You are on page 1of 8

.

Pentingnya Bela Negara

Pada masa awal kemerdekaan 1945-1949, ancaman yang dihadapi bangsa

Indonesia lebih bersifat fisik berupa ancaman dari luar, yaitu tentara Sekutu

dan Belanda. Selain ancaman dari luar, bangsa Indonesia pun menghadapi ancaman

dari dalam, yaitu pemberontakan yang dilakukan oleh bangsa sendiri. Misalnya,

pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA), Darul Islam/Tentara Islam

Indonesia (DI/TII), Republik Maluku Selatan (RMS), dan Partai Komunis

Indonesia (PKI).

Oleh karena itu, untuk mengantisipasi ancaman dari dalam dan luar maka bela

negara oleh warga negara diperlukan. Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang

No. 29 Tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat. Pelaksanaan dari

undang-undang ini diselenggarakan melalui pen didikan pendahuluan perlawanan

yang menghasilkan organisasi-organisasi perlawanan rakyat, seperti Organisasi

Keamanan Desa (OKD) dan Organisasi Keamanan Sekolah (OKS). Untuk meng

antisipasi kemungkinan munculnya ancaman maka Tahun 1973, keluar Ketetapan

MPR No. IV/MPR/1973 tentang GBHN yang di dalamnya memuat konsep wawasan

nusantara dan ketahanan nasional.

Wawasan Nusantara dapat diartikan sebagai cara pandang bangsa Indonesia

tentang diri dan ling kungan nya berdasarkan ideologi nasional yang dilandasi

Pancasila dan UUD 1945. Hal ini merupakan aspirasi bangsa Indonesia yang

merdeka, berdaulat dan bermartabat, serta menjiwai tata hidup dan tindak

kebijak sanaannya dalam mencapai tujuan perjuangan nasional. Wawasan

Nusantara mem punyai ciri ma nu ng gal dan utuh menye luruh. Pernahkah kamu

mendengar istilah manunggal? Manunggal adalah keserasian dan keseimbangan

yang dinamis dalam segenap aspek kehidupan, baik aspek alamiah maupun aspek
sosial. Utuh menyeluruh maksudnya adalah wilayah nusantara dan rakyat

Indonesia merupakan satu kesatuan yang utuh bulat dan tidak dapat dipecah-

pecah oleh kekuatan apapun dan sesuai dengan asas satu nusa, satu bangsa, dan

satu bahasa.

Tujuan Wawasan Nusantara ada dua, yaitu tujuan ke dalam yang berarti

mewujudkan kesatuan dalam segenap aspek kehidupan, baik aspek alamiah

maupun aspek sosial. Aspek alamiah mencakup tiga hal (trigatra), yaitu:

1. letak geografis pada posisi silang;

2. keadaan dan kekayaan alam;

3. keadaan dan kemampuan penduduk.

Selain itu, aspek sosial mencakup lima hal (panca gatra), yaitu:

1. ideologi,

2. politik,

3. ekonomi,

4. sosial budaya, serta

5. pertahanan dan keamanan.

Adapun tujuan wawasan nusantara yang diarahkan ke luar adalah untuk ikut serta

mewujudkan ke baha giaan, ketertiban, dan perdamaian seluruh umat manusia.

Dalam upaya pembelaan negara maka keluarlah Undang-Undang No. 20 Tahun

1982, tentang Keten tuan Ketentuan Pokok Pertahanan dan Keamanan Negara RI,

kemudian diubah dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1988. Realisasi dari

undang-undang ter sebut adalah diselenggarakannya pendidikan pendahu luan


bela negara untuk tingkat persekolahan dan pendidikan kewiraan untuk pendi

dikan tinggi. Dalam pelak sanaannya, Undang- Undang No. 20 Tahun 1982,

mengatur tentang rakyat terlatih (Ratih). Hal ini sempat menjadi sorotan karena

rakyat terlatih yang dibentuk dalam kesatuan Keamanan Rakyat (Kamra)

dijadikan tameng pemerintah untuk menghadapi para pelaku unjuk rasa di gedung

DPR/MPR. Namun, karena ketidak jelasan nasibnya maka keamanan rakyat

tersebut dibubarkan.

Berakhirnya pemerintahan orde baru dan muncul nya orde refor masi membawa

angin segar dalam ber bagai bidang kehidupan, terma suk dalam bidang

pertahanan dan keamanan. Majelis Permusya waratan Rakyat pada 2000

mengeluarkan Ketetapan MPR RI No. VI/MPR/2000 tentang pemisahan TNI dan

Polri dan ketetapan No. VII/ MPR/2000 tentang Peran TNI dan Polri.

Adanya pemisahan antara TNI dan Polri berarti adanya pemisahan dan sekaligus

pembagian tugas antara bidang pertahanan dan bidang keamanan. Pertahanan

lebih diarahkan untuk meng hadapi anca man dari luar negeri dan menjadi

kewenangan TNI, sedangkan keamanan lebih diarahkan untuk meng hadapi

tantangan dari dalam negeri dan menjadi tanggung jawab Polri.

Kemudian untuk menyikapi masalah pertahanan dan upaya bela negara, MPR dalam

perubahan UUD 1945 menetapkan tentang upaya bela negara dan pertahanan

keamanan, yaitu Pasal 27 ayat 3 yang berbunyi “setiap warga negara berhak dan

wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”. Pasal 30 ayat 1, yang berbunyi

“Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan

negara”. Pasal 30 ayat 2 “usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan

melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan Polri

sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung”. Tahun 2002
pemerintah dan DPR menetapkan Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang

Pertahanan Negara yang memuat aturan upaya bela negara. Dengan berlakunya

undang-undang ini maka Undang- Undang No. 20 Tahun 1982 dinyatakan tidak

berlaku.

Dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 Pasal 9 ayat 1, dinyatakan bahwa upaya

bela negara diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara. Upaya bela

negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya

kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

UUD 1945. Upaya bela negara merupakan kehormatan bagi setiap warga negara

yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban

dalam pengabdian kepada bangsa dan negara.

Selain itu, menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 3 Tahun 2002, pertahanan

negara adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa

Indonesia dari ancaman dan gangguan.


Contoh ancaman /ronrongan ketahanan NKRI yang muncul dari dalam

NEGERI yaitu;

a.Gerakan atau aksi terorisme

b.Gerak sparatisme(gerak yang ingin memisahkan diri)

c.Konflik antara suku agama,ras dan golongan

d.Aksi Radikalisme /ekstrim /anarkis /ekslusiv

e.Gangguan keamanan laut,udara,darat(pembajakan)

Contoh ancaman /rongrongan ketahanan NKRI yang muncul dari luar

NEGERI yaitu;

a.Masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan Indonesia

b.Adanya usaha pihak luar yang ingin menjajah Negara Indonesia secara ekonomi

c.Penyelundupan obat terlarang

d.Pencurian hayati oleh Negara lain

e.Kejahatan lintas Negara


Contoh ancaman/rongrongan militer yang bersifat tradisional maupun

yang non tradisional:

*Ancaman militer

*Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang

teroganisasi dan dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan

Negara serta keselamatan bangsa,contohnya:

1.Agresi militer dari luar negeri

2.Pemberontakan senjata dalam negeri

3.Sabotase

4.Spionase

5.Terorisme, sedangkan

Ancaman nonmiliter

Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar

negeri, yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara,

dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman nonmiliter atau nirmiliter memiliki

karakteristik yang berbeda dengan ancaman militer, yaitu tidak bersifat fisik

serta bentuknya tidak terlihat seperti ancaman militer, karena ancaman ini

berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi, informasi serta

keselamatan umum.

Ancaman berdimensi ideologi

Sistem politik internasional mengalami perubahan sejak Uni Soviet runtuh

sehingga paham komunis tidak populer lagi, namun potensi ancaman berbasis
ideologi masih tetap diperhitungkan. Ancaman berbasis ideologi dapat pula dalam

bentuk penetrasi nilai-nilai kebebasan (liberalisme) sehingga dapat memicu

proses disintegrasi bangsa.

Ancaman berdimensi politik

Politik merupakan instrumen utama untuk menggerakkan perang. Ini membuktikan

bahwa ancaman politik dapat menumbangkan suatu rezim pemerintahan bahkan

dapat menghancurkan suatu negara. Masyarakat Internasional mengintervensi

suatu negara melalui politik seperti Hak Asasi Manusia (HAM), demokratisasi,

penanganan lingkungan hidup, dan penyeleggaraan pemerintahan yang bersih dan

akuntabel.

Ancaman berdimensi ekonomi

Ekonomi merupakan salah satu penentu posis tawar setiap negara dalam

pergaulan internasional. Kondisi Ekonomi sangat menentukan dalam pertahanan

negara. Ancaman berdimensi ekonomi terbagi menjadi internal dan eksternal.

Ancaman dari internal dapat berupa inflasi, pengangguran, infrastruktur yang

tidak memadai, dan sistem ekonomi yang tidak jelas.

Ancaman dari eksternal dapat berbentuk kinerja ekonomi yang buruk, daya saing

rendah, ketidaksiapan mengahadapi globalisasi dan tingkat ketergantungan

terhadap pihak asing

Ancaman berdimensi sosial budaya

Ancaman sosial budaya berupa isu-isu kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan,

dan ketidakadilan yang menjadi dasar timbulnya konflik vertikal antara


pemerintah pusat dan daerah, dan konflik horizontal yaitu suku, agama, ras, dan

antar golongan (SARA).

Pada tahun 1994 saja, misalnya, 18 peperangan dari 23 peperangan yang terjadi

di dunia diakibatkan oleh sentimen-sentimen budaya, agama dan etnis. Sementara

itu, 75 persen dari pengungsi dunia yang mengalir ke berbagai negara lainnya

didorong oleh alasan yang sama pula. Sementara itu, 8 dari 13 operasi pasukan

perdamaian yang dijalankan PBB ditujukan untuk mengupayakan terciptanya

perdamaian di berbagai konflik antar etnis di dunia. [1]

Ancaman berdimensi teknologi dan informasi

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat dan membawa manfaat

yang besar bagi masyarakat tapi kejahatan mengikuti perkembangan tersebut

seperti kejahatan siber dan kejahatan perbankan.

Ancaman berdimensi keselamatan umum

Ancaman bagi keselamatan umum dapat terjadi karena bencana alam, misalnya

gempa bumi, meletusnya gunung, dan tsunami. Ancaman karena manusia, misalnya

penggunaan obat-obatan dan bahan kimia, pembuangan limbah industri,

kebakaran, kecelakaan transportasi.

You might also like