You are on page 1of 11

MAKALAH

“ANALISIS LAPORAN PRAKTIKUM


FISIKA DASAR I TENTANG DASAR-
DASAR PRAKTIKUM”

Disusun Sebagai Tugas Mandiri Mata Kuliah Alat-Alat Ukur

Oleh :
YULI ARDIKA PRIHATAMA (K2308062)
PEND. FISIKA 2008

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2009
PENDAHULUAN

Dalam fisika, pengukuran merupakan salah satu syarat yang tidak boleh
ditinggalkan. Aktivitas mengukur menjadi sesuatu yang sangat penting untuk
selalu dilakukan dalam mempelajari berbagai fenomena yang sedang dipelajari.
Mengapa demikian?
Sebelumnya ada baiknya jika kita mengingat definisi pengukuran atau
mengukur itu sendiri. Mengukur adalah membandingkan suatu besaran dengan
besaran lain yang telah disepakati. Misalnya untuk mengukur panjang suatu
tongkat maka kita bisa menggunakan meteran. Dalam hal ini besaran yang
dibandingkan adalah panjang dari tongkat tersebut. Sedangkan besaran
pembandingnya adalah meteran. Meteran merupakan alat ukur besaran panjang
yang satuannya telah disepakati. Dengan demikian jika nilai hasil perbandingan
kedua besaran tersebut menunjukkan bahwa panjang tongkat itu ternyata 1,5 kali
lebih panjang dari ukuran satu meteran dapat dikatakan bahwa panjang kayu yang
terukur adalah 1,5 meter.
Selanjutnya mari kita lanjutkan pada pembahasan mengapa mengukur itu
sangat urgen untuk dilakukan. Mengukur dapat dikatakan sebagai usaha untuk
mendefinisikan karakteristik suatu fenomena atau permasalahan secara kuantitatif.
Dan jika dikaitkan dengan proses penelitian atau sekedar pembuktian suatu
hipotesis maka pengukuran menjadi jalan untuk mencari data-data yang
mendukungnya. Dengan pengukuran ini kemudian akan diperoleh data-data
numerik yang menunjukkan pola-pola tertentu sebagai bentuk karakteristik dari
fenomena atau permasalahan tersebut. Dengan demikian, maka dapat dihasilkan
suatu kesimpulan yang bersifat kualitatif berdasarkan pola-pola yang dihasilkan
oleh data-data kuantitatif tersebut.
Dengan salah satu argumentasi di atas, sudah dapat kita ketahui betapa
penting dan dibutuhkannya aktivitas pengukuran dalam fisika. Maka tidak ada
alasan bagi para fisikawan untuk mengabaikannya dalam setiap riset-riset mereka.

2
PERMASALAHAN

Permasalahan yang akan dikaji dalam makalah ini terkait dengan


pengukuran terbagi menjadi dua hal:
Pertama, yaitu teknik-teknik pengukuran yang digunakan selama
praktikum dalam mata kuliah Praktikum Fisika Dasar I pada judul praktikum
“Pengukuran Dasar”. Pada permasalahan ini, sub-sub pembahasannya meliputi,
teknik-teknik yang digunakan, kelebihan dan kelemahan dari penggunaan teknik
tersebut, dan koreksi terhadap teknik yang digunakan.
Kedua, yaitu teknik pelaporan hasil yang digunakan dalam laporan
praktikum mata kuliah Praktikum Fisika Dasar I pada judul praktikum
“Pengukuran Dasar”. Pada permasalahan ini, sub-sub pembahasannya meliputi
proses komputasi dan aturan-aturan pelaporannya serta koreksi terhadap teknik
yang digunakan.
Dari kedua permasalahan di atas, maka pada akhirnya nanti akan dapat
dihadirkan sebah usaha perbaikan dalam proses praktikum. Sehingga ke depannya
praktikum-praktikum fisika yang dilakukan oleh para mahasiswa dapat menjadi
lebih baik.

3
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil observasi terhadap laporan praktikum yang telah


dibuat, khususnya laporan praktikum mata kuliah Praktikum Fisika Dasar I yang
berjudul “Pengukuran Dasar”, diperoleh beberapa permasalahan sebagaimana
yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya. Secara berurutan permasalah-
permasalahan tersebut akan dikaji dalam bab berikut.

Teknik-Teknik Pengukuran yang Digunakan


1. Percobaan I & II (Mencari Volume dan Massa Kubus)
Kubus yang diukur adalah kubus besi dan tembaga. Teknik yang
digunakan adalah dengan dengan mengukur rusuk-rusuk kubus tersebut
menggunakan jangka sorong dan milimeter sekrup. Masing-masing
pengukuran rusuk tiap kubus diulang 5 kali. Sedangkan untuk pengukuran
massa, percobaan yang dilakukan hanya 1 kali.
2. Percobaan III (Mencari Volume dan Massa Benda berbentuk Bola)
Benda yang diukur adalah bola kaca (kelereng besar). Teknik yang
digunakan adalah dengan mengukur panjang diameternya menggunakan
jangka sorong dan milimeter sekrup. Masing-masing pengukuran diameter
diulang 5 kali. Sedangkan untuk pengukuran massa, percobaan yang
dilakukan hanya 1 kali.
3. Percobaan IV (Mencari Volum Kubus Besi, Kubus Tembaga dan Bola
Kaca dengan Pengukuran Langsung)
Teknik pengukurannya adalah dengan memasukkan kubus besi atau
tembaga atau bola kaca ke dalam gelas beker yang telah diisi air dengan
volume tertentu. Setelah benda tersebut berada di dalam gelas beker maka
permukaan air akan naik sehingga air yang ada dipindah ke dalam gelas
ukur dengan cara dituangkan hingga permukaan air yang ada di dalam
gelas beker kembali pada posisi volume awal. Berdasarkan hukum
Archimedes, volume air yang dipindah ke dalam gelas ukur tersebut sama
dengan volume kubus yang dihasilkan.

4
Baik hasil percobaan I, II, III maupun percobaan IV, semuanya akan digunakan
untuk menentukan massa jenis besi, tembaga dan kaca.

Analisis Terhadap Teknik Pengukuran yang Digunakan


Berdasarkan teknik-teknik percobaan yang telah dipaparkan sebelumnya,
maka pada bagian ini akan kami uraikan analisis untuk tiap-tiap teknik yang
digunakan.
Percobaan I dan II merupakan teknik pengukuran tidak langsung untuk
menentukan volum kubus besi dan tembaga. Dengan mengabaikan bentuk kubus
yang tidak presisi, maka untuk tiap-tiap pengukuran rusuk akan menghasilkan
satu ketidakpastian. Karena volume kubus merupakan hasil pangkat 3 dari
rusuknya, maka volume kubus yang dihasilkan memiliki ketidakpastian yang
berpangkat 3 pula. Artinya percobaan ini memberi efek ketidakpastian yang lebih
besar. Dengan demikian, teknik percobaan semacam ini akan menyebabkan
kesulitan para praktikan pada penyelesaian analisis kuantitatif dan pelaporan hasil.
Senada dengan percobaan dengan I dan II, percobaan III juga akan
menimbulkan masalah bagi praktikan pada penyelesaian analisis kuantitatif dan
pelaporan hasil. Permasalahannya pun identik. Hanya saja untuk penentuan
volumenya, sudah diketahui adanya konstanta yaitu 4/3π.
Sedangkan untuk percobaan IV, maka ketidakpastian yang muncul dari
pengukuran volume hanya terjadi 1 kali. Sehingga secara logika, teknik percobaan
ini sebenarnya lebih baik dari pada teknik percobaan sebelumnya. Namun
demikian, ternyata alat yang digunakan untuk mengukur langsung besaran yang
sudah ada kurang representatif. Sehingga ini juga semakin menambah
ketidakpastian hasil pengukuran.
Dengan membandingkan kedua metode yang digunakan untuk mengukur
volume benda, maka sebenarnya paling aman adalah dengan menggunakan
metode kedua. Alasannnya adalah sebagai berikut:
Metode kedua akan menghasilkan nilai yang lebih akurat dari pada
metode yang pertama. Metode kedua juga akan lebih presisi dalam menghasilkan
nilai volume dengan metode pertama. Hal ini dikarenakan metode pertama

5
mengabaikan ketidakteraturan bentuk benda. Karena secara riil, kubus ataupun
bola yang diukur tidak presisi, artinya rusuk-rusuknya tidak sama persis atau
lengkung bolanya tidak homogen. Jadi untuk setiap hasil pengukuran rusuk pada
metode pertama maka akan muncul 1 ketidakpastian. Sehingga nilai volume yang
dihasilkan memiliki nilai ketidakpastian yang lebih besar.
Sedangkan metode kedua akan lebih presisi dan memiliki akurasi tinggi
karena ia berdasarkan prinsip hukum Archimedes. Volume air yang didesak oleh
benda yang dimasukkan ke dalam wadah akan sama dengan volume benda
tersebut. Maka ketepatan hasil pengukuran menggunakan metode kedua ini
terletak pada instrumen (alat) yang digunakan..
Agar tujuan percobaan tercapai, yaitu membandingkan hasil pengukuran
suatu besaran secara langsung dengan secara langsung, maka untuk metode yang
kedua diperlukan alat yang lebih teliti. Misalnya menggunakan model gelas
berikut:

Sehingga volume benda-benda yang diukur akan mendekati kenyataan.

Teknik Pelaporan yang Digunakan


Mekanisme komputasi yang digunakan dalam analisis kuantitatif
percobaan ini adalah menentukan volume dari rerata perhitungan volume tiap-tiap
hasil pengukuran. Deskripsinya sebagai berikut:

6
 Data untuk tiap-tiap pengukuran benda diproses sendiri-sendiri. Misalnya
hasil pengukuran rusuk pada kubus diproses untuk mencari volume kubus
tersebut. Karena pengukuran rusuk tiap-tiap kubus atau diameter bola kaca
dilakukan sebanyak 5 kali, maka akan ada 5 nilai volum yang dihasilkan
dari perhitungan.
 Nilai volume dari tiap-tiap data kemudian dicari reratanya dan simpangan
bakunya. Reratanya dijadikan nilai utama hasil perhitungan, sedangkan
simpangan bakunya dijadikan sebagai nilai penyimpangannya
Selanjutnya nilai volume tersebut digunakan untuk menentukan massa
jenisnya. Yaitu dengan cara membagi massa dengan volume. Untuk tiap-tiap
benda yang diukur maka maka dihasilkan 2 massa jenis. Massa jenis yang pertama
dihasilkan dari pembagian antara massa dengan volume yang diperoleh dari
pengukuran tak langsung, sedangkan massa jenis yang lainnya dihasilkan dari
pembagian antara massa dengan volume yang diperoleh dari pengukuran
langsung.

Analisis Terhadap Teknik Pelaporan Hasil yang Digunakan


Metode yang digunakan dalam komputasi dan pelaporan hasil memiliki
kelemahan berkaitan dengan obyektivitas hasil yang diberikan. Kelemahan-
kelemahan metode tersebut antara lain:
1. Pada pengukuran volume dengan cara tak langsung.
Kelemahan pada metode ini sudah diawali pada teknik pengukurannya.
Sebagaimana diuraikan di awal, metode pengukurannya telah
menghasilkan satu ketidakpastian dalam setiap nilai rusuknya. Sehingga
dalam perhitungan selanjutnya, ketika nilai rusuk tersebut dipangkatkan
tiga maka akan keluar hasil dengan ketidakpastian yang lebih besar.
Namun ternyata, analisis kuantitatifa dari percobaan ini justru
mengabaikan ketidakpastian yang mungkin timbul dari perhitungan ini.
Mekanisme perhitungan yang ada justru mengasumsikan bahwa nilai tiap-
tiap volume dianggap fix. Sehingga perhitungan akan besarnya nilai

7
penyimpangan dari pengukuran tiap benda hanya dilakukan pada bagian
akhir yaitu terhadap nilai volumenya.
Jika demikian, kita akan menjumpai banyaknya ketidakpastian yang
kemudian muncul sebagaimana dalam deskripsi berikut ini.
Perhitungan volume kubus
No. r (mm) V (mm3) V2(mm6)
1. X1 X13 X16
2. X2 X23 X26
3. X3 X33 X36
4. X4 X43 X46
5. X5 X53 X56
∑ A B

Tiap-tiap data Besarnya Ketidakpastianny


mengandung 1 ketidakpastian a semakin besar
ketidakpastian semakin besar dengan sekali
adanya pemangkatan 3

Dengan banyaknya ketidakpastian di atas, maka rerata nilai volume yang


dihasilkan sebenarnya juga memiliki unsur ketidakpastian yang cukup
besar.

Belum lagi dengan penyimpangan yang dihasilkan dari perhitungan nilai


simpangan bakunya. Jadi, perhitungan semacam ini justru semakin
memberikan hasil yang kurang obyektif karena besarnya angka
ketidakpastiannya.
Dengan demikian, kita belum dapat menyimpulkan bahwa cara pelaporan
dengan metode pertama yang digunakan dalam praktikum ini benar secara
metode, karena terdapat keganjilan dari data yang dilaporkan. Jika hasil
yang kita laporkan adalah V ± V maka kita jumpai bahwa nilai V sendiri
sebenarnya sudah memiliki ketidakpastian yang besar. Apalagi V, sesuatu
8
yang dijadikan ukuran penyimpangannya ternyata diperoleh dari
perhitungan data yang memiliki ketidakpastian. Berarti penyimpangannya
pun sebenarnya mengandung kepastian yang lebih besar lagi.

2. Pada pengukuran volume dengan cara langsung


Untuk metode yang kedua ini, hasil pengukurannya hanya menghasilkan 1
kali ketidakpastian. Itu pun akan dapat diminimalisir jika instrumen
pengukuran yang digunakan memenuhi standar minimal alat pengukur
volume.

Dengan membandingkan kedua metode tersebut, jika kemudian kita


akan menentukan massa jenis dari masing-masing benda yang telah diukur
volume dan massanya. Maka metode kedua akan menghasilkan nilai massa jenis
yang lebih teliti dari pada metode pertama. Jika kita menggunakan cara
perhitungan yang benar, maka untuk metode yang kedua, rumus perhitungan
massa jenis akan menjadi:

Sedangkan untuk metode pertama, maka perhitungan massa jenisnya


akan sangat rumit jika kita hendak menentukannya melalui mekanisme yang
benar.

Kritik Terhadap Pelaporan yang Dilakukan


Aturan pelaporan yang digunakan dalam praktikum ini didasarkan pada
prosentase besarnya kesalahan relative (KR) yang dihasilkan terhadap reratanya
sebgaimana kami sajikan dalam table berikut:
Banyaknya angka
No. Prosentase KR penting dari data yang
dilaporkan
1. < 0,5 5 angka penting
2. 0,5 ≤ x < 1,0 4 angka penting
3. 1,0 ≤ x < 5,0 3 angka penting
4. ≥ 5,0 2 angka penting

9
Aturan yang digunakan di atas ternyata bukan aturan standar yang
digunakan dalam pengukuran, dan kemungkinan hanya diperoleh dari kesepakatan
antara asisten praktikum dan para dosen pengampunya. Maka untuk praktikum
berikutnya penggunaan aturan di atas seharusnya direview dan dirubah dengan
merujuk pada referensi-referensi terpercaya.

Sebagai akhir dari pembahasan ini, dapat kita simpulkan bahwa teknik
dan metode yang digunakan dalam suatu pengukuran dan pelaporan hasilnya akan
sangat berpengaruh terhadap ketepatan dan ketelitian nilai yang dihasilkan. Jika
pada proses awalnya sudah banyak terjadi penyimpangan dan ketidakpastian,
maka pada tahap-tahap berikutnya akan menghasilkan ketidakpastian yang lebih
besar.

10
PENUTUP

Dari pemaparan dan analisis yang telah kami lakukan, dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengukuran suatu besaran dengan metode pengukuran tak langsung
(melalui besaran yang lain) akan menghasilkan ketidakpastian yang lebih
banyak dari pada yang menggunakan metode pengukuran langsung.
2. Pemilihan teknik dan metode pengukuran yang digunakan berpengaruh
terhadap ketelitian dan ketepatan hasil pengukurannya.
3. Banyak terdapat kelemahan dan kekurangan yang didapat dari proses
praktikum fisika dasar tentang “Pengukuran Dasar”, kelemahan tersebut
antara lain meliputi:
a. Teknik pengukuran yang kurang presisi
b. Metode pengukuran yang kurang sesuai
c. Pelaporan hasil yang tidak mengacu pada standar pelaporan

Maka dari itu, kami menawarkan beberapa saran yang semoga berguna
bagi perbaikan praktikum selanjutnya.
1. Perlunya pemilihan teknik dan metode yang tepat dalam pengukuran.
Selain itu, alat yang digunakan harus di up grade agar sesuai dengan
tuntutan metode dan teknik.
2. Perlunya peninjauan kembali terkait dengan metode pengukuran dan
pelaporan hasil. Dan sebaiknya dilakukan perubahan aturan dengan
mengacu pada referensi standar yang digunakan.

11

You might also like