau faktor yang besifat tidak hidup seperti parameter fisika
(suhu, kedalaman, kecerahan, arus, lebar sungai dan badan sungai), parameter kimia
(pengukuran pH), dan parameter biologi (kandungan ikan, plankton, perifiton, bentos).
Pada suatu ekosistem baik tiu komponen abiotik dan biotic membentuk satu kesatuan
dan membentuk suatu system. Salah satu hal yang mudah sebagai contoh interaksi ini
yakni hubungan antara fitoplankton dan cahaya matahari, yang mana fitoplankton
membutuhkan cahaya matahari guna memperoleh makanan.
Interaksi antara komponen biotik penyusun ekosistem perairan
Interaksi antar komponen biotic dan abiotik membentuk suatu system dalam
suatu ekosistem perairan. Hubungan antara organism dengan lingkungannya
menyebabkan terjadinya aliran energy dalam suatu ekosistem. Selain aliran energy
tersebut, didalam suatu ekosistem juga terdapat struktur atau tingkat trofik,
keanekaragaman biotic dan siklus materi. Dengan begitu ekosistem dapat
mempertahankan keseimbangannya. Apabila keseimbangan ini tidak dapat diperoleh
maka akan mendorong trjadinya dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai
keseimbangan baru.
KESIMPULAN
Secara garis besar, ekosistem perairan mengalir tidak jauh bebeda dengan
ekosistem perairan tergenang. Hal ini terlihat dari komponen-komponen penyusu kedua
ekosistem ini. Perairan mengalir yang dicirikan khusus dengan adnya arus memiliki
komponen penyusun seperti komponen abiotik dan biotic. Interaksi antar kedua
komponen ini membentuk suatu system ekosistem. Hubungan antara organism dengan
lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energy dalam system itu. Selain aliran
energy, di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman
biotic serta siklus materi.
DAFTAR PUSTAKA

You might also like