You are on page 1of 4

PENDAHULUAN

Menurut Schipper (1989) dalam Belkaoui (2004) manajemen laba adalah

suatu intervensi yang disengaja pada proses pelaporan eksternal dengan maksud untuk

mendapatkan beberapa keuntungan pribadi, yang dapat dilakukan melalui pemilihan

metode-metode akuntansi dalam GAAP (General Accepted Accounting Principles)

ataupun dengan cara menerapkan metode-metode yang telah ditentukan dengan cara

yang telah ditentukan dengan cara tertentu.

Healy dan Wahlen (1999) dan Sutrisno (2002:164) menyatakan bahwa

manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan dalam pelaporan

keuangan dan membentuk transaksi untuk mengubah laporan keuangan dengan tujuan

untuk memanipulasi besaran laba kepada stakeholder tentang kinerja ekonomi yang

mendasari perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian yang tergantung

pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.

Sugiri (1988) dalam Widyaningsih (2001:92) membagi manajemen laba dalam

dua definisi: (a) Dalam arti sempit, manajemen laba sebagai perilaku manajer untuk

“bermain” dengan komponen discretionary accrual dalam menentukan besarnya

earnings. (b) Dalam arti luas, manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk

meningkatkan (menurunkan) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit, dimana

manajer bertanggungjawab tanpa mengakibatkan peningkatkan (penurunan)

profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut.

Copeland (1968) dalam Utami (2005) mendefinisikan manajemen laba sebagai

suatu usaha manajemen untuk memaksimumkan atau meminimumkan laba, termasuk

perataan laba sesuai dengan keinginan manajemen.


Maka dapat simpulkan, manajemen laba merupakan tindakan manajemen yang

berupa campur tangan dalam proses penyusunan laporan keuangan dengan maksud

untuk meningkatkan kesejahteraannya secara personal maupun untuk meningkatkan

nilai perusahaan.

Menurut Scott (2000:352), beberapa hal yang memotivasi seorang manajer

melakukan manajemen laba antara lain:

(1) Bonus scheme didasarkan adanya dorongan manajer perusahaan untuk

mendapatkan bonus berdasarkan laba yang dilaporkan oleh manajer. Motivasi bonus

tersebut mendorong manajer untuk memilih prosedur akuntansi yang dapat menggeser

laba dari periode yang akan datang ke periode saat ini. Menurut Holthausen (1995)

manajer berusaha memanipulasi laba untuk memaksimalkan nilai sekarang dari

pembayaran bonus.

(2) Kontrak utang jangka panjang (Debt covenant). Ini menyatakan bahwa

semakin dekat suatu perusahaan kepada waktu pelanggaran perjanjian utang maka

para manajer akan cenderung untuk memilih metode akuntansi yang dapat

memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan dengan harapan dapat

mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak utang (Deakin,

1979; Dhalival, 1980; Bowen dkk., 1981; Defond dan Jiambalvo, 1994).

(3) Motivasi politik (Political motivation). Ini menyatakan bahwa perusahaan-

perusahaan dengan skala besar dan industri strategis cenderung untuk menurunkan

laba guna mengurangi tingkat visibilitasnya terutama saat periode kemakmuran yang

tinggi. Upaya ini dilakukan dengan harapan memperoleh kemudahan serta fasilitas

dari pemerintah (Moses, 1987; Naim dan Hartono, 1996; Putra, 2000).

(4) Motivasi Perpajakan (Taxation motivation). Ini menyatakan bahwa

perpajakan merupakan salah satu motivasi mengapa perusahaan mengurangi laba


yang dilaporkan. Tujuannya adalah dapat meminimalkan jumlah pajak yang harus

dibayar (Boyton dkk., 1992).

(5) Pergantian CEO (Chief Executive Officer). Biasanya CEO yang akan

pensiun atau masa kontraknya menjelang berakhir akan melakukan strategi

memaksimalkan jumlah pelaporan laba guna meningkatkan jumlah bonus yang akan

mereka terima. Hal yang sama akan dilakukan oleh manajer dengan kinerja yang

buruk. Tujuannya adalah menghindarkan diri dari pemecatan sehingga mereka

cenderung untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan (DeAngelo, 1988; Pourciau,

1993).

(6) Penawaran saham perdana (Initial public offering). Menyatakan bahwa

pada awal perusahaan menjual sahamnya kepada publik, informasi keuangan yang

dipublikasikan dalam prospektus merupakan sumber informasi yang sangat penting.

Informasi ini penting karena dapat dimanfaatkan sebagai sinyal kepada investor

potensial terkait dengan nilai perusahaan. Guna mempengaruhi keputusan yang dibuat

oleh para investor maka manajer akan berusaha untuk menaikkan jumlah laba yang

dilaporkan (Neil dkk.,1995; Richardson, 1998; Sutanto, 2000; Gumanti, 2001).

Berdasarkan uraian di atas secara umum dapat disimpulkan bahwa praktik

manajemen laba telah dilakukan di banyak negara termasuk Indonesia. Banyaknya

motivasi manajer ketika melakukan manajemen laba menimbulkan kesulitan dalam

membedakan apakah motivasi manajemen bersifat oportunitis ataukah efisien.

Ada beberapa bentuk manajemen lana, diantaranya menurut Scott (2000:365)

antara lain:

(1) Taking a bath/big bath digunakan selama periode organizational stress atau

reorganisasi. Jika manajer merasa harus melaporkan kerugian, maka ia akan

melaporkan dalam jumlah yang besar. Dengan tindakan ini manajer berharap dapat
meningkatkan laba yang akan datang dan kesalahan atas kerugian perusahaan dapat

ditimpahkan ke manajer lama, jika terjadi pergantian manajer.

(2) Income minimization dipilih selama periode dengan profitabilitas tinggi,

sehingga jika periode yang akan datang diperkirakan laba turun drastis, dapat diatasi

dengan pengambilan jatah laba sebelumnya.

(3) Income maximization dilakukan manajer terutama untuk tujuan

mendapatkan bonus. Perusahaan yang berada pada pelanggaran syarat perjanjian

utang juga melakukan income maximization.

(4) Income smoothing dilakukan dengan meratakan laba yang dilaporkan,

dengan tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor, karena umumnya investor

adalah risk averse dan menyukai laba yang relatif stabil (Indraningrum: 2002).

Menurut Zelf (1978) mendefinisikan ekonomi kosekuensi sebagai impak

laporan akuntansi terhadap perilaku pengambilan keputusan bisnis, pemerintah, dan

kreditor.

Esensi definisi tersebut adalah bahwa laporan akuntansi dapat mempengaruhi

(affect) keputusan nyata oleh manajer dan pihak lain, tidak hanya sekedar

menggambarkan (reflecting) hasil keputusan yang dibuat.

You might also like