You are on page 1of 8

TUGAS PPKNS

SUKU ASMAT

DISUSUN

OLEH :

ANDI RETNO VIRGIA S.

I–A

084144

SEKOLAH MENENGAH ANALIS KIMIA

MAKASSAR

2008/2009
PENDAHULUAN

Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan,

umumnya memiliki ketertarikan yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya

dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi

lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang berarti "kesamaan", kemudian

dapat diturunkan dari communis yang berarti "sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak".

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai komunitas suku Asmat yang merupakan salah satu

suku yang terkenal di Papua. Suku Asmat mungkin sudah tidak asing lagi bagi sebagian orang. Suku ini

adalah salah satu suku yang berada dipedalaman selatan Papua. Tapi, apakah kita mengetahui secara

lengkap tentang suku ini?

Penduduk Asmat berkulit hitam dan berambut keriting. Tubuhnya cukup tinggi. Rata-rata tinggi

badan orang Asmat wanita sekitar 162cm dan tinggi badan laki-laki mencapai 172cm.

Orang-orang Asmat merasa dirinya bagian dari alam. Karena itulah mereka sangat menghormati

dan menjaga alam sekitarnya bahkan, pohon disekitar tempat hidup mereka dianggap menjadi gambaran

dirinya. Batang pohon menggambarkan tangan. Buah menggambarkan kepala. Akar menggambarkan

kaki.
SUKU ASMAT

Daerah tempat tinggal suku bangsa asmat merupakan daerah dataran rendah yang berawa-rawa

dan berlumpur, di daerah sepanjang pantai yang luas, tertutup oleh hutan rimba tropis didominasi pohon-

pohon mangrove dan hutan sagu. Makin ke pedalaman hutan rimba yang padat menjadi makin jarang,

dan berubah menjadi gerombolan-gerombolan hutan yang terpencar-pencar di daerah hulu sungai-sungai

tempat tinggal orang Asmat Hulu.

Suku Asmat adalah sebuah suku di Papua. Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya

yang unik. Populasi suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang

tinggal di bagian pedalaman. Kedua populasi ini saling berbeda satu sama lain dalam hal dialek, cara

hidup, struktur sosial dan ritual. Populasi pesisir pantai selanjutnya terbagi ke dalam dua bagian yaitu

suku Bisman yang berada di antara sungai Sinesty dan sungai Nin serta suku Simai.

Ada banyak pertentangan di antara desa berbeda Asmat. Yang paling mengerikan adalah cara

yang dipakai Suku Asmat untuk membunuh musuhnya. Ketika musuh dibunuh, mayatnya dibawa ke

kampung, kemudian dipotong dan dibagikan kepada seluruh penduduk untuk dimakan bersama. Mereka

menyanyikan lagu kematian dan memenggalkan kepalanya. Otaknya dibungkus daun sago yang

dipanggang dan dimakan.

Sekarang biasanya, kira-kira 100 sampai 1000 orang hidup di satu kampung. Setiap kampung

punya satu rumah Bujang dan banyak rumah keluarga. Rumah Bujang dipakai untuk upacara adat dan

upacara keagamaan. Rumah keluarga dihuni oleh dua sampai tiga keluarga, yang mempunyai kamar

mandi dan dapur sendiri. Hari ini, ada kira-kira 70.000 orang Asmat hidup di Indonesia. Mayoritas anak-

anak Asmat sedang bersekolah.

Sehari-hari orang Asmat bekerja dilingkungan sekitarnya. Terutama untuk mencari makan. Anak-

anak harus membantu orangtuanya. Mereka mencari umbi, udang, kerang, kepiting, dan belalang untuk
dimakan. Sementara itu para bapak menebang pohon sagu serta berburu binatang dihutan.Bahan

makanan yang sudah terkumpul dimasak oleh para ibu. Selain punya tugas memasak, para ibu juga

mempunyai tugas menjaring ikan di rawa-rawa.

Masakan suku Asmat tidak seperti masakan kita. Masakan istimewa bagi mereka adalah ulat

sagu. Namun sehari-harinya mereka hanya memanggang ikan atau daging binatang hasil buruan.

Dalam kehidupan suku Asmat batu yang biasa kita lihat dijalanan ternyata sangat berharga bagi

mereka. Bahkan, batu-batu itu bisa dijadikan sebagai mas kawin. Semua itu disebabkan karena tempat

tinggal suku Asmat yang membetuk rawa-rawa sehingga sangat sulit menemukan batu-batu jalanan yang

sangat berguna bagi mereka untuk membuat kapak, palu, dan sebagainya.

Sistem Religi dan Kepercayaan

Suku bangsa Asmat yakin bahwa mereka adalah keturunan dewa yang turun dari dunia gaib yang berada

di seberang laut di belakang ufuk, tempat matahari terbenam tiap hari. Dalam keyakinan orang Asmat,

dewa nenek moyang itu dulu mendarat di bumi di suatu tempat yang jauh di pegunungan. Berdasarkan

mitologi masyarakat Asmat berdiam di Teluk Flamingo, dewa itu bernama Fumuripitis.

Orang Asmat yakin bahwa di lingkungan tempat tinggal manusia juga diam berbagai macam roh yang

mereka bagi dalam 3 golongan.

1. Yi – ow atau roh nenek moyang yang bersifat baik terutama bagi keturunannya

2. Osbopan atau roh jahat dianggap penghuni beberapa jenis tertentu

3. Dambin – Ow atau roh jahat yang mati konyol

1) Sistem Upacara

Kehidupan orang Asmat banyak diisi oleh upacara-upacara. Upacara besar menyangkut seluruh komuniti

desa yang selalu berkaitan dengan penghormatan roh nenek moyang seperti berikut ini :

a. Mbismbu (pembuat tiang)


b. Yentpokmbu (pembuatan dan pengukuhan rumah yew)

c. Tsyimbu (pembuatan dan pengukuhan perahu lesung)

d. Yamasy pokumbu (upacara perisai)

e. Mbipokumbu (Upacara Topeng)

2) Upacara Kematian

Bagi orang-orang Asmat, kematian bukan merupakan hal yang alamiah. Apabila orang tidak mati dibunuh

maka mereka percaya bahwa orang tersebut karena suatu sihir hitam yang kena padanya.

Sistem Kekerabatan

Kehidupan suku bangsa Asmat dulunya adalah Semi Nomad, namun sekarang sudah ditinggalkan.

Mereka tinggal di pegunungan yang saling berjauhan karena perasaan takut diserang musuh. Rumah

Bujang merupakan tempat semua kegiatan desa dan upacara adat terpusat.

Dasar organisasi sosial masyarakat suku bangsa Asmat adalah keluarga inti monogamy kadang-kadang

poligini. Kesatuan keluarga yang lebih luas yaitu uxorilokal yakni pasangan pengantin sesudah menikah

berada di rumah keluarga yang lebih luas, atau avunkulokal, yaitu pasangan pengantin setelah menikah

akan bertempat tinggal di rumah istri dari keluarga ibu.

Tysem adalah tempat orang Asmat melaksanakan kegiatan sehari-hari dan tempat menyimpan senjata

maupun peralatan untuk berburu, menangkap ikan, menanam dan berkebun. Seorang ibu dewasa selalu

harus mengalami upacara misiasi yang dilaksanakan di rumah terpusat keluarga klan yang disebut yew,

yang merupakan rumah keramat, digunakan untuk melaksanakan berbagai upacara religi. Yew biasanya

dikelilingi oleh 10 sampai 15 tysem.

Sistem Kesenian

Kesenian suku bangsa asmat erat kaitannya degan kehidupan religinya. Benda-benda kesenian asmat

yang amat menarik adalah tiang-tiang Mbis dan perisai-perisai. Mbis dan perisai itu dapat diklasifikasikan
kedalam 4 daerah yaitu :

a) Gaya seni Asmat Hilir dan hulu sungai yang mengalir ke dalam teluk flamingo dan arah Pantai

Casuarina benda kesenian gaya ini tergolong paling terkenal sejak tahun 1912. Sejak zaman ekspedisi

militer Belanda pertama mereka tertarik pada tiang-tiang Mbis dengan patung-patung yang tersusun dari

atas ke bawah menurut tata urut silsilah nenek moyang.

b) Gaya Seni Asmat Barat Laut Kesenian perisai orang asmat barat laut berbentuk lonjong dengan

bagian bawah yang agak melebar dan biasanya lebih padat dibanding perisai kesenian Asmat Hilir.

c) Gaya Seni Asmat Timur Laut tampak khusus pada bentuk hiasan perisai yang biasanya berukuran

sangat besar, kadang-kadang sampai melebihi tinggi orang.

d) Gaya Seni Asmat Daerah Sungai Brazza

Hal yang membuat gaya seni Asmat daerah sungai Brazza berbeda dengan yang lain adalah bagian

kepalanya yang biasanya terpisah dari badan.

Sistem Politik

Dalam sistem politik kemasyarakatan Asmat terdapat struktur paroh masyarakat dan pimpinan suku

bangsa Asmat.

1. Struktur Paroh Masyarakat

Masyarakat suku bangsa Asmat juga mengenalstruktur paroh masyarakat atau aipem. Pemimpin aipem

berinisiatif membicarakan pelaksanaan suatu aktivitas berburu, berkebun, merencanakan pengayuan

yang memerlukan banyak orang.

2. Pemimpin Suku Asmat

Pemimpin suku Asmat sederajat dengan warga lain, tetapi ia harus pandai dan ahli dalam pekerjaan atau

aktivitas sosial tertentu. Ahli lain yang dianggap lebih terhormat dari pada pemimpin adalah seniman

pahat atau wow ipits.

Sistem Perekonomian
Perekonomian suku Asmat mulai dibangun oleh Belanda melalui cabang perusahaan Imex Lumber Trade

Company, bekerja sama dengan organisasi-organisasi penyiaran Agama Katholik, Belanda dan Kristen

Amerika. Adat istiadat penyuluhan dihapus oleh Pemerintah RI dan melarang lembaga Yew, diganti

dengan Balai Desa.

Pembiayaan pembangunaan Irian jaya diperoleh dari bantuan melalui FUNDWI (Fund for the

Development of West Irian). Peningkatan kesejahteraan suku Asmat terutama seni patung dan seni ukir,

serta membina seniman asli (wow ipits) untuk meningkatkan kreativitasnya.


DAFTAR PUSTAKA

- http://id.wikipedia.org/wiki/Komunitas

- http://forum.detik.com/showthread.php?t=10365

- http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Asmat

- http://bumikupijak.com/index.php?option=com_content&task=view&id=84&Itemid=2

You might also like