You are on page 1of 24

transfer pricing itu harga yg ditetapkan pada saat anda memindahkan produk dari satu unit usaha ke

unit usaha lainnya yang masih satu induk perusahaan.

produk ini sebetulnya bisa di jual langsung ke pasaran, tapi unit usaha lain memerlukannya sebagai raw
material untuk dijadikan produk lain yang mempunya nilai jual lebih tinggi

fungsi transfer pricing:


1. distribute income: mendistribusikan income salah satu unit usaha yang terlalu besar dalam rangka
mengurangi pajak
2. mendapat raw material yang lebih murah

Transfer pricing menurut terminologi umum merujuk pada upaya rekayasa alokasi keuntungan
antarbeberapa perusahaan dalam satu grup perusahaan multinasional. Secara keseluruhan yang
terpenting dari akhir kegiatan adalah laba setelah pajak dari grup. That's why banyak perusahaan
perusahaan sering melakukan transfer pricing guna memaksimalkan keuntungan dan
meminimalkan pajak. Karena buat para pebisnis, pajak tetap saja dipandang sebagai beban yang
mengurangi kecil keuntungan.

Masalahnya, transfer pricing menimbulkan masalah ketidakadilan karena perbedaan struktur


perusahaan. Perusahaan yang dipecah-pecah menjadi suatu grup dapat merekayasa laba sehingga
meminimalkan pajak. Sementara itu, perusahaan tunggal harus membayar pajak seperti apa
adanya. Segitu dulu kali ya...Semoga ada yang bisa ngelengkapin. salam

materi referensi:

klikpajak

Dari sisi pemerintah, transfer pricing dapat mengakibatkan berkurang atau hilangnya potensi
penerimaan suatu Negara khususnya yang berasal dari pajak dimana perusahaan multinasional
cenderung merelokasi penghasilan globalnya pada low tax country dan menggeser biaya-biaya dalam
jumlah yang lebih besar pada high tax country atau dengan kata laindengan menggeser kewajiban
perpajakannya dari Negara-negara yang memiliki tariff pajak yang tinggi ke Negara yang menerapkan
pajak rendah.

Dari sisi bisnis perusahaan cenderung berupaya meminimalkan biaya-biaya termasuk efisiensi dalam hal
pembayaran pajak perusahaan. Bagi perusahaan multinasional, transfer pricing merupakan strategi yang
efektif untuk memenangkan persaingan dalam mamperebutkan sumber daya yang terbatas.
Penerapan Harga Transfer (Transfer Pricing) - Harga transfer merupakan nilai yang
diberikan atas suatu transfer barang dan jasa dalam suatu transaksi dimana setidaknya salah satu
dari kedua pihak yang terlibat adalah pusat laba.

Setiap perusahaan pasti menginginkan laba yang optimal, salah satu langkah yang dapat diambil
manajemen adalah dengan harga transfer.

Harga transfer merupakan nilai yang diberikan atas suatu transfer barang dan jasa dalam suatu
transaksi dimana setidaknya salah satu dari kedua pihak yang terlibat adalah pusat laba.

Perusahaan tidak hanya akan memperoleh pendapatan dari luar perusahaan saja, tetapi juga dari
laba kontribusi divisi. Karena seolah-olah divisi menjadi unit bisnis yang independence, namun
tetap terintegrasi satu dengan yang lainnya dalam rangka mencpai tujuan perusahaan secara
keseluruhan.

Harga transfer dapat didasarkan pada biaya selisih kenaikan atau harga pasar. Pengaruh
lingkungan atas harga transfer juga menimbulkan sejumlah pertanyaan mengenai metodologi
penentuan harga. Prinsip wajar atau harga transfer antarperusahaan dengan mengandaikan
transaksi itu terjadi antarpihak yang tidak berhubungan instimewa di pasar yang kompetitif.
Menurut undang-undang Pajak Penghasilan di AS terdapat metode-metode:

1. Metode Harga yang Tidak Terkontrol Setara


Berdasarkan metode ini harga transfer ditentukan dengan mengacu pada harga yang digunakan
dalam transaksi setara antara perusahaan yang independent atau setara perusahaan dengan pihak
ketiga yang tidak berkaitan.

2. Metode Transaksi Tidak Terkontrol yang Setara


Metode ini diterapkan untuk pengalihan aktiva tidak berwujud. Metode ini mengidentifikasikan
tingkat royalty acuan dengan mengacu pada transaksi yang tidak terkontrol di mana aktiva tidak
berwujud yang sama atau serupa dialihkan. Sebagaimana metode harga tidak terkontrol yang
setara, metode ini bergantung pada perbandingan pasar.
3. Metode Harga Jual Kembali
Metode ini menghitung harga transaksi yang wajar yang diawali dengan harga yang dikenakan
atas penjualan barang yang dimaksud kepada pembeli yang independent. Margin yang memadai
untuk menutup beban dan laba nomal kemudian dikurangkan dari harga ini untuk memperoleh
harga transfer antarperusahaan.

4. Metode Penentuan Biaya Plus


Metode ini berguna apabila barang semi jadi dialihkan antarperusahaan afiliasi luar negeri atau
jika suatu entitas merupakan sub kontraktor bagi perusahaan lain.

5. Metode Laba Sebanding


Metode ini mendukung pandangan umum yang menyatakan bahwa pembayar pajak yang
menghadapi situasi yang mirip harusnya memperoleh imbalan yang mirip pula selama beberapa
periode waktu tertentu.

6. Metode Pemisahan Laba


Metode ini digunakan jika acuan produk atau pasar tidak tersedia. Metode ini mencakup
pembagian laba yang dihasilkan melalui transaksi dengan pihak berhubungan istimewa yaitu
antara perusahaan afiliasi berdasarkan cara yang wajar.

7. Metode Penentuan Harga Lainnya


Metode ini dapat digunakan jika menghasilkan ukuran harga wajar yang lebih akurat.

PRAKTIK HARGA TRANSFER


Dalam praktiknya, beberapa metode penentuan harga transfer digunakan bersamaan. Factor-
faktor yang mempengaruhi pemilihan metode harga transfer antara lain tujuan perusahaan:
apakah tujuannya adalah mengelola beban pajak, atau mempertahankan posisi daya saing
perusahaan, atau memprromosikan evaluasi kerja yang setara.

MASA DEPAN
Teknologi dan perekonomian global menimbulkan tantangan sendiri bagi banyak prinsip-prinsip
yang mendasari perpajakan internasional, bahwa setiap setiap bangsa memiliki hak menentukan
untuk dirinya sendiri seberapa banyak pajak yang dapat dikumpulkan dari rakyatnya dan
kalangan usaha yang ada di dalam wilayahnya. Namun, pemerintah di seluruh dunia
mengharuskan metode penentuan harga transfer pada prinsip harga wajar. Yaitu, perusahan
multinasional di Negara berbeda dikenakan pajak seakan-akan mereka adalah perusahaan
independent yang beroperasi secara wajar dari satu sama lain. Perhitungan harga wajar tidak
relevan karena semakin sedikit perusahaan yang beropreasi dengan cara ini. Efeknya bagi
perpajakan nasional, kerjasama dan pembagian informasi yang makin erat antara otoritas pajak
di seluruh dunia. Kompetisi pajak juga semakin besar. Internet membuat upaya mengambil
keuntungan dari Negara surga pajak semakin mudah. Pajak tunggal juga digunakan sebagai
alternative untuk menggunakan harga transfer dalam menentukan penghasilan kena pajak.

Hal yang diperhatikan dalam pembentukan organisasi yang di dalamnya akan timbul harga
transfer dan hubungannya dengan proses sistem pengendalian manajemen adalah:
1. Menetapkan tujuan yang selaras antara divisi dan perusahaan. Dalam arti bahwa manajer
divisi mengambil keputusan yang akan memaksimumkan laba perusahaan dengan
memaksimumkan laba divisinya.
2. Menetapkan otonomi tiap divisi. Agar nantinya terjaga otonomi divisi, dalam arti tidak
ada campur tangan manajemen puncak terhadap kebebasan manajer divisi dalam
pengambilan keputusan
3. Penyerahan kekuasaaan berdasarkan pada kemampuan untuk menyerahkan
tanggungjawab dari keuntungan. Tanggungjawab keuntungan tidak dapat diserahkan
dengan aman kecuali dua kondisi ada yaitu orang yang menyerahkan memiliki seluruh
informasi relevan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan keuntungan yang optimum
dan performa orang yang menyerahkan diukur melalui bagaimana ia dengan baik
membuat trade-off biaya atau pendapatan. Oleh karena itu, idealnya organisasi harus
mencari orang-orang yang berkompeten dalam negoisasi dan arbitrasi dari harga transfer.
4. Dua keputusan yang meliputi perancangan sistem harga transfer. Pertama adalah
keputusan sourcing: haruskah perusahaan memproduksi sendiri atau harus membelinya
dari luar atau pemasok? Yang kedua adalah keputusan harga transfer: pada harga berapa
produk harus ditransfer antar pusat laba? Idealnya, harga transfer kurang lebih seperti
harga pasar, dengan penyesuaian agar tidak ada biaya yang muncul selama transfer dalam
perusahaan.
5. Jika kompetisi harga tidak terjadi, harga transfer mungkin akan ditetapkan dengan dasar
biaya ditambah laba, meskipun beberapa harga transfer mungkin akan lebih rumit untuk
dihitung dan hasilnya kurang memuaskan bila berdasar pada harga pasar. Biaya transfer
dapat dibuat pada standar biaya ditambah profit margin, atau dengan menggunakan
sistem dari dua langkah penetapan harga.
6. Metode negoisasi harga transfer harus berada ditempatnya dan di sana harus ada
mekanisme arbitrasi untuk penyelesaian perdebatan, tetapi susunannya jangan terlalu
susah supaya manajemen tidak terlalu mencurahkan perhatian berlebih yang bisa
mengakibatkan jumlah waktu harga transfer jadi tidak semestinya.
7. Terdapat beberapa contoh yang mungkin terjadi pada organisasi kompleks secara lengkap
memuaskan sistem harga transfer. Sama dengan banyak pilihan desain pengendalian
manajemen, perlu untuk memilih yang paling baik dari beberapa aksi bagian yang hampir
sempurna. Sesuatu yang penting adalah menyadari area yang tidak sempurna dan
memastikan prosedur administrasi dipekerjakan untuk menghindari keputusan
suboptimum.

\
Penetapan harga transfer dalam meningkatkan laba  perusahaan
3 03 2008

Latar belakang
Masalah penentuan harga transfer dijumpai dalam perusahaan yang organisasinya disusun
menurut pusat-pusat laba, dan antar pusat laba yang dibentuk tersebut terjadi transfer barang atau
jasa. Perusahaan yang mengalami perkembangan pesat dalam bisnisnya, seringkali menempuh
diversifikasi usahanya untuk memasuki berbagai pasar. Diversifikasi merupakan suatu usaha
manajemen puncak untuk menghadapi ketidakpastian yang semakin tinggi dalam menghadapi
teknologi dan lingkungan bisnis yang semakin kompleks. Semakin luas proses diversifikasi yang
dilakukan oleh manajemen puncak, semakin diperlukan berbagai alat untuk mengintegrasikan
unit-unit organisasi yang telah dibentuk. Harga transfer merupakan salah satu alat untuk
menciptakan mekanisme integrasi dalam perusahaan yang mendiversifikasi bisnisnya.

Diversifikasi bisnis dilakukan dengan membentuk pusat-pusat laba. Proses pembentukan pusat-
pusat laba disebut dengan divisionalisasi. Divisionalisasi tidak selalu diikuti dengan
desentralisasi wewenang manajemen puncak kepada para manajer divisi yang dibentuk.
Divisionalisasi yang diikuti dengan desentralisasi wewenang manajemen puncak akan
mengakibatkan divisi-divisi seolah-olah sebagai perusahaan yang bebas (independent
companies) yang diukur kinerjanya berdasarkan laba yang diperoleh divisi. Harga transfer
mempunyai peran ganda. Di satu sisi, harga transfer mempertegas diversifikasi yang dilakukan
oleh manajemen puncak. Harga transfer menetepkan dengan tegas hak masing-masing manajer
divisi untuk mendapatkan laba. Di sisi lain, harga transfer berperan sebagai salah satu alat untuk
menciptakan mekanisme integrasi. Dengan kebijakan ini, manajer divisi dipaksa untuk
merundingkan harga transfer yang adil bagi semua divisi yang terlibat, sehingga dua atau lebih
divisi yang terpisah perlu melakukan hubungan dalam mencapai tujuan perusahaan bersama.

Konsep harga transfer


Dalam arti luas harga transfer meliputi harga produk atau jasa yang ditransfer antarpusat
pertanggungjawaban dalam perusahaan. Dengan demikian pengertian harga transfer ini meliputi
semua bentuk alokasi biaya dari departemen pembantu dan departemen produksi dan harga
“jual” produk atau jasa yang ditransfer antar pusat laba. Dalam arti sempit harga transfer
merupakan harga barang dan jasa yang ditransfer antar pusat laba dalam perusahaan yang sama.
Karena manajer pusat laba diukur kinerjanya berdasarkan laba yang diperoleh, maka setiap
transfer barang atau jasa antar pusat laba, selalu diperhitungkan di dalamnya unsur laba.

Karakteristik harga transfer:


Jika antar pusat laba dalam suatu perusahaan membeli dan menjual barang, ada dua macam
keputusan yang harus di buat.

1. Keputusan pemilihan sumber. Keputusan pertama yang harus dibuat adalah penentuan dimana
produk harus diproduksi, yaitu diproduksi di dalam perusahaan atau dibeli dari pemasok luar.
Keputusan ini disebut dengan istilah lain sourcing decision.
2. Keputusan penentuan harga transfer. Jika produk diproduksi di dalam perusahaan, keputusan
berikutnya yang harus dibuat adalah pada harga transfer berapa produk tersebut ditransfer dari
divisi penjual ke divisi pembeli. Keputusan ini dikenal dengan istilah lain transfer pricing
decision.

Dalam penentuan harga transfer ada dua divisi yang terlibat: divisi penjual, yang mentransfer
barang atau jasa dan divisi pembeli, yang menerima transfer barang atau jasa dari divisi penjual.
Dari dua konsep harga transfer di atas, penetuan harga transfer yang memiliki potensi untuk
menimbulkan banyak masalah adalah penentuan harga transfer barang antardivisi sebagai pusat
laba.

Harga transfer pada hakikatnya memiliki tiga karakteristik berikut ini:

1. Masalah harga transfer hanya timbul jika divisi yang terkait diukur kinerjanya berdasarkan atas
laba yang diperoleh mereka dan harga transfer merupakan unsur yang signifikan dalam
membentuk biaya penuh produk yang diproduksi di divisi pembeli.
2. Harga transfer selalu mengandung unsur laba di dalamnya.
3. Harga transfer merupakan alat untuk mempertegas diversifikasi dan sekaligus mengintegrasikan
divisi yang dibentuk.

Masalah yang dirundingkan dalam penentuan harga transfer


Karena setiap divisi yang dibentuk perusahaan diukur kinerjanya atas dasar laba yang diperoleh
masing-masing, maka dua masalah yang selalu dirundingkan oleh divisi penjual dan divisi
pembeli adalah:

1. Dasar yang digunakan sebagai landasan penentuan harga transfer. Dalam penentuan harga
transfer, divisi pembeli dan divisi penjual harus menyepakati dasar yang akan dipakai sebagai
landasan penentuan harga transfer: biaya dan harga pasar. Biaya yang dipakai sebagai dasar
penentuan harga transfer adalah biaya penuh: biaya penuh sesungguhnya dan biaya penuh
standar.
2. Besarnya laba yang diperhitungkan dalam harga transfer. Dua factor yang harus dirundingkan
antara divisi penjual dengan divisi pembeli dalam menentukan besarnya laba yang
diperhitungkan dalam harga transfer adalah:

 Dasar yang digunakan untuk menentukan laba yang diperhitungkan dalam harga transfer.
 Besarnya laba yang diperhitungkan dalam harga transfer.

Laba yang diperhitungkan dalam harga transfer dapat ditentukan berdasarkan persentase tertentu
dari biaya penuh atau berdasarkan aktiva penuh yang digunakan untuk memproduksi produk.
Jika laba ditentukan sebesar persentase tertentu dari biaya penuh, harga transfer yang dihasilkan
tidak memperhitungkan modal yang diperlukan dalam memproduksi produk yang ditransfer.
Aktiva penuh merupakan dasar yang baik untuk memperhitungkan laba dalam harga transfer,
namun banyak masalah yang timbul dalam memperhitungkan aktiva penuh sebagai investment
base. Jika aktiva penuh divisi dipakai sebagai dasar penentuan laba yang diperhitungkan dalam
harga transfer, dua factor yang harus dipertimbangkan adalah:

1. Jenis aktiva yang diperhitungkan sebagai dasar.


2. Cara penilaian aktiva yang digunakan sebagai dasar
Jenis aktiva yang diperhitungkan sebagai dasar penentuan laba dalam harga transfer dapat
digolongkan menjadi dua kelompok: aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Jenis aktiva yang
diperhitungkan dalam aktiva lancar divisi penjual adalah aktiva lancar yang digunakan untuk
operasi divisi penjual. Dengan demikian investasi sementara dalam surat berharga tidak
diperhitungkan sebagai aktiva yang dipakai sebagai dasar penentuan laba dalam harga transfer.
Begitu pula dengan investasi jangka panjang divisi penjual tidak diperhitungkan dalam aktiva
tidak lancar yang dipakai sebagai dasar penentuan laba dalam harga transfer.

Aktiva tetap yang diperhitungkan sebagai dasar penentuan laba dalam harga transfer adalah
kondisi aktiva tetap divisi penjual pada awal tahun berlakunya harga transfer. Jika dalam tahun
berjalan, divisi penjual melakukan investasi dalam aktiva tetap, jumlah investasi ini biasanya
diperhitungkan dalam penentuan harga transfer tahun berikutnya. Begitu pula jika dalam tahun
berjalan divisi penjual melakukan penghentian pemakaian aktiva tetapnya, perubahan ini baru
diperhitungkan dalam penentuan harga transfer tahun berikutnya.

Dalam penentuan harga transfer berdasarkan biaya, terdapat berbagai pilihan tipe biaya yang
digunakan sebagai dasar: biaya sesungguhnya atau biaya standar. Tipe biaya manapun yang
dipilih, biaya penuh yang dipakai sebagai dasar penentuan harga transfer dapat direkayasa
dengan salah satu dari tiga metode biaya: full costing, variable costing, activity based costing.

Dalam penentuan harga transfer berdasarkan harga pasar, harga transfer dihitung dengan
menggunakan metode harga pasar minus. Harga yang berlaku di pasar dikurangi dengan
potongan volume dan berbagai biaya yang dapat dihindari oleh divisi penjual untuk mendapatkan
harga barang atau jasa yang ditransfer dari divisi penjual ke divisi pembeli. Jika produk yang
ditransfer memiliki harga pasar, harga pasar produk merupakan biaya kesempatan baik bagi
divisi penjual maupun bagi divisi pembeli, sehingga harga tersebut merupakan dasar yang adil
sebagai dasar penentuan harga transfer bagi divisi yang terlibat.

Karena penentuan harga transfer memerlukan proses negosiasi antar manajer divisi yang terlibat,
perlu dibuat aturan negosiasi, sehingga masing-masing manajer menggunakan dasar yang sama
untuk membahas berbagai unsur yang akan diperhitungkan dalam harga transfer. Di samping itu,
karena terdapat kemungkinan terjadinya perselisihan pendapat antar manajer divisi yang terlibat,
perlu dibentuk lembaga arbitrase untuk memberi kesempatan kepada para manajer tersebut untuk
mengajukan dan menyelesaikan berbagai perbedaan yang tidak dapat mereka selesaikan dalam
proses negosiasi.
.:[Close][Klik 2x]:.

Thursday, April 22, 2010

Harga Transfer (Transfer Pricing)

Belajar Membuat Website Gratis bisnis sederhana

Mesin Uang Otomatis Sistem Aset Virtual Telah hadir !

INVESTASI 100 RIBU HASIL 1,5 JUTA / HARI MAU GAJI 1,5 JUTA/HARI ? INVESTASI CUMA 100
RIBU!

INVESTASI 100 RIBU HASIL 1,5 JUTA / HARI

kursus KILAT Bhs Inggris


WWW.TEGUHHANDOKO.COM

OBAT TAHAN LAMA ANTI EJAKULASI DINI DR. ANDA DICARIKAN DOWNLINE DAN PASTI SUKSES
BOYKE

KumpulBlogger.com

Harga Transfer atau Transfer Pricing sering terjadi antara divisi 1 dan divisi yang lain dalam suatu
perusahaan untuk mempermudah efisiensi waktu dan kualitas barang yang terjaga.

Metode harga transfer yang dikemukakan oleh Anthony dan Govindarajan (2002:208) adalah sebagai
berikut :

1. Transfer based Market (Transfer berdasarkan Harga Pasar)


2. Transfer based Cost: Full cost and Variable cost (Transfer berdasarkan Biaya: Biaya Penuh dan
Biaya Variabel)
3. Transfer based Negotiation (Transfer berdasarkan Negosiasi).
4. Transfer based Arbitrase (Transfer berdasarkan Arbitrasi).
5. Transfer based Dual Transfer Pricing (Transfer berdasarkan Dual Transfer Pricing).

Sebuah perusahaan yang besar dan kompleks terdiri atas beberapa pusat pertanggungan-jawab (divisi
sebagai responsibility center) yang memfungsikan manajer-manajer divisi agar dapat memiliki rentang
kontrol yang lebih efektif dalam operasional.

Divisi-divisi dalam perusahaan tersebut membutuhkan setidaknya informasi akuntansi tentang sumber
daya yang digunakan serta keluaran yang dihasilkan. Informasi-informasi ini minimal digunakan untuk:
a. Merencanakan pengalokasian sumber daya
b. Melakukan kontrol operasional
c. Evaluasi terhadap performa manajer

Lebih lengkap, pembagian karakteristik divisi yang dimaksud antara lain:

Responsibility
No. Tugas Manajer Contoh
Center

Bertanggung jawab atas biaya yang


1 Cost Center Misal: Kantor Pusat
dipakai selama operasional

Bertanggung jawab terhadap


2 Revenue Center
pendapatan yang diterima

Bertanggung jawab terhadap laba


3 Profit Center Misal: Kantor cabang
yang diperoleh

Investment Bertanggung jawab atas laba dan Misal: perusahaan besar, multi-company
4
Center investasi yang dihasilkan atau holding yang terdesentralisasi

Secara umum, harga transfer adalah penentuan harga produk antara yang dijual oleh sebuah divisi semi
otonom lain dari perusahaan yg berskala besar dan dibeli oleh divisi lain dari perusahaan yg sama. Atau
dengan kata lain, harga transfer merupakan harga yang ditetapkan oleh profit center dalam transaksi
penjualan. Biasanya, harga transfer muncul pada suatu perusahaan yang terdesentralisasi.

Misal:
Harga transfer mempengaruhi tingkat laba untuk kedua divisi (penjual dan pembeli), yang dalam gambar
diatas artinya:
a. Laba besar bagi Divisi Aki Kering
b. Laba rendah bagi Divisi Perakitan Mobil

Harga transfer yang ideal seharusnya berpatokan baik pada keuntungan yang maksimal bagi perusahaan
maupun bagi kedua divisi sehingga kerugian secara umum dapat diminimalisir. Walau begitu, harga
transfer sama sekali tidak memberikan perubahan net income bagi perusahaan secara langsung.

Banyak perusahaan menggunakan harga pasar aktif sebagai ukuran harga transfer, namun demikian,
industri dengan basis harga transfer lebih disukai karena industri tersebut dapat meningkatkan efisiensi
dan fairness. Karena ketika harga pasar tidak tersedia, industri atau perusahaan tersebut dapat
menggunakan antara alternatif NEGOTIATED PRICE atau COST BASED PRICE.

a. NEGOTIATED PRICE
Sebuah sistem dimana harga transfer dapat dinegosiasikan antara manajer divisi penjual dan manajer
divisi pembeli. Walaupun demikian, sistem ini akan mempengaruhi waktu produksi akibat
bertambahnya waktu negosiasi.
b. COST BASED PRICE
Salah satu alternatif terbaik yang dapat digunakan karena biaya kontrol dapat diminimalisasi.
Pendekatan yang digunakan adalah biaya variabel (variabel cost) ataupun biaya penuh (full cost).

Ada 3 kondisi penentuan harga transfer:


1. Tidak terdapat pasar eksternal untuk produk antara

2. Pasar untuk produk antara bersifat pasar persaingan sempurna


3. Pasar utk produk antara bersifat persaingan tidak sempurna

Namun demikian, konflik tidak dapat dihindari antara kepentingan perusahaan dan manajer masing-
masing divisi yang berkaitan pada saat pola penentuan harga transfer digunakan dalam sebuah
perusahaan.

Tentunya dalam penentuan harga transfer manajemen tidak dapat sembarangan menentukan harga,
secara garis besar harga tersebut sebisa mungkin tidak merugikan salah satu pihak yang terlibat, selain
itu harga transfer dalam praktiknya harus terus diperhatikan agar tujuan manajemen sesuai dengan
tujuan perusahaan.

Prinsip dasarnya adalah bahwa harga transfer sebaiknya serupa dengan harga yang akan dikenakan
seandainya produk tersebut diual ke konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar. Namun hal tersebut
dalam dunia nyata sangat sulit diterapkan, hanya sedikit perusahaan yang menetapkan prinsip ini.

Tujuan harga transfer berubah apabila melibatkan multinational corporation (MNC) serta barang yang
ditransfer melalui batas-batas negara. Tujuan penentuan harga transfer internasional terfokus pada
meminimalkan pajak, bea, dan risiko pertukaran asing, bersama dengan meningkatkan suatu kompetitif
perusahaan dan memperbaiki hubungannya dengan pemerintah asing.
Sebagai contoh, pembebanan harga transfer yang rendah untuk anak perusahaan asing mungkin akan
mengurangi pembayaran bea cukai sebagai akibat dari batas-batas internasional, atau mungkin
membantu anak perusahaan untuk bersaing dalam pasar asing dengan mempertahankan biaya anak
perusahaan yang rendah. Di sisi lain, mebebankan suatu harga transfer yang tinggi mungkin membantu
MNC mengurangi laba pada negeri yang telah memperketat kendali pengiriman uang asing, atau
mungkin memberikan kemudahan bagi MNC memindahkan pendapatan dari suatu negara yang memiliki
tingkat pajak pendapatan yang tinggi ke suatu negara dengan tingkat pajak rendah (tax haven country).

Penelitian akhir-akhir ini telah menemukan bahwa lebih dari 80% perusahaan-perusahaan multinsional
(MNC) melihat transfer pricing sebagai suatu isu pajak internasional utama, dan lebih dari setengah dari
perusahaan ini mengatakan bahwa isu ini adalah isu yang paling penting. Sebagian besar negara
sekarang menerima perjanjian modal Organization of Economic Cooperation and Development (OECD),
yang menyatakan bahwa harga-harga transfer sebaiknya disesuaikan dengan menggunakan standar
arm’s-length, artinya pada suatu harga yang akan dicapai oleh pihak-pihak yang independen. Sementara
perjanjian model tersebut diterima secara luas, terdapat perbedaan-perbedaan dalam cara negara-
negara menerapkannya. Meskipun demikian, terdapat dukungan yang kuat di seluruh dunia terhadap
suatu pendekatan untuk membatasi usaha-usaha oleh MNC untuk mengurangi kewajiban pajak dengan
menetapkan harga-harga transfer yang berbeda dengan arm’s-length standard tersebut.

sumber : http://s2.wahyudiharto.com/2009/04/penggunaan-informasi-akuntansi-penuh.html
Harga Transfer: Definisi, Penentuan & Aspek Internasional

August 9, 2008 by sijenius

Harga Transfer

Untuk organisasi yang terdesentralisasi, keluaran dari sebuah unit dipakai sebagai masukan bagi
unit lain. Transaksi antar unit ini mengakibatkan timbulnya suatu mekanisme transfer pricing. Transfer
pricing didefenisikan sebagai suatu harga jual khusus yang dipakai dalam pertukaran antar divisional
untuk mencatat pendapatan unit penjual (selling division) dan unit divisi pembeli (buying divison). Pada
penjelasan ini pengertian harga transfer dibatasi pada nilai yang diberikan atas suatu transfer barang
atau jasa dalam suatu transaksi yang setidaknya salah satu dari kedua pihak yang terlibat adalah pusat
laba.

Harga transfer yang terjadi antar unit harus mencapai beberapa tujuan, antara lain:

1. Memberi informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk menentukan imbal
balik yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan.

2. Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita (meningkatkan laba unit usaha namun
juga dapat meningkatkan laba perusahaan).

3. Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha individual.

4. Sistem tersebut harus mudah dimengerti dan dikelola.

Harga transfer sering memicu masalah terutama pada penentuan harga sepakatannya, karena
melibatkan dua unit, yaitu unit pembeli dan unit penjual, dan harga transfer juga mempengaruhi
pengukuran laba unit, harga transfer yang tinggi akan merugikan unit pembeli sedangkan harga transfer
yang terlalu rendah akan merugikan unit penjual, maka penentuan harga transfer menjadi hal yang
sangat penting.

Gambar 1

Skenario Harga Transfer


Penentuan Harga Transfer

Tentunya dalam penentuan harga transfer manajemen tidak dapat sembarangan menentukan
harga, secara garis besar harga tersebut sebisa mungkin tidak merugikan salah satu pihak yang terlibat,
selain itu harga transfer dalam praktiknya harus terus diperhatikan agar tujuan manajemen sesuai
dengan tujuan perusahaan.

Prinsip dasarnya adalah bahwa harga transfer sebaiknya serupa dengan harga yang akan
dikenakan seandainya produk tersebut diual ke konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar. Namun hal
tersebut dalam dunia nyata sangat sulit diterapkan, hanya sedikit perusahaan yang menetapkan prinsip
ini.

Secara umum harga transfer dapat ditentukan dengan menggunakan metode-metode berikut:
(1) Harga transfer berdasarkan pasar, (2) Harga transfer berdasarkan biaya, (3) Harga transfer negoisasi.

(1) Harga Transfer Berdasarkan Harga Pasar (Market-Based Transfer Prices)

Harga transfer berdasarkan harga pasar dipandang sebagai penentuan harga transfer yang
paling independen. Barang-barang yang diproduksi unit penjual dihargai sama dengan harga yang
berlaku di pasar, pada sisi divisi penjual ada kemungkinan untuk memperoleh profit, pada sisi
pembeli harga yang dibayarkan adalah harga yang sewajarnya.

Namun yang menjadi kelemahan utama dari sistem ini adalah jika harga suatu produk
ternyata tidak tersedia di pasar. Tidak semua barang-barang yang diperjual-belikan antar divisi
tersedia di pasar, misalnya pada suatu industri yang terdeferensiasi dan terintegrasi seperti industri
kertas, jika divisi penjual harus mengirim kertas yang setengah jadi ke divisi lain, pasar tidak
menyediakan harga kertas mentah atau setengah jadi.

Namun, jika harga pasar tersedia atau dapat diperkirakan maka ada baiknya menggunakan
harga pasar. Meskipun demikian, jika tidak ada cara untuk memperkirakan harga kompetitif, pilihan
lainnya adalah mengembangkan harga transfer berdasarkan biaya (cost-based transfer price).

(2) Harga Transfer Berdasarkan Biaya (Cost-based Transfer Prices)

Perusahaan menggunakan metode penetapan harga transfer atas dasar biaya yang
ditimbulkan oleh divisi penjual dalam memproduksi barang atau jasa, penetapan harga transfer
metode ini relatif mudah diterapkan namun memiliki beberapa kekurangan. Pertama, penggunaan
biaya sebagai harga transfer dapat mengarah pada keputusan yang buruk, jika seandainya unit
penjual tidak dapat memproduksi dengan optimal sehingga menghasilkan biaya yang lebih tinggi
daripada harga pasar, maka dapat terjadi kecenderungan pembelian barang dari luar. Kedua, jika
biaya digunakan sebagai harga transfer, divisi penjual tidak akan pernah menghasilkan laba dari
setiap transaksi internal. Ketiga, penentuan harga transfer yang berdasarkan biaya berarti tidak ada
insentif bagi orang yang bertanggung jawab mengendalikan biaya.

Umumnya perusahaan menetapkan harga transfer atas biaya berdasarkan biaya variabel
dan atau biaya tetap dalam bentuk: biaya penuh (full cost), biaya penuh ditambah mark-up (full cost
plus markup) dan gabungan antara biaya variabel dan tetap (variable cost plus fixed fee).

(3) Harga Transfer Negoisasi (Negotiated Transfer Prices)

Dalam ketiadaan harga, beberapa perusahaan memperkenankan divisi-divisi dalam


perusahaan yang berkepentingan dengan transfer pricing untuk menegosiasikan harga transfer yang
diinginkan. Harga transfer negoisasi memiliki beberapa kelebihan. Pertama, pendekatan ini
melindungi otonomi divisi dan konsisten dengan semangat desentralisasi. Kedua, manajer divisi
cenderung memiliki informasi yang lebih baik tentang biaya dan laba potensial atas transfer
dibanding pihak-pihak lain dalam perusahaan.
Harga transfer negosiasian mencerminkan prespektif kontrolabilitas yang inheren dalam
pusat-pusat pertanggungjawaban karena setiap divisi yang berkepentingan tersebut pada akhirnya
yang akan bertanggung jawab atas harga transfer yang dinegosiasikan. Namun transfer pricing ini
tidak begitu mudah untuk ditentukan karena posisinya pada situasi sulit yang bisa menimbulkan
conflict of interest diantara kedua belah pihak yang terlibat, yaitu divisi penjual dan divisi pembeli.
Artinya, tidak akan ada satu metode transfer price yang terbaik, yang akan diterima mutlak oleh
kedua belah pihak.

Aspek Internasional Harga Transfer

Transfer pricing sering juga disebut dengan intracompany pricing, intercorporate pricing,
interdivisional atau internal pricing yang merupakan harga yang diperhitungkan untuk keperluan
pengendalian manajemen atas transfer barang dan jasa antar anggota (grup perusahaan). Bila dicermati
secara lebih lanjut, transfer pricing dapat menyimpang secara signifikan dari harga yang disepakati
(harga pasar).

Tujuan harga transfer berubah apabila melibatkan multinational corporation (MNC) serta barang
yang ditransfer melalui batas-batas negara. Tujuan penentuan harga transfer internasional terfokus
pada meminimalkan pajak, bea, dan risiko pertukaran asing, bersama dengan meningkatkan suatu
kompetitif perusahaan dan memperbaiki hubungannya dengan pemerintah asing. Walaupun tujuan
domestik seperti motivasi manajerial dan otonomi divisi selalu penting, namun seringkali menjadi
sekunder ketika transfer internasional terlibat. Perusahaan akan lebih fokus pada pengurangan pajak
total atau memperkuat anak perusahaan asing. Oleh karena itu transfer pricing juga sering dikaitkan
dengan suatu rekayasa harga secara sistematis yang ditujukan untuk mengurangi laba yang nantinya
akan mengurangi jumlah pajak atau bea dari suatu negara.

Gambar 2

Penentuan Harga Transfer Domestik dan Internasional


Sebagai contoh, pembebanan harga transfer yang rendah untuk anak perusahaan asing mungkin
akan mengurangi pembayaran bea cukai sebagai akibat dari batas-batas internasional, atau mungkin
membantu anak perusahaan untuk bersaing dalam pasar asing dengan mempertahankan biaya anak
perusahaan yang rendah. Di sisi lain, mebebankan suatu harga transfer yang tinggi mungkin membantu
MNC mengurangi laba pada negeri yang telah memperketat kendali pengiriman uang asing, atau
mungkin memberikan kemudahan bagi MNC memindahkan pendapatan dari suatu negara yang memiliki
tingkat pajak pendapatan yang tinggi ke suatu negara dengan tingkat pajak rendah (tax haven country).

Penelitian akhir-akhir ini telah menemukan bahwa lebih dari 80% perusahaan-perusahaan
multinsional (MNC) melihat transfer pricing sebagai suatu isu pajak internasional utama, dan lebih dari
setengah dari perusahaan ini mengatakan bahwa isu ini adalah isu yang paling penting. Sebagian besar
negara sekarang menerima perjanjian modal Organization of Economic Cooperation and Development
(OECD), yang menyatakan bahwa harga-harga transfer sebaiknya disesuaikan dengan menggunakan
standar arm’s-length, artinya pada suatu harga yang akan dicapai oleh pihak-pihak yang independen.
Sementara perjanjian model tersebut diterima secara luas, terdapat perbedaan-perbedaan dalam cara
negara-negara menerapkannya. Meskipun demikian, terdapat dukungan yang kuat di seluruh dunia
terhadap suatu pendekatan untuk membatasi usaha-usaha oleh MNC untuk mengurangi kewajiban
pajak dengan menetapkan harga-harga transfer yang berbeda dengan arm’s-length standard tersebut.
Riuhnya Celoteh di Rumah Mungil Kami

 Home
 About Us
 Download

jump to navigation

Transfer Pricing November 18, 2008


Posted by maskokilima in Sekolah, Tax.
Tags: C.T. Hongren, Comparable Profit Method, Comparable Uncomparable Price, corresponding
adjustment, Cost Plus, G.L. Sundem, international taxation, intrenational trade, marginal cost, marginal
revenue, OECD, primary adjustment, Profit Split Method, Resale Price, Susan M. Lyons, Transactional Net
Margin Method, Transfer Pricing, W.O. Stratton
trackback

Transfer Pricing atau harga transfer merupakan isu sentral saat ini, baik dalam bidang
international trade maupun international taxation. Tulisan ini adalah tulisan iseng-iseng
mengenai transfer pricing dan mungkin banyak sekali kesalahan karena merupakan tulisan awam
yang ingin berbagi pengetahuan.

Definisi
Sebenarnya apakah transfer pricing itu?

Hongren, Stratton dan Sundem dalam bukunya Introduction to Management Accounting


mengartikan transfer pricing untuk tujuan ekonomi sebagai penentuan harga (baik barang
maupun jasa) oleh suatu unit organisasi kepada unit organisasi lain dalam perusahaan yang sama.

Sedangkan definisi transfer pricing dalam kaitan ilmu perpajakan sebagaimana diusulkan oleh
Susan M. Lyons dalam bukunya International Tax Glossary adalah

Harga yang dibebankan oleh suatu perusahaan atas barang, jasa, intangible assets kepada
perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa.

Meskipun dua pengertian di atas merupakan pengertian yang bersifat netral, namun seringkali
transfer pricing dikonotasikan sebagai sesuatu yang salah/tidak baik, yaitu

pengalihan atas penghasilan kena pajak dari suatu perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan
multinasional ke negara-negara yang tarif pajaknya rendah dalam rangka untuk mengurangi total
beban pajak dari group perusahaan tersebut. (Hubert Haemakers dalam Introduction to Transfer
Pricing, IBFD)

Teori Ekonomi
Dalam bagian ini, kita akan mendiskusikan teori ekonomi dalam optimal transfer pricing,
dimana kata maksud kata optimal disini adalah transfer pricing yang memaksimalkan laba suatu

perusahaan dalam dunia tanpa pajak.

Seperti yang telah kita ketahui dari teori marginal price determination, pada umumnya output
produksi optimal didapat pada saat marginal cost sama dengan marginal revenue. Sehingga dapat
dikatakan, bahwa perusahaan seharusnya menambah produksinya sepanjang marginal revenue
dari tambahan penjualannya lebih besar daripada marginal cost-nya.  Dalam diagram
perpotongan marginal cost dengan marginal revenue dinyatakan dengan A dan menghasilkan
harga P* dengan permintaan B karena ada kurva permintaan di atasnya.

Jika suatu perusahaan menjual produknya hanya untuk dirinya sendiri, diagramnya akan semakin
kompleks namun hasilnya tetap sama. Kurva permintaan tidak berubah, harga dan produksi
optimum juga sama. Namun kita bisa memisahkan marginal cost of production (garis hijau
marginal cost) dari kurva marginal cost total. Hal yang sama untuk marginal revenue, kita bisa
pisahkan marginal revenue yang diasosikan dengan produksi dari marginal revenue total. Kurva
ini sering diistilahkan Net Marginal Revenue in production (lihat garis hijau marginal revenue)
yang dihitung sebagai marginal revenue dari suatu perusahaan tanpa marginal cost of distribution
(karena penjualan hanya kepada perusahaan itu sendiri).

Jika bagian produksi dapat menjual produknya ke pasar external seperti ke internal perusahaan,
maka untuk dapat memaksimalkan laba perusahaan, kedua produksi tadi harus dijalankan pada
kondisi dimana marginal cost sama dengan marginal revenue. Karena pasar external adalah pasar
yang kompetitif, maka perusahaan akan menerima harga yang ditentukan oleh pasar dan bukan
bertindak sebagai penentu harga. Jika harga pasar relatif tinggi seperti pada diagram sebelah
(Ptr1), maka perusahaan akan mengalami surplus internal sebesar Qt1 minus Qf1. Kurva
marginal cost aktual dapat digambarkan dari titik ACD.
Lebih jelas mengenai bagian teori ekonomi ini, silakan klik di sini.

Transfer Pricing vs Otoritas Pajak


Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa seringkali transfer pricing dikonotasikan dengan sesuatu
yang tidak baik/salah karena mengalihkan penghasilan kena pajak dengan cara tidak wajar
berdalih transfer pricing. Untuk menghindarinya, maka sangat penting bagi suatu negara untuk
mempunyai kewenangan untuk dapat melakukan koreksi/adjustment atas harga yang ditetapkan
oleh pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa tersebut. Jika transfer pricing dilakukan
lintas negara (cross border) maka wewenang otoritas pajak untuk melakukan koreksi biasanya
tertuang dalam pasal 9 tax treaty dengan persyaratan tertentu.

Terkait dengan ketentuan transfer pricing di masing-masing negara, pada dasarnya dapat
dikelompokkan dalam tiga kelompok sebagai berikut:

Sedikit negara menerapkan ketentuan transfer pricing secara komperehensif, ketentuan transfer
pricing hanya diterapkan atas transaksi dari kegiatan usaha tertentu saja.

Beberapa negara mengikuti ketentuan transfer pricing yang terdapat dalam OECD Guidelines.

Banyak negara belum memiliki ketentuan khusus yang mengatur tentang transfer pricing dalam
undang-undang domestik mereka, tetapi mengacu kepada peraturan tentang anti penghindaran
pajak. 

Hubungan Istimewa
Koreksi yang dapat di lakukan oleh otoritas pajak suatu negara hanya bisa terjadi jika transfer
pricing tersebut tidak sesuai dengan harga pasar wajar dan terdapat hubungan istimewa antara
pihak-pihak yang melakukan transfer pricing. Oleh karena itu pengertian hubungan istimewa
dalam konteks transfer pricing menjadi sangat krusial.

UU PPh kita menyatakan batasan hubungan istimewa dalam pasal 18 ayat (4) sedangkan dalam
P3B OECD Model, dinyatakan dalam pasal 9 sebagai berikut:

1. Where:
(a) an enterprise of a Contracting State participates directly or indirectly in the management,
control or capital of an enterprise of the other Contracting State, or
(b) the same persons participate directly or indirectly in the management, control or capital of an
enterprise of a Contracting State and an enterprise of the other Contracting State,
and in either case conditions are made or imposed between the two enterprises in their
commercial or financial relations which differ from those which would be made between
independent enterprises, then any profits which would, but for those conditions, have accrued to
one of the enterprises, but, by reason of those conditions, have not so accrued, may be included
in the profits of that enterprise and taxed accordingly.
2. Where a Contracting State includes in the profits of an enterprise of that State and taxes
accordingly profits on which an enterprise of the other Contracting State has been charged to tax
in that State and the profits so included are profits which have accrued to the enterprise of the
first-mentioned State if the conditions made between the two enterprise had been those which
would have been made between independent enterprise, then that other State may make an
appropriate adjustment to the amount of the tax other charged therein on those profits. In
determining such adjustment, due regard shall be had to the other provision of this Agreement
and the competent of the Contracting State shall if necessary consult each other.
Dari definisi di atas, baik OECD Model, OECD Guidelines dan UU PPh tidak memberikan
definisi yang jelas mengenai pengendalian manajemen baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dalam suatu seminar International Fiscal Association (IFA), David Grecian
mengusulkan bahwa yang dimaksud dengan pengendalian adalah:

(i) mempunyai kewenangan untuk membuat keputusan yang terkait dengan kebijakan keuangan
dan operasi dari suatu perusahaan,
(ii) mempunyai pengaruh untuk menentukan besarnya harga yang ditetapkan.

Sedangkan yang dimaksud dengan berpartisipasi dalam suatu manajemen (participation in


management) adalah ikut terlibat dalam pembuatan keputusan atas kegiatan operasi suatu
perusahaan. Adapun yang dimaksud engan manajemen disini adalah bisa level direktur maupun
level manajer.

Lebih lanjut, dalam ayat (2) pasal 9 OECD Model, mengatur tentang mekanisme penyesuaian
kembali (corresponding adjustment) jika terdapat primary adjustment yang dilakukan oleh
otoritas pajak negara lain yang akan berdampak pada wajib pajak di negara lainnya. Hal ini
untuk mencegah terjadinya pemajakan berganda, meskipun waktu yang dibutuhkan untuk dapat
melakukan corresponding adjustment sangat lama bahkan untuk negara maju. Kasus
corresponding adjustment bisa dilihat dalam kasus ini.

Aplikasi Prinsip Harga Pasar Wajar (Arm’s Length Principles)


Meskipun banyak sekali metode penetapan harga pasar wajar, namun kenyataannya banyak
negara mendasarkan pada OECD Guidelines, meskipun strategi itu akan membawa risiko
perpajakan yang lebih besar daripada solusi yang dibuat khusus untuk masing-masing negara.

Beberapa negara menerima berbagai metode penghitungan transfer pricing, seperti misalnya


Jepang, yang mengharuskan 3 metode tradisional digunakan terlebih dahulu sebelum
menggunakan metode lainnya, atau seperti USA yang dapat menerima semua metode yang
paling sesuai tanpa terkecuali. Hal ini menuntut perhatian yang luar biasa dari pelaku dan
otoritas pajak terkait corresponding adjustment. Selain itu mungkin saja terdapat negara yang
mengaplikasikan prinsip harga pasar wajar dengan cara yang berbeda. Seperti Brazil yang tidak
menerapkan prinsip harga pasar wajar meskipun mempunyai peraturan transfer pricing.
Indonesia dalam UU PPh terbaru mengakui metode penentuan harga pasar wajar menurut
OECD.

Berikut adalah tiga metode yang digunakan dalam menghitung harga pasar wajar.   

Metode Tradisional

Comparable Uncontrolled Price (CUP) membandingkan harga pada suatu transaksi yang
terkontrol dengan transaksi lainnya yang sejenis yang tidak terkontrol. Cara ini paling mudah
secara konseptual, harga pasar wajar cukup ditentukan oleh dua perusahaan yang tidak terkait.
Namun fakta bahwa setiap perubahan kecil dalam suatu transaksi (misalnya periode penagihan,
kuantum dan merk)  berpengaruh signifikan terhadap harga menjadikan sangat sulit untuk
menemukan transaksi sejenis yang dapat diperbandingkan. Terdapat dua metode dalam CUP
yaitu internal comparable dan external compareble. Perbedaannya sangat jelas, external
comparable, artinya pengujian harga dilakukan pada perusahaan lain sedangkan internal
comparable, pengujian dilakukan terhadap salah satu pihak yang melakukan transfer pricing.
Cost Plus (CP) biasanya digunakan untuk barang jadi, ditentukan dengan menambah markup
yang sesuai pada biaya yang timbul akibat proses produksi sebesar markup yang sesuai dengan
keuntungan perusahaan lain yang diuji oleh pihak-pihak yang terkait. Metode umunya diterima
oleh otoritas Bea Cukai karena memberikan indikasi bahwa harga transfer mendekati nilai cost
dari item yang diperdagangkan. Namun pendekatan biaya (cost of production) tidaklah
setransparan seperti yang terlihat, karena perusahaan dapat dengan mudah mengubah akun
biayanya untuk merubah besaran harga transfer. Perusahaan yang mengadopsi metode ini harus
memilih satu diantara pendekatan berikut: pendekatan Biaya Aktual, pendekatan biaya standar,
pendekatan biaya variabel dan pendekatan biaya marjinal.
Resale Price (RP) penentuan harga pasar wajar didasarkan atas produk yang dibeli dari
perusahaan afiliasi lalu dijual kembali kepada perusahaan independen. Lalu, harga pasar wajar
dari metode ini dihitung dengan cara mengurangkan harga jual kembali tersebut dengan suatu
margin laba kotor tertentu, dimana margin laba kotor itu diambil dari margin laba kotor
perusahaan sejenis yang melakukan transaksi dengan pihak-pihak yang tidak memiliki hubungan
istimewa.

Metode Non Tradisional

Profit Split (PS) dan turunannya termasuk metode Comparative dan Residual Profit Split
digunakan jika perusahaan yang terlibat dalam transaksi yang diperiksa terlalu terpadu sehingga
tidak dapat dilakukan evaluasi secara terpisah, sehingga keuntungan akhir dari masing-masing
pihak dibagi berdasarkan tingkat kontribusi dari setiap peserta dalam proyek itu. Tingkat
kontribusi itu sendiri ditentukan oleh beberapa faktor terukur seperti kompensasi karyawan,
biaya administrasi dll dari masing-masing pihak.
Transactioanl Net Margin Method (TNMM), merupakan metode yang berfokus pada laba
operasi wajar yang diperoleh salah satu entitas (pihak yang di uji) dalam transaksi. TNMM
menegaskan bahwa laba operasi relatif (relatif terhadap penjualan, HPP, atau aktiva untuk
memungkinkan komparasi antara perusahaan atau transaksi yang berbeda) dapat secara lebih
kuat mengukur harga pasar wajar jika metode pembandingan seperti pada metode tradisional
tidak dapat dilakukan. Di USA, TNMM biasa dinamakan metode Comparable Profits Method
(CPM) dan selain metode tradisional, merupakan metode penentuan harga pasar wajar yang
paling banyak digunakan.

Metode Lainnya
OECD Guidelines tidak memperkenankan metode lainnya dalam menentukan harga pasar wajar
karena metode ini tidak mencerminkan harga pasar wajar yang sesungguhnya. Oleh karena itu
saya tidak membahas lebih mendalam. Termasuk dalam metode lainnya ini adalah metode global
split method yang merupakan turunan dari profit split di atas, dan juga formulary apportionment.
Silakan dibaca sendiri.

Yang perlu diperhatikan terkait dengan penerapan metode penentuan harga pasar wajar, OECD
Guidelines menyatakan bahwa:
Tidak ada satu metode yang tepat untuk dipergunakan dalam setiap situasi yang ada
Wajib pajak tidak dipersyaratkan untuk menentukan harga pasar wajar melalui pendekatan
berbegai metode yang ada. Hal ini berbeda dengan ketentuan TP di USA. di mana WP
diharuskan menentukan harga pasar wajar melalui berbegai metode yang ada, setelah itu WP
diminta menentukan metode mana yang dipakai sebagai best method rule.
Metode tradisional baik CUP, Cost Plus maupun Resale Price lebih diutamakan daripada metode
non tradisional.

Dokumentasi
Untuk memastikan apakah harga yang diterapkan dalam transaksi antara pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa telah mencerminkan harga pasar wajar atau tidak, maka banyak
otoritas pajak yang mewajibkan WP untuk mendokumentasikan setiap informasi yang terkait
dengan TP agar otoritas pajak dapat melakukan pemeriksaan yang lebih mendalam terhadap
transaksi TP. Apabila perusahaan tidak dapat memenuhi persayaratan dokumentasi TP seperti
yang telah ditentukan otoritas pajaknya, maka perusahaan itu akan dikenakan sanksi. Hal seperti
tidak dimiliki oleh Indonesia, meskipun sebenarnya dalam PP nomor 80 tahun 2007 Pasal 16
dinyatakan bahwa dokumentasi jika terdapat transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan
istimewa akan diatur dengan PMK, namun sampai saat ini belum diterbitkan PMK dimaksud.

Tidak seperti OECD Guidelines yang tidak membuat daftar dokumen yang harus dilampirkan
oleh WP dalam transaksi TP, EU Transfer Pricing Joint jsutru telah membuat daftar tersebut
yang dibagi dalam dua kelompok ujtama.

Dokumentasi Induk, merupakan dokumen yang berisikan tentang informasi umum yang relevan
atas suatu transaksi yang dilakukan oleh perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa.
Dokumen spesifik, merupakan dokumen yang berisikan tentang informasi spesifik atas transaksi
yang dilakukan oleh perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa.

Di Denmark, dokumentasi transfer pricing harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Gambaran tentang kegiatan usaha,


Penjelasan transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa,
Analisis Fungsional dan risiko,
Gambaran tentang kondisi ekonomi,
Analisa Perbandingan,
Pemilihan metode transfer pricing, dan
perjanjian tertulis.

Sumber tulisan

http://en.wikipedia.org/wiki/Transfer_pricing
Cross Border Transfer Pricing untuk tujuan perpajakan oleh Darussalam dan Danny Septriadi

You might also like