You are on page 1of 8

SEMINAR NASIONAL TEKNIK KIMIA INDONESIA 2006 ISBN 979-97893-0-3

Palembang, 19-20 Juli 2006


bersamaan dengan Seminar Nasional
Rekayasa Kimia dan Proses 2006 (Undip), Soehadi Reksowardojo 2006 (ITB),
Fundamental & Aplikasi Teknik Kimia 2006 ITS), Teknologi Proses Kimia (UI),
dan Seminar Teknik Kimia Anggota APTEKINDO 2006

KONVERSI KATALITIK N-BUTANOL MENJADI


HIDROKARBON C2~C4 MENGGUNAKAN KATALIS
B2O3/ZEOLIT ALAM

Setiadi dan Dariyus


Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
Kampus UI, Depok-16424; E-mail : setiadi@che.ui.edu

Abstrak

Hidrokarbon C2~C4 merupakan senyawa yang penting dalam industri kimia petrokimia misalnya
bahan baku polimer, MTBE, untuk alkilasi, senyawa isookatana maupun LPG. Sampai saat ini,
sumber utama senyawa hidrokarbon tersebut berasal dari hasil pengolahan minyak bumi.
Karena semakin menispisnya cadangan minyak dunia, maka dimasa depan kebergantungan
hidrokarbon C2~C4 ini pada pasokan minyak harus segera dicarikan alternatif sumber lainnya
yang lebih terjaga kesinambungannya.
Penelitian ini bermaksud menyajikan bahwa hidrokarbon C2~C4 dapat diperoleh dari senyawa
organik n-butanol melalui reaksi katalitik menggunakan katalis zeolit alam. Proses ini sangat
penting karena reaktan n-butanol merupakan suatu senyawa yang renewable (dapat
diperbaharui) dari proses fermentasi. Zeolit alam dimodifikasi dengan penambahan boron
oksida dengan berbagai kadar.
Hasil yang diperoleh bahwa boron oksida berkandungan 25% memberikan hasil yang paling
baik, dengan konversi butnaol 82,9 % dan yield C2~C4 14,7 % dengan suhu reaksi 400 oC
Namun, karakterisasi XRD tidak menunjukkan puncak-puncak yang dimiliki oleh komponen
boron oksida. Hal ini menunjukkan bahwa boron oksida terdispersi secara sempurna pada
permukaan zeolit alam (343 m2/g), berinteraksi secara kuat dengan frame/kerangka zeolit dan
terbentuknya spesi inti aktif baru hasil perpaduan zeolit alam maupun boron oksida yang lebih
aktif dalam mengkonversi n-butanol menjadi C2~C4.

Kata Kunci : n-butanol, hidrokarbon C2~C4, boron oksida, konversi katalitik

Abstract

C2~C4 hydrocarbons are important petrochemical feedstocks for polymer, MTBE, alkylation
reagen and LPG. Those hydrocarbons can be produced sustainable from n-butanol through the
catalytically reaction which can be produced renewably through a fermentation process. The
Development of catalytically can be done by using natural zeolite by adding boron oxide (B2O3).
The combination of these two catalyst’s subtance is hoped to increase the catalytic performance
in converting n-butanol to hydrocarbon of C2~C4. This research has studied that addition boron
oxide in natural zeolite as much as 25% gave the highest conversion (82,9%) and yield of C2~C4
(14,7% at 400oC). No peaks due to the boron oxide catalyst on the XRD spectrum and the high
surface area of natural zeolite (343 m2/g)strongly suggest that the boron oxide was dispersed
perfectly on the surface of natural zeolite and interacted strongly with zeolite’s frame. The
formation of a new active site for converting n-butanol to hydrocarbon C2~C4 is highly
consideredwhich is more active comparing to natural zeolite or boron oxide itself.

KKR 07 -1
1. Pendahuluan kimiawi menjadi berbagai senyawa hidrokarbon,
Suatu kenyataan yang tidak bisa baik sebagai bahan bakar maupun bahan kimia.
dipungkiri bahwa produksi minyak Indonesia Berdasarkan penelitian-penelitian yang
mengalami penurunan akibat semakin telah dilakukan, diketahui bahwa hidrokarbon
menipisnya cadangan minyak bumi. Produksi yang mengandung gugus oksigen seperti
rata-rata minyak bumi Indonesia pada tahun golongan alkohol dapat diubah menjadi
2004 berada pada kisaran 1 juta barel per hari. hidrokarbon C2~C4 dengan menggunakan zeolit
Harus disadari bahwa saat ini Indonesia telah (Setiadi, 2005) , tetapi hasilnya belum ekonomis
mengimpor minyak mentah sekitar 400.000 barel dimana yield yang diperoleh masih sedikit bila
per hari untuk diolah di kilang BBM dalam dibandingkan dengan menggunakan zeolit
negeri, dan telah mengimpor BBM sekitar sintesis (Laniwati, 2004). Disisi lain, harga
338.000 barel per hari untuk memenuhi katalis zeolit sintetis seperti ZSM-5 relatif mahal
konsumsi dalam negeri sekitar 1,1 juta barel per dan pembuatanya juga sulit.
hari yang terus tumbuh dengan cepat (sekitar Oleh karena itu, pada penelitian akan
4,8%). dikembangkan konversi hasil biomasa (n-
Hidrokarbon C2~C4 merupakan komponen butanol) menjadi hidrokarbon C2~C4 dengan
utama dari hasil olahan minyak bumi yang menggunakan katalis zeolit alam jenis mordenit
dibutuhkan dalam jumlah yang besar bagi yang harganya relatif murah dan mudah
industri dan masyarakat. Hidrokarbon C2~C4 diperoleh karena banyak tedapat di Indonesia.
merupakan hidrokarbon yang terdiri dari
golongan parafin dan olefin. Golongan parafin 2. Fundamental
berupa etana, propana dan butana, sedangkan Konversi katalitik n-butanol menjadi
golongan olefin berupa etilen, propilen dan hidrokarbon C2-C4 merupakan reaksi
senyawa butena. Hidrokarbon C2~C4 golongan dehidrogenasi n-butanol. Reaksi tersebut
parafin merupakan komponen utama untuk memerlukan katalis asam yang kuat untuk
pembuatan bahan bakar gas (LPG). Adapun mengimbangi sifat kepolaran molekul terebut
etilen dan propilen merupakan bahan baku dasar pada gugus hidroksilnya, agar reaksi bisa
(primer) bagi industri petrokimia untuk berjalan lebih efektif. Namun efek lain dari
menghasilkan polimer sedangkan senyawa tingginya asam dapat memicu terjadinya reaksi
butena banyak digunakan sebagai bahan baku perengkahan melalui reaksi protolytic cracking
pembuatan MTBE (metil terbutil eter), ETBE berdasarkan Haag Dessau mechanism.
(etil terbutil eter), isoprena, polimer dalam Penggunaan zeolit alam jenis mordenit
pembentukan karet sintetik dan material plastik, didasarkan pada tingkat keasamannya yang
serta alkilat. cukup tinggi terlihat dari rasio Si/Al yang
Besarnya kebutuhan akan hidrokarbon didapat berkisar 5. Keasaman yang tinggi dapat
C2~C4, sedangkan ketersedian sumber meningkatkan stabilitas termal dan kekuatan
hidrokarbon fosil yang semakin menipis, maka asam yang sangat berpengaruh pada proses
menuntut suatu strategi atas sumber utama konversi katalitik senyawa organik. Inti aktif
hidrokarbon tersebut secara hemat dan efisien. katalis zeolit yang berfungsi sebagai sebagai
Disamping itu, proses pembentukan hidrokarbon reaksi perengkahan adalah bagian asam
fosil memerlukan waktu ribuan tahun atau dalam bronstednya yang berpusat pada atom Al.
ukuran geological time frame. Disamping itu, Sehingga indikator tingkat keasaman katalis
sumber energi fosil merupakan sumber energi zeolit dapat diketahui dari harga rasio Si/Al.
yang tak dapat diperbaharui (nonrenewable Pengembangan katalis zeolit alam
resources). Melihat kondisi ini, maka tuntutan terutama untuk lebih memperinggi tingkat
untuk mencari sumber-sumber hidrokarbon keasamannya, zeolit alam modernit perlu
alternatif yang dapat diperbaharui sudah sangat penambahan additive yakni penambahan boron
mendesak. oksida (B2O3) pada kadar kadar tertentu.
Materi biomasa adalah sumber alternatif Terdispersi partikel B2O3 secara sempurna pada
yang tepat sebagai material awal untuk sumber permukaan zeolit dapat menimbulkan
hidrokarbon yang dapat terbarukan. Tumbuhan terbentuknya spesi peroksida antar fasa boron
berkarbohidrat seperti sagu, padi dan singkong, oksida dan zeolit alam yang saling mendukung
merupakan materi biomasa terbarukan yang sehingga menjadi katalis yang efektif dan efisien.
dapat diproses menjadi bentuk cairnya (derived Spesi peroksida tersebut sangat aktif dalam
liquid) melalui proses biologi fermentasi dengan reaksi dehidrogenasi maupun dehidrasi [Setiadi,
bantuan bakteri Clostridium acetobutylicum dan 1994; Otsuka, dkk., 1995, Setiadi, 2000).
menghasilkan aseton-butanol-etanol (ABE) Disamping itu keberadaan B2O3 pada permukaan
(Gibss, 2003; Haggstrom, 1985). Senyawa zeolit, akan meningkatkan keasaman Bronsted
organik cair tersebut dapat diubah secara oleh karena terbentuknya spesi BO4[13]. Dengan

KKR 07 -2
desain katalis multisite & multifunction tersebut, Uji Aktivitas Katalis
maka kinerja katalis diharapkan akan jauh sangat Pada penelitian ini umpan yang digunakan
efektif dalam mengkonversi n-butanol menjadi adalah n-butanol murni. Pengujian aktivitas
hidrokarbon dengan nilai konversi dan yield katalis dilakukan dalam reaktor fixed bed.
terhadap produk C2~C4 yang setinggi-tingginya. Adapun jumlah katalis yang digunakan adalah 1
g, laju alir carrier gas (N2) 10 cc/min, waktu
3. Metodologi pengambilan sampel 1 jam, lama waktu reaksi 7
Bahan Katalis jam, temperatur reaksi 300, 350, 400oC pada
Material katalis yang digunakan adalah tekanan atmosferik.
zeolit alam (NZ) jenis mordenit yang berasal dari Produk cairan dan gas dianalisa dengan
Malang. Zeolit alam mordenit sebelumnya menggunakan instrumen kromatograti gas jenis
dilakukan pretreament yang terdiri dari TCD dari Shimadzu-14A dan digunakan kolom
pencucian, pertukaran ion dan kalsinasi, untuk karbon aktif untuk mendeteksi komponen
membentuk H-zeolit. H-zeolit yang terbentuk senyawa hydrogen, metana dan karbon
kemudian dimodifikasi menjadi B2O3/zeolit monoksida, sedangkan kolom porapak Q untuk
dengan impregnasi basah larutan H3BO3. mendeteksi komponen karbon dioksida, etilena,
Proses pencucian zeolit alam (NZ) yang etana, propilena, propana serta senyawa C4
dilakukan dengan menggunakan de-ionized (butena, butana, maupun isobutena).
water pada temperatur 80 oC untuk
menghilangkan berbagai kotoran fisik seperti 4. Hasil dan Pembahasan
tanah/lempung. Selanjutnya dikeringkan dalam Karakterisasi katalis dengan menggu-
oven selama 4 jam pada temperatur 110 oC. nakan metode XRD dilakukan untuk melihat
Hasil pengeringan dinamakan NZ Pertukaran ion kristalinitas dan kemungkinan terbentuknya
dilakukan dengan cara mencampurkan NZ fasa/senyawa baru hasil paduan boron oksida
terebut dalam larutan NH4Cl 1 M, larutan dengan H-NZ katalis.
tersebut diaduk dengan pengaduk magnet selama
2 jam, kemudian didekantasi. Padatan zeolit
(NH4-NZ) yang tertinggal kemudian
dimasukkan ke dalam oven pada temperatur 110
o
C selama 4 jam untuk menghilangkan pelarut air
yang masih tersisa didalam padatan katalis.
Selanjutnya dikalsinasi pada temperatur 400oC
selama 4 jam. Zeolit yang telah dikalsinasikan
terebut adalah merupakan zeolit alam
terprotonasi (H-NZ) dan siap digunakan untuk
tahap selanjutnya.
Penambahan H-NZ dapat dilakukan
melalui beberapa tahap:
ƒ Menyiapakn campuan padatan asam borat
dan H-NZ untuk berbagai komposisi
B2O3/Zeolit (15% dan 25% berat).
ƒ Melarutkan padatan H3BO3 ke dalam air
bebas mineral (deionized water) sebanyak 50 Gambar 1. Spektrum XRD H-zeolit alam
ml dalam gelas beker yang dijaga suhunya ( 0% B-H-NZ )
pada 80 oC dan tetap diaduk dalam kondisi
pengadukan. Gambar 1 memperlihatkan hasil
ƒ Membubuhkan H-NZ ke dalam larutan spektrum katalis H-zeolit alam (B-H-NZ 0%).
H3BO3 sambil diaduk dan dijaga suhunya (+ Terlihat bahwa padatan H-NZ menunjukkan
80 oC) sampai pelarut air teruapkan, kristallinitas yang tinggi, dengan puncak-puncak
mengering dan didapatkan padatan. dominan muncul pada daerah sudut 2θ antara 12o
ƒ Mengkalsinasi padatan campuran tersebut – 30o. Puncak puncak tersebut merupakan sifat-
berurutan pada suhu 300 oC dan 600 oC sifat yang mengidentifikasikan zeolit jenis zeolit
masing-masing selama 2 jam. mordenit.
Gambar 2 merupakan hasil pengamatan
Karakterisasi Katalis metode XRD untuk katalis 25% B-H-NZ pada
Sampel katalis dikarakterisasi jangkauan sudut difraksi 2θ antara 0o – 86o. Pola
menggunakan metode BET untuk mengetahui spektrum pada Gambar 2 terlihat sangat mirip
luas permukaan, XRD untuk melihat kristalinitas dengan pola spektrum XRD Gambar 1.
katalis yang telah dimodifikasi.

KKR 07 -3
Grafik Konversi Vs Jumlah Umpan Butanol/Katalis pada
Berbagai Temperatur (B-H-NZ 0%)
100

90

Konversi (% )
80

70

60

50
0 3 6 9 12 15 18 21
Jumlah Umpan Butanol/Katalis (g/g)

T = 300 oC T = 350 oC T = 400 oC

GAMBAR 3 Konversi Butanol pada berbagai


GAMBAR 2 Spektrum XRD B2O3/Zeolit temperatur reaksi menggunakan 0% B-H-NZ
alam ( 25%B-H-NZ )
Sedangkan pada Gambar 5 menunjukkan
Sedang berdasarkan hasil pengamatan konversi rata-rata n-butanol menjadi C2~C4
spektrum XRD boron oksida oleh peneliti menggunakan katalis B2O3/zeolit alam 25% pada
sebelumnya, seharusnya puncak-puncak jumlah umpan butanol dan temperatur sama,
spektrum yang dimiliki oleh boron oksida secara berturut-turut adalah 77%, 81% dan 82%.
muncul karena cukup tingginya kandungan Perolehan nilai konversi yang cukup stabil pada
oksida tersebut yang dominan pada daerah sudut masing-masing temperatur untuk tiap-tiap katalis
2θ antara 25o-28o (Setiadi, 1994). Tetapi rupanya menunjukkan bahwa katalis tersebut belum
keseluruhan pola spektrum hanya didominasi mengalami deaktivasi & memiliki kinerja yang
oleh spektrum H-NZ. Oleh karenaya dapat baik pada rentang temperatur 300-400oC.
disimpulkan sebagai berikut,
ƒ Tidak terbentuknya peak-peak baru,
menandakan bahwa tidak terbentuk Grafik Konversi Vs Jumlah Umpan Butanol/Katalis pada
Berbagai Temperatur (B-H-NZ 15%)
fasa/senyawa baru yang mempunyai
100
kristalinitas yang tinggi.
ƒ Tidak munculnya peak-peak B2O3 murni, 90
Konversi (% )

menunjukkan telah terdispersinya B2O3 80


yang sempurna pada saat dilakukan preparasi 70
katalis (impregnasi) menjadi partikel B2O3
yang sangat kecil sehinggga tidak terdeteksi 60

oleh radiasi X-ray. 50

Hal ini sangat berkesusuaian dengan hasil 0 3 6 9 12 15 18 21

karakterisasi luas permukaan katalis dengan Jumlah Umpan Butanol/Katalis (g/g)

metode BET, yang menunjukkan bahwa luas T = 300 oC T = 350 oC T = 400 oC

permukaan katalis tanpa penambahan boron GAMBAR 4 Konversi Butanol pada berbagai
oksida adalah 343 m2/g. Luasan tersebut cukup temperatur reaksi menggunakan 15% B-H-
memadai untuk dispersinya boron oksida secara NZ
sempurna.
Grafik Konversi Vs Jumlah Umpan Butanol/Katalis pada
3.2. Aktivitas Katalis Berbagai Temperatur (B-H-NZ 25%)

3.2.1 Konversi N-Butanol pada Berbagai 100

Kandungan B2O3/Zeolit Alam 90


Konversi (%)

Gambar 3 dan 4 menunjukkan konversi 80


n-butanol dengan menggunakan katalis 70
B2O3/zeolit alam 0% dan 15%. Terlihat pada
gambar tersebut, bahwa konversi rata-rata n- 60

butanol menjadi C2~C4 menggunakan katalis 50

B2O3/zeolit alam 0% pada temperatur 300oC,


0 3 6 9 12 15 18 21

Jumlah Umpan Butanol/Katalis (g/g)


350oC, dan 400oC secara berturut-turut adalah T = 300 oC T = 350 oC T = 400 oC
70%, 75% dan 76%, sedangkan dengan
menggunakan katalis B2O3/zeolit alam 15% GAMBAR.5 Konversi Butanol pada berbagai
adalah 75%, 77% dan 78% ketika jumlah umpan temperatur reaksi menggunakan 25% B-H-
butanol mencapai 21 gram. NZ

KKR 07 -4
A. Temperatur 300oC
A.Temperatur 300oC

B. Temperatur 350oC

B. Temperatur 350oC

C. Temperatur 400oC
GAMBAR 6 Yield C2~C4 menggunakan
katalis 0% B-HNZ Pada Temperatur :
A=300oC, B=350oC, C=400oC

C. Temperatur 400oC
GAMBAR 7 Yield C2~C4 menggunakan
katalis 15% B-H-NZ Pada Temperatur :
A=300oC, B=350oC, C=400oC

KKR 07 -5
Berdasarkan uraian diatas dapat
diperoleh beberapa hal sebagai berikut:
ƒ Katalis B2O3/zeolit alam dengan rasio 25%
merupakan katalis yang memberikan konversi
n-butanol terbesar pada semua temperatur
reaksi dibandingkan dengan dua katalis
lainnya. Urutan katalis berdasarkan konversi
yang dihasilkan pada temperatur yang sama
adalah Katalis B-H-NZ 25% > B-H-NZ 15% >
B-H-NZ 0%.
ƒ Besarnya rasio B2O3 dalam katalis
mempengaruhi kemampuan katalis B2O3/zeolit
alam dalam mengkonversi butanol. Semakin A. Temperatur 300oC
besar kandungan boron oksida mengakibatkan
peningkatan keasaman keasaman katalis dan
mempertinggi kinerja katalis dalam
menghasilkan produk hidrokarbon C2~C4.
Semakin tingginya kandungan boron
oksida, maka semakin tinggi konversi n-butanol,
hal ini menunjukkan bahwa boron oksida cukup
efektif untuk melangsungkan reaksi konversi
katalitik n-butanol. Meningkatnya nilai konversi
tersebut diperkirakan oleh terbentuk spesi
peroksida, sehingga keasaman katalis meningkat.

3.2.2 Yield C2~C4 pada Berbagai


Kandungan B2O3/Zeolit Alam B. Temperatur 350oC
Gambar 6 menunjukkan yield C2~C4
dengan menggunakan katalis 0%B2O3/zeolit
alam. Terlihat bahwa kenaikan suhu tidak begitu
mempengaruhi distribusi produk dan kurva yield
pada masing-masing produk cenderung stabil
selama reaksi berlangsung yaitu ketika jumlah
umpan butanol mencapai 21 gram. hal ini
menunjukkan bahwa mekanisme reaksi tidak
mengalami pergeseran (tidak berubah) karena
kenaikan suhu.
Gambar 7 menunjukkan yield C2~C4
dengan menggunakan katalis B2O3/zeolit alam
15%. Terlihat pada temperatur 300oC, hasil
konversi katalitik n-butanol cenderung
C. Temperatur 400oC
membentuk produk propilena. Kenaikan
temperatur reaksi dari 300oC menjadi 400oC Gambar 8 Yield C2~C4 dengan Menggunakan
mengakibatkan distribusi produk mengalami Katalis B-HNZ 25% Pada Temperatur :
pergeseran dari propilena mengarah ke produk A=300oC, B=350oC, C=400oC
butena yang lebih dominan.
Gambar 8 menunjukkan yield C2~C4 cenderung stabil, seperti terlihat pada Gambar
dengan menggunakan katalis B2O3/zeolit alam 8B. Pada temperatur 400oC juga terjadi olakan
25%. Pada gambar tersebut, memperlihatkan seperti halnya pada temperatur 350oC, yaitu
distribusi produk mengalami perubahan yaitu ketika jumlah umpan butanol mencapai 3 gram,
mulai terbentuknya isobutilen. Pada temperatur reaksi yang dominan adalah reaksi isomerisasi
300oC distribusi produk stabil sampai jumlah yaitu terbentuknya produk isobutena, kemudian
umpan 21 g. Hal ini menunjukkan bahwa selama jumlah isobutena yang terbentuk terus menurun
pengumpanan tidak terjadi perubahan sampai jumlah umpan butanol 12 gram dan
mekanisme reaksi. sebaliknya, terjadi peningkatan reaksi dehidrasi
Pada temperatur 350oC terjadi sedikit yaitu pembentukan produk butena. Setelah
olakan pada saat pengumpanan butanol mencapai umpan butanol melebihi 12 gram terjadi
6 gram sedangkan pembentukan isobutena pergeseran reaksi, dimana reaksi yang lebih

KKR 07 -6
dominan adalah reaksi isomerisasi (pembentukan temperatur 400oC menggunakan katalis B-H-
isobutena). NZ 25%.
Kalau ditinjau dari tendensi penambahan ƒ Perolehan yield isobutena adalah 14% pada
boron oksida, penambahan boron oksida katalis B-H-NZ 25% merupakan hasil yang
cenderung menghambat pembentukan senyawa cukup kompetitif menandingi hasil yang di
parafin yaitu propana dan butana. Produk-produk dapat dengan menggunakan katalis zeolit Y-
tersebut pada awalnya terbentuk pada katalis Komersial.
tanpa penambahan boron oksida (B-H-NZ 0%),
kemudian penambahan boron oksida 15 % DAFTAR NOTASI
kecenderungan terbentuk produk olefin lebih B-H-NZ : B2O3/Zeolit alam
dominan seperti pada temperatur 400oC, H-NZ : Zeolit alam terprotonasi
didominasi oleh produk butena. Hal ini C2 : etana
diperkirakan bahwa reaksi yang terjadi C2= : etilena
didominasi oleh reaksi dehidrasi n-butanol C3 : propana
sedangkan reaksi isomerisasi sama sekali tidak C3= : propilena
terjadi seperti terlihat pada Gambar 3.7C. C4 : Butana
Penambahan boron oksida 25% (B-H-NZ 25%) C4= : butena
mengakibatkan terjadinya pergeseran reaksi yaitu iC4= : isobutena
terbentuknya isobutena, hal ini menunjukkan
bahwa reaksi isomerisasi mulai terjadi. Daftar Pustaka
Bila dikaitkan dengan hasil pembahasan [1] Chang, C.D., dan Anthony, J.S., (1977),
sebelumnya, nilai konversi n-butanol terbesar “The Conversion of Methanol and Other O-
dihasilkan pada reaksi yang menggunakan katalis Compounds to Hydrocarbons over Zeolites
B-H-NZ 25%. Besarnya nilai konversi tersebut Catalysts”, Journal of Catalysis 47, hal. 249-
lebih disebabkan oleh terbentuknya produk 259.
isobutena. [2] Gibbs, D.F., (1983), “The rise and fall
Berdasarkan uraian diatas maka dapat (…and rise?) of acetone/butanol
disimpulkan bahwa penambahan boron oksida fermentations”,Trends in Biotechnology, vol
dapat menggenerate timbulnya reaksi isomerisasi I, No. 1, hal 12.
dalam konversi katalitik n-butanol. [3] Haggstrom, L.,(1985),“Acetone-Butanol
Hasil produk isobutena yang cukup dominan Fermentation And Its Variants”, Biotech
diantara senyawa C2~C4 lainnya merupakan hasil Advs, Vol.3, hal. 13-28.
yang cukup memuaskan, karena terbentuknya [4] Laniwati, M.dkk., (2004),”Uji Aktivitas
senyawa tersebut sangat diharapkan. Adapun Katalis Zeolit-Y Komersial Hasil Regerasi
yield isobutena adalah sekitar 14% pada jumlah Terhadap Reaksi Dehidrasi N-Butanol”,
umpan butanol sebanyak 21 gram dan hasil ini Jurnal Teknik Kimia Indonesia, Vol 3 No.1.
cukup kompetitif menandingi hasil yang di dapat [5] Otsuka, Kiyoshi, Setiadi, S., Yamanaka, I.,
dengan menggunakan katalis zeolit Y-Komersial (1995),"Ethane Oxidative Dehydro-genation
[Laniwati, 2004]. Over Boron Oxides Supported on Yttria
Stabilized Zirconia", Catalysis Today 34,
5. Kesimpulan hal. 315-320
ƒ Konversi katalitik n-butanol menggunakan [6] Satoshi Sato dkk., (1995), "Surface structure
katalis B2O3/zeolit alam telah berhasil and acidity of alumina-boria catalysts",
menghasilkan produk C2~C4. Journal of Molecular Catalysis A :
ƒ Hasil karakterisasi XRD menunjukkan bahwa Chemical 104, hal. 171
ketidak munculnya peak boron oksida, [7] Setiadi, (1994), "Partial Oxidation Of
menandakan bahwa komonen tersebut Methane And Ethane Over Supported Boron
terdispersi secara sempurna pada permukaan Oxide Catalyst", Master Thesis, Tokyo
zeolit sebesar 343 m2/g hasil pengukuran Institute of Technology, Japan
metode BET. [8] Setiadi (1998), reaksi katalitik
ƒ Hasil uji aktivitas katalis B2O3/zeolit alam (B- dehidrogenasi etana menjadi etilen pada
H-NZ) pada konversi katalitik n-butanol katalis B2O3/ YSZ : pengaruh kandungan
sebagai berikut : Katalis 25% B-H-NZ boron oksida, Prosiding Quality in
merupakan katalis yang memberikan konversi Research, FTUI, 1999
n-butanol dan yield produk terbesar pada [9] Setiadi, (2005), “Oxidative Dehidroge-nasi
semua temperatur reaksi, kemudian diikuti Etana Menjadi Etilen Mengguna-kan
oleh katalis 15% B-H-NZ dan 0% B-H-NZ. B2O3/Al2O3 : Pengaruh Kandungan Boron
Konversi dan yield C2~C4 maksimum adalah Oksida”, Prosiding Seminar Nasional
82,9% dan 14,7% dan diperoleh pada Teknologi Proses Kimia, Jakarta.

KKR 07 -7
[10] Setiadi., (2005), “Konversi Katalitik Aseton
menjadi Hidrokarbon C1 - C10 menggunakan
Katalis ZSM-5”, Prosiding Simposium dan
Kongres Masyarakat Katalis Indonesia,
Serpong
[11] Sudirman dan Setiadi, (2000), ”Skripsi:
Pengaruh Rasio B/(Al+B) Terhadap
Aktivitas Katalis Alumina-Aluminium Borat
pada Reaksi Dehidrasi Etanol”, Internal
Report of Research Project, Teknik Gas dan
Petrokimia, FTUI, Depok

KKR 07 -8

You might also like