Professional Documents
Culture Documents
NIM : 0901120097
Jurusan : Hubungan Internasional
Mata Kuliah : Hukum Internasional
Dosen : Ahmad Jamaan, S.IP, M.Si
Yuli Fachri, SH
• Masa Romawi
Pada masa sebelum Romawi Kuno, keadaan yang kacau di berbagai bidang
menyebabkan hukum yang mengatur hubungan antar bangsa kurang berkembang. Selain itu,
pada masa ini keseluruhan dunia beradab berada dibawah satu imperium Romawi, sehingga
hukum internasional dirasa tidak perlu karena semuanya ada di bawah satu kekuasaan.
(Starke, 2006:9). Namun, kaidah dan aturan tentang bagaimana berhubungan dengan bangsa
lain telah ada pada masa ini.
Walaupun sistem hukum Romawi Kuno ini kurang berkontribusi pada hukum
internasional, namun tetap berguna karena adanya prinsip-prinsip yang bisa beradaptasi pada
hubungan-hubungan antar negara modern. Contohnya, pada masyarakat Romawi Kuno
dikenal dua jenis hukum, yaitu Ius Ceville dan Ius Gentium. Ius Ceville adalah hukum yang
berlaku bagi bangsa Romawi dimanapun mereka berada. Sedangkan Ius Gentium adalah
hukum yang berlaku bagi bangsa non-Romawi. Ius Gentium kemudian berkembang menjadi
Ius Inter Gentium atau yang lebih dikenal dengan hukum internasional. (Kusumaatmaja,
1999:4).
• Abad Pertengahan
Perubahan–perubahan yang terjadi pada abad kelima belas dan keenam belas
memengaruhi berbagai bidang. Renaissance (zaman pencerahan) ilmu pengetahuan dan
reformasi memicu perkembangan teori-teori yang mendukung kondisi akibat perubahan
tersebut.
Bermunculannya negara-negara merdeka pada zaman ini menuntut adanya kaidah-
kaidah dan aturan-aturan yang mengatur hubungan antara mereka. Negara-negara merdeka
tersebut mengambil kaidah dan aturan dari adat istiadat dan praktek-praktek yang ditaati oleh
negara-negara tersebut dalam hubungan antar mereka.
Para ahli di masa ini telah memperhitungkan perubahan yang terjadi di masyarakat
negara merdeka, serta memikirkan dan menulis tentang berbagai permasalahan yang dihadapi
dalam hubungan internasional. Apabila tidak ada kaidah dari adat istiadat dan praktek yang
ditaati dalam hubungan internasional untuk menghadapi permasalahan tersebut, para ahli
hukum wajib membuat prinsip-prinsip berdasarkan nalar dan analogi. (Starke, 2006:11). Para
ahli tidak hanya mengambil prinsip Romawi Kuno, tapi juga dari berbagai sumber
lainnya,seperti hukum kanonik, hukum semi-teologis, dan hukum alam.
Para penulis pelopor perkembangan hukum internasional bermunculan di masa ini,
misalnya Vittoria (1480-1546), Belli (1502-1575), Brunus (1491-1536), dan lain-lain,
terutama Grotius (1583-1645). Tulisan para ahli hukum ini mengungkapkan pokok perhatian
hukum internasional pada abad keenam belas, yaitu perang antar negara, berkaitan dengan
kondisi dimana tentara negara-negara Eropa telah menggunakan senjata tetap, sehingga
muncul adat istiadat dan praktek peperangan yang serupa.
Hukum internasional selanjutnya ditandai dengan perubahan terakhir sistem negara
modern di Eropa banyak dipengaruhi Traktat Westphalia, yang mengakhiri Perang Tiga
Puluh Tahun. Selain itu, adanya hubungan-hubungan dan traktat-traktat yang dibuat antara
bangsa-bangsa Eropa dan bangsa-bangsa Asia juga membantu perkembangan kaidah-kaidah
hubungan internasional.
Selanjutnya di abad kedelapan belas, kaidah-kaidah hukum internasional lebih banyak
dikemukakan dalam bentuk kebiasaan dan traktat, dan mengurangi kedudukan hukum alam.
Golongan yang mendukung kebiasaan dan traktat disebut positivis, sedangkan yang
mendukung hukum alam disebut naturalis.
Perkembangan selanjutnya di abad kesembilan belas, berbagai faktor seperti ekspansi
Eropa ke wilayah lain, perang, dan pengaruh penemuan baru telah mendorong timbulnya
kebutuhan mendesak masyarakat internasional terhadap hukum yang mengatur secara tegas
tindakan hubungan internasional.
Para penulis kajian hubungan internasional pada masa ini lebih menekankan kepada
praktek yang berlaku dan mengesampingkan hukum alam, dimana dalam hal yang tidak ada
kaidah kebiasaan atau traktat, maka harus dipikirkan apa yang seharusnya menjadi hukum.
Pada abad kedua puluh, dibentuklah Permanent Court of International Justice, yaitu
sebuah pengadilan yudisial internasional yang saat ini telah digantikan oleh International
Court of Justice. Selain itu juga dibentuk semacam “pemerintah dunia”, yang berfungsi untuk
kesejahteraan umat manusia, yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pada abad ini juga
hukum internasional tidak lagi hanya berpengaruh terhadpa negara, tapi juga bagi individu.
• Masa Sekarang
Pada masa sekarang, hukum internasional berkembang semakin pesat. Hal ini terjadi
karena kesulitan komunikasi, waktu, dan lainnya telah ditanggulangi oleh berbagai penemuan
sehingga interdependensi antar negara semakin meningkat. Contohnya, mucul sejumlah besar
traktat dalam 80 tahun terakhir ini yang menetapkan kaidah-kaidah untuk ditaati negara-
negara.
Ada kalangan yang berpendapat, hukum internasional hanya berkaitan dengan
memelihara perdamaian. Padahal, hukum internasional tidak hanya berkaitan dengan perang
dan perdamaian dunia, tapi juga berbagai macam permasalahan, seperti ekstradisi, klaim atas
sesuatu, dan lain-lain.
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa hukum internasional adalah hukum
yang mengatur hubungan antar negara, organisasi internasional, dan individu, untuk
kepentingan masyarakat internasional. Hukum internasional berkembang pada zaman
Romawi Kuno dengan prinsip ius ceville dan ius gentium. Lalu berkembang pesat di abad
pertengahan dengan munculnya tulisan-tulisan pelopor hubungan internasional, dan terus
berkembang sampai masa sekarang terkait dengan meningkatnya interdependensi antar
negara.
REFERENSI
Dwiyatmi, Sri Harini. 2006. Pengantar Hukum Indonesia. Bogor: Galia Indonesia
Kusumaatmaja, Mochtar. 1999. Pengantar Hukum Internasional. Jakarta: Putra A. Bardin
Starke, J.G. 2006. Pengantar Hukum Internasional-Edisi Kesepuluh. Jakarta: Sinar Grafika