Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
YULI ARDIKA PRIHATAMA (K2308062)
PEND. FISIKA 2008
Dalam fisika, pengukuran merupakan salah satu syarat yang tidak boleh
ditinggalkan. Aktivitas mengukur menjadi sesuatu yang sangat penting untuk
selalu dilakukan dalam mempelajari berbagai fenomena yang sedang dipelajari.
Mengapa demikian?
Sebelumnya ada baiknya jika kita mengingat definisi pengukuran atau
mengukur itu sendiri. Mengukur adalah membandingkan suatu besaran dengan
besaran lain yang telah disepakati. Misalnya untuk mengukur panjang suatu
tongkat maka kita bisa menggunakan meteran. Dalam hal ini besaran yang
dibandingkan adalah panjang dari tongkat tersebut. Sedangkan besaran
pembandingnya adalah meteran. Meteran merupakan alat ukur besaran panjang
yang satuannya telah disepakati. Dengan demikian jika nilai hasil perbandingan
kedua besaran tersebut menunjukkan bahwa panjang tongkat itu ternyata 1,5 kali
lebih panjang dari ukuran satu meteran dapat dikatakan bahwa panjang kayu yang
terukur adalah 1,5 meter.
Selanjutnya mari kita lanjutkan pada pembahasan mengapa mengukur itu
sangat urgen untuk dilakukan. Mengukur dapat dikatakan sebagai usaha untuk
mendefinisikan karakteristik suatu fenomena atau permasalahan secara kuantitatif.
Dan jika dikaitkan dengan proses penelitian atau sekedar pembuktian suatu
hipotesis maka pengukuran menjadi jalan untuk mencari data-data yang
mendukungnya. Dengan pengukuran ini kemudian akan diperoleh data-data
numerik yang menunjukkan pola-pola tertentu sebagai bentuk karakteristik dari
fenomena atau permasalahan tersebut. Dengan demikian, maka dapat dihasilkan
suatu kesimpulan yang bersifat kualitatif berdasarkan pola-pola yang dihasilkan
oleh data-data kuantitatif tersebut.
Dengan salah satu argumentasi di atas, sudah dapat kita ketahui betapa
penting dan dibutuhkannya aktivitas pengukuran dalam fisika. Maka tidak ada
alasan bagi para fisikawan untuk mengabaikannya dalam setiap riset-riset mereka.
2
PERMASALAHAN
3
PEMBAHASAN
4
Baik hasil percobaan I, II, III maupun percobaan IV, semuanya akan digunakan
untuk menentukan massa jenis besi, tembaga dan kaca.
5
mengabaikan ketidakteraturan bentuk benda. Karena secara riil, kubus ataupun
bola yang diukur tidak presisi, artinya rusuk-rusuknya tidak sama persis atau
lengkung bolanya tidak homogen. Jadi untuk setiap hasil pengukuran rusuk pada
metode pertama maka akan muncul 1 ketidakpastian. Sehingga nilai volume yang
dihasilkan memiliki nilai ketidakpastian yang lebih besar.
Sedangkan metode kedua akan lebih presisi dan memiliki akurasi tinggi
karena ia berdasarkan prinsip hukum Archimedes. Volume air yang didesak oleh
benda yang dimasukkan ke dalam wadah akan sama dengan volume benda
tersebut. Maka ketepatan hasil pengukuran menggunakan metode kedua ini
terletak pada instrumen (alat) yang digunakan..
Agar tujuan percobaan tercapai, yaitu membandingkan hasil pengukuran
suatu besaran secara langsung dengan secara langsung, maka untuk metode yang
kedua diperlukan alat yang lebih teliti. Misalnya menggunakan model gelas
berikut:
6
Data untuk tiap-tiap pengukuran benda diproses sendiri-sendiri. Misalnya
hasil pengukuran rusuk pada kubus diproses untuk mencari volume kubus
tersebut. Karena pengukuran rusuk tiap-tiap kubus atau diameter bola kaca
dilakukan sebanyak 5 kali, maka akan ada 5 nilai volum yang dihasilkan
dari perhitungan.
Nilai volume dari tiap-tiap data kemudian dicari reratanya dan simpangan
bakunya. Reratanya dijadikan nilai utama hasil perhitungan, sedangkan
simpangan bakunya dijadikan sebagai nilai penyimpangannya
Selanjutnya nilai volume tersebut digunakan untuk menentukan massa
jenisnya. Yaitu dengan cara membagi massa dengan volume. Untuk tiap-tiap
benda yang diukur maka maka dihasilkan 2 massa jenis. Massa jenis yang pertama
dihasilkan dari pembagian antara massa dengan volume yang diperoleh dari
pengukuran tak langsung, sedangkan massa jenis yang lainnya dihasilkan dari
pembagian antara massa dengan volume yang diperoleh dari pengukuran
langsung.
7
penyimpangan dari pengukuran tiap benda hanya dilakukan pada bagian
akhir yaitu terhadap nilai volumenya.
Jika demikian, kita akan menjumpai banyaknya ketidakpastian yang
kemudian muncul sebagaimana dalam deskripsi berikut ini.
Perhitungan volume kubus
No. r (mm) V (mm3) V2(mm6)
1. X1 X13 X16
2. X2 X23 X26
3. X3 X33 X36
4. X4 X43 X46
5. X5 X53 X56
∑ A B
9
Aturan yang digunakan di atas ternyata bukan aturan standar yang
digunakan dalam pengukuran, dan kemungkinan hanya diperoleh dari kesepakatan
antara asisten praktikum dan para dosen pengampunya. Maka untuk praktikum
berikutnya penggunaan aturan di atas seharusnya direview dan dirubah dengan
merujuk pada referensi-referensi terpercaya.
Sebagai akhir dari pembahasan ini, dapat kita simpulkan bahwa teknik
dan metode yang digunakan dalam suatu pengukuran dan pelaporan hasilnya akan
sangat berpengaruh terhadap ketepatan dan ketelitian nilai yang dihasilkan. Jika
pada proses awalnya sudah banyak terjadi penyimpangan dan ketidakpastian,
maka pada tahap-tahap berikutnya akan menghasilkan ketidakpastian yang lebih
besar.
10
PENUTUP
Dari pemaparan dan analisis yang telah kami lakukan, dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengukuran suatu besaran dengan metode pengukuran tak langsung
(melalui besaran yang lain) akan menghasilkan ketidakpastian yang lebih
banyak dari pada yang menggunakan metode pengukuran langsung.
2. Pemilihan teknik dan metode pengukuran yang digunakan berpengaruh
terhadap ketelitian dan ketepatan hasil pengukurannya.
3. Banyak terdapat kelemahan dan kekurangan yang didapat dari proses
praktikum fisika dasar tentang “Pengukuran Dasar”, kelemahan tersebut
antara lain meliputi:
a. Teknik pengukuran yang kurang presisi
b. Metode pengukuran yang kurang sesuai
c. Pelaporan hasil yang tidak mengacu pada standar pelaporan
Maka dari itu, kami menawarkan beberapa saran yang semoga berguna
bagi perbaikan praktikum selanjutnya.
1. Perlunya pemilihan teknik dan metode yang tepat dalam pengukuran.
Selain itu, alat yang digunakan harus di up grade agar sesuai dengan
tuntutan metode dan teknik.
2. Perlunya peninjauan kembali terkait dengan metode pengukuran dan
pelaporan hasil. Dan sebaiknya dilakukan perubahan aturan dengan
mengacu pada referensi standar yang digunakan.
11